Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah
penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia yang terus menerus dan bervariasi,
terutama setelah makan. Diabetes Mellitus merupakan keadaan hiperglikemia
kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal dan pembuluh darah,
disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop
elektronn (Bilous, 2002).
Jumlah penduduk dunia yang mengalami diabetes mellitus cenderung
meningkat dari tahun ke tahun. Laporan dari WHO mengenai studi populasi DM
di berbagai Negara, jumlah penderita DM pada tahun 2000 di Indonesia
menempati urutan ke-4 terbesar dengan prevalensi 8,4 juta jiwa. Diperkirakan
pada tahun 2030 prevalensi diabetes mellitus di Indonesia meningkat menjadi
21,3 juta (Depkes RI, 2006).
Jumlah tersebut semakin membuktikan bahwa penyakit DM merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang serius. Saat ini, banyak orang masih
menanggap penyakit DM merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang
hanya timbul karena faktor keturunan. Namun, setiap orang dapat mengidap DM
baik tua maupun muda.
Berdasarkan jumlah penderita DM yang semakin meningkat, serta adanya
stigma tersebut, maka kelompok kami ingin membahas lebih dalam lagi
mengenai penyakit diabetes mellitus mulai dari pengertian hingga pencegahan,
penanganan serta asuhan keperawatan yang tepat untuk pasien DM.

1
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum

Memahami trend dan issue system endokrin

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Memahami patofisiologi Diabetes Mellitus


2. Memahami trend dan issueMicrochip Kidney Filter
3. Mampu menganalisis trend dan issueMicrochip Kidney Filter Mampu
menerapkan trend dan issue Microchip Kidney Filter

1.1 Manfaat Penulisan

Kelompok mengharapkan dengan disusunnya makalah ini akan membantu


pembaca khususnya diperuntukkan bagi mahasiswa dan praktisi keperawatan
dalam memahami trend dan issue sistem sistem endokrin

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit


2.1.1 Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak, protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin
atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan
komplikasi kronis, mikrovaskular,makrovaskular, dan neuropati. (Nurarif &
Kusuma, 2015)
Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang
disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama,
mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan
tetapi dapat dikontrol (WHO).

2.1.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus


Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015), klasifikasi diabetes mellitus yaitu
sebagai berikut :
1. Berdasarkan klasifikasi klinis :
a. Diabetes Mellitus tipe I (IDDM)
Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat
proses autoimun.
b. Diabetes Mellitus tipe II (NIDDM)
Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan retensi insuin.
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan
untuk menghambat produksi glukosa oleh hati.
2. Berdasarkan klasifikasi resiko statistik

3
c. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa.
d. Berpotensi menderita kelainan glukosa

2.1.3 Epidemiologi Diabetes Mellitus


Pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171 orang
diseluruh dunia menderita Diabetes Melitus, atau sekitar 2.8% dari total
populasi, insidennya terus meningkat dengan cepat dan diperkirakan tahun
2030 angka ini menjadi 366 juta jiwa atau sekitar 4.4% dari populasi dunia,
DM terdapat diseluruh dunia, 90% adalah jenis Diabetes Melitus tipe 2 terjadi
di negara berkembang, peningkatan prevalensi terbesar adalah di Asia dan di
Afrika , ini akibat tren urbanisasi dan perubahan gaya hidup seperti pola
makan yang tidak sehat, di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riskesdas
(2007) dari 24417 responden berusia > 15 tahun , 10,2% mengalami toleransi
glukosa tergangggu (kadarglukosa 140-200 mgdl setelah puasa selama 4 jam
diberikan beban glucosa sebanyak 75 gram), DM lebih banyak ditemukan
pada wanita dibanding dengan pria, lebih sering pada golongan tingkat
pendidikan dan status sosial yang rendah, daerah dengan angka penderita DM
yang tertinggi adalah Kalimantan Barat dan Maluku Utara, yaitu 11.1%
sedangkan kelompok usia terbanyak DM adalah 55-64 tahun yaitu 13.5%,
beberapa hal yang dihubungkan dengan faktor resiko DM adalah Obesitas,
hipertensi, kurangnya aktivitas fisik dan rendahnya komsumsi sayur dan buah
(Riskesdas, 2007).
Prevalensi nasional DM berdasarkan pemeriksaan gula darah pada penduduk
usia >15 tahun diperkotaan 5,7%, prevalensi kurang makan buah dan sayur
sebesar 93,6%, dan prevalensi kurang aktifitas fisik pada penduduk >10 tahun
sebesar 48,2% disebutkan pula bahwa prevalensi merokok setiap hari pada
penduduk >10 tahun sebesar 23,7% (Depkes,2008).
Hasil penelitian epidemiologi yang dilakukan pada tahun 1993 di Jakarta
daerah urban membuktikan adanya peningkatan prevalensi DM dari 1.7%
pada tahun 1982 menjadi 5.7% kemudian tahun 2001 di Depok dan didaerah

4
Jakarta Selatan menjadi 12.8%, demikian juga di Ujung Pandang daerah urban
meningkat dari 1.5% pada tahun 1981 menjadi 3,5% pada tahun 1998,
kemudian pada akhir 2005 menjadi 12.5%, di daerah rural yang dilakukan
oleh Arifin di Jawa Barat 1,1% didaerah terpencil, di tanah Toraja didapatkan
prevalensi DM hanya 0,8% dapat dijelaskan perbedaan prevalensi daerah
urban dan rural (Soegondo dkk, 2009).

2.1.4 Etiologi Diabetes Mellitus


Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015), etiologi dari diabetes mellitus yaitu :
1. Diabetes Mellitus Tipe I
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-
sel beta pancreas yang disebabkan oleh :
a. Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri,
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic
kearah terjadinya diabetes tipe I.
b. Faktor Imunologi (Autoimun)
Respon abnormal dimana anti bodi terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi jaringan tersebut sebagai
jaringan asing.
c. Faktor Lingkungan
Virus / toksin tertentu dapat memacu proses yang dapat
menimbulkan destruksi sel beta.
2. Diabetes Mellitus Tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin.
Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes
tipe II yaitu :
a. Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas
65 tahun)
b. Obesitas

5
c. Riwayat keluarga.

Selain penyebab diabetes mellitus yang telah disebutkan diatas, menurut


(Dewi, 2013) terdapat beberapa faktor pencetus dari diabetes sebagai berikut :

a. Gangguan metabolisme, dimana tubuh tidak dapat memanfaatkan


glukosa/ gula darah untuk diubah menjadi energy/tenaga.
b. Gangguan / tidak berfungsinya hormon insulin dalam tubuh sehingga
terjadi penumpukan kadar glukosa / gula dalam darah.
c. Melahirkan bayi >4 kg.

2.1.5 Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus

Menurut (Dewi, 2013), gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus
sebagai berikut . Pada tahap awal sering ditemukan

1. Poliuri (banyak kencing)


Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat
sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga
terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan
elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
2. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan
banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih
banyak minum.
3. Polifagia (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus
makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan
tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
4. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.

6
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi
glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian
tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus
merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan
makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot
dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan
tetap kurus.
5. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol
fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin.Akibat terdapat
penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan
katarak.

7
2.1.6 Pathway Diabetes Mellitus

 Faktor genetik
Kerusakan Ketidakseimbangan Gula dalam darah tidak dapat
 Infeksi virus
sel beta produksi insulin dibawa masuk kedalam sel
 Pengrusakan
imunologik
Batas melebihi ambang Hiperglikemia Anabolisme
Glukosoria
ginjal protein menurun

Dieresis osmotik Vikositas darah Syok hiperglikemik Kerusakan pada


meningkat antibodi

Poliuri Retensi Aliran darah lambat Koma diabetik Kekebalan tubuh


urine menurun

Kehilangan Iskemik jaringan Resiko infeksi Neuropati sensori


elektrolit dalam sel perifer

Ketidakefektifan perfusi Klien tidak merasa


Dehidrasi Nekrosis luka
jaringan perifer sakit

Resiko syok Kerusakan


Kehilangan kalori Gangrene integritas jaringan

Merangsang Sel kekurangan bahan


Protein dan lemak
hipotalamus untuk metabolisme BB menurun
dibakar

Pusat lapar dan Katabolisme Pemecehan Keletihan


haus lemak protein

Polydipsia Asam lemak


Pollgia keton Ureum

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Keton
8
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang Diabetes Mellitus
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015), pemeriksaan penunjang untuk diabetes
mellitus yaitu :
1. Kadar Glukosa Darah
Berikut ini tabel kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan
metode enzimatik sebagai patokan penyaring
 Tabel kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl)
Kadar Glukosa Diabetes Mellitus Bukan Diabetes
Darah Sewaktu Mellitus
Plasma Vena >200 100-200
Darah Kapiler >200 80-100

 Tabel kadar glukosa darah puasa (mg/dl)


Kadar Glukosa Diabetes Mellitus Bukan Diabetes
Darah Sewaktu Mellitus
Plasma Vena >120 110-120
Darah Kapiler >110 90-110

Kriteria diagnostik WHOunntuk diabetes mellitus pada


sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Gluosa plasma puasa > 140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang idiambil 2 jam
kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (
2 jam post prandial (pp)>200 mg/dl)

2. Tes Laboratorium Diabetes Mellitus


Jenis tes pada pasien DM dapat berupa sebagai berikut :
1. Tes Saring

9
Tes-tes saring pada DM yaitu :
a. GDP/GDS
b. Tes Glukosa Urin:
a). Tes konvensional (meode reduksi/Benedict)
b). Tes Carik Celup (metode glucose oxidase
/hexokinase)
2. Tes Diagnostik
Tes – tes diagnostik pada DM adalah : GDP, GDS, GD2PP
(Glukosa Darah 2 jam Post Prandial), Glukosa jam ke-2
TTGO.
3. Tes Monitoring Terapi
Tes – tes monitoring terapi DM yaitu ;
a. GDP : plasma vena , darah kapiler
b. GD2PP : plasma vena
c. A1c : darah vena,darah kapiler
4. Tes Untuk Mendeteksi Komplikasi
Tes – tes untuk mendeteksi komplikasi adalah :
a. Mikroalbuminuria : Urin
b. Kolesterol total : Plasma Vena (Puasa)
c. Kolesterol LDL : Plasma Vena (Puasa)
d. Kolesterol HDL : Plasma Vena (Puasa)
e. Trigliserida : Plasma Vena (Puasa)
f. Ureum, Kreatinin, Asam Urat

2.1.8 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus


Menurut (Nimatu, 2007) pentalaksanaan DM dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Penatalaksanaan SecaraMedis
a. Obat HipoglikemikOral
1). Golongaan Sulfonilurea / sulfonylureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan

10
denagan obat golongan lain, yaitu biguanid inhibitor alfa
glukosidaseatauinsulin.Obatgolonganinimempunyaiefekutama
meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel beta pankreas, karena
itu menjadi pilihan utama para penderita DM tipe 2 dengan berat
badan berlebihan
2). Golongan Biguanad/metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati,
memperbaiki pengambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer)
dianjurkan sebagai obat tinggal pada pasien kelebihan berat
badan.
3). Golongan Inhibitor AlfaGlikosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran
pencernaan sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah
makan. Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gula puasa yang
masih normal.
b. Insulin
1) Indikasi insulin
Pada DM tipe 1 yang tHuman Monocommponent Insulin (40
UI dan 100 UI/ml injeksi) yang beredar adalah actrapid.
Injeksi insulin dapat diberikan kepada penderita DM tipe11
yang kehilangan berat badan secara drastis. Yang tidak berhasil
dengan penggunaan obat-obatan anti DM dengan dosis maksimal
atau mengalami kontra indikasi dengan obat-obatan tersebut.
Bila mengalami ketoasidosis, hiperosmolar asidosis laktat, stress
berat karena infeksi sistemik, pasien operasi berat , wanita hamil
dengan gejala DM yang tidak dapat dikontrol dengan
pengendalian diet.

2) Jenisinsulin
a. Insulin kerjacepat
jenisnya adalah reguler insulin, cristalin zink, dansemilente

11
b. Insulin kerjasedang
Jenisnya adalah NPH (Netral Protamine Hagerdon)
c. Insulin kerjalambat
Jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin)

2. Penatalaksanaan SecaraKeperawatan
a. Diet
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan
makanan walaupun telah mendapat penyuluhan perencanaan
makanan, lebih dari 50% pasien tidak melaksanakannya.
Penderita DM sebaiknya mempertahankan menu yang seimbang
dengan komposisi Idealnya sekigtar 68% karbohidrat, 20%
lemak dan 12% protein. Karena itu diet yang tepat untuk
mengendalikan dan mencegah agar berat badan ideal
dengancara:
1. KurangiKalori
2. KurangiLemak
3. Kurangi Karbohidratkomplek
4. Hindari makananmanis
5. Perbanyak konsumsiserat
b. Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena
membuat insulin bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu
menurunkan berat badan, memperkuat jantung dan mengurangi
stress .Bagi pasien DM melakukan olahraga dengan teratur akan
lebih baik tetapi jangan melakukan olahraga terlalu berat.

12
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Trend dan Issue

Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa,
tren juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi
pada saat ini yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat.
Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan
kejadiannya berdasarkan fakta.
Issue adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau
tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial,
politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian,
ataupun tentang krisis. Issue adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh
banyak namun belum jelas faktannya atau buktinya.

3.2 Pengertian Trend dan Issue Keperawatan

Trend dan Issue Keperawatan adalah sesuatu yang sedang d.bicarakan banyak
orang tentang praktek/mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta ataupun
tidak, trend dan issu keperawatan tentunya menyangkut tentang aspek legal dan
etis keperawatan.

3.3 Trend dan Issue Masalah Sistem Perkemihan

3.3.1 Trend dan IssueGoogle Smart Contact Lense


Lensa kontak Google adalah proyek smart lensa kontak oleh Google.
Proyek ini bertujuan untuk membantu penderita diabetes dengan terus-
menerus mengukur kadar glukosa yang menggunakan air mata. Proyek

13
yang sedang dilaksanakan oleh Divisi ilmu kehidupan Google X dan
Novartis dan saat ini sedang diuji menggunakan prototipe. Lensa terdiri
dari sebuah chip nirkabel dan sensor miniatur glukosa. Kecil jarum dalam
lensa memungkinkan untuk air mata cairan meresap ke dalam sensor untuk
mengukur kadar gula tubuh. Kedua sensor yang tertanam antara dua
lapisan lembut bahan lensa. Kebohongan elektronik di luar lingkar
muriddan iris, jadi ada tidak ada kerusakan mata. Ada sebuah antena
nirkabel dalam kontak yang lebih tipis dari rambut manusia, yang akan
bertindak sebagai controller untuk menyampaikan informasi ke perangkat
nirkabel. Antena akan mengumpulkan, membaca, dan menganalisis data.
Tenaga akan diambil dari perangkat yang akan menyampaikan data melalui
teknologi nirkabel RFID.
Lensa kontak yang inovatif termasuk nirkabel kecil chip, melingkar
berbentuk antena dan miniatur glukosa sensor yang kecil seperti titik
glitter. Itu adalah terjepit antara dua lapisan hydrogel lensa kontak lembut
bahan sebagai ditunjukkan dalam gambar di bawah ini. Jarum kecil di
lapisan atas lensa memungkinkan merobek cairan untuk merembes atas
sensor glukosa. Lensa juga memiliki antena kecil dan controller sehingga
informasi yang dikumpulkan dari lensa dapat memindahkan dari mata
untuk perangkat seperti monitor genggam mana data tersebut dapat
membaca dan dianalisis. Komunikasi antara lensa dan perangkat eksternal
dilakukan menggunakan teknologi nirkabel dikenal sebagai RFID. Kontak
smart mampu memantau glukosa tingkat sekali per detik dan mengirimkan
data nirkabel ke perangkat eksternal.
Dalam gambar di bawah, elektronik yang terletak di luar kedua murid dan
iris sehingga tidak ada kerusakan mata. Ada antena nirkabel dalam kontak
yang lebih tipis dari rambut manusia, dan controller. Seperti merobek
merembes melalui lubang itu mendapatkan kontak dengan sensor glukosa
yang pada gilirannya berjalan di bawah elektrokimia reaksi. Glukosa
bereaksi dengan glukosa oksidase (Allah) busa asam gluconic. Dua

14
elektron dan dua proton diproduksi. Glukosa mediator bereaksi dengan
oksigen untuk membentuk H2O2 dan Tuhan. Sekarang Allah ini dapat
bereaksi dengan lebih glukosa. Lebih tinggi glukosa lebih tinggi konsumsi
oksigen. Dan kemudian glukosa konten dapat dideteksi oleh Pt elektroda.
Dan membedakan kadar glukosa dari sampel.
Teknologi Google glukosa lensa berjalan dengan baik luar elektronik-ini
berisi enzim dan elektroda dibangun ke dalam bahan-bahan yang
digunakan untuk membuat lensa kontak reguler. Ini menggabungkan
kemajuan yang dibuat dalam biokimia, elektronik dan materi ilmu selama
tahun. Antena akan mengumpulkan, membaca, dan menganalisis data dan
berkomunikasi data melalui teknologi nirkabel yang dikenal sebagai
Identifikasi frekuensi radio (RFID). Hal ini bisa dibilang paling evolusi
teknologi nirkabel yang meningkatkan kerja tertanam perangkat tambahan
besar mark. Dan ada banyak sistem dan perangkat yang bekerja
berdasarkan teknologi ini
Lensa kontak Google menggunakan teknologi RFID. Itu memainkan peran
penting dalam kerja kontak Google lensa. Dengan bantuan teknologi RFID
data tentang kadar glukosa ditransfer ke perangkat nirkabel. RFID
diklasifikasikan ke dalam dua kategori satu pembaca dan kedua adalah
Tag. Mereka dibagi lagi sebagai aktif dan pasif. Dalam Google lensa
pembaca aktif dan passive tags yang digunakan untuk mentransfer data.
Pembaca aktif digunakan untuk mentransfer dan menerima data sementara
passive tags yang digunakan untuk mengirim data hanya. RFID tag berisi
dua bagian. Salah satunya adalah sirkuit terpadu untuk menyimpan dan
pengolahan informasi, modulasi dan de modulasi sinyal frekuensi radio
(RF), dan lain khusus fungsi. Yang kedua adalah antena untuk menerima
dan transmisi sinyal. RFID Reader berisi dua bagian: transceiver yang
menghasilkan sinyal radio yang lemah yang memiliki berkisar dari
beberapa kaki ke Terrazze. Sinyal diperlukan untuk Aktifkan lensa tag. Ini
sinyal radio ditularkan melalui Antena pembaca. Identifikasi frekuensi

15
radio menjelaskan sistem yang identitas individu atau objek yang
ditransmisikan dengan nomor seri yang unik melalui gelombang radio.
Ketika RFID tag membawa dalam kisaran spesifik pembaca ID unik
merasakan. Setelah membaca ID dari tag dibaca oleh pembaca dan
kemudian id unik yang dilewatkan ke controller/prosesor. Controller pada
gilirannya melakukan tindakan tertentu menggunakan ID berdasarkan kode
yang ditulis. Lensa dapat menghasilkan satu membaca per detik Google
juga sedang menjajaki kemungkinan asimilasi lampu LED kecil ke kontak
yang akan menyala ketika kadar glukosa terlalu rendah atau tinggi, efek
mengotomatisasi glukosa pemantauan proses yang dikenal di kalangan
ilmuwan sebagai "Oftalmik elektrokimia sensor," ini lensa kontak akan
menampilkan fleksibel elektronik yang mencakup sensor dan antena.
Sensor yang dirancang untuk membaca bahan kimia dalam merobek cairan
pemakainya mata dan mengingatkan dia, mungkin melalui sedikit tertanam
LED light, ketika gula darah Nya jatuh ke tingkat berbahaya.
Teknologi ini masih dalam pembangunan dan Google dalam diskusi
dengan Food and Drug Administration untuk mempersiapkan prototipe
untuk pasar.

I. Keunggulan
Orang yang menderita diabetes tidak mampu secara efektif menggunakan
insulin untuk memecah glukosa dalam darah, yang pada akhirnya,
menempatkan mereka pada risiko komplikasi kesehatan. Dalam untuk
menjaga tingkat glukosa konstan, penderita diabetes harus tusukan jari
mereka dan tes tetes darah sepanjang hari.
Namun, ini bisa segera menjadi usang dengan Google smart lensa kontak.
Akan meningkatkan pengawasan glukosa darah memberikan manfaat
kesehatan untuk penderita diabetes. Buruk Efek diabetes yang karena efek
kumulatif dari kadar glukosa berbahaya selama jangka waktu yang lama.
Sampai penelitian biomedis menemukan cara untuk menggantikan sel-sel

16
beta, glukosa lensa kontak terdengar seperti ide yang menjanjikan.

Berikut adalah keuntungan atas metode tradisional:


1) Ini adalah metode yang sederhana dan mudah-kita tidak perlu untuk
tusukan jari-jari kita berulang kali untuk pengujian darah sampel.
2) Terus glukosa pemantauan – sebagai metode ini pengujian kadar
glukosa dalam tubuh manusia mudah, pasien diabetes dapat analisis
tingkat glukosa.
3) Mobilitas pengguna-dpt dipakai sistem dapat diintegrasikan dengan
siklus hidup, pasien dapat memeriksa tingkat di mana saja dan kapan
saja.
4) Akurat membaca-memastikan efisiensi dan aman digunakan, mudah
untuk menangani.
5) Reusable (biaya efektif solution). Perangkat ini cenderung menjadi
sukses besar sebagai tidak ada yang suka untuk memiliki menusuk jari-
jari mereka dengan lancet setiap hari untuk mengambil bacaan glukosa
mereka, terutama yang sangat muda atau orang tua.

II. Kerugian
Pembatasan berkaitan dengan fakta bahwa lensa kontak tidak boleh
dikenakan sementara orang-orang tertidur dan semalam periode adalah
ketika orang-orang dengan diabetes tipe 1 paling risiko untuk hipoglikemia.
 lensa kontak mungkin alergi terhadap beberapa pemakainya.
 orang-orang yang telah menggunakan lensa untuk penglihatan mungkin
memiliki kesulitan dalam memakai lensa Google.

III. Aplikasi
Novartis telah menyatakan bahwa dengan obat-obatan yang danperangkat
medis keahlian perusahaan saat ini berfokus pada kepentingan dua dalam
teknologi ini - membantu diabetes pasien mengelola penyakit mereka dan

17
bagi orang-orang yang hidup dengan presbyopia yang tidak lagi bisa
membaca tanpa kacamata.
Selain itu, perusahaan juga melihat potensi untuk membantu pasien dengan
presbyopia, "mengembalikan mata itu alam autofocus pada dekat objek
dalam bentuk akomodatif. Kontak lensa atau lensa intraokular sebagai
bagian dari bias perawatan katarak.
Di bawah perjanjian, Google [x] dan Alcon akan bekerja sama untuk
mengembangkan "lensa cerdas" yang bisa benar-benar mengubah
bagaimana manusia bereaksi dan menanggapi kekhawatiran kesehatan.
Salah satu aplikasi dari lensa kontak adalah untuk membantu penderita
diabetes tetap mata lebih dekat dan menghubungkan secara nirkabel dengan
perangkat mobile. Mereka bisa juga akhirnya membantu visuallyimpaired
melihat lagi. Novartis mengatakan sensor non-invasif, microchip dan
elektronik lain miniatur yang tertanam dalam lensa kontak memiliki potensi
untuk Alamat okular kondisi.

IV. Masa Depan Cakupan


Novartis's Alcon unit akan bekerja dengan Google rahasiaGoogle X pada
lensa dengan non-invasif sensor, Divisi microchips dan tertanam miniatur
elektronik untuk memantau tingkat insulin tidak hanya untuk orang, tetapi
juga untuk memantau penyakit lain, atau untuk memulihkan mata alami
focus pada orang yang tidak lagi dapat membaca tanpa kacamata,
Baselbased
Novartis mengatakan dalam sebuah pernyataan. Novartis mengharapkan
untuk mendapatkan prototipe pertama oleh awal berikutnya tahun dan
mungkin mulai pemasaran produk di sekitar lima tahun, "janji di sini adalah
holy grail perawatan visi, untuk mampu meniru fungsi alami mata "
Kemungkinan embedding sensor kamera mulus ke lensa kontak ini yakin
akan menghasilkan lebih kontroversi sekitar dpt dipakai tech. menerapkan
sensor kamera langsung ke lensa kontak akan membuatnya bahkan lebih

18
mudah untuk diam-diam mengambil foto tanpa ada yang memperhatikan.
Futurologists Michio Kaku mengatakan "dalam dua dekade mendatang
Internet akan di lensa kontak Anda, ketika Anda berkedip Anda akan online
dan sebagainya"

19
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kemajuan
besar pada alat pertama untuk membebaskan pasien ginjal dari dialisis. Dia
sedang membangun ginjal tiruan implan dengan filter microchip dan sel ginjal
yang hidup yang akan didukung oleh hati pasien sendiri.
Microchip Kidney Filter merupakan perangkat bio-hybrid yang bisa meniru
ginjal untuk menghilangkan cukup banyak produk limbah, garam dan air untuk
mencegah pasien dialysis.

20
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, S. W. (2013). Konsep Penyakit Sistem Endokrin. Konsep Dasar Penyakit


Diabetes Melitus , 11-12.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC- NOC Edisi Revisi Jilid I. Jogjakarta: Mediaction
Jogja.
file:///C:/Users/user/Documents/Trend%20isu%20endokrin/fix%20Google%20Smar
t%20Contact%20Lens%20Monitoring%20Diabetes%20from%20Tears.pdf

21

Anda mungkin juga menyukai