Anda di halaman 1dari 2

Kopi sebagai Pupuk

Jika mencari informasi di Search Engine (Google / Yahoo) mengenai kopi / ampas kopi sebagai pupuk, anda
akan menemukan banyak sumber menyarankan penggunaan ampas kopi sebagai pupuk media tanam / tanah,
terutama di wilayah yang letak geografisnya bukan di lintang garis katulistiwa. Ampas kopi, pada dasarnya,
memiliki kandungan nutrisi cukup memadai untuk dijadikan pupuk media tanam. Kadar pH kopi yang cukup
rendah (cenderung asam), memiliki kelebihan mempercepat proses pengomposan. Tanah yang mengandung
zat kapur (cenderung basa) dapat diasamkan menggunakan ampas kopi.

Eksperimen terhadap tanaman memperlihatkan bahwa ampas kopi dan kopi basi dapat dijadikan alternatif
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman. Terutama dalam merubah bentuk fisik daun baru tanaman
anthurium melebar dan menarik, penggunaan ampas kopi / kopi basi setelah diencerkan menjadi POC
sangatlah ampuh. Tidak hanya berefek pada daun saja, beberapa sumber di internet menyatakan bahwa
ampas kopi bisa memperbesar ukuran bunga mawar hingga 2 kali ukuran semula.

Sayangnya, hasil ekperimen tersebut menunjukkan, bahwa bahan ini tidak dapat diaplikasikan secara
berkesinambungan khususnya pada tanaman yang tumbuh dalam pot. Media tanam dalam pot, tanpa
tambahan ampas kopi, memiliki kecenderungan kadar pH-nya menjadi asam. Pengaplikasian ampas kopi akan
berdampak mem-percepat tingkat keasaman media tanam.

Kondisi seperti itu sangat cocok bagi beberapa jenis tanaman yang menyukai tumbuh di atas permukaan
media tanam dengan tingkat keasaman tinggi (pH rendah). Namun, mayoritas tanaman hias menyukai kondisi
media tanam ber-pH netral cenderung asam. Tidak benar-benar asam. Sehingga, kondisi media tanam ber-pH
rendah cenderung dihindari karena akan berefek negatif terhadap proses tumbuh-kembang tanaman yang
tumbuh didalamnya.

Saya memberi istilah “keracunan kafein” bagi tanaman yang mengalami efek negatif akibat setelah ampas kopi
diaplikasikan pada media tanam tempat tumbuhnya. Selain mengakibatkan daun lama berubah menguning
(akan mati jika pengaplikasian tidak dihentikan), pertumbuhan daun baru melambat dan pucuk daun baru
(kalau pun tumbuh) menjadi cacat. Beberapa kali saya mencoba, baik dengan mengurangi kuantitas takaran
dan jeda waktu pengaplikasian, hasilnya tetap mengecewakan.

Jadi, sejak pertama kali diaplikasikan, saya tidak menemukan takaran dan jeda waktu yang tepat di
pengaplikasian kedua. Karena setiap kali, beberapa minggu (2 – 3 minggu) kemudian setelah ampas kopi
diaplikasikan untuk kedua kalinya, tanaman terlihat seperti overdosis. Mulai dari jeda waktu 3, 4, 5 dan 6 bulan
sekali, aplikasi kedua selalu menghasilkan efek negatif pada pertumbuhan daun tanaman berikutnya.

Eksperimen menggunakan ampas kopi sebagai pupuk ini sudah saya hentikan dan tidak ada niat mencobanya
lagi. Walau pun memiliki efek mampu menghasilkan satu bentuk daun baru anthurium yang bagus, beberapa
bilah daun lama akan mati sebagai bentuk konpensasinya.

Pengertian daun anthurium yang bagus disini adalah fisik daun menjadi lebih besar dari ukuran normal, namun
tetap proporsional secara lebar x panjangnya, dan tidak cuma sampai disitu saja. Kopi memiliki satu
kandungan yang mampu merubah bawaan asal tanaman dengan bentuk bilah daun panjang menjadi lebar.
Seberapa besar perubahan bilah daun yang dihasilkan, tergantung kuantitas kopi (ampas / kopi basi) yang
diaplikasikan dan efek ini dapat diterapkan juga pada jenis tanaman selain anthurium. Seperti daun cing-cau
berbulu, dengan bilah daun berbentuk hati, berubah bulat setelah diaplikasikan ampas kopi. Saya tidak tahu
jenis kandungan yang dimiliki ampas kopi sehingga membuat perubahan bentuk bilah daun baru tanaman
hingga sedemikian rupa.

Mengatasi “keracunan kafein” pada tanaman…

Sebenarnya, ada beberapa penyebab kemungkinan hingga akhirnya muncul efek “keracunan kafein” pada
tanaman. Ketidakmampuan jenis tanaman beradaptasi dengan kafein dan tingginya tingkat keasaman media
tanam, merupakan faktor utama penyebab efek negatif ini. Tidak ada cara untuk mengatasinya selain
menunggu hingga kandungan kafein dalam jaringan tanaman hilang dengan sendirinya. Tindakan mengganti
media tanam tanpa disertai pupuk akan membantu percepatan kesehatan tanaman akibat efek negatif yang
ditimbulkan oleh kopi. Tetapi, tidak ada jaminan batas waktu kapan tanaman dapat kembali seperti semula.

Dari yang saya alami, beberapa tanaman hidup dalam keadaan stagnan (diam) selama lebih dari satu tahun
setelah pengaplikasian ampas kopi kedua. Tidak mati, tapi tidak ada pertumbuhan pucuk baru. Untuk
mengetahui bahwa efek keracunan kafein telah hilang bisa dilihat dari dua / tiga generasi bentuk pertumbuhan
daun baru adalah sama dengan bentuk daun terakhir sebelum pertama kali ampas kopi / kopi basi di
aplikasikan.

Secara pribadi, saya tidak menyarankan untuk melakukan pengaplikasian jenis bahan organik ini pada
mayoritas tanaman hias yang dipelihara dalam wadah pot. Jenis tanaman selain Anthurium dan mawar, tidak
mampu bertahan tumbuh di lingkungan media tanam ber-pH rendah. Kedua tanaman itu pun memiliki perilaku
berbeda dalam menghadapi kondisi media tanam yang bersifat asam. Jika mawar memang menyukai kondisi
media tanam bersifat asam tinggi, Anthurium hanya sebatas mampu dalam menetralisir efek negatif yang
ditimbulkan kopi.

Semoga bermanfaat!

Anda mungkin juga menyukai