Skizofrenia Paranoid
Pembimbing:
dr. Meutia Laksminingrum, Sp.KJ
Disusun Oleh:
Ratna Silvia Septianingtyas
11-2016-063
1
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU KESEHATAN JIWA
RUMAH SAKIT : RSJ PROVINSI JAWA BARAT
I. IDENTITAS WBS :
Nama (inisial) : Ny. D
Tempat & tanggal lahir : Jakarta, 21 Desember 1984 (33 thn)
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Betawi
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status Perkawinan : Sudah menikah
Alamat : Jln. Taman Bukit RT 01/ RW 12 no. 24 –
Jakarta Selatan
2
A. KELUHAN UTAMA
Mengamuk dan membanting barang (agresivitas motorik)
B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
6 bulan SMRSJ yaitu si bulan Juli 2003, ibu WBS meninggal karena jantungan. Saat itu
WBS baru lulus SMA. Bulan September 2003 WBS menikah namun 1 bulan setelahnya suami
WBS meninggalkannya dengan alasan tidak mempunyai anak.
2 minggu SMRSJ, yaitu di bulan desember 2003, ayah WBS meninggal karena sakit
jantung. 1 minggu SMRSJ, WBS mengatakan ia sering mendengar suara ayahnya yang sudah
meninggal (halusinasi auditorik). Selaini itu, ia juga mendengar suara tetangganya tanpa
kehadiran kedua tetangganya tersebut (halusinasi auditorik). Suara yang didiengar oleh WBS
menyuruhnya untuk bekerja. WBS juga melihat bayangan hitam yang membanting-banting
barang (halusinasi visual) sehingga dirinya juga membanting barang . Selain itu WBS juga
mengatakan bahwa ia sering jatuh pingsan hanya jika dirinya mengerjakan pekerjaan yang
berat. Setelah tersadar dari pingsan, kepalanya terasa pusing (gangguan konversi).
Pada hari masuk rumah sakit jiwa, WBS diantar oleh keluarganya ke rumah sakit, karena
WBS sering mengamuk, dan memecahkan barang di rumah (agresivitas motorik). WBS
mengaku ia mengamuk karena sering mendengar suara-suara yang sering menertawai dan
mengejek dia karena ia tidak mempunyai pekerjaan (halusinasi auditorik). WBS mengaku
stress karena ia tidak mempunyai pekerjaan, ia telah melamar kerja di berbagai tempat namun
tidak pernah diterima. Nafsu makan tidak menurun, tidur tidak terganggu dan tiat bunuh diri
disangkal.
Pada hari wawancara, menurut pengakuan WBS, ia sering merasa curiga terhadap teman-
temannya di panti karena ia takut uang dan makanannya dan uangnya akan dicuri (waham
curiga). Akibat hal tersebut WBS pernah bertengkar dengan temannya di panti. Selain itu,
pasien juga merasa ada yang menjambak-jambak rambutnya ketika ia sendirian (halusinasi
taktil).
Saat ini WBS dapat makan teratur, tidur dengan baik, dan minum obat secara rutin. WBS
mampu mengikuti kegiatan di panti dengan baik.
3
C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA
1. Gangguan psikiatrik
WBS tidak pernah mengalami gejala depresi atau gejala yang sama sebelumnya.
2. Riwayat gangguan medik
Saat ini tidak ada kelainan medis. Tidak ada riwayat trauma kepala, kejang, operasi
maupun patah tulang.
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif
WBS pernah merokok saat SMA sebanyak1 kali. Riwayat penggunaan ganja (+)
sejak berusia 15 tahun. Pasien terakhir kali menggunakan ganja saat kelas 3 SMA.
4. Riwayat gangguan sebelumnya (grafik)
4
sering diejek karena mempunyai badan yang gemuk. Akan tetapi menurut
pengakuan WBS, hal tersebut tidak membuatnya sedih dan marah-marah.
c. Masa Dewasa:
WBS tidak melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi karena terkendala biaya.
3. Riwayat pendidikan
WBS tamat SMA.
4. Riwayat pekerjaan
WBS mengatakan ia tidak pernah bekerja.
5. Kehidupan beragama
WBS beragama Islam, WBS mengatakan dirinya tidak rajin sholat lima waktu.
6. Kehidupan sosial dan perkawinan
WBS sudah menikah pada tahun 2003 atas dasar suka sama suka dan belum
mempunyai anak. 1 bulan setelah menikah, suami WBS meniggalkannya.
E. RIWAYAT KELUARGA
Pohon keluarga
Kakak pasien (anak ke-4) juga mengalami kelihan yang sama dengan pasien, sudah berobat
dan saat ini sudah dapat bekerja kembali.
Keterangan:
Perempuan
Laki-laki
WBS
Kakak Pasien
Sudah meninggal
5
F. SITUASI KEHIDUPAN SOSIAL SEKARANG
Ibu dan ayah WBS sudah meninggal sehingga saat ini WBS berhubungan dengan
paman dan kakak laki-lakinya. Saat ini WBS mempunyai hubungan yang baik dengan
WBS lain di panti, namun terkadang dirinya suka merasa curiga.
III.STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan Umum
WBS seorang perempuan berusia 33 tahun, berpenampilan fisik sesuai usianya,
postur tubuh agak gemuk, warna kulit sawo matang, rambut pendek berwarna hitam,
kuku sedikit kotor, mengenakan pakaian seragam panti dan kebersihannya cukup
baik. Kontak verbal dan visual cukup baik.
2. Kesadaran
a. Kesadaran sensorium/neurologik : Compos mentis
b. Kesadaran psikiatrik : Tampak terganggu
3. Perilaku dan Aktivitas Motorik
Sebelum wawancara : WBS sedang berbaris untuk menyanyikan lagu
Indonesi Raya bersama seluruh WBS dan pendamping.
Selama wawancara : WBS duduk di kursi berhadapan dengan pemeriksa.
WBS menjawab pertanyaan dengan kooperatif. Selama wawancara, kontak
mata cukup adekuat.
Setelah wawancara : WBS tenang, kembali ke kamar dan berkumpul dengan
teman kamarnya.
4. Sikap terhadap Pemeriksa
Kooperatif
5. Pembicaraan
A. Cara berbicara : Lancar, spontan, artikulasi jelas dan volume sedang
B. Gangguan berbicara : Tidak ada
6
B. ALAM PERASAAN (EMOSI)
1. Suasana perasaan (mood) : Euthym
2. Afek ekspresi afektif
a. Arus : Normal
b. Stabilisasi : Stabil
c. Kedalaman : Dalam
d. Skala diferensiasi : Luas
e. Keserasian : Serasi
f. Pengendalian impuls : Kuat
g. Ekspresi : Wajar
h. Dramatisasi : Tidak ada
i. Empati : Tidak dapat dinilai
C. GANGGUAN PERSEPSI
a. Halusinasi : ada, halusinasi auditorik, halusinasi visual
b. Ilusi : Tidak ada
c. Depersonalisasi : Tidak ada
d. Derealisasi : Tidak ada
e. Gangguan Konversi : ada, sering pingsan jika bekerja berat
E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
Produktivitas : Autistik
Kontinuitas : Relevan
Hendaya bahasa : Tidak ada
2. Isi pikir
Preokupasi dalam pikiran : tidak ada
Waham : Waham kebesaran, waham curiga
Obsesi : Tidak ada
Fobia : Tidak ada
Gagasan rujukan : Tidak ada
Gagasan pengaruh : Tidak ada
Idea of suicide : Tidak ada
G. DAYA NILAI
Daya nilai sosial : Baik (WBS mengatakan bunuh diri itu tidak baik)
8
Uji daya nilai : Baik (WBS mengatakan kalau lampu merah harus
berhenti)
Daya nilai realitas : Tidak Baik
I. RELIABILITAS: Baik
B. STATUS NEUROLOGIK
1. Saraf kranial (I-XII) : Dalam batas normal
2. Tanda rangsang meningeal : Tidak dilakukan
3. Mata : Dalam batas normal
4. Pupil : Dalam batas normal
5. Oftalmoscopy : Tidak dilakukan
6. Motorik : Tidak dilakukan
7. Sensibilitas : Tidak dilakukan
9
8. Sistim saraf vegetatif : Tidak dilakukan
9. Fungsi luhur : Baik
10. Gangguan khusus : Tidak ada
Kesimpulan : Hasil pemeriksaan pada status neurologik tidak ditemukan kelainan.
10
Gangguan kejiwaan karena adanya distress/penderitaan: pada saat awal masuk
marah-marah dan mengamuk.
Gangguan merupakan gangguan fungsional karena:
Tidak ada gangguan kesadaran neurologis.
Tidak disebabkan oleh gangguan medik umum (penyakit metabolik, infeksi,
penyakit vaskuler, neoplasma).
Tidak disebabkan oleh penyalahgunaan zat psikoaktif.
Gangguan psikotik, karena adanya gangguan dalam menilai realita yang dibuktikan
dengan adanya:
Halusinasi auditorik: WBS mengatakan mendengar bisikan yang menyuruh
WBS untuk bekerja.
Halusinasi taktil : WBS mengatakan ia merasa ada yang menjambak-jambak
rambutnya.
Waham curiga: WBS mengatakan kalau ia sering merasa curiga terhadap WBS
lain.
Working Diagnosis :
Pada WBS ini didapatkan gejala halusinasi auditorik, halusinasi visual, halusinasi taktil,
waham curiga yang telah ada sejak tahun 2003 atau telah berlangsung selama 15 tahun. WBS
tidak tampak memiliki gangguan afektif selama dilakukan wawancara. Dorongan kehendak dan
pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata atau tidak menonjol. Menurut
PPDGJ-III, dapat dikategorikan ke dalam F20.0 Skizofrenia Paranoid.
Pedoman diagnostiknya ialah sebagai berikut:
Memenuhi kriteria umum diagnosa skizofrenia
Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
o Suara-suara halusinasi yang mengancam atau memberi perintah, atau halusinasi
auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung
(humming), atau bunyi tawa (laughing);
o Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of
control), dipengaruhi (delusion of influence), atau “passivity” (delusion of passivity)
dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam adalah yang paling khas
Gejala pada WBS : waham curiga, halusinasi auditorik, halusinasi visual, halusinasi taktil,
gangguan konversi.
11
Differential Diagnosis :
1. F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
Pendukung: gejala (telanjang dijalan dan agresivitas motorik) muncul pertama kali pada saat
WBS berusia 19 tahun, terdapat waham dan halusinasi.
Penggugur: arus pikir WBS koheren, waham yang menonjol adalah waham curiga dan
halusinasi yang memberi perintah. Gangguan afektif dan dorongan kehendak dan proses piker
tidak menonjol.
2. F22.0 Gangguan waham menetap
Pendukung: adanya gangguan waham lebih dari 3 bulan (waham curiga).
Penggugur: karena adanya halusinasi auditorik, halusinasi visual dan halusinasi taktil.
Aksis I
Diagnosis kerja : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Diagnosis banding :
F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
F22.0 Gangguan waham menetap
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Tidak ada gangguan medis
Aksis IV : Sosial ekonomi yang rendah, tidak mempunyai pekerjaan, dan berpisah
dengan suami.
Aksis V : Skala GAF 70-61 gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan.
12
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad malam
X. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik : Tidak ditemukan masalah
2. Psikologi/psikiatrik :Waham kebesaran, waham kejar, halusinasi auditorik, halusinasi
visual
3. Psikososial : Tingkat ekonomi yang rendah, tidak memiliki pekerjaan,
masalah perkawinan
XI. PENATALAKSANAAN
1. Psikofarmaka
R/ Risperidone tab 2 mg no XV
S 1 dd tab 1
------------------------------------------------- paraf
R/ Trihexyphenidyl tab 2 mg No XV
S 2 dd tab 1 prn
------------------------------------------------- paraf
Pro : Ny. D
Umur : 33 tahun
2. Psikoterapi
a) Terapi individual :
Memberikan informasi dan edukasi pada WBS mengenai penyakitnya.
Memberikan informasi pada WBS mengenai pentingnya minum obat dan
kontrol secara teratur.
Memberikan motivasi WBS untuk melakukan dan mengembangkan hobinya.
13
Memotivasi WBS untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan anggota
keluarga.
b) Terapi kelompok
Menyarankan WBS untuk mengikuti setiap kegiatan di Panti bersama dengan
rekan lainnya untuk menjalin sosialisasi yang baik.
3. Sosioterapi
14