1. Definisi Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 2013). Seseorang yang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa – apa, tidak kompeten, gagal, malang dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini : a. Citra tubuh (Body Image) Citra tubuh (Body Image) adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi. Yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman yang baru (Stuart & Sundeen, 2013). b. Ideal Diri (Self Ideal) Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu (Stuart & Sundeen, 2013). c. Identitas Diri (Self Identifity) Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh (Stuart dan Sundeen, 2013). d. Peran Diri (Self Role) Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran yang diterapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu (Stuart & Sundeen, 2013). e. Harga Diri (Self Esteem) Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga (Stuart & Sundeen, 2013) Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Towsend, 2012). Harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri (Carpenito, L.J, 2006). Dari pendapat-pendapat diatas dapat dibuat kesimpulan, harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung, penurunan diri ini dapat bersifat situasional maupun kronis atau menahun. Menurut Stuart dan Sundeen (2013) respon individu terhadap konsep dirinya sepanjang rentang respon konsep diri yaitu adaptif dan maladaptif. 1. Respon Adaptif Yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang dapat diterima oleh norma – norma sosial dan kebudayaan. 2. Respon Maladaptif Yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang tidak dapat diterima oleh norma – norma sosial dan kebudayaan. Respon Adaptif Respon Maladaptif
Aktualisasi Konsep Harga Kerancuan Depersonalisasi
diri diri positif diri rendah identitas
Stuart dan Sundeen (2013) mengatakan:
a) Aktualisasi adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman nyata yang sukses diterima. b) Konsep diri adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri. c) Harga diri rendah adalah transisi antara respon konsep diri adaptif dengan konsep diri maladaptif. d) Kekacauan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis. e) Dipersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain. 2. Penyebab Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua ang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pda orang lain dan ideal diri yang tidak realistik. Stressor pencetus munkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal, seperti : trauma fisik maupun psikis, ketegangan peran, transisi peran situasi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluargamelalui kelahiran atau kematian, serta transisi peran sehat sakit sebagai transisi dari keadaan sehat dan keadaan sakit. a. Faktor Predisposisi Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya harga diri rendah, meliputi: 1) Faktor Biologis Pengaruh faktor biologis meliputi adanya faktor herediter anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, riwayat penyakit atau trauma kepala. 2) Faktor Psikologis Pada pasien yang mengalami harga diri rendah, dapat ditemukan adanya pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, seperti penolakan dan harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang; kurang mempunyai tanggungjawab personal; ketergantungan pada orang lain; penilaian negatif pasien terhadap gambaran diri, krisis identitas,peran yang terganggu, ideal diri yang tidak realistis; pengaruh penilaian internal individu. 3) Faktor Sosial Budaya Pengaruh sosial budayameliputi penilaian negatif dari lingkungan terhadap pasien yang mempengaruhi penilaian pasien,sosial ekonomi rendah, riwayat penolakan lingkungan pada tahap tumbuh kembang anak, dan tingkat pendidikan rendah. b. Faktor Presipitasi Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang dihadapi individu dan individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah.Stressor yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua yang berarti: pola asuh anak tidak tepat misalnya: terlalu dilarang, dituntut, persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak dapat di capai, gagal tanggung jawab terhadap diri sendiri (Stuart dan Sundeen, 2013). Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal sebagai berikut: 1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan 2) Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran: Transisi peran perkembangan adalah: perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai serta tekanan untuk menyesuaikan diri. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian. Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, Perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh, perubahan fisik yang berhubungan tumbuh kembang normal dan prosedur medis dan keperawatan (Stuart, 2013).
3. Pohon Masalah
Kerusakan interaksi sosial --------------------------- Akibat
HARGA DIRI RENDAH --------------------------- Core Problem
Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah adalah
mengkritik diri sendiri atau orang lain, gangguan dalam berhubungan, rasa diri penting berlebihan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung, atau berlebihan, perasaan takut mengenal tubuhnya ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup yang pesmis, keluhan, pandangan hidup yang berlebihan, penolakan terhadap kemampuan sosial, perguruan dan menjauh diri secara sosial, pengurungan diri, menaruh diri secara sosial, penyalahgunaan zat (Stuart dan Sundeen, 2013) 4. Klasifikasi Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dapat terjadi secara: a. Harga diri rendah situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba. Misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolaj, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba). Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena: 1) Privasi yang kurang diperhatikan, misalnya: pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perineal). 2) Harapan akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit. 3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, tanpa persetujuan. Kondisi ini banyak ditemukan pada klien gangguan fisik. b. Harga diri rendah kronik, yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit atau dirawat. Klien mempunyai cara berpikir yang negative. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negative terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon yang maladaptive, Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa (NANDA NIC-NOC, 2015) 5. Gejala Klinis Stuart (2013) mengemukakan tanda dan gejala apabila seseorang memiliki harga diri rendah: a. Mengkritik diri j. Ketegangan peran sendiri dan orang lain yang dirasakan b. Penurunan k. Pandanangan hidup produktivitas yang pesimis c. Destruktif yang l. Keluhan fisik diarahkan pada orang m. Pandangan hidup lain yang bertentangan d. Gangguan dalam n. Penolakan terhadap berhubungan kemampuan personal e. Rasa diri pentinng o. Destruktif terhadap yang berlebihan diri sendiri f. Perasaan tidak p. Pengurangan diri mampu q. Menarik diri secara g. Rasa bersalah social h. Mudah tersinggung r. Penyalahgunaan zat atau marah berlebihan s. Menarik diri dari i. Perasaan negatif realitas tentang dirinya sendiri t. Khawatir 6. Penatalaksanaan Medis Menurut Hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi: a. Psikofarmaka Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai berikut: 1) Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup singkat 2) Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil 3) Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk gejala positif maupun gejala negative skizofrenia 4) Lebih cepat memulihkan fungsi kogbiti 5) Tidak menyebabkan kantuk 6) Memperbaiki pola tidur 7) Tidak menyebabkan habituasi, adikasi dan dependensi 8) Tidak menyebabkan lemas otot. Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical).Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan aripiprazole. b. Psikoterapi Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama. (Maramis,2005). c. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy) ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005). d. Keperawatan Biasanya yang dilakukan yaitu Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien.Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial.Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal.Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata. Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat, 2005). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat, 2005). B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Keperawatan a. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal pengkajian, nomor rekam medis b. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi factor biologis, factor psikologis, social budaya, dan factor genetic c. Faktor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap persepsi merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif, kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan penanganan gejala stress pencetus pada umunya mencakup kejadian kehidupan yang penuh dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas. d. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan spiritual e. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas motorik, alam perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri. f. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun maladaptive g. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis h. Analisa data Ketidakefektifan koping DS: - Klien memlih diam untuk menyelesaikan masalahnya DO: - Klien suka menyendiri - Klien tampak pendiam - Harga diri rendah DS: - Adanya ungkapan yang menegatifkan diri - Mengatakan pandangan hidup yang pesimis - Merasa tidak mampu melakukan sesuatu - Mengeluh tidak mampu melakukan peran dan fungsi sebagaimana mestinya - Ungkapan mengkritik diri sendiri, mengejek dan menyalahgunakan diri sendiri DO:- Kontak mata kurang, sering menunduk, - Mudah marah dan tersinggung - Menarik diri - Menghindar dari orang lain - Kerusakan interaksi social DS: - Ungkapan yang terbatas ya tidak tahu DO: - Tidak adanya kontak mata - Selalu menundukkan kepala - Berdiam diri di kamar - Afek tumpul, menyendiri - Menolak diajak berbincang-bincang
2. Diagnosa Keperawatan 1. Harga diri rendah kronis/situasional 2. Ketidakefektifan koping 3. Kerusakan interaksi social 3. Rencana Keperawatan
TGL/ DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
JAM KEP. Gangguan TUM : Setelah diberikan askep selama Bina hubungan saling percaya Hubungan saling percaya Konsep Diri : Klien dapat ... menit dalam ..x pertemuan dengan mengungkapkan merupakan dasar untuk Harga Diri berhubungan diharapkan TU dan TUK dapat prinsip komunikasi kelancaran hubungan Rendah dengan orang lain tercapai dengan kriteria hasil : therapeutic : interaksi selanjutnya. Kronis secara optimal. 1. Ekspresi wajah bersahabat 1. Sapa klien dengan ramah 2. Menunjukan rasa senang dan baik secara verbal dan TUK 1 : 3. Ada kontak mata non verbal. Klien dapat 4. Mau berjabat tangan, mau 2. Perkenalkan diri dengan membina hubungan menyebut nama, mau sopan. saling percaya menjawab salam 3. Tanyakan nama lengkap 5. Mau duduk berdampingan klien dan nama panggilan dengan perawat yang disukai klien. 6. Mau mengutarakan masalah 4. Jelaskan tujuan pertemuan. yang dihadapi. 5. Jujur dan menepati janji. 6. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya. 7. Beri perhatian pada klien dna perhatikan kebutuhan dasar klien
Setelah diberikan askep selama
TUK 2 : ... menit dalam ..x pertemuan 1. Diskusikan kemampuan 1. Mendiskusikan tingkat Klien dapat diharapkan TU dan TUK dapat dan aspek positif yang kemampuan klien seperti mengidentifikasi tercapai dengan kriteria hasil : dimiliki klien. menilai realitas, control kemampuan dan 1. Klien dapat menyebutkan diri atau integritas ego aspek positif yang aspek positif dan diperlukan sebagai dasar dimilikinya kemampuan yang dimiliki asuhan keperawatannya. klien 2. Setiap bertemu hindarkan 2. Reinforcement positif 2. Aspek positif keluarga. dari memberi nilai negatif. akan meningkatkan harga 3. Aspek positif lingkungan diri klien. yang dimiliki klien. 3. Usahakan memberikan 3. Pujian yang realistik pujian yang realistik. tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya karena ingin Setelah diberikan askep selama mendapatkan pujian. TUK 3 : ... menit dalam ..x pertemuan Klien dapat menilai diharapkan TU dan TUK dapat kemampuan yang tercapai dengan kriteria hasil : 1. Diskusikan dengan klien 1. Keterbukaan dan digunakan 1. Klien menilai kemampuan kemampuan yang masih pengertian tentang yang dapat digunakan di dapat dilakukan dalam kemampuan yang RSJ sakit. dimiliki adalah prasarat 2. Klien menilai kemampuan untuk berubah. yang dapat digunakan 2. Keterbukaan dan 2. Pengertian tentang dirumah pasien. pengertian tentang kemampuan yang masih kemampuan yang dimiliki dimiliki klien memotivasi adalah prasarat untuk untuk tetap Setelah diberikan askep selama berubah. mempertahankan TUK 4 : ... menit dalam ..x pertemuan penggunaannya. Klien dapat diharapkan TU dan TUK dapay menetapkan dan tercapai dengan kriteria hasil : 1. Rencanakan bersama klien merencanakan aktifitas yang dapat kegiatan sesuai 1. Klien memiliki kemampuan dilakukan setiap hari sesuai 1. Membentuk individu dengan kemampuan yang akan dilatih, dengan kemampuan: yang bertanggung jawab yang dimiliki 2. Klien mecoba sesuai jadwal kegiatan mandiri, kegiatan terhadap dirinya sendiri. harian dengan bantuan sebagaian, kegiatan yang membutuhkan bantuan total. 2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien. 2. Klien perlu bertindak 3. Beri contoh pelaksanaan secara realistik dalam kegiatan yang boleh kehidupannya. dilakukan klien. 3. Contoh perilaku yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksanakan kegiatan. TUK 5 : Setelah diberikan askep selama 1. Beri kesempatan pada klien Klien dapat ... menit dalam ..x pertemuan untuk mencoba kegiatan melakukan kegiatan yang telah direncanakan. sesuai kondisi sakit diharapkan TU dan TUK dapat 1. Memberikan kesempatan dan kemampuannya tercapai dengan kriteria hasil : kepada klien mandiri 1. Klien melakukan kegiatan 2. Beri pujian atas dapat meningkatkan yang telah dilatih, keberhasilan klien motivasi dan harga diri 2. Klien mampu melakukan klien. beberapa kegiatan secara 3. Diskusikan kemungkinan 2. Reinforcement positif mandiri pelaksanaan di rumah. dapat meningkatkan harga diri klien. 3. Memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan kegiatan yang biasa dilakukan. 4. Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi keperawatan berdasarkan strategi pelaksanaan yang di buat. C. DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Lynda Juall.2006.Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta: EG Hawari, D. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: EGC Keliat, Budi Anna dkk. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC. Keliat & Akemat. 2005. Keperawatan Jiwa: terapi aktivitas kelompok. Jakarta: EGC. Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press NANDA NIC-NOC. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Jogja. Stuart, G. W. dan Sundeen, S.J. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC Townsend, Mary C. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri: Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Jakarta: EGC