Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

Disusun oleh :
Anak Setan

SMA NEGERI 1 DENPASAR


TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang Kerajaan Islam
di Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga saya berterima kasih pada (Ibu Kothi) selaku guru (.......) yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai dampak yang ditimbulkan dari sampah, dan juga bagaimana
membuat sampah menjadi barang yang berguna. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.

Bandung, Januari 2018

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
KATA PENGANTARA............................................................................. ii
DAFTAR ISI.............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 1
1.3 Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................. 3
2.1 Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri.......................................................... 3
2.2 Perkembangan Kerajaan Kediri................................................................. 4
2.3 Aspek Kehidupan Kerajaan Kediri............................................................ 4
2.4 Raja-raja yang pernah memerintah............................................................ 6
2.5 Sumber sejarah Kerajaan Kediri................................................................ 8
2.6 Runtuhnya Kerajaan Kediri ...................................................................... 9
BAB III PENUTUPAN.............................................................................. 11
3.1 Kesimpulan ..............................................................................................11
3.2 Saran 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kerajaan Kediri merupakan salah satu Kerajaan Hindu yang terletak di tepi Sungai
Brantas, Jawa Timur. Kerajaan yang berdiri pada abad ke-12 ini merupakan bagian dari
Kerajaan Mataram Kuno. Raja pertamanya bernama Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabu
yang menamakan dirinya sebagai titisan Wisnu.

Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri diawali dengan perintah Raja Airlangga yang
membagi kerajaan menjadi dua bagian, yakni Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri)
yang dibatasi dengan Gunung Kawi dan Sungai Brantas. Tujuannya supaya tidak ada
pertikaian. Kerajaan Janggala atau Kahuripan terdiri atas Malang dan Delta Sungai Brantas
dengan pelabuhan Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, Ibu Kotanya Kahuripan. Sedangkan
Kerajaan Panjalu (Kediri) meliputi, Kediri, Madiun, dan Ibu Kotanya Daha.

1.2 Rumusan Masalah

1) Dimana letak lokasi Kerajaan Kediri?


2) Bagaimana perkembangan Kerajaan Kediri?
3) Bagaimana aspek kehidupan Kerajaan Kediri?
4) Siapa saja Raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Kediri?
5) Apa saja sumber sejarah Kerajaan Kediri?
6) Apa penyebab runtuhnya Kerajaan Kediri?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah :
1) Umum :
 Mengetahui tentang berdiri Kerajaan Kediri
 Mengetahui sumber sejarah Kerajaan Kediri
 Mengetahui aspek kehidupan Kerajaan Kediri
 Mengetahui Raja-raja yang memerintah Kerajaan Kediri
 Mengetahui perkembangan Kerajaan Kediri
 Mengetahui sumber sejarah Kerajaan Kediri
 Mengetahui penyebab runtuhnya Kerajaan Kediri

2) Khusus :
Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia mengenai materi kelas X tentang
Kerajaan-Kerajaan pada masa Hindu-Budha di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah berdirinya Kerajaan Kediri

Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007, yang diyakini sebagai
peninggalan Kerajaan Kadiri diharapkan dapat membantu memberikan lebih banyak
informasi tentang kerajaan tersebut. Beberapa arca kuno peninggalan Kerajaan Kediri. Arca
yang ditemukan di desa Gayam, Kediri itu tergolong langka karena untuk pertama kalinya
ditemukan patung Dewa Syiwa Catur Muka atau bermuka empat.

Pada tahun 1041 atau 963 M Raja Airlangga memerintahkan membagi kerajaan
menjadi dua bagian. Pembagian kerajaan tersebut dilakukan oleh seorang Brahmana yang
terkenal akan kesaktiannya yaitu Mpu Bharada. Kedua kerajaan tersebut dikenal dengan
Kahuripan menjadi Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi oleh gunung
Kawi dan sungai Brantas dikisahkan dalam prasasti Mahaksubya (1289 M), kitab
Negarakertagama (1365 M), dan kitab Calon Arang (1540 M). Tujuan pembagian kerajaan
menjadi dua agar tidak terjadi pertikaian.

Kerajaan Jenggala meliputi daerah Malang dan delta sungai Brantas dengan
pelabuhannya Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, ibu kotanya Kahuripan, sedangkan
Panjalu kemudian dikenal dengan nama Kediri meliputi Kediri, Madiun, dan ibu kotanya
Daha. Berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan masing-masing kerajaan saling merasa
berhak atas seluruh tahta Airlangga sehingga terjadilah peperangan.

Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah kerajaannya karena
kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Putra yang bernama Sri Samarawijaya
mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Daha.
Sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama
Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan. Panjalu dapat dikuasai Jenggala dan
diabadikanlah nama Raja Mapanji Garasakan (1042 – 1052 M) dalam prasasti Malenga. Ia
tetap memakai lambang Kerajaan Airlangga, yaitu Garuda Mukha.

Pada awalnya perang saudara tersebut, dimenangkan oleh Jenggala tetapi pada
perkembangan selanjutnya Panjalu/Kediri yang memenangkan peperangan dan menguasai
seluruh tahta Airlangga. Dengan demikian di Jawa Timur berdirilah kerajaan Kediri dimana
bukti-bukti yang menjelaskan kerajaan tersebut, selain ditemukannya prasasti-prasasti juga
melalui kitab-kitab sastra. Dan yang banyak menjelaskan tentang kerajaan Kediri adalah hasil
karya berupa kitab sastra. Hasil karya sastra tersebut adalah kitab Kakawin Bharatayudha
yang ditulis Mpu Sedah dan Mpu Panuluh yang menceritakan tentang kemenangan
Kediri/Panjalu atas Jenggala.
2.2 Perkembangan Kerajaan Kediri

Dalam perkembangannya Kerajaan Kediri yang beribukota Daha tumbuh menjadi


besar, sedangkan Kerajaan Jenggala semakin tenggelam. Diduga Kerajaan Jenggala
ditaklukkan oleh Kediri. Akan tetapi hilangnya jejak Jenggala mungkin juga disebabkan oleh
tidak adanya prasasti yang ditinggalkan atau belum ditemukannya prasasti yang ditinggalkan
Kerajaan Jenggala. Kejayaan Kerajaan Kediri sempat jatuh ketika Raja Kertajaya (1185-
1222) berselisih dengan golongan pendeta. Keadaan ini dimanfaatkan oleh Akuwu Tumapel
Tunggul Ametung.

Namun kemudian kedudukannya direbut oleh Ken Arok. Diatas bekas Kerajaan Kediri
inilah Ken Arok kemudian mendirikan Kerajaan Singasari, dan Kediri berada di bawah
kekuasaan Singasari. Ketika Singasari berada di bawah pemerintahan Kertanegara (1268
1292), terjadilah pergolakan di dalam kerajaan. Jayakatwang, raja Kediri yang selama ini
tunduk kepada Singasari bergabung dengan Bupati Sumenep (Madura) untuk menjatuhkan
Kertanegara. Akhirnya pada tahun 1292 Jayakatwang berhasil mengalahkan Kertanegara dan
membangun kembali kejayaan Kerajaan Kediri.

2.3 Aspek Kehidupan Kerajaan Kediri

Adapun kehidupan politik, agama, ekonomi, sosial dan budaya pada masa Kerajaan
Kediri adalah sebagai berikut :

a. Kehidupan Politik
Raja pertama Kediri adalah Samarawijaya. Selama menjadi Raja Kediri, Samarawijaya
selalu berrselisih paham dengan saudaranya, Mapanji Garasakan yag berkuasa di Jenggala.
Keduanya merasa berhak atas seluruh takhta Raja Airlangga (Kerajaan Medang Kamulan)
yang meliputi hampir seluruh wilayah Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah. Akhirnya
perselisihan tersebut menimbulkan perang saudara yang berlangsung hingga tahun 1052.
Peperangan tersebut dimenangkan oleh Samarawijaya dan berhasil menaklukan Jenggala.

Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Jayabaya. Saat
itu wilayah kekuasaan Kediri meliputi
seluruh bekas wilayah Kerajaan Medang Kamulan. Selama menjadi Raja

Kediri, Jayabaya berhasil kembali menaklukan Jenggala yanga sempat memberontak


ingin memisahkan diri dari Kediri. Keberhasilannya tersebut diberitakan dalam prasasti
Hantang yang beraangka tahun 1135.

Prasasti ini memuat tulisan yang berbunyi Panjalu jayati yang artinya Panjalu
menang. Prasasti tersebut dikeluarkan sebagai piagam pengesahan anugerah dari Jayabaya
untuk penduduk Desa Hantang yang setia pada Kediri selam perang melawan Jenggala.

Sebagai kemenangan atas Jenggala, nama Jayabaya diabadikan dalam kitab


Bharatayuda. Kitab ini merupakn kitab yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh.
Bharatayuda memuat kisah perang perbutan takhta Hastinapura antara keluarga Pandhawa
daan Kurawa. Sejarah pertikaian anatar Panjalu dan Jenggala mirip dengan kisah tersebut
sehingga kitab Bharatayuda dianggap sebagai legitimasi (klaim) Jayabaya untuk memperkuat
kekuasaannya atas seluruh wilayah bekas Kerajaan Medang Kamulan.

Selain itu, untuk menunjukkan kebesaran dan kewibawaan sebagai Raja Kediri,
Jayabaya menyatakan dirinya sebagai keturunan Airlangga dan titisan Dewa Wisnu.
Selanjutnya ia mengenakan lencana narasinga sebagai lambang Kerajaan Kediri.

Pada masa pemerintahan Ketajaya Kerajaan Kediri mulai mengalami kemunduran.


Raja Kertajaya membuat kebijakan yang tidak populer dengan mengurangi hak-hak
brahmana. Kondisi ini menyebabkan banyak brahmana yang mengungsi ke wilayah Tumapel
yang dkuasai oleh Ken Arok. Melihat kejadian ini Kertajaya memutuskan untuk menyerang
Tumapel. Akan tetapi pertempuran di Desa Ganter, pasukan Kediri mengalami kekalahan dan
Kertajaya terbunuh. Sejak saat itu Kerajaan Kediri berakhir dan kedudukannya digantikan
oleh Singasari.

b. Kehidupan Agama
Masyarakat Kediri memiliki kehidupan agama yang sangat religius. Mereka menganut
ajaran agama Hindu Syiwa. Hal ini terlihat dari berbagai peninggalan arkeolog yang
ditemukan di wilayah Kediri yakni berupa arca-arca di candi Gurah dan Candi Tondowongso.
Arca-arca tersebut menunjukkan latar belakang agama Hindu Syiwa. Para penganut agama
Hindu Syiwa menyembah Dewa Syiwa, karena merekaa mempercayai bahwa Dewa Syiwa
dapat menjelma menjadi Syiwa Maha Dewa (Maheswara), Dewa Maha Guru, dan Makala.
Salah satu pemujaan yang dilakukan pendeta adalah dengan mengucapkan mantra yang
disebut Mantra Catur Dasa Syiwa atau empat belas wujud Syiwa.

c. Kehidupan Ekonomi
Perekonomian di Kediri bertumpu pada sektor pertanian dan perdagangan. Sebagai
kerajaan agraris, Kediri memiliki lahan pertanian yang baik di sekitar Sungai Brantas.
Pertanian menghasilkan banyak beras dan menjadikannya komoditas utama perdagangan.
Sektor perdagangan Kediri dikembangkan melalui jalur pelayaran Sungai Brantas. Selain
beras, barang-barang yang diperdagangkan di Kediri antara lian emas, perak, kayu cendana,
rempah-rempah, dan pinang.
Pedagang Kediri memiliki peran penting dalam perdagangan di wilyah Asia. Mereka
memperkenalkan rempah-rempah diperdagangan dunia. Mereka membawa rempah-rempah
ke sejumlah Bandar di Indonesia bagian barat, yaitu Sriwijay daan Ligor. Selanjutnya
rempah-rempah dibawa ke India, Teluk Persia, Luat Merah. Komoditas ini kemudian
diangkut oleh kapal-kapal Venesia menuju Eropa. Dengan demikian, melalui Kediri wilayah
Maluku mulai dikenal dalam lalu lintas perdagangan dunia.

d. Kehidupan Sosial Budaya


Pada masa pemerintahan Raja Jayabaya, struktur pemerintahan ‘
Kerajaan Kediri sudah teratur. Berdasarkan kedudukannya dalam pemerintahan, masyarakat
Kedri dibedakan menjadi tiga golongan sebagai berikut :
1. Golongan masyarakat pusat (kerajaan), yaitu masyarakat yang terdapat dalam lingkungan
raja dan beberapa kaum kerabatnya serta kelompok pelayannya.
2. Golongan masyarakat thani (daerah), yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas para
pejabat atau petugas pemerintahan di wilyah thani (daerah).
3. Golongan masyarakat nonpemerintah, yaitu golongan masyarakat yang tidak mempunyai
kedudukan dan hubungan dengan pemerintah secara resmi.
Kehidupan budaya Kerajaan Kediri terutama dalam bidang sastra berkembang pesat.
Pada masa pemerintahan Jayabaya kitab Bharatayuda berhasil digubah oleh Mpu Sedah dan
Mpu Panuluh. Selain itu Mpu Panuluh menulis kitab Hariwangsa dan Gatotkacasrayaa.
Selanjutnya pada masa pemerintahan Kameswara muncul kitab Smaradhahana yang ditulis
oleh Mpu Dharmaja serta kirab Lubdaka dan Wertasancaya yang ditulis oleh Mpu Tanakung.
Pada masa pemerintahan Kertajaya terdapat Pujangga bernama Mpu Monaguna yang menulis
kitab Sumansantaka dan Mpu Triguna yang menulis kitab Kresnayana.

2.4 Raja-Raja yang Pernah Memerintah

Kerajaan Kediri yang termasyhur pernah diperintah 8 raja dari awal berdirinya sampai
masa keruntuhan kerajaan ini. Dari kedelapan raja yang pernah memerintah kerajaan ini yang
sanggup membawa Kerajaan Kediri kepada masa keemasan adalah Prabu Jayabaya, yang
sangat terkenal hingga saat ini.
Adapun 8 raja Kediri tersebut urutannya sebagai berikut :
1. Sri Jayawarsa
Sejarah tentang raja Sri Jayawarsa ini hanya dapat diketahui dari prasasti Sirah Keting
(1104 M). Pada masa pemerintahannya Jayawarsa memberikan hadiah kepada rakyat desa
sebagai tanda penghargaan, karena rakyat telah berjasa kepada raja. Dari prasasti itu
diketahui bahwa Raja Jayawarsa sangat besar perhatiannya terhadap masyarakat dan
berupaya meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.

2. Sri Bameswara
Raja Bameswara banyak meninggalkan prasasti seperti yang ditemukan di daerah
Tulung Agung dan Kertosono. Prasasti seperti yang ditemukan itu lebih banyak memuat
masalah-masalah keagamaan, sehingga sangat baik diketahui keadaan pemerintahannya.

3. Prabu Jayabaya
Kerajaan Kediri mengalami masa keemasan ketika diperintah oleh Prabu Jayabaya.
Strategi kepemimpinan Prabu Jayabaya dalam memakmurkan rakyatnya memang sangat
mengagumkan. Kerajaan yang beribu kota di Dahono Puro, bawah kaki Gunung Kelud, ini
tanahnya amat subur, sehingga segala macam tanaman tumbuh menghijau.
Hasil pertanian dan perkebunan berlimpah ruah. Di tengah kota membelah aliran sungai
Brantas. Airnya bening dan banyak hidup aneka ragam ikan, sehingga makanan berprotein
dan bergizi selalu tercukupi.
Hasil bumi itu kemudian diangkut ke kota Jenggala, dekat Surabaya, dengan naik perahu
menelusuri sungai. Roda perekonomian berjalan lancar, sehingga Kerajaan Kediri benar-
benar dapat disebut sebagai negara yang “Gemah Ripah Loh Jinawi Tata Tentrem Karta
Raharja”.
Prabu Jayabaya memerintah antara tahun 1130 sampai 1157 Masehi. Dukungan spiritual dan
material dari Prabu Jayabaya dalam hal hukum dan pemerintahan tidak tanggung-tanggung.
Sikap merakyat dan visinya yang jauh ke depan menjadikan Prabu Jayabaya layak dikenang
sepanjang masa.
Jika rakyat kecil hingga saat ini ingat kepada beliau, hal itu menunjukkan bahwa pada
masanya berkuasa tindakan beliau yang selalu bijaksana dan adil terhadap rakyat.

4. Sri Sarwaswera
Sejarah tentang raja ini didasarkan pada prasasti Padelegan II (1159) dan prasasti
Kahyunan (1161). Sebagai raja yang taat beragama dan berbudaya, Sri Sarwaswera
memegang teguh prinsip “tat wam asi”, yang berarti “dikaulah itu, dikaulah (semua) itu,
semua makhluk adalah engkau”.
Menurut Prabu Sri Sarwaswera, tujuan hidup manusia yang terakhir adalah moksa, yaitu
pemanunggalan jiwatma dengan paramatma. Jalan yang benar adalah sesuatu yang menuju
arah kesatuan, sehingga segala sesuatu yang menghalangi kesatuan adalah tidak benar.

5. Sri Aryeswara
Berdasarkan prasasti Angin (1171), Sri Aryeswara adalah raja Kediri yang memerintah
sekitar tahun 1171. Nama gelar abhisekanya ialah Sri Maharaja Rake Hino Sri Aryeswara
Madhusudanawatara Arijamuka.
Tidak diketahui dengan pasti kapan Sri Aryeswara naik tahta. peninggalan sejarahnya berupa
prasasti Angin, 23 Maret 1171. Lambang Kerajaan Kediri pada saat itu Ganesha. Tidak
diketahui pula kapan pemerintahannya berakhir. Raja Kediri selanjutnya berdasarkan prasasti
Jaring adalah Sri Gandra.

6. Sri Gandra
Masa pemerintahan Raja Sri Gandra (1181 M) dapat diketahui dari prasasti Jaring, yaitu
tentang penggunaan nama hewan dalam kepangkatan seperti seperti nama gajah, kebo, dan
tikus. Nama-nama tersebut menunjukkan tinggi rendahnya pangkat seseorang dalam istana.

7. Sri Kameswara
Masa pemerintahan Raja Sri Gandra dapat diketahui dari Prasasti Ceker (1182) dan
Kakawin Smaradhana. Pada masa pemerintahannya dari tahun 1182 sampai 1185 Masehi,
seni sastra mengalami perkembangan sangat pesat, diantaranya Empu Dharmaja mengarang
kitab Smaradhana. Bahkan pada masa pemerintahannya juga dikeal cerita-cerita panji seperti
cerita Panji Semirang.

8. Sri Kertajaya
Berdasarkan prasasti Galunggung (1194), prasasti Kamulan (1194), prasasti Palah (1197),
prasasti Wates Kulon (1205), Nagarakretagama, dan Pararaton, pemerintahan Sri Kertajaya
berlangsung pada tahun 1190 hingga 1222 Masehi.
Raja Kertajaya juga dikenal dengan sebutan “Dandang Gendis”. Selama masa
pemerintahannya, kestabilan kerajaan menurun. Hal ini disebabkan Kertajaya ingin
mengurangi hak-hak kaum Brahmana.
Keadaan ini ditentang oleh kaum Brahmana. Kedudukan kaum Brahmana di Kerajaan Kediri
waktu itu semakin tidak aman. Kaum Brahmana banyak yang lari dan minta bantuan ke
Tumapel yang saat itu diperintah oleh Ken Arok.
Mengetahui hal ini Raja Kertajaya kemudian mempersiapkan pasukan untuk menyerang
Tumapel. Sementara itu Ken Arok dengan dukungan kaum Brahmana melakukan serangan ke
Kerajaan Kediri. Kedua pasukan itu bertemu di dekat Ganter (1222 M)

2.5 Sumber Sejarah Kerajaan Kediri

Adapun sumber sejarah Kerajaan Kediri berasal dari beberapa prasasti dan berita asing
sebagai berikut :
1. Prasasti Sirah Keting (1104 M), yang memuat tentang pemberian hadiah tanah kepada
rakyat desa oleh Raja Jayawarsa.
2. Prasasti yang ditemukan di Tulungagung dan Kertosono, yang berisi masalah keagamaan,
diperkirakan berasal dari Raja Bameswara tahun 1117 – 1130 M.
3. Prasasti Ngantang (1135 M), yang menyebutkan tentang Raja Jayabaya yang memberikan
hadiah kepada rakyat Desa Ngantang sebidang tanah perdikan yang bebas dari pajak. Baca
selengkapnya di Siapa sosok Prabu Jayabaya?
4. Prasasti Jaring (1181 M) dari Raja Gandra yang memuat tentang sejumlah nama hewan,
seperti kebo waruga dan tikus finada.
5. Prasasti Kamulan (1194 M), yang menyatakan bahwa pada masa pemerintahan Raja
Kertajaya, Kerajaan Kediri telah berhasil mengalahkan musuh yang memusuhi istana di
Katang-katang.
6. Berita Asing
Berita asing tentang Kerajaan kediri sebagian besar diperoleh dari berita Cina. Berita
Cina ini merupakan kumpulan cerita dari para pedagang Cina yang melakukan kegiatan
perdagangan di Kerajaan Kediri, seperti Chu Fan Chi karangan Chu Ju Kua (1220 M).
Buku ini banyak mengambil cerita dari buku Ling Wai Tai Ta (1778 M) karangan Chu Ik
Fei. Kedua buku tersebut menerangkan keadaan Kerajaan Kediri pada abad ke-12 dan 13
Masehi.

2.6 Runtuhnya Kerajaan Kediri

Kertajaya adalah raja terakhir kerajaan Kediri. Ia memakai lencana Garuda Mukha seperti
Ria Airlangga, sayangnya ia kurang bijaksana, sehingga tidak disukai oleh rakyat terutama
kaum Brahmana. Dalam masa pemerintahannya, terjadi pertentangan antara dirinya dan para
Brahmana hal inilah akhirnya menjadi penyebab berakhirnya Kerajaan Kediri.
Pertentangan itu disebabkan Kertajaya dianggap telah melanggar adat dan memaksa kaum
brahmana menyembahnya sebagai Dewa. Para Brahmana kemudian meminta perlindungan
pada Ken Arok di Singosari. Kebetulan Ken Arok juga berkeinginan memerdekakan Tumapel
(Singosari) yang dulunya merupakan bawahan Kediri. Tahun 1222 pecahlah pertempuran
antara prajurit Kertajaya dan pasukan Ken Arok di desa Ganter. Dalam peperangan ini,
pasukan Ken Arok berhasil menghancurkan prajurit Kertajaya. Dengan demikian berakhirlah
masa Kerajaan Kediri, yang sejak saat itu menjadi bawahan Kerajaan Singosari. Runtuhnya
kerajan Panjalu-Kediri pada masa pemerintahan Kertajaya dikisahkan dalam Kitab Pararaton
dan Kitab Negarakertagama.
Setelah Ken Arok mengangkat Kertajaya, Kediri menjadi suatu wilayah dibawah
kekuasaan Kerajaan Singosari. Ken Arok mengangkat Jayasabha, putra Kertajaya sebagai
Bupati Kediri. Tahun 1258 Jayasabha digantikan putranya yang bernama Sastrajaya. Pada
tahun 1271 Sastrajaya digantikan oleh putranya , yaitu Jayakatwang. Tahun 1292
Jayakatwang menjadi bupati geleng-geleng. Selama menjadi bupati, Jayakatwang
memberontak terhadap Singosari yang dipimpin oleh Kertanegara, karena dendam di masa
lalu dimana leluhurnya yaitu Kertajaya dikalahkan oleh Ken Arok. Setelah berhasil
membunuh Kertanegara, Jayakatwang membangun kembali Kerajaan Kediri, namun hanya
bertahan satu tahun. Hal itu terjadi karena adanya serangan gabungan yang dilancarkan oleh
pasukan Mongol dan pasukan menantu Kertanegara, Raden Wijaya.

BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Menurut sumber yang kami peroleh tentang Kerajaan Kediri maka dapat kami ambil
simpulan bahwa Kerajaan Kediri merupakan salah satu kerajaan Hindu yang terletak di tepi
Sungai Brantas, Jawa Timur. Kerajaan yang berdiri pada abad ke-12 ini merupakan bagian
dari Kerajaan Mataram Kuno. Raja pertamanya bernama Shri Jayawarsa Digjaya
Shastraprabu yang menamakan dirinya sebagai titisan Wisnu.

Kertajaya adalah raja terakhir kerajaan Kediri. Ia memakai lencana Garuda Mukha
seperti Ria Airlangga, sayangnya ia kurang bijaksana, sehingga tidak disukai oleh rakyat
terutama kaum Brahmana. Dalam masa pemerintahannya, terjadi pertentangan antara dirinya
dan para Brahmana hal inilah akhirnya menjadi penyebab berakhirnya Kerajaan Kediri.

3.2 Saran
Dengan adanya tugas Sejarah Indonesia membuat makalah mengenai Kerajaan
Hindu-Budha di Indonesia, maka kita diharapkan lebih mengetahui tentang sejarah kerajaan-
kerajaan di Indonesia salah satunya Kerajaan Kediri.
Menurut Ir. Soekarno beliau berkata “JASMERAH” Jangan Lupakan Sejarah, maka kita
penerima warisan (sejarah) hendaknya lebih giat lagi mencari pengetahuan mengenai sejarah-
sejarah masa lampau. Contoh kecil adalah mencari peristiwa apa saja yang terjadi sebelum
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian kita akan menambah rasa patriotisme
(cinta tanah air) yang sebagai pemuda-pemudi bangsa sangat penting memiliki jiwa tanah air,
guna membangun bangsa yang lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai