Anda di halaman 1dari 12

Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang


berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan sumber daya manusia.
Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan
suatu negara. Walau belum ada survey nasional, sejalan dengan perubahan gaya
hidup termasuk pola makan masyarakat indonesia diperkirakan penderita.
DM semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa keatas pada
status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulan penyakit DM belum
menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, walaupun diketahui
dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara komplikasi kronik pada
penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, sistem saraf, hati, mata, ginjal.
A. Pengertian
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang kompleks yang
melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak serta
berkembangnya komplikasi mikrovaskuler, makrovaskuler dan neurologist
(Long, 1996 : 4).
Diabetes militus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi. Glukosa secara
normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk dihati
dari makanan yang dikonsumsi (Brunner dan Suddarth, 2002).
B. Etiologi
Faktor penyebab terjadinya Diabetes Mellitus (Sjaifoellah, 1996 : 692) yaitu :
1. Faktor keturunan
Karena adanya kelainan fungsi atau jumlah sel–sel betha pancreas yang
bersifat genetic dan diturunkan secara autosom dominant sehingga
mempengaruhi sel betha serta mengubah kemampuannya dalam mengenali
dan menyebarkan rangsang yang merupakan bagian dari sintesis insulin.
2. Fungsi sel pancreas dan sekresi insulin berkurang
Jumlah glukosa yang diambul dan dilepaskan oleh hati dan yang
digunakan oleh jaringan perifer tergantung keseimbangan fisiologis
beberapa hormon. Hormon yang menurunkan glukosa darah yaitu insulin
yang dibentuk sel betha pulau pancreas.
3. Kegemukan atau obesitas
Terjadi karena hipertrofi sel betha pancreas dan hiperinsulinemia dan
intoleransi glukosa kemudian berakhir dengan kegemukan dengan diabetes
mellitus dan insulin insufisiensi relative.
4. Perubahan pada usia lanjut berkaitan dengan resistensi insulin
Pada usia lanjut terjadi penurunan maupun kemampuan insulin terutama
pada post reseptor.
C. Klasifikasi
Klasifikasi etiologis Diabetes Mellitus:

1. Diabetes Tipe satu


Disebabkan oleh distruksi sel Beta pulau langerhans, umumnya menjurus ke
defisiensi insulin absolut:
a. Autoimun
b. Idiopatik
Diabetes Tipe 1 disebut juga Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM).
Penderita kurus mudah menjadi koma, pengobatan tergantung insulin.
2. Diabetes Tipe dua
Dibebabkan kagagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Bervariasi mulai
resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatis disertai resistensi insulin.
Diabetes tipe dua ini disebut juga Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM).:
a. Penderita gemuk/dewasa tidak mudah koma.
b. Pengobatan tidak tergantung insulin
3. Diabetes Tipe lain
a. Defek genetik fungsi sel beta:
1) Maturity Onset Diabetes of the Young (MODY)1,2,3.
2) DANA Mitokondria
b. Defek genetik kerja insulin
c. Penyakit eksokrin pankreas
d. Pankreatitis
e. Tumor/pankreaktomi
f. Pankreatopati fibrokalkulus.
g. Endokrinopati: akromegali, sindrom cushing dan hipertiroidisme.
h. Karena obat/zat kimiaVacor, pentamidin, asam nikotinat
i. Glukokortikoid, hormon tiroid.
j. Tiazid, dilatin, interferon α dan lain-lain
k. Infeksi: Rubella kongenital, sitomegalovirus
l. Penyebab imunologi yang jarang: antibodi, anti insulin
m. Sindromgenetik lain yang berkaitan dengan diabetes mellitus: Sindrom
Down, Sindrom Klinefelter, Sindrom Turner.
4. Diabetes Mellitus Gestasional
Disebabkan oleh kehamilan apabila hamil kadar gula dalam darah
meningkat, tetapi jika tidak hamil kadar gulanya meningkat.
D. Pathofisiologi
Dalam keadaan normal jika terdapat insulin, asupan glukosa/produksi
glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan disimpan sebagai glikogen dalam
sel-sel hati dan sel-sel otot. Proses glikogenesis ini mencegah hiperglikemia
(kadar glukosa darah > 110 mg/dl). Pada pasien DM, kadar glukosa dalam darah
meningkat/tidak terkontrol, akibat rendahnya produk insulin/tubuh tidak dapat
menggunakannya, sebagai sel-sel akan starvasi. Bila kadar meningkat akan
dibuang melalui ginjal yang akan menimbulkan diuresi sehingga pasien banyak
minum (polidipsi). Glukosa terbuang melalui urin maka tubuh kehilangan
banyak kalori sehingga nafsu makan meningkat (poliphagi). Akibat sel-sel
starvasi karena glukosa tidak dapat melewati membran sel, maka pasien akan
cepat lelah.
E. Manifestasi Klinik
Gejala diabetes mellitus type 1 muncul secara tiba–tiba pada usia anak–anak
sebagai akibat dari kelainan genetika sehingga tubuh tidak memproduksi insulin
dengan baik. Gejala–gejalanya antara lain adalah sering buang air kecil, terus
menerus, lapar dan haus, berat badan turun, kelelahan, penglihatan kabur, infeksi
pada kulit yang berulang, meningkatnya kadar gula dalam darah dan air seni,
cenderung terjadi pada mereka yang berusia dibawah 20 tahun.
Sedangkan diabetes mellitus tipe II muncul secara perlahan–lahan sampai
menjadi gangguan kulit yang jelas, dan pada tahap permulaannya seperti gejala
pada diabetes mellitus type I, yaitu cepat lemah, kehilangan tenaga, dan merasa
tidak fit, sering buang air kecil, terus menerus lapar dan haus, kelelahan yang
berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya, mudah sakit yang berkepanjangan,
biasanya terjadi pada mereka yang berusia diatas 40 tahun tetapi prevalensinya
kini semakin tinggi pada golongan anak–anak dan remaja.
Gejala–gejala tersebut sering terabaikan karena dianggap sebagai keletihan
akibat kerja. Jika glukosa darah sudah tumpah ke saluran urine sehingga bila
urine tersebut tidak disiram akan dikerubungi oleh semut adalah tanda adanya
gula. Gejala lain yang biasa muncul adalah penglihatan kabur, luka yang lam
asembuh, kaki tersa keras, infeksi jamur pada saluran reproduksi wanita,
impotensi pada pria.
F. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan
komplikasi kronik (Carpenito, 2001).
1. Komplikasi Akut
Ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus yang penting dan berhubungan
dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka pendek, ketiga
komplikasi tersebut adalah (Smeltzer, 2002 : 1258)
a. Diabetik Ketoasedosis (DKA)
Ketoasedosis diabetik merupakan defisiensi insulin berat dan akut
dari suatu perjalanan penyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis
disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin
yang nyata ( Smeltzer, 2002 : 1258 )
b. Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)
Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang
didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai
perubahan tingkat kesadaran. Salah satu perbedaan utama KHHN dengan
DKA adalah tidak terdapatnya ketosis dan asidosis pada KHHN (Smetzer,
2002 : 1262)
c. Hypoglikemia
Hypoglikemia (Kadar gula darah yang abnormal yang rendah)
terjadi kalau kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60
mg/dl. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau
preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit
(Smeltzer, 2002 : 1256).

2. Komplikasi kronik
Diabetes Melitus pada adsarnya terjadi pada semua pembuluh darah diseluruh
bagian tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati Diabetik dibagi menjadi 2 yaitu
(Long 1996) :
a. Mikrovaskuler
1) Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan–perubahan
mikrovaskuler adalah perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Bila
kadar glukosa darah meningkat, maka mekanisme filtrasi ginjal akan
mengalami stress yang menyebabkan kebocoran protein darah dalam
urin (Smeltzer, 2002 : 1272)
2) Penyakit Mata (Katarak)
Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala penglihatan
sampai kebutaan. Keluhan penglihatan kabur tidak selalui disebabkan
retinopati (Sjaifoellah, 1996 : 588). Katarak disebabkan karena
hiperglikemia yang berkepanjangan yang menyebabkan pembengkakan
lensa dan kerusakan lensa (Long, 1996 : !6)
3) Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf - saraf perifer, sistem saraf
otonom, Medsulla spinalis, atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbital
dan perubahan–perubahan metabolik lain dalam sintesa atau fungsi
myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan
perubahan kondisi saraf (Long, 1996 : 17)
b. Makrovaskuler
1) Penyakit Jantung Koroner
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus
maka terjadi penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya
keseluruh tubuh sehingga tekanan darah akan naik atau hipertensi.
Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan
mengerasnya arteri (arteriosclerosis), dengan resiko penderita penyakit
jantung koroner atau stroke.
2) Pembuluh darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf – saraf sensorik,
keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak
terdeteksinya infeksi yang menyebabkan gangren. Infeksi dimulai dari
celah–celah kulit yang mengalami hipertropi, pada sel–sel kuku yang
tertanam pada bagian kaki, bagia kulit kaki yang menebal, dan kalus,
demikian juga pada daerah–daerah yang tekena trauma (Long, 1996:
17).
3) Pembuluh darah otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga
suplai darah ke otak menurun (Long, 1996 : 17)
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dilakukan sebagai penunjang diagnostik medis antara lain:
1. Pemeriksaan gula darah
Orang dengan metabolisme yang normal mampu mempertahankan
kadar gula darah antara 70-110 mg/dl (engliglikemi) dalam kondisi asupan
makanan yang berbeda-beda. Test dilakukan sebelum dan sesudah makan
serta pada waktu tidur.
2. Pemeriksaan dengan Hb
Dilakukan untuk pengontrolan DM jangka lama yang merupakan Hb
minor sebagai hasil dari glikolisis normal.
3. Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan urine dikombinasikan dengan pemeriksaan glukosa
darah untuk memantau kadar glukosa darah pada periode waktu diantara
pemeriksaan darah.
H. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin timbul pada pasien DM:
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit diabetus
mellitus seperti pengertian, penyebab, tanda dan gejala.
2. Resiko terjadi komplikasi lebih lanjut pada klien berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
3. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan berhubungan dengan kurang mengatur keuntungan
dan pemeliharaan rumah yang sehat.
I. Intervensi
Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
Resiko Infeksi Setelah dilakukan  Beri gejala DM.
tindakan keperawatan 2  Jelaskan pada
x 24 jam dengan kriteria keluarga tentang
hasil : pengartian DM,
Infection control : penyebab DM,
1. 1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi. tanda dan gejala
2. 2. Menunjukan kemampuan untuk mencegah DM.
timbulnya infeksi  kesempatan pada
3. Jumlah leukosit dalam batas normal keluarga untuk
Resiko terjadi 4. Menunjukan perilaku hidup sehat mengungkapkan
komplikasi lebih
lanjut pada klien Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama I Minggu
berhubungan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
dengan untuk mencegah komplikasi, keluarga juga mampu :  Kaji
ketidakmampuan1. Menyebutkan komplikasi DM. pengetahuan
keluarga merawat
2. Menyebutkan cara penanganan DM. keluarga tentang
anggota keluarga
3. Menyebutkan makanan yang tidak boleh di makan/bebas koplikasi DM,
yang sakit. dimakan, boleh dimakan tapi dibatasi. penanganan DM,
makanan yang
tidak boleh
dimakan/bebas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama I dimakan 
dan
Minggu keluarga mampu memelihara lingkungan yang boleh tapi
dapat meningkatkan kesehatan, keluarga juga mampu : dibatasi.
1. Menyebutkan arti rumah sehat.  Jelaskan pada
2. Menyebutkan ciri rumah sehat. keluarga tentang
3. Memodifikasi dan memelihara lingkungan yang sehat. 
komplikasi DM,
penanganan DM
dan makanan
yang tidak boleh
dimakan/bebas
dimakan dan
boleh tapi
dibatasi.
 Berikesempatan
pada keluarga
untuk
Ketidakmampuan mengungkapkan.
keluarga dalam  Beri
memelihara reiforcement
lingkungan yang positif pada
dapat
meningkatkan keluarga atas
kesehatan jawaban yang
berhubungan benar.
dengan kurang  Kaji
mengetahui pengetahuan
keuntungan dan keluarga tentang
pemeliharaan 
arti rumah sehat
rumah yang dan ciri rumah
sehat. sehat.
 Suport keluarga
untuk menjaga
kebersihan
lingkungan
rumah.
 Jelaskan pada
keluarga tentang
pentingnya
lingkungan yang
sehat bagi
peningkatan
derajat
kesehatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. (2002). Text book of Medical-Surgical Nursing. EGC.


Jakarta.

Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans.


Guidelines for planing and documenting patient care. Alih bahasa : I Made Kariasa,
Ni Made Sumarwati. EGC. Jakarta.

Prince A Sylvia. (1995). (patofisiologi). Clinical Concept. Alih bahasa : Peter


Anugrah EGC. Jakarta.

Carpenito, L.J. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Buku


Kedokteran EGC.
Sjaifoellah, N. (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Smeltzer, S. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Buku


Kedokteran EGC.

Long, B.C. (1996). Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan. Alih Bahasa, Yayasan Ikatan Alumni pendidikan Keperawatan
Padjadjaran. Bandung: YPKAI.
Path Ways
Penuaan, keturunan, infeksi, gaya hidup: Diit, kehamilan, obesitas

Sel beta pancreas rusak/terganggu

Produksi insulin

Katabolisme protein
Glukagon

BUN As. Amino


Hiperosmolalitas
Hiperglikemi 60>140 mg/dl
As. Laktat
Koma
Glukosuri
Glukoneogenesis
Kalori keluar

diuretic osmotic
Sel kelaparan Rasa lapar

Poliuri
Hilang prot. tubuh Prod. energi metabolisme Polifagi

Dehidrasi
Respon perd. darah lambat Kelelahan Rasa
Syok haus
Kelelahan

Polidipsi
< volume cairan
Resiko Infeksi
dan elektrolit
< Pengetahuan

Anda mungkin juga menyukai