Anda di halaman 1dari 24

SAINS SEBAGAI PRODUK, SIKAP, DAN PROSES

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Sains, Teknologi, dan Masyarakat
yang dibina oleh Drs. Kadim Masjkur, M.Pd. dan Erni Yulianti, S.Pd, M.Pd.

Oleh

Kelompok 2:

Aulia Varadila Slamet (150351601052)


Eltrida Hardiyanti (150351606702)
Mayakrisdayanti (150351604465)
Nila Fatmasari (150351600443)
Nur Habibah (150351601624)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Februari 2018

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sains sebagai Produk Ilmiah .............................................. 3
2.2 Sains sebagai Sikap Ilmiah................................................. 8
2.3 Sains sebagai Proses Ilmiah ............................................... 12
BAB III PENUTUP
Kesimpulan............................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Para ahli pendidikan sains memandang sains tidak hanya terdiri atas
produk yang terdiri dari fakta, konsep, dan teori yang dihafalkan, tetapi juga
terdiri atas kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dan sikap ilmiah
dalam mempelajari gejala alam yang belum dapat diterangkan. Secara garis besar
sains dapat didefinisikan terdiri atas tiga komponen, yaitu sikap ilmiah, proses
ilmiah, dan produk ilmiah. Ada tiga dimensi penting dalam mempelajari sains.
Dimensi pertama adalah konten atau isi dari ilmu pengetahuan, konsep dasar, dan
pengetahuan ilmiah. Dimensi ini merupakan dimensi ilmu pengetahuan yang
sangat penting dan umumnya menjadi bahan pemikiran pertama. Dimensi kedua
adalah kerja sains, yaitu keterampilan proses sains yang digunakan para ilmuwan
dalam melakukan kerja ilmiah. Dimensi ketiga adalah sikap ilmiah. Dimensi ini
fokus pada sikap dan “watak” yang menjadi karakter dari sains. Dimensi ini
mencakup hal-hal seperti rasa keingintahuan dan kemampuan imajinasi,
antusiasme dalam mengajukan pertanyaan dan menyelesaikan masalah. Selain itu,
sikap ilmiah yang diperlukan adalah penghargaan terhadap metode dan nilai-nilai
ilmiah.
Dalam sifat ketentatifan ilmu pengetahuan, guru tidaklah mungkin dapat
mengajarkan semua konten dalam ilmu pengetahuan. Siswa dalam
keterbatasannya pun tidak mungkin dapat mengetahui semua fakta-fakta yang
telah ditemukan oleh para ilmuwan. Oleh karena itu, hal yang paling rasional
dapat dilakukan adalah siswa harus memahami metodologi kerja sains dan
memiliki keterampilan dalam kerja ilmiah atau keterampilan proses sains. Dengan
hal itu, siswa memiliki kompetensi untuk dapat mengembangkan sendiri
pengetahuannya. Oleh karena itu, dalam konteks pembelajaran sains pun harus
dirancang sebagaimana desain tiga dimensi sains yaitu konten/produk
pengetahuan, proses ilmiah dan sikap ilmiah.
Dari pemikiran di atas, dapat dikemukakan bahwa pembelajaran sains
haruslah mengintegrasikan antara pembelajaran keterampilan kerja ilmiah sebagai

1
proses penemuan dan pembentukan pengetahuan, pembelajaran konsep dasar
pengetahuan sains sebagai konten/produk sains, dan pembelajaran sikap ilmiah.
Maka penting untuk mengetahui penjelasan bahwa sains dapat didefinisikan atas
tiga komponen yaitu (1) sikap ilmiah, (2) proses ilmiah , dan (3)produk ilmiah
yang nantinya akan dibahas lebih rinci dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, masalah yang akan
dikaji dalam makalah dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud sains sebagai produk ilmiah?
2. Apa yang dimaksud sains sebagai sikap ilmiah?
3. Apa yang dimaksud sains sebagai proses ilmiah?

1.3 Tujuan Penulisan


Makalah ini disusun dengan tujuan :
1. Mengetahui dan memahami sains sebagai produk ilmiah
2. Mengetahui dan memahami sains sebagai sikap ilmiah
3. Mengetahui dan memahami sains sebagai proses ilmiah

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sains sebagai Produk Ilmiah


Kedudukan sains sebagai produk dapat didefinisakan sebagai suatu hasil
dari setiap kegiatan ilmiah. Produk dari sains dapat menghasilkan suatu informasi
yang sangat berharga bagi keberlangsungan hidup manusia. Hakikat IPA sebagai
produk adalah hasil yang diperoleh setelah melakukan pengamatan atau observasi
yang tersusun secara sistematis dan lebih sederhana sesuai dengan pemahaman
dan kemampuan anak. Produk sains mencakup istilah, fakta, konsep, prinsip, dan
teori dalam berbagai bidang.
1. Fakta sains
Fakta merupakan produk sains yang paling dasar. Menurut Samatowa
(2006) fakta adalah pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar
ada, atau peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi dan sudah dikonfirmasi
secara obyektif.
Fakta-fakta merupakan dasar dari konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan
teori-teori. Fakta menunjukkan kebenaran dan keadaan suatu fenomena yang
terjadi tanpa adanya manipulasi. Faktual, benar adanya. Fakta dalam sains adalah
pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar ada atau peristiwa
yang benar-benar terjadi dan sudah dikonfirmasi secara objektif. karena fakta-
fakta diperoleh dari hasil observasi, maka fakta-fakta merepresentasikan apa yang
dapat dilihat.
Fakta adalah bentuk informasi yang harus diingat oleh siswa. Termasuk
waktu kejadian, nama orang atau peristiwa yang harus diingat. Seringkali, dua
buah kriteria berikut ini digunakan untuk mengidentifikasi sebuah fakta yaitu :
a. dapat diamatai secara langsung
b. dapat didemonstrasikan kapan saja
Oleh karena itu, fakta-fakta terbuka bagi siapapun yang ingin mengamatinya.
Namun, kita harus ingat bahwa dua kriteria di atas tidak selalu berlaku karena ada
informasi faktual yang hanya terjadi sekali dalam jangka waktu yang sangat lama.

3
Contoh produk sains yang merupakan fakta adalah:
─ Gula rasanya manis
─ Air membeku pada suhu 0°C
─ Atom hydrogen memiliki satu electron.
─ Merkurius adalah planet terdekat dengan matahari
─ Ular termasuk golongan reptilian
─ Logam tenggelam dalam air
─ Bentuk bulan yang terliahat dari bumi berubah-ubah
─ Katak berkembang biak dengan cara bertelur (Samatowa, 2006).

2. Konsep sains
Konsep merupakan gambaran umum dari suatu idea atau gagasan dari
sistem penalaran. Biasanya gambaran umum yang bersifat abstrak. Dalam arti
yang lebih luas kita harus memberikan batas atau ruang lingkup agar jelas
berbeda sesuatu dengan yang lain, baik bentuk, sifat, atau material dari idea atau
gagasan tersebut.
Konsep adalah abstraksi dari kejadian-kejadian, banda-benda, atau gejala
yang memiliki sifat tertentu atau lambang. Misalnya pada bunga plamboyan,
anggrek, mawar, dan kenanga. Pada semua jenis tumbuhan ini terdapat ciri-ciri,
yaitu mekar, bertangkai, berwarna, sedap dipandang, dan berbenang sari. Semua
ciri-ciri tu ditangkap atau dikumpulkan dalam pengertin bunga. Jadi tumbuhan
yang mana saja atau dimana saja selama memilik ciri-ciri tersebut, akan disebut
bunga. Konsep juga merupakan konstruksi mental yang digunakan untuk
menginterprestasika hasil observasi ikan, misalnya, ikan memiliki karakteristik
tertentu yang membedakannya dengan reptil dan mamalia. Menurut Woodruf
konsep adalah suatu gagasan/ide yang relatif sempurna dan bermakna, suatu
pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang berasal dari cara seseorang
membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui
pengalamannya (setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda).
Konsep dibedakan menjadi dua jenis, yaitu konsep konkret dan konsep
yang harus didefinisikan. Konsep Konkret adalah pengertian yang menunjuk pada
objek-objek dalam lingkungan fisik, seperti meja, kursi, tumbuhan, rumah dan

4
mobil. Dalam IPA hal ini dapat dinyatakan dengan konsep Hewan Mamalia
adalah hewan yang berkembang biak dengan cara melahirkan, berkaki empat, dan
memiliki bulu-bulu pada kulitnya. Konsep yang harus didefinisikan adalah konsep
yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung rujuk pada realits dalam
lingkungan fisik, karena realitas itu tidak berbeda dan hanya dapat dirasakan
keberadaannya melalui proses mental. Misalnya saudara sepupu, saudara
kandung, paman, bibi, belajar, dan perkawinan. Untuk memberikan pengertian
pada semua kata itu diperlukan konsep yang didefiniskan dengan menggunkan
lambing bahasa. Misalnya A adalah saudara sepupu B kata saudara sepupu
dijelaskan, yaitu anak paman atau anak bibi. Penjelasan kata sepupu inilah yang
dmaksud dengan konsep yang didefinisiakan (Rusman, 2017)
Contoh konsep dalam sains:
1) Hewan berdarah dingin adalah hewan yang menyesuaikan suhu
tubuhnya dengan suhu lingkungannya.
2) Satelit adalah benda angkasa yang bergerak mengelilingi planet.
3) Air adalaha zat yang molekulnya tersusun atas 2 atom hidrogen dan 1
atom oksigen.
4) Konsep tentang perpindahan. Nama dari konsep adalah perpindahan,
definisinya adalah sebuah vektor yang arahnya dari benda pada
kedudukan awal menuju kedudukan akhir dan mempunyai besar yang
sama dengan jarak terpendek antara dua kedudukan.
3. Prinsip sains
Prinsip adalah kemampuan untuk menggabungkan beberapa kaidah
sehingga terjadi pemahaman yang lebih tinggi yang membantu memecahkan
masalah suatu problem atau masalah. Prinsip merupakan pernyataan yang berlaku
bagi sekolompok gejala tertentu yang mampu menjelaskan suatu kejadian. Prinsip
diperoleh lewat proses induksi dari hasil berbagai macam observasi.
Prinsip atau azas dalam Ilmu Pengetahuan Alam dapat diartikan sebagai
suatu pernyataan yang mengandung kebenaran yang bersifat mendasar dan
berlaku umum. Prinsip atau azas inilah yang sebenarnya melandasi kebenaran
suatu hukum. Jika hukum mempunyai cakupan yang luas, maka
prinsip mempunyai cakupan yang terbatas, misalnya prinsip Archimedes atau

5
prinsip Pascal. Prinsip dan hukum memiliki kemiripan, hanya pernyataan sebuah
prinsip kurang umum, sedangkan pernyataan yang dikategorikan ke dalam
hukum memiliki cakupan yang luas. Contoh produk sains yang merupakan prinsip
ialah :
a. Semakin besar besar intensitas cahaya, semakin efektif proses
fotosintesis
b. Larutan yang bersifat asam bila dicampur dengan larutan yang bersifat
basa akan membentuk garam dan bersifat netral.
Contoh lain produk sains yang merupakan prinsip ialah udara yang
dipanaskan memuai, adalah prinsip yang menghubungkan konsep-konsep udara,
panas, dan pemuaian. Prinsip ini menyatakan jika udara dipanaskan maka akan
memuai. Contoh selanjutnya yaitu semakin besar kuat cahaya, hasil fotosintesis
semakin banyak. Selain itu larutan yang bersifat asam bila yang dicampur dengan
larutan yang bersifat basa akan membentuk garam yang bersifat netral (Samatowa,
2006).

4. Hukum sains
Hukum pada hakikatnya merupakan pernyataan hubungan antara dua
variable atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat. Hukum merupakan
pernyataan yang singkat tapi bersifat umum dalam menjelaskan perilaku alam.
Terkadang pernyataan itu membentuk suatu persamaan atau hubungan, misalnya
Hukum II Newton. Suatu pernyataan disebut hukum jika secara eksperimental
berlaku secara luas. Hukum-hukum ilmiah bersifat deskriptif; menjelsakan
bagaimana alam berprilaku, tidak menjelsakan bagaimana alam harus berprilaku.
Berbeda dengan hokum politik yang preskriptif, di mana menjelaskan bagaimana
manusia harus beprilaku. Suatu pernyataan disebut hukum jika validitasnya telah
teruji secara luas. Walaupun demikian, jika terdapat informasi-informasi baru
yang muncul maka hukum-hukum tertentu harus disesuaikan, bahkan harus
dilenyapkan. Kekhasan hukum dapat ditunjukkan dari hal berikut :
─ Bersifat lebih kekal karena telah berkali-kali mengalami pengujian.
─ Pengkhususannya dalam menunjukkan hubungan antar variable.

6
Contoh:
─ Hukum ohm menunjukkan hubungan antara hambatan dengan kuat arus dan
tegangan listrik, yaitu ”besarnya hambatan sebanding dengan besarnya
tegangan listrik tetapi berbanding terbalik dengan kuat arusnya”. Hukum
tersebut secara matematis dibahasakan dalam bentuk persamaan :
R=V
dimana :
R = tahanan
V = tegangan
I = kuat arus
─ Hukum Avogadro menjelaskan tentang hubungan antara jumlah molekul
dengan volume suatu gas yaitu: “pada suhu dan tekanan yang sama, semua
gas yang volumenya sama mengandung jumlah molekul yang sama banyak”.
(Samatowa, 2006).

5. Teori sains
Teori adalah seperangkat pengetahuan. Menurut Kerlinger (1973) yang
terjemahannya sebagai berikut. “Suatu teori adalah seperangkat pengertian
(konsepsi) definisi dan proposisi yang saling berkaitan yang menyajikan suatu
pandangan yang sistematis dari berbagai fenomena dengan mengungkapkan
adanya hubungan yang spesifik antar variabel, dengan tujuan untuk menjelaskan
dan meramalkan fenomena-fenomena tersebut.”
Teori memiliki tiga fungsi, yaitu:
a. Menjelaskan, yang dijelaskan bisa saja berupa suatu hukum, bisa juga
suatu gejala alam yang sederhana, dan dapat pula hubungan antar
berbagai gejala alam.
b. Memahamkan, fakta-fakta dari gejala alam yang berserakan di atas
bumi
dan alam semesta ini bila dirapihkan atau dibuat menjadi teratur dan
sistematis maka akan mudah dipahami adanya saling keterkaitan secara
teratur satu terhadap yang lain mengikuti ‘hukum alam’.

7
c. Meramalkan, dari keteraturan ataupun sistematisasi fakta-fakta atau
fenomena alami tadi dapat pula ditarik suatu kesimpulan atau ramalan.

Teori merupakan usaha intelektual yang sangat keras karena ilmuwan harus
berhadapan dengan kompleksitas dan kenyataan yang tidak jelas dan tersembunyi
dari pengamatan langsung. Gagasan ini menjadi jelas ketika orang merujuk teori
atom, yang menyatakan bahwa seluruh benda tersusun atas partikel-partikel yang
sangat kecil yang disebut dengan atom. Gambaran visual ini akan lebih sukar
diterima ketika kita meninjau salah satu aspek teori yang menyatakan bahwa
sebuah atom sebenarnya 99,99 % kosong. Teori juga merupakan kerangka yang
lebih luas dari fakta-fakta, data-data, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang
saling berhubungan. Teori ini dapat berubah jika ada bukti-bukti baru yang
berlawanan dengan teori tersebut. Teori juga merupakan hubungan antara dua
konsep atau lebih. Jika dua konsep digabungkan dan di kaitkan, akan
menghasilkan sebuah teori.

Contoh produk sains yang merupakan teori adalah :


─ Teori Meteorologi memprediksi kapan akan mulai musim penghujan atau
menjelaskan mengapa terjadi gelombang tsunami.
─ Teori Atom menjelaskan bagaimana kekekalan massa baik sebelum reaksi
maupun sesudah reaksi kimia terjadi.
─ Teori Geosentrik alam semesta yang menonjol lima ratus tahun yang lalu
sekarang hanya merupakan bagian dari segala dan tidak berklaku lagi.
Untuk mendapatkan produk sains seperti tersebut diatas para ilmuan
melakukan kegiatan yang dikenal dengan proses sains. Oleh karena itu sains
sebagai suatu produk tidak bisa lepas dari sains sebagai suatu proses (Samatowa,
2006).

2.2 Sains sebagai Sikap Ilmiah


Sikap menurut Winkel merupakan suatu kecenderungan untuk menerima
atau menolak suatu obyek tersebut sebagai obyek yang berharga atau baik dan
obyek yang tidak berharga atau tidak baik. Dalam Dictionary of Psychology,
menyatakan bahwa istilah sikap (attitude) berasal dari bahasa Latin, "aptitude"
yang berarti kemampuan, sehingga sikap dijadikan acuan apakah seseorang

8
mampu atau tidak mampu pada pekerjaan tertentu (Reber, 1985). Berdasarkan
pada pengertian di atas pada dasarnya sikap bukan merupakan suatu perilaku,
tetapi merupakan suatau kecenderungan atau prediposisi dari perilaku. Seperti
dikemukakan Wirawan yang memberikan pengertian bahwa sikap merupakan
suatu kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal
tertentu. Manifestasi dari sikap tidak dapat langsung terlihat tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Calhoun ( 1997)
mengemukakan bahwa sikap adalah sekelompok keyakinan dan perasaan yang
melekat tentang obyek tertentu dan suatu kecenderungan untuk bertindak terhadap
obyek tersebut dengan suatu cara tertentu. Kemudian Smith ( 1992) memberikan
definisi bahwa sikap merupakan perpaduan dari kepercayaan seseorang terhadap
obyek dengan kata lain sikap merupakan kecenderungan umum untuk merespon
secara konsisten yang terpola pada pemikiran, perasaan dan kecenderungan. Jadi
dalam hal ini sikap berhubungan dengan perasaan seseorang terhadap obyek
tertentu yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan obyek
tersebut.
Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan
atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah. Mulyati Arifin
mengatakan Sikap ilmiah dapat diartikan sebagai sikap yang memiliki perhatian
besar terhadap ilmu pengetahuan atau kebiasaan berpikir ilmiah. Sikap ilmiah
adalah sikap tertentu yang diambil dan dikembangkan oleh ilmuwan untuk
mencapai hasil yang diharapkan (Iskandar, 1997: 11). Sikap Ilmiah sebagai
sebuah karakter Ilmuwan sains. Sikap ilmiah ini mencakup hal-hal seperti rasa
keingintahuan dan kemampuan imajinasi, antusiasme dalam mengajukan
pertanyaan dan menyelesaikan masalah. Selain itu, sikap ilmiah yang diperlukan
adalah penghargaan terhadap metode dan nilai-nilai ilmiah. Metode ilmiah dan
nilai ilmiah tersebut diperlukan dalam menjawab pertanyaan dengan
menggunakan berbagai macam fakta atau bukti, serta ketelitian dalamn
menemukan data. Lebih dari itu, sikap ilmiah yang penting adalah bahwasanya
pengetahuan dan teori ilmiah berubah setiap saat berdasarkan perkembangan
informasi (Nuryani, 1990). Menurut Toharudin, dkk (2011) sikap ilmiah
merupakan kecenderungan individu untuk bertindak atau berperilaku dalam

9
memecahkan masalah sistematis melalui langkah-langkah ilmiah. Jika sikap
ilmiah yang baik telah tertanam kepada diri seorang siswa maka diharapkan sikap
ini juga akan tetap melekat dalam kehidupannya sehari-hari.
Sikap sikap ilmiah meliputi:
a. Obyektif terhadap fakta.
Obyektif artinya menyatakan segala sesuatu tidak dicampuri oleh
perasaan senang atau tidak senang. Merupakan menghakimi sesuatu
berdasar fakta. Sikap ini akan mendorong pelaku ilmiah untuk jujur dan
tidak mengambil untung untuk keperluan pribadi atau kelompok. Contoh:
Seorang peneliti menemukan bukti bahwa pengukuran luas benda volume
benda 0,0034 m3 , maka ia harus mengatakan juga 0,0034 m3
b. Tidak tergesa-gesa
Dalam mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang
mendukung kesimpulan itu. Contoh: Ketika seorang ilmuwan menemukan
hasil pengamatan suatu burung mempuyai paruh yang panjang dan lancip,
maka dia tidak segera mengatakan semua burung paruhnya panjang dan
lancip, sebelum data-datanya cukup kuat mendukung kesimpulan tersebut.
c. Berhati terbuka
Artinya bersedia menerima pandangan atau gagasan orang lain,
walaupun gagasan tersebut bertentangan dengan penemuannya sendiri.
Sementara itu, jika gagasan orang lain memiliki cukup data yang
mendukung gagasan tersebut maka ilmuwan tersebut tidak ragu menolak
temuannya sendiri.
d. Sikap mencari kebenaran.
Sikap yang akan membantu pelaku ilmiah dalam menghadapi suatu
masalah yang timbul. Karena sikap ini mendorong pelaku ilmiah untuk
mancari kesesuaian antara pikiran dan kenyataan.
e. Skeptis
Skeptis adalah ragu akan suatu gagasan atau pikiran orang lain
disertai dengan alasan yang masuk akal. Sikap ini menjauhkan diri pelaku
ilmiah dari sikap mudah percaya dan membangun sikap kepercayaan

10
didasarkan atas pengalaman pribadi dan bukan atas pengalaman orang
lain.
f. Sikap yang menyadari bahwa kebenaran sains tidak pernah mutlak.
Sejarah sains mengungkapkan bahwa kemampuan manusia untuk
melihat kenyataan semakin meningkat sejalan dengan kecanggihan alat
yang digunakan. Hal ini berarti bahwa temuan sains itu bersifat tentatif
dan terus akan berkembang
g. Bersikap hati-hati.
Sikap hati-hati ini ditunjukkan oleh ilmuwan dalam bentuk cara
kerja yang didasarkan pada sikap penuh pertimbangan, tidak ceroboh,
selalu bekerja sesuai prosedur yang telah ditetapkan, termasuk di
dalamnya sikap tidak cepat mengambil kesimpulan. Pengambilan
kesimpulan dilakukan dengan penuh kehati-hatian berdasarkan fakta-fakta
pendukung yang benarbenar akurat.
h. Sikap ingin menyelidiki atau keingintahuan (couriosity) yang tinggi.
Bagi seorang ilmuwan hal yang dianggap biasa oleh orang pada
umumnya, hal itu merupakan hal penting dan layak untuk diselidiki.
Contoh: Orang menganggap hal yang biasa ketika melihat benda-benda
jatuh, tetapi tidak biasa bagi seorang Issac Newton pada waktu itu. Beliau
berpikir keras mengapa buah apel jatuh ketika dia sedang duduk istirahat
di bawah pohon tersebut. Pemikiran ini ditindaklanjuti dengan menyelidiki
selama bertahuntahun sehingga akhirnya ditemukannya hukum Gravitasi.
i. Sikap tidak putus asa.
Orang yang berkecimpungan dalam sains sebenarnya adalah orang-
orang yang mencari kebenaran.Sesuai dengan metode ilmiah dimana
apabila hipotesis ditolak, maka harus ditelusuri kembali dari awal, dan
demikian seterusnya. Hasil yang diharapkan adalah sikap tidak mudah
putus asa.
j. Sikap optimis.
Proses sains sebenarnya dalam rangka untuk mencari suatu
kebenaran. Dalam proses pencarian kebenaran , tentunya banyak masalah
yang yang nantinya dapat menghalangi proses pencarian kebenaran

11
tersebut. Dan tentunya para ilmuan mempunyai anggapan bahwa suatu
masalah itu pasti dapat dipecahkan dan pasti ada jalan keluarnya.
k. Sikap yang menyakini adanya tatanan alami yang teratur dalam alam
semesta.
Sains sebenarnya hanya mengungkapkan kembali keteraturan-
keteraturan yang telah ada di alam semesta ini. Temuan-temuan sains
yang berbentuk kaidah-kaidah atau hukum-hukum alam ternyata sangat
konsisten dengan aturan-aturannya, sehingga orang menyadari bahwa alam
semesta ini ditata dengan sangat teratur. Oleh karena itu dampak dari sikap
yang menyakini adanya tatanan alami yang teratur dalam

Beberapa sikap ilmiah yang perlu dikembangkan. Mahar Marjono


mengemukakan empat sikap pokok yang harus dikembangkan dalam Sains yaitu,
“(a) curiosity, (b) inventiveness, (c) critical thinking, and (d) persistence”.
Keempat sikap ini sebenarnya tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang
lainnya karena saling melengkapi. Sikap ingin tahu (curiosity) mendorong akan
penemuan sesuatu yang baru (inventiveness) yang dengan berpikir kritis (critical
thinking) akan meneguhkan pendirian (persistence) dan berani untuk berbeda
pendapat.

2.3 Sains sebagai Proses Ilmiah


2.3.1 Pengertian Sains sebagai Proses Ilmiah
Sains sebagai proses biasanya identik dengan keterampilan untuk
mengkaji fenomena-fenomena alam melalui cara tertentu untuk memperoleh ilmu
serta perkembangan ilmu selanjutnya. Selain itu konsep yang dapat digunakan
akan bertahan lama dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari (Soedjana, 2013). Sains sebagai proses merujuk pada suatu
aktivitas ilmiah yang dilaksanakan oleh para ahli sains. Setiap aktivitas limiah
mempunyai ciri-ciri rasional, kognitif, dan bertujuan. Sains bukanlah sebuah seni,
bukanlah sebuah teknologi, dan bukan pula agama (Toharudin, 2011).
Ilmuwan menggunakan beraneka ragam prosedur empiris dan analitik
dalam usahanya mengungkap realitas semesta. Prosedur inilah yang lebih dikenal
sebagai proses sains. Aspek proses, yaitu suatu cara atau metode memperoleh

12
pengetahuan. Metode ini disebut dengan metode keilmuwan. Metode keilmuwan
yang baku saat ini merupakan hasil perkembangan sebelumnya. Metode
keilmuwan merupakan perpaduan antara rasionalisme yang meyakini bahwa
pengetahuan dapat diperoleh melaui pikiran dan empirisme yang meyakini bahwa
pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman. Metode keilmuwan memiliki
enam kerangka dasar prosedur yaitu sadar akan adanya masalah dan perumusan
masalah, pengamatan dan pengum-pulan data yang relevan, penyusunan atau
klasifikasi data, perumusan hipo-tesis, deduksi dan hipotesis, serta tes dan
pengujian kebenaran hipotesis (Sarkim, 1998).
Berdasarkan kajian dari tiga pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
sains sebagai proses ilmiah dapat diartikan sebagai suatu proses yang identik
dengan aktivitas ilmiah yang mengkaji fenomena alam untuk menemukan
pengetahuan yang baru dengan menggunakan metode keilmuwan. Sehingga sains
sebagai proses dapat digunakan untuk mengembangkan produk sains.

2.3.2 Pengertian Keterampilan Proses Sains


Seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan memerlukan keterampilan.
Seorang ilmuwan (saintis) dalam melakukan serangkaian proses sains atau metode
ilmiah juga diperlukan keterampilan. Keterampilan yang diperlukan dalam
melakukan kegiatan metode ilmiah disebut sebagai keterampilan proses sains.
Menurut Herlen (dalam Indrawati, 1999) keterampilan proses ( prosess-skill )
sebagai proses kognitif termasuk di dalamnya juga interaksi dengan isinya
(content). Menurut Indrawati (1999) mengemukakan bahwa. "Keterampilan
Proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif
maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau
prinsip atau teori , untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya,
ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi)".
Keterampilan proses sains merupakan keterampilan intelektual yang khas,
yang digunakan untuk memahami fenomena apa saja yang telah terjadi.
Keterampilan proses ini diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan, dan
menerapkan konsep-konsep, prinsip, hukum dan teori–teori sains. Melalui
keterampilan proses sains, seseorang dapat melakukan proses seperti yang dialami

13
dan pernah dilakukan oleh ilmuwan ketika mereka berusaha memecahkan misteri-
misteri alam. Keterampilan proses dapat menjadi roda penggerak penemuan,
pengembangan fakta dan konsep, serta penumbuhkembangan sikap, wawasan, dan
nilai (Toharudin, 2011).
Berdasarkan kajian terhadap dua pendapat diatas, dapat disimpulkan
bahwa keterampilan proses sains merupakan serangkaian proses sains yang
mencangkup aspek-aspek yang dilakukan oleh para saintis dalam menyelesaikan
masalah dan menentukan produk sains. Sehingga melalui keterampilan proses
sains bisa menumbuhkembangkan sikap, wawasan, dan pengembangan produk
sains. Menurut Funk dalam Dimyati dan Mudjiono (2009) mengutarakan bahwa
ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses dalam bidang kajian IPA.
Keterampilan-keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan proses dasar (basic
skills) dan keterampilan proses terpadu (integrated skills).
Menurut Toharudin (2011) Keterampilan proses dasar merupakan bagian
yang membentuk landasan metode-metode ilmiah. Berikut ada enam keterampilan
proses dasar, sebagai berikut.
1. Pengamatan ( observation)
Kemampuan mengamati merupakan kemampuan paling dasar dalam
proses dan memperoleh ilmu. Keterampilan proses juga hal terpenting
untuk dapat mengembangkan dan melakukan keterampilan proses
selanjutnya. Tindakan mengamati merupakan tanggapan terhadap objek
dan peristiwa alam dengan pancaindera. Kegiatan mengamati terdiri dari
dua jenis. Satu kualitatif, yaitu menggunakan pancaindera dan
pengamatan. Dua kualitatif, yaitu menggunakan alat bantu yang sudah
dibakukan, seperti thermometer untuk mengetahui suhu, penggaris untuk
mengetahui panjang suatu objek.
2. Menggolongkan atau mengklasifikasi (classification)
Mengklasifikasi merupakan suatu sistematika yang digunakan
untuk mengatur objek-objek ke dalam sederetan kelompok tertentu.
Kegiatannya antara lain: mencari persamaan objek-objek dalam suatu
susunan berdasarkan sifat dan fungsinya yang dilakukan dengan
membandingkan, mencari dasar pengklasifikasian objek-objek dengan

14
mengkontraskan serta menggolongkan berdasarkan pada satu atau lebih
ciri/sifat atau fungsinya.
3. Mengkomunikasikan (communication)
Mengkomunikasikan meliputi kegiatan menempatkan data-data ke dalam
beberapa bentuk yang dapat dimengerti oleh orang lain. Kegiatan ini
melibatkan kemampuan mengutarakan dalam bentuk lisan, tulisan,
gambar, grafik, dan persamaan.
4. Pengukuran(measurement)
Mengukur diartikan sebagai cara membandingkan sesuatu yang diukur
dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.
Keterampilan menggunakan alat untuk memperoleh sebuah data disebut
pengukuran.
5. Penyimpulan(Inference)
Inferensi adalah keterampila untuk memutuskan keadaan objek atau
peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip yang telah diketahui.
6. Peramalan(prediction)
Prediksi atau meramalkan dalam sains dibuat atas dasar observasi dan
inferensi yang tersusun menjadi suatu hubungan antara peristiwa-peristiwa
atau fakta-fakta yang terobservasi. Keterampilan memprediksi merupakan
suatu keterampilan membuat/mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang
belum terjadi berdasarkan suatu kuntungan atau pola yang sudah ada.
Enam keterampilan dasar tersebut harus terintegrasi ketika seorang ilmuwan akan
merancang atau mengadakan suatu penelitian. Enam keterampilan dasar tersebut
sangat penting dalam kedudukannya sebagai keterampilan mandiri.
Menurut Toharudin (2011) keterampilan yang terintegrasi merupakan
perpaduan dua atau lebih kemampuan keterampilan proses dasar. Keterampilan
terintegrasi terdiri atas beberap hal:
1. Identifikasi variabel yaitu keterampilan untuk mengenal ciri khas dari
faktor yang ikut menentukan sebuah perubahan. Di alam suatu eksperimen
terdapat tiga macam variable, yaitu: variable manipulasi, variable respon
dan variable kontrol.

15
2. Identifikasi tabulasi, yaitu keterampilan penyajian data dalam bentuk tabel
yang akan mempermudah pembacaan hubungan antarkomponen(
penyusunan data menurut lajur-lajur yang tersedia).
3. Identifikasi grafik, keterampilan penyajian dengan garis tentang turun
naiknya suatu keadaan.
4. Diskripsi hubungan variabel, keterampilan membuat sinopsis atau
pernyataan hubungan antarfaktor yang menentukan perubahan.
5. Perolehan dan proses data, keterampilan melakukan langkah secara urut
untuk memperoleh sebuah data.
6. Analisis penyelidikan, keterampilan menguraikan pokok persoalan atas
bagian-bagian dan terpecahkannya permasalahan berdasarkan metode
yang konsisten ntuk mencapai pengertian tentang prinsip-prinsip dasar.
7. Merumuskan hipotesis, keterampilan merumuskan dugaan sementara.
Menurut (Nur, 1996) hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan
bukan pertanyaan, pertanyaan biasanya digunakan dalam merusumkan
masalah yang akan diteliti. Hipotesis dapat dirumuskan secara induktif dan
deduktif. Perumusan induktif berdasarkan data pengamatan sedangkan
perumusan deduktif berdasarkan teori.
8. Keterampilan melakukan percobaan untuk membuktikan suatu teori/
penjelasan berdasarkan pengamatan dan penalaran (eksperimen).
Eksperimen dapat didefinisikan sebagai kegiatan terinci yang
direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah
atau menguji suatu hipotesis. Melatihkan merencanakan eksperimen tidak
harus dalam bentuk penelitian yang rumit, tetapi cukup dilatihkan dengan
menguji hipotesis-hipotesis yang berhubungan dengan konsep-konsep di
dalam kurikulum.

2.3.3 Metode Ilmiah


2.3.3.1 Pengertian Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan suatu cara yang digunakan oleh para ilmuwan
untuk memecahkan suatu permasalahan, serta menggunakan langkah-langkah
yang sistematis, teratur, dan terkontrol.

16
Metode Ilmiah, yaitu gabungan antara dua pendekatan rasional (deduktif) dan
pendekatan empiris (induktif). Metode Ilmiah, merupakan cara dalam
memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Descartes adalah pelopor dan tokoh
rasionalisme. Menurut dia, rasio merupakan sumber dan pangkal dari segala
pengertian. Hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang pada kebenaran dan
dapat memberi pimpinan dalam segala jalan pikiran.
Kaum rasionalis menggunakan metode deduktif. Dasar pikiran yang
digunakan dalam penalarannya diperoleh dari ide yang menurut anggapannya
sudah jelas, tegas dan pasti, dalam pikiran manusia. Kelemahan rasionalise yaitu
bersifat abstrak, tidak dapat dievaluasi, kemungkinan dapat diperoleh pengetahuan
yang berbeda dari obyek yang sama, cenderung bersifat subyektif dan solpsistik,
yaitu hanya benar dalam kerangka pemikiran tertentu yang berbeda dalam otak
orang yang berfikir tersebut (Arifin, 1987).
Kaum empirisme berpendapat bahwa pengetahuan manusia tidak diperoleh
lewat penalaran rasional yang abstrak, tetapi lewat pengalaman yang konkrit,
berpegang pada prinsip keserupaan, pada dasarnya alam adalah teratur, gejala-
gejala alam berlangsung dengan pola-pola tertentu. Dengan mengetahui kejadian
masa lalu atau sekarang akan dapat diramalkan kejadian di masa datang.
Kelemahannya belum tentu sistimatis, dan keterbatasan alat yang digunakan
(misal panca indera).
2.3.3.2 Kriteria Metode Ilmiah
Agar suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode
ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut :
1. Berdasarkan Fakta.
Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang
akan dikumpulkan dan yang dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta
yang nyata.
2. Bebas dari Prasangka.
Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih, dan jauh
dari pertimbangan subyektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan
alasan dan bukti yang lengkap serta dengan pembuktian yang obyektif.
3. Menggunakan Prinsip Analisa.

17
Dalam memahami serta memberi arti terhadap fenomena yang kompleks,
haruslah digunakan prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab-
musabab serta pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis.
4. Menggunakan Hipotesis.
Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir
dengan menggunakan analisa. Hipotesa harus ada untuk menemukan
persoalan serta memandu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai,
sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat.
Hipotesa merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran
peneliti.
5. Menggunakan Ukuran Obyektif.
Kerja penelitian dan analisa harus dinyatakan dengan ukuran yang
obyektif. Ukuran tidak boleh dengan mengira-ngira atau menuruti hati
nurani. Segala pertimbangan harus dibuat secara obyektif dan dengan
menggunakan pikiran yang waras.
6. Menggunakan Teknik Kuantitatif.
Yang lazim harus digunakan, kecuali untuk atribut-atribut yang tidak dapat
dikuantifikasikan. Kuantifikasi yang termudah adalah dengan
menggunakan ukuran nominal, ranking, dan rating. Dalam teknik
kuantifikasi gunakan ukuran yang telah pasti, misalnya kilogram, meter
per detik, ohm, dan lain sebagainya. Jangan pernah menggunakan ukuran
yang tidak pasti, misalnya sejauh mata memandang, sehitam aspal, dan
lain sebagainya.
2.3.3.3 Langkah-langkah Metode Ilmiah
Menurut (Winarno, 2004) langkah-langkah Metode Ilmiah adalah :
1. Perumusan masalah
Yang dimaksud dengan masalah yaitu pernyataan apa, mengapa,
ataupun bagaimana tentang obyek yang teliti. Masalah itu harus jelas batas-
batasnya serta dikenal faktor faktor yang mempengaruhinya. Memilih suatu
permasalahan adalah suatu langkah awal dari suatu kegitan penelitian.
Seseorang mengadakan penelitian karena ingin mendapatkan jawaban dari
permasalahan yang dihadapi. Permasalahan tersebut dapat ditemukan dari

18
lingkungan sekitar, baik makhluk hidup maupun benda mati. Setelah
menemukan masalah, kemudian masalah tersebut dirumuskan.
2. Penyusunan hipotesis
Yang dimaksud hipotesis yaitu suatu pernyataan yang menunjukkan
kemungkinan jawaban untuk memecahkan masalah yang telah ditetapkan.
Dengan kata lain, hipotesis merupakan dugaan yang tentu saja didukung oleh
pengetahuan yang ada. Hipotesis juga dapat di pandang sebagai jawaban
sementara dari permasalahan yang harus diuji kebenarannya dalam suatu
obserevasi atau eksperimentasi.
3. Pengujian hipotesis
Yaitu berbagai usaha pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan
hipotesis yang telah diajukan untuk dapat memperlihatkan apakah terdapat
fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak. Fakta-fakta ini
dapat diperoleh melalui pengamatan langsung dengan mata atau teleskop atau
dapat juga melalui uji coba atau eksperimentasi, kemudian fakta-fakta
dikumpulkan melalui penginderaan.
4. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan ini didasarkan atas penilaian melalui analisis
dari fakta (data) untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan itu diterima
atau tidak. Hipotesis itu dapat diterima bila fakta yang terkumpul itu
mendukung pernyataan hipotesis. Hipotesis yang diterima merupakan suatu
pengetahuan yang kebenarannya telah diuji secara ilmiah, dan merupakan
bagian dari ilmu pengetahuan. Bila fakta tidak mendukung maka hipotesis itu
ditolak. Hipotesis ditolak jika hasil eksperimen tidak sesuai dengan hipotesis
dan tidak ada keterkaitan antar variabel.
Berdasarkan urutan stratanya, ada tiga jenis landasan ilmu:
a. Hipotesis, merupakan dugaan mengenai masalah yang diambil dari
pengetahuan yang telah ada.
b. Teori, merupakan landasan ilmu yang telah teruji kebenarannya, namun
dimungkinkan adanya koreksi.
c. Hukum/dalil, merupakan teori yang terbukti kebenarannya melalui
pengujian berkali-kali.

19
Keseluruhan langkah tersebut di atas harus ditempuh melalui
urutan yang teratur, langkah yang satu merupakan landasan bagi langkah
berikutnya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan
merupakan pengetahuan yang disusun secara sistimatis, berlaku umum dan
kebenarannya telah teruji secara empiris.

20
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Hakikat sains sebagai produk maksudnya adalah lebih menekankan pada
memahami apa yang sudah dihasilkan oleh sains itu sendiri seperti fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsip-pinsip, hukum-hukum, dan teori-teori. Untuk
mendapatkan produk sains tersebut, dilakukan kegiatan yang dikenal dengan
proses sains. Jadi, sains sebagai suatu produk tidak bisa lepas dari sains sebagai
suatu proses.
Dari pendapat para ahli tentang sains sebagai sikap ilmiah, maka sikap
ilmiah sangat penting dimiliki pada semua tingkatan pendidikan. Namun sikap
ilmiah yang harus dimiliki pada setiap tingkatan pendidikan minimal ada 4 yaitu
sikap ingin tahu, berpikir kritis, jujur, dan menghargai pendapat orang lain.
Sains sebagai proses ilmiah dapat diartikan sebagai suatu proses yang identik
dengan aktivitas ilmiah yang mengkaji fenomena alam untuk menemukan
pengetahuan yang baru dengan menggunakan metode keilmuwan. Keterampilan
proses sains merupakan serangkaian proses sains yang mencangkup aspek-aspek
yang dilakukan oleh para saintis dalam menyelesaikan masalah dan menentukan
produk sains. Keterampilan-keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan proses
dasar (basic skills) dan keterampilan proses terpadu (integrated skills). Metode
Ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara
sistematis berdasarkan bukti fisis. Adapun kriteria dari metode ilmiah yaitu
berdasarkan fakta, bebas dari prasangka, menggunakan prinsip-prinsip analisa,
menggunakan hipolesa, menggunakan ukuran objektif, menggunakan teknik
kuantifikasi. Langkah-langkah metode ilmiah yaitu merumuskan masalah,
mengamati & mengumpulkan fakta, menyusun dan mengklasifikasikan data,
merumuskan hipotesis, Deduksi dari hipotesis atau kesimpulan, test dan pengujian
kebenaran (verifikasi) hipotesis.

21
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Zaenal. 1987. Dasar-Dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Cetakan 8.


Jakarta: PT Gramedia.
Calhoun,Light and Keller. 1997. Sociology. McGraw : Hill College.

Draper, N.R. and Smith, H. 1992. Applied Regression : Analysis,Second Edition.


New York : John Wiley and sons, Inc.

Indrawati. 1999. Ketrampilan Proses Sains( Tinjauan Krtis dari Teori ke Praktis).
Bandung: P3GIPA Depdikbud.

Iskandar, Sarin M. 1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta :


Departemen pendidikan dan kebudayaan.

Kerlinger, F. N. 1973. Founding Of Behavior Research, Holt. New York :


Rinchart and Winston Inc.

Mudjiono, D. &. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nur. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya : CV. Citra

Nuryani, A. 1990. Pengembangan Keterampilan Proses Dan strategi Belajar


Aktif. Bandung : FMIPA UPI.

Reber, Arthur S. 1985. Dictionary of Psychology. New York : Viking Penguin.


Rusman. 2017. Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pedidikan. Jakarta : PT Kharisma Putra Utama
Samatowa, Usman. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA. Jakarta: Depdiknas.

Sarkim. 1998. Humaniora dalam Pendidikan Sain. Yogyakarta: Kaninus.

Soedjana, N. 2013. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar . Bandung: Sinar Baru


Algensindo.

Toharudin, U. dkk. 2011. Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung :


UPI.

Winarno, Surakhmad. 2004. Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode, dan


Teknik. Bandung : Tarsito

22

Anda mungkin juga menyukai