Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH BIOLOGI

Kelompok 3, Kelas XI IPA 1

“ROKOK DARI SEGI EKONOMI”

Anggota Kelompok 3 :

1. alhamdino maghrobi ( 02 )
2. Aulia kiki suryatama ( 06 )
3. Dimas ari sabella ( 13 )
4. Fadlilah mahmudah ( 17 )
5. Henry wima isnanda p ( 18 )
6. Miftakhul diah amirul ( 22 )
7. Ulfa dispita sari ( 27 )

Kelas XI IPA 1

SMA MUHAMMADIYAH 1 PONOROGO


I . PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Laporan ini kami buat demi memenuhi syarat penilaian pada Semester Dua
kelas XI IPA. Dan sebagai nilai tambahan tugas siswa.

Saat ini, tidak banyak orang yang membantah kenyataan bahwa merokok
dapat merusak kesehatan manusia dalam skala global. Akan tetapi, banyak pemerintah
negara yang menghindar melakukan aksi pengawasan terhadap rokok seperti,
misalnya mengenakan pajak yang lebih tinggi, larangan iklan dan promosi secara
menyeluruh, atau larangan merokok di tempat umum karena takut bahwa intervensi
yang dilakukan itu akan membawa konsekuensi yang buruk pada perekonomian.
Misalnya, beberapa pembuat kebijakan takut bahwa penurunan penjualan rokok akan
menghilangkan ribuan pekerjaan secara permanen; bahwa pengenaan pajak yang
tinggi pada tembakau akan mengakibatkan rendahnya pendapatan pemerintah; dan
penetapan harga tinggi untuk rokok akan mendorong penyelundupan rokok secara
besar-besaran.

Laporan ini membahas masalah-masalah ekonomi yang harus diperhatikan


oleh para pembuat kebijakan bila akan mengadakan tindakan pengawasan terhadap
tembakau. Laporan ini mengungkapkan pertanyaan apakah perokok sadar akan risiko
dan beban biaya yang harus dipikul akibat pilihan konsumsinya, dan menelaah
pilihan-pilihan bagi pemerintah apabila mereka memutuskan bahwa intervensi itu
dapat dibenarkan. Laporan ini juga menunjukkan bahwa ketakutan atas dampak
perekonomian yang menjadi kendala pembuat kebijakan untuk melakukan intervensi,
pada umumnya tidak berdasar.

B. RUMUSAN MASALAH

Seiring dengan berjalannya waktu, banyak hal yang telah berubah. Dulu rokok
sebungkus hanya seharga seribu rupiah, sedangkan sekarang harga sebungkus rokok
sekitar tujuh ribuan bahkan lebih.
Walapun banyak orang yang meninggal karena merokok tetap saja banyak
orang yang menjadi pecandu rokok dan dari hari ke hari jumlahnya malah semakin
banyak. Dengan pola-pola (kebiasaan) merokok yang terjadi seperti saat ini, sekitar
500 juta orang yang kini masih hidup pada akhirnya akan mati karena mengkonsumsi
tembakau. Lebih dari separo angka ini adalah anak-anak dan remaja.

Mereka sama sekali tidak peduli pada kesehatan dan anugerah yang diberikan
oleh Tuhan. Sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa rokok tidak
memberikan keuntungan sedikit pun, sekecil apapun, dan dalam segi apapun.
Peningkatan aksi-aksi untuk mengurangi beban ini menjadi prioritas Organisasi
Kesehatan Sedunia (WHO) maupun Bank Dunia (WB) sebagai bagian dari misi
mereka untuk meningkatkan kesehatan dan mengurangi kemiskinan. Dengan
dimungkinkannya upaya-upaya untuk mengidentifikasi dan melaksanakan kebijakan
pengawasan terhadap tembakau secara efektif, terutama kepada anakanak, dua
organisasi ini akan memenuhi misi mereka dan membantu mengurangi penderitaan
dan beban biaya akibat wabah merokok ini.
Tembakau mempunyai aspek yang berbeda dari banyak tantangan kesehatan
lainnya. Rokok diminati banyak konsumen dan menjadi salah satu bentuk kebiasaan
umum di banyak masyarakat. Rokok diperdagangkan secara luas dan menjadi
komoditi yang dapat menguntungkan, yang produksi dan konsumsinya mempunyai
dampak pada sumber-sumber daya sosial dan ekonomi baik di negara maju maupun di
negera berkembang. Oleh karena itu aspek-aspek ekonomi penggunaan tembakau
menjadi masalah kritis dalam perdebatan tentang pengawasan terhadap rokok.
Meskipun demikian, sampai saat ini aspek-aspek tersebut hanya mendapatkan sedikit
perhatian global.
Tembakau merupakan satu di antara kasus penyebab kematian terbesar dan
penyebab kematian dini dalam sejarah manusia yang sesungguhnya dapat dicegah.
Meskipun demikian, kebijakan yang relatif sederhana dan dengan biaya yang efektif
(cost-effective) telah tersedia, serta mampu menurunkan dampak menghancurkan itu.
Bagi pemerintah yang berniat meningkatkan kesehatan dalam kerangka kebijakan
ekonomi yang sehat, tindakan pengawasan terhadap tembakau merupakan suatu
pilihan yang teramat menarik.
Disini kami akan membahas berbagai dampak positif maupun negatif rokok
jika dilihat dari segi ekonomi.
C. TUJUAN
1. Memenuhi syarat nilai Semester Dua kelas XI IPA
2. Sebagai nilai tugas
3. Membahas dampak rokok dari segi ekonomi (positif maupun negatif)
4. Mengurangi pengguna rokok yang kian hari makin bertambah jumlahnya
5. Laporan ini dimaksudkan terutama untuk mengungkapkan kekhawatiran
para pembuat kebijakan tentang pengaruh kebijakan pengawasan terhadap
tembakau pada perekonomian.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN ROKOK

Rokok merupakan silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120
mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-
daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan
dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya.

B. KANDUNGAN ZAT DALAM ROKOK

Hasil penelitian menyebutkan bahwa didalam rokokterkandung kurang lebih


4000 elemen dan 200 diantaranya telah dinyatakan sebagai zat yang mematikandan
berbahaya bagi tubuh karena mengganggu kesehatan. Berikut zat-zat berbahaya yang
ada di dalam rokok:

1. Nikotin

Nikotin bersifat adiktif (menyebabkan kecanduan) yanng dapat


memengaruhi syaraf dan peredaran darah. Zat ini bersifat karsinogen yang mampu
memicu kanker paru-paru yang mematikan. Zat ini akan menjadi racun bagi
syaraf. Dan biasanya zat ini digunakan sebagai bahan pokok dalam pembuatan
berbagai insektisida.

Nikotin pada daun tembakau merupakan zat beracun, yang dalam dosis 60
mg dapat berakibat fatal. Sedangkan jumlah nikotin yang terkandunng dalam
rokok rata-rata berkisar antara 8-20 mg. Rokok yang telah dibakar kemudian
asapnya dihisap (baik perokok aktif maupun pasif), 2% dari jumlah tersebut akan
langsung menyerang otak hanya dalam waktu 15 detik. Jumlah yang kecil ini
mampu menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan berkuranngnya oksigen
diseluruh tubuh.

2. Tar

Selain dapat merusak kecantikan tubuh, tar juga dapat menyebabkan


kanker. Sebab, tar mengandung 43 bahan kimia yang diketahui bersifat
karsinogenik yang mampu menempel di paru-paru dan dalam 20-30 tahun bahan
ini terus berusaha untuk mengubah sel epitel bronkus paru-paru menjadi sel
kanker ganas. Apabila asap rokok masuk ke dalam tubuh, maka racun-racun yang
tersimpan di dalamnya akan merusak semua organ yang dilaluinya, mulai dari
hidung, mulut, tekak, saluran pernafasan, paru-paru, saluran darah, jantung dan
organ tubuh lainnya.

3. Karbon Monoksida (CO)

Karbon Monoksida merupakan sejenis gas yang tidak memiliki bau, gas
ini dihasilkan dari pembakaran senyawa-senyawa organik dari berbagai bentuk
karbon. Zat ini sangat beracun, apabila ia sampai terbawa dalam hemoglobin,
maka akan mengganggu kondisi oksigen dalam darah atau dengan kata lain gas
ini mampu merampok oksigen untuk darah merah, yang akhirnya dapat
menimbulkan berbagai masalah, mulai dari gangguan kulit sampai penyakit
kanker.

4. Gliserol

Gliserol merupakan bahan yang dibuat dari lemak hewani atau nabati
(rasanya manis) untuk dicampurkan dengan tembakau sebagai pelembab.
Setelah dibakar, unsur kimiawi gliserol dapt berubah menjadi acrolein (zat
asam yang tajam). Zat ini akan mengakibatkan peradangan paru-paru yang
memicu kanker paru-paru.

5. Zat-zat beracun
a. Formaldehida, zat ini seringkali digunakan untuk membasmi bakteri,
sehingga zat ini dimanfaatkan sebagai desinfektan dan juga sebagai
bahan pengawet. Sedangkan dalam bidang medis, formaldehida
digunakan untuk mengeringkan kulit. Apabila zat ini terhisap dapat
menyebabkan iritasi kepala dan membran mukosa yang menyebabkan
keluarnya air mata, pusing dan tenggorokan terasa terbakar.
b. Methanol, zay ini merupakan alkohol yang dibuat dari destilasi
(pembakaran kering tanpa udara) serbuk kayu. Zat ini menimbulkan
kerusakan syaraf, terutama syaraf penglihatan. Dan zat ini biasanya
digunakan sebagai bahan bakar roket.
c. Hydrogen Cyanide (HCN), sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau,
dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan,
mudah tebakar dan sangat efisien untuk menghalangi pernafasan. Jika
Cyanide dimasukkan langsung ke dalam tubuh dapat mengakibatkann
kematian, sehingga zat ini sering digunakan untuk mengeksekusi
terdakwa yanng divonis hukuman mati.
d. Ammonia, zat ini sangat tajam baunya dan sangat merangsang. Apabila
masuk ke peredaran darah, gas ini dapat menyebabkan pingsan
dikarenakan racun yang sangat keras. Zat ini biasa dimanfaatkan sebagai
bahan pembersih lantai.
e. Pyridine, sejenis cairan yang tidak berwarna dan baunya sangat tajam,
dapat mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan pembuluh hama.
f. Nitrous Oxid, bila terhisap zat ini dapat menyebabkan hilang
kesetimbangan dan mangakibatkan rasa sakit. Nitrous Oxide adalah zat
yanng digunakan sebagai obat bius saat melakukan operasi.
g. Phenol, merupakan campuran yang beraasal dari destilasi beberapa zat
organik, seperti kayu dan arang. Zat ini mampu menghalangi oksidasi zat
besui yang berisi pigmen.
h. Formic Acid, merupakan sejenis cairan yang mampu bergerak bebas dan
membuat kulit melepuh.
i. Acetone, zat ini biasanya digunakan sebagai penghapus kuteks.
j. Toloune, zat ini biasanya digunakan sebagai pelarut industri.
k. Vinyl Chloride, zat ini biasa digunakan untuk mempertahankan kekuatan
plastik. Dapat mengganggu sistem reproduksi, mengakibatkan cacatnya
janin dan dapat menyebabkan kanker.
l. Arcenic, bahan ini biasa digunakan sebagai racun tikus.
m. Cadmium, zat ini dimanfaatkan untuk accu mobil.
n. Butane, zat ini merupakan zat yang digunakan sebagai bahan bakar korek
api.
o. Nepthaleme, zat ini biasanya digunakan untuk kapur barus.

C. TINJAUAN DARI SEGI EKONOMI

Indonesia merupakan negara yang masih memberi kekebasan masyarakat


untuk merokok di tempat-tempat umum, padahal sudah banyak negara yang
menerapkan larangan merokok di tempat umum. Memang untuk mengatasi peredaran
tembakau, diperlukan keberanian yang besar, karena tembakau merupakan salah satu
aset terbesar pemerintah.

Rokok memberikan kontribusi keuntungan signifikan, yaitu berupa cukai.


Bayangkan, cukai rokok di Indonesia akan meningkat sekitar 7% setiap tahunnya.
Bahkan Pemerintah berencana menaikkan tarif cukai tembakau pada tahun 2012
sebesar 12,2%. Ini untuk mencegah peredaran cukai dan rokok ilegal sekaligus
meningkatkan penerimaan negara. Tapi bila ditinjau lagi, jumlah cukai tersebut akan
mengalami defisit bila digunakan untuk biaya kesehatan langsung maupun tidak
langsung dari kerugian turunnya produktivitas akibat racun rokok.
Di negara berpendapatan tinggi, pelayanan kesehatan yang berhubungan
dengan merokok menggunakan antara 6 sampai 15 persen dari semua biaya pelayanan
kesehatan selama setahun. Angka-angka ini belum tentu terdapat di negara-negara
berpendapatan rendah dan menengah yang wabah penyakit berkaitan dengan merokok
masih berada pada tingkat-tingkat awal dan mungkin ada perbedaan-perbedaan lain
yang bersifat kualitatif. Biaya tahunan sangat penting bagi pemerintah, tetapi untuk
konsumen-konsumen perorangan, pertanyaan kuncinya adalah seberapa besar biaya
yang harus mereka pikul sendiri atau oleh orang lain.
Tampaknya sebagian besar perokok ternyata tidak tahu betul baik risiko yang
dihadapi karena merokok maupun beban biaya yang harus mereka pikul akibat pilihan
mereka. Oleh karena itu pemerintah dapat mempertimbangkan bahwa intervensi
merupakan suatu yang dapat dibenarkan, terutama untuk menghindarkan keinginan
merokok anak-anak dan remaja serta melindungi orang yang tidak merokok. Dan cara
yang paling efektif untuk menghindarkan anak-anak menjadi perokok adalah dengan
meningkatkan pajak tembakau. Harga yang tinggi akan mencegah anak dan remaja
mulai merokok dan mendorong perokok untuk mengurangi konsumsi rokok mereka.
Bagaimanapun, pajak merupakan instrumen yang berdampak langsung, karena
jika pajak rokok ditingkatkan, perokok dewasa akan cenderung mengurangi konsumsi
rokoknya karena terpaksa harus membayar harga lebih mahal untuk membeli rokok.
Untuk mencapai tujuan melindungi anak dan remaja, pajak juga harus membebankan
biaya-biaya pada perokok dewasa. Biaya-biaya ini mungkin dapat diterima,
tergantung pada berapa besar masyarakat menilai upaya mengatasi konsumsi rokok
pada anak-anak. Bagaimanapun juga, suatu usaha penurunan konsumsi rokok pada
orang dewasa dalam jangka panjang akan menurunkan hasrat anak-anak dan remaja
untuk merokok.

III. PEMBAHASAN
Rokok !! Sejak kemunculannya, ia terus tumbuh disekitar kita, ia tak pernah
lekang oleh waktu dan tak pernah menghilang dari peradaban dunia. Bagai Raja
sembilan senti, Rokok telah memperbudak, bukan hanya orang dewasa, remaja
bahkan anak-anak. Indonesia memang surga yang luar biasa ramah bagi para perokok,
tapi tempat siksa yang tak tertahankan bagi orang yang tak merokok.

Dimana-mana kita lihat orang merokok. Berhala-berhala kecil itu sangat


berkuasa di Negara kita. Jutaan jumlahnya, bersembunyi didalam kantong baju dan
celana, dibungkus dengan kertas berwarni dan berwarna, diiklankan dengan indah dan
cerdasnya. Tak perlu wudhu dan tayyamum menyucikan diri, tidak perlu rukuk dan
sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini. Karena orang akan khusuk dan fana
dengan nikmat, lewat upacara menyalakan api dan sesajen asap tuhan-tuhan ini.

Walapun banyak orang yang meninggal karena merokok, tetap saja banyak
orang yang menjadi pecandu rokok dan dari hari ke hari jumlahnya malah semakin
banyak.

Sebenarnya jika dipikir lebih dalam, rokok tidak memiliki manfaat sedikitpun.
Malah sebaliknya rokok memiliki berbagai dampak negatif yang begitu banyak. Jika
dilihat dari segi kesehatan jelas rokok tidak memberi dampak positif sama sekali,
rokok bisa menyebabkan berbagai macam penyakit hingga kematian. Dari segi sosial
rokok pun tidak memberi banyak dampak positif, perokok selalu bersikap egois tanpa
ia mempedulikan keadaan orang-orang disekitarnya. Dan dari segi ekonomi pun
rokok sangat merugikan, coba anda bayangkan berapa banyak uang yang harus
dikeluarkan oleh seorang perokok dalam satu harinya, dalam satu minggunya, dalam
satu bulannya, atau dalam satu tahunnya.

Ketika perilaku merokok sudah menjadi kebiasaan di antara para pria di


negara-negara berpendapatan rendah dan menengah, dalam periode yang sama di
negara berpendapatan tinggi, kebiasaan seperti itu secara keseluruhan mengalami
penurunan di antara para pria. Misalnya, lebih dari 55% pria di Amerika Serikat
berada pada puncak konsumsi pada pertengahan abad 20, tapi proporsi itu telah
mengalami penurunan sampai 28 persen pada pertengahan tahun 1990-an. Konsumsi
per kapita penduduk di negara-negara berpendapatan tinggi secara keseluruhan juga
mengalami penurunan. Namun, ada beberapa kelompok tertentu di negara-negara itu,
seperti kelompok remaja dan wanita muda, dimana proporsi mereka yang merokok
mengalami pertumbuhan pada tahun 1990-an. Secara keseluruhan, wabah merokok
telah dengan pesat beralih dari fokusnya yang asli, yaitu dari para pria di negara-
negara berpendapatan tinggi kepada para wanita di negara berpendapatan tinggi dan
para pria di negara-negara berpendapatan rendah.

Dengan didasarkan kepada perannya terhadap ekonomi nasional dan secara


sosial budaya merokok telah menjadi bagian dari warisan masyarakat Indonesia, maka
kebijakan Indonesia terhadap tembakau cenderung lebih kepada memelihara industri
tembakau dan rokok sebagai aset bangsa. Hal ini terlihat dari belum adanya niat dari
pemerintah Indonesia untuk meratifikasi konvensi kerangka untuk pngendalian
tembakau (fremework convention on tobacco control-FCTC). FCTC merupakan
traktat hukum internasional yang mengikat yang mengatur tentang rokok sebagai
bahan adiktif.
Pada kondisi demikian maka bagi industri rokok masyarakat Indonesia
merupakan pasar yang potensial. Beberapa kondisi dasar berkaitan dengan hal
tersebut, yaitu :
1. Jumlah penduduk Indonesia besar dan dengan tingkat partisipasi penduduk
yang merokok juga besar.
2. Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi dan tingkat partisipasi
perokok muda cukup besar.
3. Kebijakan harga rokok dan pajak rokok di Indonesia relatif murah
dibanding rata-rata negara dunia.
4. Keleluasaan dari perusahaan rokok mempromosikan karena tidak adanya
pembatasan tentang iklan, promosi dan sponsorship.
5. Secara nasinal juga belum ada kebijakan penetapan kawasan lingkkungan
bebas rokok.

Anda mungkin juga menyukai