Anda di halaman 1dari 33

TUGAS 1

TL115103. EKOLOGI LINGKUNGAN

“PRODUKTIVITAS EKOSISTEM, DAUR BIOGEKIMIA DAN SIMBIOSIS”

Oleh Kelompok 1 (satu) :

1. Aulia Umi Maylisa (011702503125023)


2. Hartono (011702503125013)
3. Hendri Triatmojo (011702573125006)
4. Moh. Roki’in (011702503125019)
5. Nurul Assyfa (011702503125012)
6. Riyanto (011702503125018)

UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

2017
LEMBAR PENGESAHAN

Tugas mata kuliah Ekologi Lingkungan yang berjudul “Produktivitas Ekosistem, Daur
Biogekimia dan Simbiosis” telah disahkan dan disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

Disetujui oleh :

Dosen Pembimbing Mata Kuliah

Ekologi Lingkungan

Ai Silmi, S.Si, MT

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. iv

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1

1.3. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................... 3

2.1. Produktivitas Ekosistem ................................................................................ 3

2.1.1. Pengertian Produktivitas Ekosistem ....................................................... 3

2.1.2. Jenis-jenis Produktivitas Ekosistem ....................................................... 3

2.2. Daur Biogekimia ........................................................................................... 8

2.2.1. Daur Air ................................................................................................. 8

2.2.2. Daur Karbon ......................................................................................... 11

2.2.3. Daur Nitrogen....................................................................................... 14

2.2.4. Daur Fosfor .......................................................................................... 16

2.2.5. Daur Sulfur ........................................................................................... 17

2.3. Simbiosis ..................................................................................................... 19

2.3.1. Simbiosis Mutualisme .......................................................................... 20

2.3.2. Simbiosis Komensalisme ..................................................................... 22

2.3.3. Simbiosis Parasitisme .......................................................................... 24

2.3.4. Simbiosis Amensalisme ....................................................................... 25

2.3.5. Simbiosis Netralisme ........................................................................... 26

BAB 3 PENUTUP ................................................................................................... 27

3.1. Kesimpulan .................................................................................................. 27


ii
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 28

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perbandingan Bioma Dalam Hal Produksi Primer / 103 kJ/m2/tahun
(Nagle 2010)................................................................................................................. 4
Gambar 2.2 Produktivitas Primer (Nagle, 2010) ......................................................... 6
Gambar 2.3 Produktivitas Sekunder (Nagle, 2010) ..................................................... 7
Gambar 2.4 Daur Air.................................................................................................... 9
Gambar 2.5 Siklus Daur Karbon ................................................................................ 12
Gambar 2.6 Daur Nitrogen ......................................................................................... 14
Gambar 2.7 Daur Fosfor ............................................................................................ 16
Gambar 2.8 Daur Sulfur ............................................................................................. 17
Gambar 2.9 Simbiosis Mutualisme ............................................................................ 20
Gambar 2.10 Simbiosis Komensalisme ..................................................................... 23
Gambar 2.11 Simbiosis Parasitisme ........................................................................... 24
Gambar 2.12 Simbiosis Amensalisme ....................................................................... 26
Gambar 2.13 Simbiosis Netralisme ........................................................................... 26

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
organisme-organisme hidup dengan lingkungannya. Ekologi biasanya didefinisikan
sebagai ilmu tentang interaksi antara organisme - organisme dan lingkungannya.
Berbagai ekosistem dihubungkan satu sama lain oleh proses-proses biologi, kimia, dan
fisika. Masukan dan buangan energi, gas, bahan kimia anorganik dan organik dapat
melewati batasan ekosistem melalui perantara faktor meteorologi seperti angin dan
presipitasi, faktor geologi seperti air mengalir dan daya tarik dan faktor biologi seperti
gerakan hewan. Jadi, keseluruhan bumi itu sendiri adalah ekosistem, dimana tidak ada
bagian yang terisolir dari yang lain. Ekosistem keseluruhannya biasanya disebut
biosfer.

Dalam sebuah ekosistem, salah satu komponen yang penting adalah mahluk
hidup, baik itu manusia, hewan dan juga tumbuhan. Ekosistem yang seimbang selalu
ditandai dengan interaksi antara makhluk hidup dan juga lingkungan. Salah satu
bentuk interaksi di antara makhluk hidup disebut dengan simbiosis. Secara harfiah
simbiosis sendiri berasal dari penggabungan dua kata Yunani yakni Sym dan juga
biosis. Sym sendiri berarti “dengan” sedangkan Biosis diartikan “kehidupan”. Secara
utuh dan sederhana, simbiosis diartikan sebagai pola interaksi yang erat di antara
organisme dengan spesies yang berbeda atau berlainan jenisnya. Meski berbeda,
namun organisme tersebut terikat dan terkait serta tetap hidup berdampingan. Ada
beragam jenis simbiosis.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana Penjelasan Tentang Produktivitas Ekosistem ?
2. Bagaimana Proses Daur Biogekimia ?
3. Bagaimana Penjelasan Tentang Simbiosis ?

1
2

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mengerti dan
mampu menjelaskan tentang Produktivitas Ekosistem, Daur Biogekimia dan
Simbiosis.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Produktivitas Ekosistem


2.1.1. Pengertian Produktivitas Ekosistem
Sumber energi utama bagi kehidupan adalah cahaya Matahari. Energi
cahaya Matahari masuk ke dalam komponen biotik melalui produsen
(organisme fotoautotropik) yang diubah menjadi energi kimia tersimpan di
dalam senyawa organik. Energi kimia mengalir dari produsen ke konsumen
dari berbagai tingkat tropik melalui jalur rantai makanan. Energi kimia tersebut
digunakan organisme untuk pertumbuhan dan perkembangan. Kemampuan
organisme-organisme dalam ekosistem untuk menerima dan menyimpan
energi dinamakan produktivitas ekosistem.

2.1.2. Jenis-jenis Produktivitas Ekosistem


Produktivitas dalam ekosistem biasanya didefinisikan sebagai laju
produksi per satuan waktu. Produktivitas dapat dibagi menjadi dua macam
yaitu produktivitas primer dan produktivitas sekunder. Produktivitas primer
dilakukan oleh produsen (autotrof) yaitu menghasilkan energi atau biomassa
per satuan luas per satuan waktu. Produktivitas sekunder yaitu biomassa yang
diperoleh oleh organisme heterotrofik, melalui proses makan dan penyerapan
yang diukur dalam satuan massa atau energi per satuan luas per satuan waktu.
Produktivitas primer adalah konversi energi surya sedangkan produktivitas
sekunder melibatkan makan atau penyerapan. Produktivitas primer tergantung
pada jumlah sinar matahari, kemampuan produsen untuk menggunakan energi
untuk mensintesis senyawa organik, dan ketersediaan faktor-faktor lain yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan (misalnya mineral dan nutrisi) (Gambar 1).
Produktivitas sekunder tergantung pada jumlah makanan yang tersedia dan
efisiensi konsumen mengubahnya menjadi biomassa baru (Nagle, 2010).

3
4

Gambar 2.1 Perbandingan Bioma Dalam Hal Produksi Primer / 103 kJ/m2/tahun (Nagle 2010)

Produksi primer tertinggi terjadi apabila kondisi untuk pertumbuhan


optimal, dimana ada tingkat insolasi yang tinggi, air yang cukup, suhu hangat,
dan tingkat gizi yang tinggi. Misalnya, hutan hujan tropis memiliki curah hujan
tinggi dan hangat sepanjang tahun sehingga mereka memiliki musim tanam
konstan dan produktivitas yang tinggi. Gurun memiliki curah hujan yang
rendah sehingga akan membatasi pertumbuhan tanaman. Estuaria menerima
sedimen yang mengandung nutrisi dari sungai, karena dangkal, ringan dan
hangat sehingga memiliki produktivitas yang tinggi. Lautan gelap di bawah
permukaan akan membatasi produktivitas tanaman karena kurangnya faktor
cahaya dan suhu yang kurang optimal (Nagle, 2010).

A. Prduktivitas Primer

Setiap ekosistem atau komunitas atau bagian-bagian lain dalam


organisasi makhluk hidup memiliki produktivitas. Kecepatan energi
radiasi matahari yang diubah oleh tumbuhan hijau menjadi energi kimia
dikenal sebagai produktivitas primer (Vickery, 1984). Produktivitas
primer merupakan kecepatan energi radiasi matahari yang disimpan
melalui aktivitas fotosintesis dan kemosintesis oleh organisme produsen
dalam bentuk bahan organik yang dapat digunakan sebagai bahan pangan.
Produktivitas primer digolongkan menjadi dua macam yaitu produktivitas
primer kotor dan produktivitas primer bersih.
5

Poduktivitas primer kotor, yaitu kecepatan total fotosintesis yang


mencakup bahan organik yang digunakan dalam respirasi atau pernapasan
selama periode pengukuran atau dapat diartikan sebagai fotosintesis total.

Produktivitas primer bersih, yaitu kecepatan penyimpanan bahan


organik dalam jaringan tumbuhan sebagai kelebihan bahan organik yang
sebagian telah dipakai untuk respirasi tumbuhan selama proses
pengukuran atau disebut juga fotosintesis bersih (Resosoedarmo, dkk.,
1986).

Aliran energi melalui komunitas yang dimulai dari fiksasi cahaya


matahari oleh tumbuhan hijau yaitu proses pengiriman energi. Tumbuhan
mengandalkan makanan simpanan yang berupa energi dalam biji sampai
musim berproduksi. Energi yang diakumulasi oleh tumbuhan hijau disebut
produksi atau disebut juga produksi primer. Kecepatan penyimpanan yang
diwujudkan oleh aktivitas fotosintesis disebut produktivitas primer.
Seperti halnya organisme lain, tumbuhan membutuhkan energi untuk
berproduksi dan pemeliharaan kehidupannya. Energi yang tinggal sesudah
proses respirasi disimpan sebagai bahan organik disebut produksi primer
bersih atau pertumbuhan tumbuhan (Sudarmadji, 2014).

Produksi primer total dalam suatu ekositem dikenal sebagai


produksi primer kotor (PPK-gross primary production, GPP) ekositem
tersebut, jumlah energi cahaya yang dikonversi menjadi energi kimiawi
melalui fotosintesis per satuan waktu. Tidak semua produksi ini disimpan
sebagai material organik di dalam produsen-produsen primer karena
mereka menggunakan beberapa molekul sebagai bahan bakar pada
respirasi selulernya sendiri. Produksi primer bersih (PPB-net primary
production, NPP) sebanding dengan produksi primer kotor dikurangi
dengan energi yang digugnakan oleh produsen primer untuk respirasi (R)
: PPB = PPK – R
6

Gambar 2.2 Produktivitas Primer (Nagle, 2010)

Pada banyak ekosistem, PPB adalah sekitar separuh PPK. Produksi


primer bersih merupakan besaran kunci karena mempresentasikan
penyimpanan energi kimia yang akan tersedia bagi konsumen dalam
ekosistem. PPB dapat dinyatakan sebagai energi persatuan luas per satuan
waktu (J/m2/tahun) atau sebagai biomassa yang ditambahkan ke
ekosistem per satuan luas per satuan waktu (g/ m2/tahun) (Campbell, et
al., 2008).

B. Produktivitas Sekunder

Produktivitas sekunder dapat diartikan sebagai kecepatan


menyimpan energi potensial ke dalam tingkatan trofik konsumen atau
makhluk pengurai. Produktivitas sekunder dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu produktivitas sekunder kotor dan produktivitas sekunder
bersih. Dengan demikian, semakin jauh kedudukannya dalam rantai
makanan, maka jumlah energinya adalah semakin kecil. Jumlah energi
total yang terdapat pada tingkat heterotrofik yang analog dengan
produktivitas kotor pada tingkat autotrofik sebaiknya disebut asimilasi dan
bukan produksi, karena pada tingkat ini memang organisme tidak
melakukan produksi melainkan hanya mengassimilasi saja
(Resosoedarmo, dkk., 1985). Hewan tidak menggunakan semua biomassa
yang mereka konsumsi. Beberapa lolos keluar melalui feses dan ekskresi.
Produksi kotor pada hewan ( GSP) adalah jumlah energi atau biomassa
7

yang berasimilasi dikurangi energi atau biomassa dari kotoran. Beberapa


energi diasimilasi oleh hewan digunakan dalam respirasi, untuk
mendukung proses kehidupan, dan sisanya tersedia untuk membentuk
biomassa baru (NSP). Biomassa baru inilah yang kemudian tersedia ke
tingkat trofik berikutnya. Bila dirangkum maka : NSP = GSP – R

Keterangan :

GSP = makanan yang dimakan – ekskresi melalui feses

R = respirasi

(Nagle, 2010)

Gambar 2.3 Produktivitas Sekunder (Nagle, 2010)

Produktivitas sekunder (PS) adalah kecepatan organisme


heterotrof mengubah energi kimia dari bahan organik yang dimakan
menjadi simpanan energi kimia baru di dalam tubuhnya. Energi kimia
dalam bahan organik yang berpindah dari produsen ke organisme
heterotrof (konsumen primer) dipergunakan untuk aktivitas hidup dan
hanya sebagian yang dapat diubah menjadi energi kimia yang tersimpan
di dalam tubuhnya sebagai produktivitas bersih.
8

2.2. Daur Biogekimia


Daur biogeokimia adalah daur ulang air dan komponen-
komponen kimia (unsur kimia) yang melibatkan peran serta dari makhluk hidup
termasuk manusia dan bebatuan/geofisik. Daur Biogeokimia memiliki peranan yang
sangat penting bagi kehidupan manusia. Yang termasuk daur biogeokimia antara lain
:

2.2.1. Daur Air


Daur Air merupakan proses siklus yang terjadi secara terus menerus
dan tidak pernah berhenti mulai dari air yang ada di daratan berubah menjadi
awan kemudian menjadi hujan. Daur air akan terjadi terus menerus selama
bumi masih ada. Manusia sangat memerlukan air yang bersih, sehingga daur
air dapat membuat air kotor dapat dikonsumsi kembali. Daur air bermanfaat
untuk mengatur suhu lingkungan, menciptakan hujan, mengatur perubahan
cuaca dan menciptakan keseimbangan dalam biosfer bumi. Terjadi 7 tahapan
proses dalam daur air yang berjalan secara sistematis dan beraturan yaitu
evaporasi, transpirasi, sublimasi, kondensasi, pengendapan, limpasan (runoff)
dan infiltrasi.

Air memiliki peran yang sangat penting untuk kehidupan makhluk


hidup di bumi, apabila air habis atau berkurang maka segala kehidupan akan
musnah. Air adalah senyawa penting yang mendukung adanya kehidupan di
alam semesta ini. Di bumi, air berperan dalam proses fotosintesis dan proses
pertumbuhan tanaman. Bagi hewan dan manusia, air sangat dibutuhkan untuk
transportasi zat. Manusia, tumbuhan dan hewan tidak akan bisa hidup tanpa
air. Ketersediaan air di muka bumi ini dapat terus terjaga karena adanya daur
air. Daur air atau daur hidrologi berjalan secara sistematis melalui beberapa
proses interaksi komponen abiotik dalam ekosistem.
9

Gambar 2.4 Daur Air

1. Evaporasi

Awal mula proses daur air dimulai dari proses evaporasi.


Evaporasi yaitu proses penguapan air yang ada di permukaan akibat
adanya energi panas dari sinar matahari yang terpancar ke bumi. Air dalam
bentuk cair yang ada di laut, danau, sungai, tanah dan lain-lain akan
berubah bentuk menjadi uap air dan naik ke atas menuju lapisan atmosfer.
Semakin besar energi panas sinar matahari yang terpancar ke bumi, laju
evaporasi akan semakin besar pula.

2. Transpirasi

Selain berasal dari sumber airnya langsung, proses penguapan


dalam daur air di permukaan bumi juga dapat terjadi pada jaringan
tumbuhan, yang disebut dengan istilah transpirasi. Proses transpirasi ialah
akar tanaman akan menyerap air dan mengedarkannya ke daun untuk
proses fotosintesis. Kemudian air hasil proses fotosintesis dikeluarkan
oleh tanaman melalui stomata sebagai uap air.
10

3. Sublimasi

Yaitu proses dimana es berubah menjadi uap air tanpa mengalami


fase cair. Sublimasi juga memilki peran dalam pembentukan air uap di
udara. Yang menjadi sumber utama air dalam proses sublimasi yaitu
lapisan es dari kutub utara, kutub selatan dan es di pegunungan. Proses
sublimasi lebih lambat dari proses penguapan.

4. Kondensasi

Pada saat air di seluruh permukaan bumi berubah menjadi uap air,
ia kemudian naik ke tas menuju lapisan atas atmosfer. Pada ketinggian
tertentu, uap air berubah menjadi partikel es yang berukuran sangat kecil
akibat dari pengaruh suhu udara yang rendah. Proses inilah yang disebut
kondensasi.

5. Pengendapan (Presipitasi)

Awan yang merupakan uap air yang terkondensasi kemudian turun


ke permukaan bumi sebagai hujan karena pengaruh perubahan suhu atau
angin panas. Apabila suhu sangat rendah yaitu dibawah 0 derajat, tetesan
air jatuh sebagai hujan salju atau hujan es. Melalui proses presipitasi ini,
air kemudian masuk kembali ke lapisan litosfer bumi.

6. Limpasan

Limpasan merupakan proses di mana air mengalir dan berpindah


tempat di atas permukaan bumi. Air bergerak dan berpindah dari tempat
yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah melalui saluran-saluran
seperti sungai dan got hingga kemudian masuk ke danau, laut dan
samudera. Pada proses limpasan ini, air masuk kembali ke lapisan
hidrosfer.

7. Infiltrasi

Setelah turun hujan, tidak semua air mengikuti tahap limpasan di


atas. Beberapa diantaranya meresap ke dalam tanah. Air tersebut
11

merembes ke bawah dan menjadi air tanah. Air yang masuk ke dalam
tanah ini disebut air infiltrasi.

2.2.2. Daur Karbon


Karbon merupakan unsur dasar penyusun makhluk hidup, oleh karena
itu karbon disebut sebagai senyawa organik. Karbon merupakan unsur dalam
bentuk gas. Pergerakannnya di dalam suatu ekosistem berbarengan dengan
aliran energi pada rantai makanan serta poses kimiawi yang berlangsung pada
makhluk hidup. Karbon terdapat dalam bentuk gas berasosiasi dengan oksigen
membentuk karbondioksida dan karbonmonoksida.

Kadar gas karbondioksida di atmosfer sekitar 0,03% dari total semua


gas yang ada, namun siklus karbon berlangsung sangat cepat. Jumlah
karbondioksida ini sangat bervariasi tergantung musim, konsentrasi
karbodioksida ketika musim panas akan turun, sedangkan ketika musim
dinginjumlah meningkat. Tumbuhan sangat bergantung dengan gas
karbondioksida di atmosfer untuk menghasilkan senyawa karbon komplek
(glukosa) melalui proses fotosintesis. Proses fotosintesis dipengaruhi oleh
suhu, suhu yang rendah (dingin) akan membuat enzim- enzim fotosintesis tidak
aktif oleh karena itu, ketika suhu dibawah optimum, maka proses fotosintesis
menurun, dengan demikian kadar karbon di atmosfer semakin meningkat.
Siklus karbon tak hanya berasal dari satu proses kehidupan, namun juga oleh
proses abiotik yang terjadi di alam. Berikut uraian lengkap mengenai siklus
karbon.
12

Gambar 2.5 Siklus Daur Karbon

1. Respirasi

Respirasi merupakan reaksi pembakaran yang berlangsung pada


semua organisme. Dalam proses ini membutuhkan senyawa karbon
kompleks (glukosa) yang merupakan hasil fotosintesis
tumbuhan. Kelompok organisme heterotrof (organisme yang tidak
mampu berfotosintesis) memperolah asupan karbon kompleks dari
organisme lain. Dengan demikian terjadi aliran dari satu organisme
(komponen biotik) ke organisme lain. Pada respirasi ini akan
menghasilkan senyawa karbon buanngan dalam bentuk karbondioksida
yang dibuang ke atmosfer. Melalui reaksi respirasi, aliran senyawa karbon
di atmosfer yang diambil untuk fotosintesis akan dikembalikan.

2. Fotosintesis

Berbeda dengan respirasi, fotosintesis haya dilakukan oleh


organisme berklorofil (tumbuhan, alga). Reaksi fotosintesis memerlukan
senyawa karbon yang terdapat di atmosfer (dalam bentuk karbondioksida)
untuk membentuk senyawa karbon yang lebih kompleks, glukosa, yang
merupakan sumber energi yang dibutuhkan oleh semua organisme hidup.
Senyawa karbon di atmosfer berasal dari berbagai proses biotik (rspirasi,
penguraian) maupun dari proses abiotik (pembakaran).

Dalam lingkungan akuatik, senyawa karbon akan bereaksi dengan


senyawa air membentuk senyawa asam bikarbonat yang merupakan
13

sumber karbon bagi organisme autotrof perairan . asam bikarbonat akan


dipecah kemblai menjadi senyawa penyusunnya (air, dan karbondioksida),
ketika akan digunakan untuk berfotosintesis oleh tumbuhan air dan alga.
Secara keseluruhan, jumlah senyawa karbon dalam bentuk anorganik
(hasil perombakan) di dalam lautan sekitar 50 kali lebih banyak dibanding
di atmosfer. Oleh karena itu, lautan dapat berfungsi sebagai penyangga
yang akan menyerap sejumlah karbon yang ditambahkan di atmosfer
melalui pembakaran.

3. Penguraian

Dekomposisi atau penguraian dilakukan organisme pengurai


(dekomposer), yaitu bakteri dan juga jamur. Sejumlah karbon dapat
berpindah dari suatu komponen abiotik ke kemoponen biotik, dan
komponen biotik satu ke komponen biotik lainnya melaui rantai makanan.
Dalam aliran rantai makanan juga terjadi aliran materi senyawa karbon.
Namun, tak semua senyawa karbon berpindah dari satu komponen ke
komponen lain. Akumulasi senyawa karbon dalam jumlah besar masih
ditemukan pada suatu organisme, contoh senyawa karbon tersimpan dala
jaringan kayu yang relatif tahan lama (dapat ratusan tahun). Oleh karena
itu, perpindahan senyawa karbon dalam siklus ini akan menjadi sangat
lama. Proses penguraian (perombakan) senyawa karbon tersebut menjadi
komponen yang paling kecil (detritus) yang dilakukan oleh detritivora
menjadi alternatif pengembalian senyawa karbon ke atmosfer.

4. Pembakaran

Pembakaran kayu serta bahan bakar fosil merupakan penyumbang


senyawa karbondioksida yang paling cepat ke atmosfer. Kandungan
senyawa karbon yang terakumulasi di dalam sebuah batang pohon bersifat
tahan lama, proses pembakaran akan mengembalikan senyawa karbon
yang ada di dalamnya. Dengan demikian, kadar karbon di atmosfer akan
meningkat tajam. Fosil (sisa kerangka, atau organisme yang telah mati)
masih menyimpan senyawa karbon.
14

Sisa-sisa fosil jutaan tahun yang lalu, membentuk seyawa karbon


lain yang dapat menjadi bahan bakar, seperti batu bara, minyak bumi.
Proses ini merupakan hasil dari perombakan yang dilakukan oleh
dekomposer yang berlangsung sangat lama. Proses pembakaran
merupakan jalur tercepat pengembalian senyawa karbon ke atmosfer.
Terlalu banyak menggunakan bahan bakar fosil serta pembakaran pohon
batang akan meningkatkan kadar karbondioksida yang sangat tajam.
Tingginya angka karbondioksida di atmosfer akan menimbulkan efek
rumah kaca yang merupakan salah satu penyebab global warming.

2.2.3. Daur Nitrogen


Daur nitrogen ialah salah satu daur biogeokimia yang dalam hal ini
terjadi di bumi karena adanya interkasi yang terjadi antara komponen dalam
ekosistem. Nitrogen secara umum terdapat dalam lapisan udara bumi
“atmosfer” dan sebagian kecil terdapat dipermukaan listosfer bumi. Nitrogen
banyak digunakan oleh tumbuhan sebagai bahan baku pertumbuhan makronya.
Adapun beberapa sumber nitrogen di dalam dapat tersedia karena terjadinya
proses pemecahan nitrogen di udara secara alami melalui kejadian berikut
seperti ini.

Gambar 2.6 Daur Nitrogen


15

1. Fiksasi Nitrogen

Nitrogen di udara menjadi bagian dari materi biologis sebagian


besar melalui satu tindakan bakteri dan ganggang dalam proses yang
dikenal sebagai fiksasi nitrogen. Tanaman legum membentuk nodul pada
akar di mana bakteri memperbaiki nitrogen mengambil nitrogen dari udara
dan mengubahnya menjadi amonia (NH3). Amonia ini lebih dikonversi
oleh bakteri lain pertama menjadi ion nitrit, NO2–, dan kemudian menjadi
ion nitrat, NO3–.

Metode lain fiksasi nitrogen terjadi di atmosfer. Petir memecah


molekul nitrogen menjadi atom yang bergabung dengan oksigen di udara
membentuk oksida nitrogen. Ini larut dalam hujan, membentuk nitrat,
yang dibawa ke bumi.

2. Pembusukan

Protein dibuat oleh tanaman masuk dan melewati jaring makanan.


Pada setiap tingkat, metabolisme mereka menghasilkan senyawa nitrogen
organik yang kembali ke lingkungan, terutama di ekskresi. Penerima
manfaat akhir dari bahan-bahan ini adalah mikroorganisme pembusukan
yang memecah molekul dalam kotoran dan organisme mati menjadi
amonia.

3. Nitrifikasi

Tanah yang hidup dan bakteri nitrifikasi mengubah amonia


menjadi nitrat. Bakteri dari genus Nitrosomonas mengoksidasi NH3 untuk
nitrit (NO2–) maka bakteri dari genus Nitrobacter mengoksidasi nitrit
menjadi nitrat (NO3–). Dengan cara ini, nitrogen dibuat tersedia bagi akar
tanaman. Mikroba Archael hadir dalam tanah dan laut mengkonversi
amonia menjadi nitrit. Banyak kacang-kacangan, selain memperbaiki
nitrogen atmosfer, juga melakukan nitrifikasi (konversi nitrogen organik
untuk nitrit dan nitrat). Ini mencapai tanah ketika mereka merontokkan
daunnya.
16

4. Denitrifikasi

Denitrifikasi adalah pengurangan nitrat kembali menjadi gas


nitrogen (N2). Bakteri yang hidup jauh di tanah dan di sedimen perairan
di mana kondisi anaerob. Mereka menggunakan nitrat sebagai alternatif
oksigen untuk akseptor elektron terakhir dalam respirasi mereka.

2.2.4. Daur Fosfor


Siklus fosfor didefinisikan sebagai siklus biogeokimia yang
menggambarkan pergerakan fosfor melalui bidang ekosistem yaitu melalui
litosfer, hidrosfer dan biosfer. Udara tidak memiliki peran penting dalam siklus
fosfor sebagai senyawa fosfor dan berbasis fosfor biasanya dalam bentuk padat
dalam rentang suhu yang khas.

Gambar 2.7 Daur Fosfor

1. Fosfor akan memasuki tanah dan air melalui proses pelapukan batuan.

2. Tanaman akan mengambil ion fosfor yang ada dari tanah

3. Setelah itu fosfat kemudian akan dipindahkan dari tanaman ke jenis hewan
herbivora.

4. Selanjutnya hewan herbivora akan dimakan oleh hewan jenis karnivora.


17

5. Setelah terjadinya proses penyerapan fosfat yang diserap oleh hewan


setelah itu dikembalikan lagi ke tanah melalui ekskresi dan juga dari
dekomposisi tumbuhan atau bahan mati oleh mikroba.

6. Bahan tanaman akan mati dan produk-produk limbah lainnya akan


membusuk melalui aksi bakteri.

7. Fosfat selanjutnya akan dilepaskan ke lingkungan melalui proses ini.

8. Fosfat yang ada dalam tanah akan terkikis ke dalam air.

9. Air inilah yang nantinya digunakan oleh ganggang dan juga tanaman
sebagai sumber nutrisi.

10. Apabila terjadinya kekurangan fosfat dalam tubuh tumbuhan maka


pertumbuhan tanaman akan menjadi lambat dan terhambat.

2.2.5. Daur Sulfur


Siklus sulfur adalah perubahan sulfur dari hidrogen sulfida menjadi
sulfur dioksida kemudian menjadi sulfat dan akhirnya kembali menjadi
hidrogen sulfida lagi. Sulfur dapat ditemukan dialam dalam berbagai bentuk.
Dalam tanah, sulfur bisa ditemukan dalam bentuk mineral, sedangkan diudara
dapat ditemukan dalam bentuk gas sulfur dioksida dan di dalam tubuh
organisme terdiri sebagai penyusun protein. Meskipun keberadaannya sering
kekurangan di dalam sel, akan tetepi itu merupakan sebuah elemen sangat
esensial bagi sistem kehidupan.

Gambar 2.8 Daur Sulfur


18

Siklus sulfur ini di mulai dari dalam tanah ketika ion – ion sulfat di
serap oleh akar dan akan dimetabolisme menjadi penyusun protein di dalam
tubuh tumbuhan. Saat hewan dan manusia memakan tumbuhan, protein
tersebut selanjutnya akan berpindah ketubuh manusia. Kemudian dari dalam
tubuh manusia senyawa sulfur akan mengalami metabolisme yang sisa – sisa
hasil metabolisme tersebut selanjutnya diuraikan oleh bakteri yang ada di
dalam lambung berupa gas dan akhirnya dikeluarkan melalui kentut. Oleh
karena itu, salah satu zat yang terkandung dalam kentut yaitu sulfur. Dengan
semakin besar kandungan sulfur yang terdapay dalam kentut maka kentut juga
akan semakin bau. Hidrogen sulfida (H2S) ini berasal dari proses penguraian
hewan dan tumbuhan yang telah mati oleh mikroorganisme seperti bakteri dan
juga jamur.

H2S hasil dari penguraian, sebagian akan tetap berada dalam tanah dan
sebagiannya lagi akan di lepaskan ke udara berupa gas H2S. Gas hidrogen
sulfida yang ada di udara ini kemudian bersenyawa dengan oksigen untuk
membentuk sulfur dioksida. Sedangkan H2S yang tertinggal didalam tanah
dengan bantuan bakteri akan diubah menjadi ion sulfat serta senyawa sulfur
oksida.

Ion sulfat selanjutnya akan diserap kembali oleh tanaman sedangkan


sulfur dioksida selanjutnya akan terlepas ke udara. Sulfur dioksida nantinya di
udara akan bereaksi dengan oksigen dan juga air dan membentuk asam sulfat
atau H2SO4 yang kemudian jatuh ke bumi berupa hujan asam. Hujan asam ini
juga bisa disebakan karena terjadinya polusi udara seperti asap – asap pabrik
dan asap kendaraan bermotor. Selain itu hujan asam juga dapat menjadi pemicu
atau penyebab terjadinya korosi pada bebatuan dan logam. Bakteri akan
memecah lagi H2SO4 yang jatuh kedalam tanah menjadi ion sulfat yang
nantinya adakn kembali diserap oleh tumbuhan.

Setelah itu tumbuhan akan di makan oleh hewan dan juga manusia, dan
makhluk hidup yang mati diuraikan oleh bakteri dan akan menghasilkan sulfur
kembali. Begitu seterusnya terjadi tidak akan pernah terhenti selama salah satu
dari komponen yang penting seperti tumbuhan ini masih ada di permukaan
bumi.
19

Dalam daur sulfur atau biasa juga disebut dengan siklus belerang,
terdapat 2 jenis proses yang terjadi untuk merubah sulfur menjadi senyawa
belerang lainnya. Jenis proses ini adalah melalui reaksi antara sulfur, air dan
oksigen serta melalui aktivitas mikrorganisme. Beberapa mikroorganisme
yang memiliki peranan penting dalam siklus sulfur ini adalah berasal dari
golongan bakteri, seperti bakteri Desulfomaculum dan juga bakteri Desulfibrio
yang nantinya akan mereduksi sulfat menjadi sulfida dalam bentuk H2S atau
hidrogen sulfida.

Kemudian hidrogen sulfida akan digunakan oleh bakteri fotoautotrof


anaerob atau Chromatium dan selanjutnya akan melepaskan sulfur dan juga
oksigen.

Kemudian setelah itu sulfur dioksidasi oleh bakteri kemolitotrof


(Thiobacillus) yang diubah menjadi sulfat. Mikroorganisme yang bertanggung
jawab pada setiap proses transformasi dalam daur belerang atau daur sulfur,
adalah sebagai berikut :

1. H2S → S → SO4 => bakteri sulfur tidak berwarna, hijau dan ungu.
2. SO4 → H2S => bakteri desulfovibrio ada dalam reaksi reduksi sulfat
Anaerobik.
3. H2S → SO4 => bakteri thiobacilli terdapat proses reaksi oksidasi sulfide
aerobik.
4. Sulfur organik → SO4 + H2S, => mikroorganisme jenis heterotrofik
aerobik dan anaerobik.

2.3. Simbiosis
Simbiosis berasal dari bahasa Yunani sym yang berarti dengan dan biosis yang
berarti kehidupan. Simbiosis merupakan interaksi antara dua organisme yang hidup
berdampingan. Simbiosis merupakan pola interaksi yang sangat erat dan khusus antara
dua makhluk hidup yang berlainan jenis. Makhluk hidup yang melakukan simbiosis
disebut simbion.

Dalam sebuah ekosistem, salah satu komponen yang penting adalah mahluk
hidup, baik itu manusia, hewan dan juga tumbuhan. Ekosistem yang seimbang selalu
20

ditandai dengan interaksi antara makhluk hidup dan juga lingkungan. Salah satu
bentuk interaksi di antara makhluk hidup disebut dengan simbiosis. Secara harfiah
simbiosis sendiri berasal dari penggabungan dua kata Yunani yakni Sym dan juga
biosis. Sym sendiri berarti “dengan” sedangkan Biosis diartikan “kehidupan”. Secara
utuh dan sederhana, simbiosis diartikan sebagai pola interaksi yang erat di antara
organisme dengan spesies yang berbeda atau berlainan jenisnya. Meski berbeda,
namun organisme tersebut terikat dan terkait serta tetap hidup berdampingan. Ada
beragam jenis simbiosis. Ada beberapa bentuk simbiosis yaitu :

2.3.1. Simbiosis Mutualisme


Simbiosis Mutualisme adalah hubungan sesama mahkluk hidup yang
saling menguntungkan kedua pihak. Contohnya:

 Bunga Sepatu dan Lebah

Gambar 2.9 Simbiosis Mutualisme


21

 Burung Jalak dan Kerbau.

 Jenis jamur tertentu dan jenis alga tertentu membentuk likenes


22

 Bunga dengan kupu-kupu

 Protozoa Mixotricha paradoxa dengan rayap Mastotermes darwiniensis

2.3.2. Simbiosis Komensalisme


Simbiosis Komensalisme adalah di mana pihak yang satu mendapat
keuntungan tapi pihak lainnya tidak dirugikan dan tidak diuntungkan. Contoh:

 Ikan badut dengan anemon laut


 tai dengan short
 Ikan Remora dan Ikan Hiu
 Anggrek dengan Pohon Mangga

Hubungan dua makhluk hidup yang satu mendapat untung tetapi yang
lainnya tidak dirugikan.Berikut beberapa contoh simbiosis komensalisme :

a. Hubungan antara tumbuhan inang dan anggrek


23

Gambar 2.10 Simbiosis Komensalisme

Tumbuhan inang (tumbuhan yang ditumpangi) tidak merasa


dirugikan oleh anggrek, karena anggrek tidak mengambil makanan dari
tumbuhan yang ditumpanginya tersebut.

b. Hubungan antara hiu dan ikan remora

Hiu tiidak merasa dirugikan oleh adanya remora yang mengambil


makanan pada tubuh ikan hiu. Ikan remora merasa aman dekat dengan hiu
karena ikan-ikan pemangsa takut dengan hiu.

c. Hubungan antara tumbuhan sirih dengan tumbuhan inangnya


24

Sirih mendapat keuntungan karena dapat merambat pada


tumbuhan lain (inang). Inangnya tidak merasa dirugikan karena sirih tidak
menyerap (mengambil makanan).

2.3.3. Simbiosis Parasitisme


Simbiosis Parasitisme adalah di mana pihak yang satu mendapat
keuntungan dan merugikan pihak lainnya. Contoh :

 Tanaman benalu dengan inangnya

Gambar 2.11 Simbiosis Parasitisme


 Tali putri dengan inangnya

 Ulat pemakan daun

 Nyamuk dengan Manusia


25

2.3.4. Simbiosis Amensalisme


yaitu saat satu pihak dirugikan dan pihak lainnya tidak diuntungkan
maupun dirugikan.contoh: Jamur Penisilin dengan Sarcoptes. Contoh
simbiosis amensalisme adalah pohon walnut. Tumbuhan ini menghasilkan
senyawa alelopati sehingga jika diperhatikan secara cermat, pada sekitar pohon
ini tak ada tumbuhan lain yang bisa tumbuh juga berkembang dengan baik
karena dihambat oleh senyawa alelopati si pohon walnut. Pola yang sama juga
dijumpai pada pohon pinus. Jika diperhatikan, jarang ada tumbuhan yang bisa
tumbuh dengan baik di wilayah si pinus tersebut.

Contoh lain alelopati ini (khususnya pada tingkat populasi) adalah


rumput teki yang mengeluarkan senywa bersifat racun sehingga tumbuhan di
sekitarnya tidak bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Sementara itu,
pada jamur penicillum sp juga dijumpai pola yang sama dimana senyawa
antibiotic yang ia hasilkan bisa menghambat perkembangan bakteri jenis
tertentu.
26

Gambar 2.12 Simbiosis Amensalisme

2.3.5. Simbiosis Netralisme


Netralisme adalah hubungan antar mahluk hidup berbeda jenis yang
tidak saling mempengaruhi, meskipun mahluk hidup tersebut berada dalam
habitat yang sama.

contoh : interaksi antara kucing dan ayam di kebun. Kucing dan ayam
tidak saling mempengaruhi karena mempunyai jenis makanan yang berbeda.

Gambar 2.13 Simbiosis Netralisme


BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Produktivitas ekosistem adalah kemampuan organisme-organisme dalam
ekosistem untuk menerima dan menyimpan energi. Produktivitas ekosistem dibagi
mejadi dua yaitu produktovotas ekosistem primer dan sekunder.

Daur biogeokimia adalah daur ulang air dan komponen-


komponen kimia (unsur kimia) yang melibatkan peran serta dari makhluk hidup
termasuk manusia dan bebatuan/geofisik. Daur biogekimia dibagi menjadi 5 yaitu :
Daur air, daur karbon, daur nitrogen, daur fosfor dan daur sulfut.

Simbiosis berasal dari bahasa Yunani sym yang berarti dengan dan biosis yang
berarti kehidupan. Simbiosis merupakan interaksi antara dua organisme yang hidup
berdampingan. Simbiosis merupakan pola interaksi yang sangat erat dan khusus antara
dua makhluk hidup yang berlainan jenis. Makhluk hidup yang melakukan simbiosis
disebut simbion.

27
28

DAFTAR PUSTAKA

Anonime. Dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Daur_biogeokimia. Diakses pada


tanggal 04 Maret 2018 Jam 20.00 WIB.
Anonime. Dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Simbiosis. Diakses pada tanggal 04
Maret 2018 Jam 20.00 WIB.
Anonime. Dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Aliran_energi. Diakses pada tanggal
04 Maret 2018 Jam 20.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai