Anda di halaman 1dari 17

PENDEKATAN BALANCED SCORECARD UNTUK MENGUKUR KINERJA

MENYELURUH ORGANISASI KOPERASI KPRI KESRA DINAS KOPERASI,


USAHA KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN DELI SERDANG

oleh
1)
Runggu B. Napitupulu, 2)Marion Sibarani, 3)Chainar Elliria, 4)S Yudi Nugroho
1,2,3)
Fakultas Ekonomi, Universitas Darma Agung Medan
4)
Fakultas, Universitas Budi Luhur Jakarta

ABSTRAKSI

Pengurus koperasi sering terpaku hanya pada angka dalam sisa hasil usaha dan angka-
angka neraca dalam menilai kinerja. Padahal unsur itu hanyalah salah satu dari sekian
banyak komponen yang berinteraksi dalam lembaga. Oleh sebab itu fluktuasi yang terjadi
dalam laporan keuangan sering sulit dimengerti dengan baik. Kaplan dan Norton dalam
bukunya menjelaskan hal ini dalam balanced scorecard. Pengelola organisasi perlu
memperhatikan perpektif lain yang tidak kalah penting yakni perpektif pelanggan, perpektif
proses bisnis, dan perpektif pertumbuhan/pembelajaran. Rumusan masalah yang diangkat
dalam penelitian ini yakni: Bagaimana kinerja Koperasi KPRI Kesra Dinas Koperasi, Usaha
Kecil dan Menengah Kabupaten Deli Serdang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
dan menganalisis kinerja organisasi koperasi. Manfaat utama yaitu sebagai bahan referensi
bagi pihak-pihak yang berkepetingan. Teori yang digunakan terkait dengan kinerja dan
balanced scorecard. Data dikumpulkan dengan sekunder dan primer. Sekunder menyangkut
laporan koperasi, sedangkan primer melalui kuessioner dan wawancara dengan pengurus
dan anggota koperasi. Metode Analisis yang digunakan adalah deskriptif dan analisis faktorial
sederhana. Komponen-komponen Balanced scorecard diuraikan lebih lanjut dalam analisis
deskriptif. Temuan dari penelitian dapat diuraikan sebagai berikut: Dua parameter perspektif
keuangan mengalami peningkatan selama 3 tahun ( 2008 -2010 ) yakni Return On Asset (
ROA ) dan Profit Margin on Sales ( PMS ). 2 variabel lain yaitu Loan to Deposit Ratio ( LDR )
dan Growth Rate In Sales ( GRS ) cenderung menurun dalam kurun waktu diatas. Dalam
perspektif pelanggan 2 variabel kurang baik yakni : Customer retention mengalami 2 orang
anggota keluar selama tiga tahun ( 2008 – 2010 ); Number of New Customer tidak ada sama
sekali. Jumlah keluhan cenderung semakin sedikit. Hal ini menunjukkan kecenderungan yang
semakin baik. Kepuasan anggota masuk dalam kategori baik. Cycle time cenderung semakin
singkat artinya terjadi efisiensi dalam pemrosesan pinjaman. Yield Rate mengalami
penurunan selama 3 tahun berturut-turut ( 2008 – 2010 ) Tiga parameter dalam perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran menunjukkan perkembangan yang kondusif yakni employee
productivity, employee turn over dan absenteeism. Kepuasan pengelola yang diperoleh
melalui kuessioner berada pada kategori sedang. Berdasarkan temuan diatas diberikan
rekomendasi berikut: Pengurus perlu mendayagunakan lebih maksimal dana yang masuk ke
koperasi dalam bentuk pemberian pinjaman kepada anggota sehingga volume usaha akan
semakin meningkat . Anggota luar biasa yang berasal dari luar instansi perlu mendapat
perhatian. Siapa di daerah sekitar kantor koperasi yang potensil menjadi anggota. Hal ini
menjadi sangat penting karena bila anggota dari dalam instansi saja, tentu saja jumlahnya
terbatas.Penetapan target volume usaha perlu ditinjau kembali agar lebih menantang
kreativitas pengurus. Bila dibandingkan antara target dengan realisasi pinjaman selama 3
tahun ( 2008 – 2010 ) cenderung kurang menantang. Efisiensi dalam pemrosesan pinjaman
dan kegiatan-kegiatan lain dalam proses bisnis koperasi agar tetap dipelihara.Kepuasan
pengelola koperasi perlu lebih ditingkatkan terutama untuk mendorong mereka lebih

1
produktif dan kreatif dalam mengelola koperasi. Kompensasi yang mereka terima perlu
ditingkatkan sesuai dengan kontribusi dan tanggung jawab mereka terhadap kemajuan
organisasi.

Kata kunci : Pengukuran kinerja, Balanced Score Card, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

ABSTRACT

Cooperative management often fixated only on operational profit and balance sheet
figure in assessing performance. And that is only one element of the many components that
interact in institutions. Therefore, fluctuations in the financial statement is often difficult to
understand it well. Kaplan and Norton explain this in a balanced scorecard. Business
organization need to consider other perspectives are no less important that the customer
perspective, business process perspective, and the perspective of growth/learning. The
formulation of the problem raised in the study is: How the performance KPRI Kesra
Cooperative Cooperatives, Small and Medium Enterprises Deli Serdang Regency. The
research objective is to investigate and analyze the performance of cooperative organization.
The main benefit is as reference for stakeholders. The theory use in connection with the
performance and the balance scorecard. Data collected by secondary and primary.
Secondary reports regarding cooperatives, while the primary through quessioner and
interviews with officials and cooperative’s members. The analysis method used is descriptive
and simple factorial analysis factorial analysis. Balanced scorecard component are described
further in the descriptive analysis. The findings of the study can be described as follows:
Two parameters in financial perspectives was increased for 3 years (2008-2010), such as
Return On Assets (ROA) an Profir Margin On Sales (PMS). Two other variables, namely Loan
to Deposit Ratio (LDR) and Growth Rate in Sales (GRS) tended to decrease in the period
above. In the perspective of customer two unfavourable variables were : Customer
retention had 2 members out for three years (2008-2010), number of new customer did not
exist at all. The number of complaints tends to be less. This shows a trend that the better.
Members satisfaction in the good category. Cycle time means there tends to be more concise
in loan processing efficiencies. Yield Rate declined for 3 consecutive year (2008-2010). Three
parameters in the learning and growth perspectives suggests that the development of an
enabling employee productivity, employee turnover and absenteeism. Manager satisfaction
gained through quesstionaire middle category. Based on the above findings the following
recommendations are given: Managers need to utilize more leverage funds into cooperatives
in the form of loans to members so that the voleme of business will increase. Outstanding
member from outside agencies require attention. Anyone in the area around the office of
member potential cooperative. This became very important because when a target need to
be revised to make it more challenging creativity management. When compare to the target
of the realization of the loan for 3 years (2008-2010) tend to be less challenging. Eficiency in
loan processing and other activities in the cooperative business process in order to remain.
Satisfactions of the cooperative manager need to be improved, especially to encourage them
to be more productive and creative in managing the cooperative. Compensation they receive
needs to be improved in accordance with their contribution and their responsibilities to the
organization’s progress.

Keywords : Performance Assesment, Balanced Score Card, Cooperative, Small and Medium
Enterprises

2
perusahaan adalah balanced scorecard.
1. Latar Belakang Menurut Kaplan dan Norton (2000:7)
Balanced Scorecard melengkapi
Perkembangan teknologi informasi seperangkat ukuran financial kinerja masa
yang cepat telah mengubah pola lalu dengan ukuran pendorong kinerja
persaingan perusahaan dari industrial masa depan. Balanced Scorecard
competition menjadi information mengembangkan tujuan unit bisnis
competition, apalagi pasar bebas akan melampaui rangkuman ukuran financial.
memaksa kita untuk menjalani persaingan Konsep Balanced Scorecard menekankan
yang sangat ketat. Paradigma tersebut pada keseimbangan faktor keuangan dan
tentunya juga mengubah acuan yang non keuangan. Faktor tersebut meliputi
dipakai dalam menilai kinerja suatu faktor internal (karyawan dan organisasi)
perusahaan. Alat tradisional yang dan faktor eksternal (pemegang saham
memfokuskan pada pengukuran financial, dan pelanggan) serta faktor jangka
tentunya juga akan bergeser pada pendek (operasional) dan faktor jangka
pengukuran yang lebih kompleks yang juga panjang (visi dan misi). (Kurnianto,
mencakup pada non keuangan. 2006:36)

Menurut Kaplan dan Norton Balanced scorecard merupakan alat


(2000:6) kinerja perusahaan merupakan ukur kinerja yang menyeimbangkan empat
suatu tujuan yang ingin dicapai untuk perspektif yaitu perspektif keuangan,
memperoleh kesempatan bagi perusahaan perspektif pelanggan, perspektif proses
mencapai sukses di masa yang akan bisnis internal, perspektif belajar dan
datang.Hasil analisis kinerja perusahaan berkembang. Perspektif keuangan yaitu
dipakai oleh pihak manajemen sebagai suatu analisis kinerja perusahaan yang
acuan untuk mengambil keputusan dan inputnya berupa data-data keuangan
mengevaluasi kinerja manajemen dan unit- perusahaan seperti laporan laba rugi,
unit yang terkait di ingkungan perusahaan. neraca dan laporan perubahan modal.
Pengukuran kinerja perusahaan yang
terlalu ditekankan pada sudut financial Perspektif pelanggan, merupakan
sering menghilangkan sudut pandang lain analisis yang menitikberatkan pada
yang tentu tak kalah penting, seperti segmen pelanggan dan segmen pasar di
pengukuran kepuasan pelanggan dan mana perusahaan akan beroperasi.
proses adaptasi dalam suatu perubahan. Perspektif proses bisnis internal adalah
Hal ini mungkin kurang bisa bertahan analisis yang berkaitan dengan internal
dalam menghadapi setiap ancaman dalam penting yang dimiliki perusahaan,
lingkungan usaha yang sering berubah- merupakan feed back (umpan balik)
ubah. Proses bisnis merupakan interaksi perusahaan kepada konsumen, yang
antara manusia dan teknologi, sehingga terdiri dari proses operasi, inovasi dan
pengukuran kinerja perusahaan yang proses pelayanan penjual.
mempertahankan pada kriteria keuangan
tidak bisa merefleksikan adanya teknologi Perspektif proses belajar dan
baru. Dengan adanya kelemahan atas pertumbuhan yaitu analisis tentang
sistem pengukuran kinerja seperti di atas, kemampuan perusahaan dalam
maka muncul konsep-konsep atau aspek menganalisis pertumbuhan jangka panjang
penilaian kinerja perusahaan yang lebih perusahaan. Balanced Scorecard
komprehensif,dengan mempertimbangkan digunakan sebagai sistem komunikasi,
aspek keuangan dan non keuangan. informasi dan pembelajaran, yang
memberikan kontribusi pada proses
Salah satu alat ukur yang internal bisnis sehingga pelanggan menjadi
memasukkan unsur financial dan non puas terhadap produk yang bersih dan
financial dalam mengukur kinerja aman, harganya murah dan berkualitas

3
tinggi, serta pelayanan yang baik, yang Pengukuran Kinerja Perusahaan
pada akhirnya perusahaan akan Perusahaan menggunakan pengukuran
mendapatkan keuntungan yang tercermin kinerja (performance measurement)
dalam performansi keuangan. sebagai alat bantu bagi manajemen dalam
2. Perumusan Masalah mengukur kinerja bisnisnya dibandingkan
dengan tujuan perusahaan. Alat untuk
Dengan memperhatikan uraian pada mengukur kinerja antara masing-masing
latar belakang penelitian maka akan perusahaan berbeda-beda, sebagai
dirumuskan masalah penelitian sebagai contohnya suatu perusahaan dianggap baik
berikut : karena perusahaan tersebut menghasilkan
tingkat ROI (Return On Investment) yang
a. Bagaimana kinerja Koperasi KPRI Kesra
tinggi, atau menghasilkan tingkat EVA
dilihat dari perspektif keuangan
(Economic Value Added) yang
b. Bagaimana kinerja Koperasi KPRI Kesra
positif.Terdapat beberapa ukuran kinerja
dilihat dari perspektif pelanggan
yakni: a.Ukuran kinerja tunggal. Ukuran
c. Bagaimana kinerja Koperasi KPRI kesra
kinerja yang hanya menggunakan satu
dilihat dari perspektif proses bisnis
ukuran untuk menilai kinerja manajer. b.
internal
Ukuran kinerja beragam. Ukuran kinerja
d. Bagaimana kinerja Koperasi KPRI Kesra
yang menggunakan berbagai macam
dilihat dari perspektif proses belajar
ukuran untuk menilai kinerja manager.
dan berkembang
c.Ukuran kinerja gabungan.Ukuran kinerja
3. Kajian Pustaka yang menggunakan berbagai macam
ukuran, memperhitungkan bobot masing-
3.1. Kinerja Perusahaan masing ukuran dan menghitung rata-
ratanya sebagai ukuran menyeluruh kinerja
Definisi kinerja perusahaan manajer.

Kinerja perusahaan menurut Weston 3.2. Balanced Scorecard


dan Copeland (1995:238) adalah suatu
ukuran kuantitatif yang meliputi aliran arus Pengertian Balanced Scorecard
kas yang akan datang untuk mencapai
tujuan perusahaan melalui struktur Menghadapi banyaknya persaingan,
modalnya.. Menurut Srimindarti (2004:53) suatu perusahaan membutuhkan alat-alat
kinerja merupakan suatu istilah secara strategi bisnis agar dapat mencapai
umum yang digunakan untuk sebagian atau keberhasilan di masa mendatang.
seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu Hafidhuddin dan tanjung (2003 : 39) setiap
organisasi pada suatu periode dengan organisasi pasti mengalami perubahan atau
referensi pada sejumlah standar seperti ditelan oleh perubahan itu sendiri.
biaya-biaya masa lalu atau yang
diproyeksikan dengan dasar efisiensi, Salah satu cara untuk mengubah
pertanggungjawaban atau akuntabilitas organisasi ke arah yang lebih baik adalah
manajemen dan semacamnya. dengan merubah metode atau model
pengukuran kinerjanya dari yang awalnya
Dari pengertian di atas dapat hanya menggunakan metode tradisional
disimpulkan bahwa kinerja perusahaan yaitu penghitungan tradisional yaitu
adalah hasil yang mencerminkan keuangan saja menjadi metode Balanced
bagaimana perusahaan memanfaatkan Scorecard (BSC). Hal ini agar organisasi
harta yang dimiliki secara produktif dan atau perusahaan dalan melakukan
memonitor efisiensi penggunaan modal pengukuran kinerjanya mencakup semua
perusahaan dalam bentuk dana maupun hal bukan hanya unsur financial saja.
barang untuk meningkatkan nilai bagi Pengertian Balanced Scorecard menurut
pemegang saham. Hutabarat (1997:26) adalah potret nyata

4
strategi pada seluruh tingkatan Penyusunan Balanced Scorecard
organisasi ke dalam kerangka proses menunjukkan keterkaitan yang sangat erat
belajar strategik dengan mengkaitkan antara strategi perusahaan dengan
semua aspek dalam lingkungan bisnis pengukuran-pengukuran yang diperlukan
sehingga dapat digunakan sebagai umpan untuk mendorong kinerja perusahaan.
balik mengenai strategi yang akan
dijalankan organisasi 3.3. Elemen-elemen Balanced
Scorecard
Konsep Balanced Scorecard
Balanced Scorecard menekankan elemen-
Balanced Scorecard merupakan elemen sebagai berikut:
metode penelitian kinerja unit usaha yang
melengkapi ukuran kinerja keuangan masa a) Profitability Measures
lampau dengan pemicu kinerja unit usaha di Merupakan pengukuran melalui data
masa yang akan datang(Kurnianto, akuntansi yaitu laba operasi, hasil
2006:35). Tujuan dan ukuran memandang penjualan (return on capital employe),
kinerja perusahaan dari empat perspektif nilai tambah ekonomis (economic value
memberi kerangka kerja bagi Balanced added), pertumbuhan penjualan yang
Scorecard ,. Sedangkan menurut Srimindarti cepat atau terciptanya arus kas.
(2004:56) konsep BSC memperkenalkan
empat proses manajemen yang baru, yang b) Customer Satisfaction Measures
terbagi dan terkominasi antara tujuan Merupakan pengukuran dengan
strategik jangka panjang dengan peristiwa – memperhatikan kepuasan pelanggan yaitu
peristiwa jangka pendek, yaitu: produk yang bersih dan lama, harganya
murah dan berkualitas tinggi serta
a.Menterjemahkan visi, misi dan strategi pelayanan yang baik. Hal ini dilakukan agar
perusahaan b. Komunikasi dan hubungan perusahaan mengetahui apa yang
c. Rencana bisnis dengan sebenarnya diinginkan oleh konsumen
mempertimbangkan apakah perusahaan khususnya pelanggan.
akan menekankan pada pertumbuhan
pendapatan dan pasar, profibilitas atau c) Innovation Measures
menghasilkan arus kas. Produk yang ideal menurut pelanggan
Menggunakan Balanced Scorecard, yaitu produk yang bermutu, dikirim tepat
perusahaan didorong untuk tidak hanya waktu, tanpa kerusakan, dan harga yang
memberikan perhatian pada proses yang murah, akan selalu berkembang sehingga
ada, tetapi berusaha mencari metode perusahaan harus selalu mengikuti pasar
proses baru yang memberikan kinerja atau selangkah lebih maju dari kebutuhan
lebih baik lagi bagi pelanggan dan yang diinginkan oleh pelanggan itu sendiri.
pemegang saham untuk strategi yang
ditetapkan. Tanpa Balanced Scorecard,
manajemen tidak memiliki prosedur untuk d). Efficiency Quality and Times
menerima umpan balik mengenai strategi Bentuk pengukuran adalah tingkat
yang ditetapkan dan menguji hipotesa efisiensi, kualitas dan waktu. Dalam
yang menjadi strategi tersebut. Alat ukur menawarkan atau berproduksi perusahaan
Balanced Scorecard bagi manajemen harus dapat mengitegrasikan seluruh
dapat dipakai sebagai alat ukur memonitor bagian dengan efisiensi (dalam biaya),
dan menyesuaikan implementasi dari tetapi dengan hasil yang memiliki kualitas
strategi yang ditetapkan, dan apabila yang tinggi dan penyelesaian yang tepat
diperlukan membuat perubahan waktu.
fundamental dalam strategi itu sendiri.

5
e).ROCE (Return On Capital Employee) satu rasio keuangan yaitu rasio likuiditas
Merupakan pengukuran scorecard dalam yang mana dari perhitungan rasio ini
perspektif keuangan, ukuran ini diharapkan dapat diketahui tentang
merupakan hasil dari penjualan yang terus kemampuan perusahaan dalam membayar
berkembang dan berulang dari konsumen kewajiban jangka pendek. (Darsono dan
yang ada, di mana loyalitas diantara para Ashari, 2005:51).
pelanggan. Dalam hal ini, loyalitas menjadi
ukuran dari Balanced Scorecard dalam Pengukuran kinerja keuangan
perspektif pelanggan. menurut Soetjipto (1997:21) mempunyai
kelemahan yaitu ketidak mampuannya
Misi dan strategi tersebut harus mengukur kinerja harta-harta tak tampak
dapat diterjemahkan dalam tujuan dan (intangible assets) dan harta-harta
pengukuran lebih nyata. Keseimbangan intelektual (sumber daya manusia) dan
antara pengukuran hasil dari usaha masa kinerja keuangan tidak mampu bercerita
lalu dengan pengukuran yang mendorong banyak mengenai masa lalu perusahaan
kinerja dimasa yang akan datang. Untuk serta tidak mampu sepenuhnya menuntun
lebih jelasnya Kaplan dan Norton (2000:23), perusahaan kearah yang lebih baik.
menguraikan keempat perspektif dari
Balanced Scorecard diuraikan sebagai b. Perspektif pelanggan
berikut:
Pada perspektif pelanggan, manajer
a. Perspektif keuangan mengidentifikasikan segmen pelanggan dan
segmen pasar di mana perusahaan akan
Dalam Balanced Scorecard beroperasi, dan kemudian mengukur kinerja
perspektif keuangan tetap mendapat perusahaan berdasarkan target dari segmen
perhatian khusus, karena ukuran tersebut. Pengukuran yang digunakan
keuangan merupakan sesuatu yang sangat adalah kepuasan konsumen, profitabilitas
penting dari konsekuensi ekonomi yang pelanggan, dan pangsa pasar pada target
terjadi disebabkan oleh keputusan dan segmen tersebut. Ada dua kelompok
tindakan ekonomi yang diambil. pengukuran dalam perspektif pelanggan,
Pengukuran kinerja keuangan yaitu:
menunjukkan apakah perencanaan,
implementasi dan pelaksanaan dari 1) Core measurement group
strategi memberikan perbaikan yang Core measurement group mengukur
mendasar. Hal ini juga dikarenakan tingkat kepuasan, loyalitas, retensi,
penghitungan keuangan harus dilakukan akuisisi, konsumen dari pasar yang
setiap saat, baik kegiatannya secara tunai ditargetkan, dan tingkat keuntungan yang
maupun tidak. Weston dan Copeland diperoleh dari target pasar yang dilayani.
(1992:237), membagi tiga alat ukur
kinerja perusahaan dalam perspektif 2) Customer value proposition
keuangan, yaitu: Return on Investment Customer value proposition disebut juga x
(ROI), sebagai alat ukur kinerja yang kelompok penunjang karena terdiri dari
mengukur efektivitas manajemen tolok ukur driver. Menggambarkan
berdasarkan hasil pengembalian yang performance driver yang menyangkut
dihasilkan dari investasi. Profit Margin On pertanyaan apa yang harus disajikan
Sales, menunjukkan besarnya kemampuan perusahaan untuk mencapai tingkat
perspektif dalam meraih laba bersih dari kepuasan, loyalitas, retensi, dan akuisisi
setiap penjualan. Growth Rate In Sales, konsumen yang tinggi.
mengukur tingkat pertumbuhan penjualan Kepuasan pelanggan adalah
dengan membandingkan prosentase tingkat di mana perasaan seseorang
kenaikan penjualan dari periode setelah membandingkan kinerja (hasil)
sebelumnya. Dan penulis menambahkan yang mereka rasakan dibanding dengan

6
harapannya. Jadi, tingkat kepuasan adalah keuangan. Selain itu, Balanced Scorecard
fungsi dari perbedaan antara kinerja yang memasukkan proses inovasi dalam
dirasakan dengan harapan. Adapun perspektif proses bisnis internal yaitu
harapan dari pelanggan dibentuk dari perancangan produk dan pengembangan
pengalaman, pemberian dimasa lalu, produk. Dalam pendekatan tradisional,
komentar teman, serta janji dan informasi proses bisnis internal dimulai dengan
pemasar dan saingannya. penerimaan pesanan dari pelanggan untuk
produk jasa dan kemudian menciptakan
Adapun kepuasan pelangan ini nilai bagi pelanggan, pengiriman dan
adalah sesuai dengan apa yang diharapkan pelayanan produk dan jasa.
dan dijanjikan oleh perusahaan dalam
transakasi bisnis dengan berlaku jujur. d. Perspektif proses belajar dan
berkembang
c. Perspektif proses bisnis internal
Dalam perspektif proses belajar dan
Dalam perspektif proses bisnis berkembang terdapat faktor-faktor yang
internal, perusahaan harus harus diperhatikan. Menurut Mirza
mengidentifikasikan proses bisnis sebaik- (1997:11) faktor-faktor tersebut adalah
baiknya, karena proses internal tersebut kemampuan pekerja, kemampuan sistem
mempunyai nilai-nilai yang diinginkan informasi, adanya motivasi, adanya
pelanggan. Perspektif proses bisnis internal pemberdayaan, dan perlu juga adanya
merupakan keseluruhan proses dari pensejajaran yang dibutuhkan organisasi
identifikasi kebutuhan pelanggan sampai untuk mencapai kinerja yang diinginkan.
pemenuhan. Pendekatan Balanced Suatu organisasi yang ideal dan memiliki
Scorecard membagi pengukuran dalam keunggulan kompetitif tidak hanya
prespektif proses bisnis internal menjadi mempertahankan kinerja relatif yang ada,
tiga macam (Secakusuma, 1997:8) yaitu: tetapi memperbaiki secara terus-menerus
yang hanya dapat dicapai apabila
1) Proses inovasi perusahaan melibatkan mereka langsung
Unit bisnis mencari kebutuhan laten dari terkait dalam proses bisnis internal.
pelanggan dan menciptakan produk dan
jasa yang dibutuhkan pelanggan tersebut. Balanced Scorecard dibutuhkan
perusahaan sebagai suatu sistem
2) Proses operasi pengukuran yang akan menghubungkan
Proses untuk membuat dan menyampaikan antara perbaikan dibidang operasional
produk atau jasa yang dibuat perusahaan dengan kinerja keuangan perusahaan.
saat ini. Sasaran dari sistem pengukuran adalah
3) Proses pelayanan purna jual untuk memotivasi semua lini pekerja untuk
Merupakan jasa pelayanan pada pelanggan, mengimplementasikan secara baik
setelah penjualan produk atau jasa tersebut strategik unit bisnis yang ada. Balanced
dilaksanakan. Ada perbedaan yang Scorecard berusaha untuk mencapai
mendasar dalam proses bisnis internal kinerja bisnis yang baik dan melaksanakan
antara pendekatan tradisional dengan tindakan-tindakan untuk pencapaian
pendekatan Balanced Scorecard (Kaplan tujuan organisasi.
dan Norton, 2000:27), dalam pengukuran
kinerja pendekatan tradisional hanya 4.Teknik Analisis Data
berusaha melihat pada proses bisnis 4.1. Teknik Deskriptif
internal yang ada pada saat itu, sedangkan
Balanced Scorecard akan melihat pula Berdasarkan informasi dari laporan
proses bisnis internal yang baru sama sekali keuangan dan data lain yang dikumpulkan
sehingga perusahaan akan dapat khusus untuk keperluan penelitian ini
memuaskan pelanggan dan tujuan disusun dalam bentuk tabel (tabulasi), lalu
diperbandingkan, dan selanjutnya di
7
intepretasi oleh penulis. Variabel penelitian usaha adalah volume usaha awal
meliputi empat perspektif dalam balanced ditambah dengan volume usaha akhir,
scorecard, yakni: selanjutnya dibagi dua.

1. Perpektif Keuangan 2. Perspektif Pelanggan


a. Rasio LDR (Loan to Deposit
Ratio) a. Customer retention
Perbandingan antara jumlah
kredit/pinjaman yang diberikan oleh Merupakan salah satu indikator dalam
koperasi dengan dana yang diterima perspektif pelanggan yang mengukur
dalam periode tertentu (Darsono, 2005) seberapa besar perusahaan
Total Pinjaman mempertahankan pelanggan lama
LDR = (Srimindarti, 2004). Customer Retention
Total Dana Yang Diterima diperoleh dengan teknik berikut:
Pinjaman yang diberikan meliputi
pinjaman simpan pinjam dan pinjaman Jumlah Anggota Lama
sementara yang diberikan kepada CR =
anggota. Total dana yang diterima terdiri Jumlah Anggota Yang Keluar
dari kas dan bank yang mengalami
penambahan selama periode tertentu b. Number of New Customer
Seberapa banyak koperasi berhasil
b. Return On Asset (ROA) menarik pelanggan-pelanggan/anggota-
Perbandingan antara laba bersih yang anggota baru. Diukur dengan jumlah
diperoleh dalam satu periode dengan anggota baru yang didapatkan setiap
jumlah seluruh asset yang dimiliki oleh tahun (Srimindarti, 2004).
koperasi (Darsono, 2005)
c. Number of Complain
Sisa Hasil Usaha
ROA = Merupakan salah satu ukuran kinerja yang
Total Asset mengukur seberapa banyak anggota yang
c. Profit Margin On Sales melakukan komplain terhadap koperasi
Rasio antara laba bersih yang (Srimindarti, 2004).
diperoleh koperasi dalam satu periode
dengan volume usaha dalam periode yang Jumlah complain
sama (Darsono, 2005)
NC =
Sisa Hasil Usaha
Jumlah Urusan Anggota
PMS =
d. Kepuasan konsumen/Anggota
Volume Usaha
d. Growth Rate in Sales (Persentase Kepuasan konsumen ( anggota koperasi )
kenaikan penjualan) memberikan gambaran tentang kualitas
Perubahan volume usaha pelayanan yang diberikan (Sri Mindarti,
dibandingkan dengan rata-rata volume 2004). Kepuasan dapat dirumuskan
usaha dalam periode tertentu (Darsono, sebagai berikut:
2005)
Total Nilai Rata-Rata Respoden
Perubahan Volume Usaha
GRS = KA=
Rata-Rata Volume Usaha
Total Pernyataan Respoden
Perubahan volume usaha merupakan
selisih antara volume usaha akhir dengan
volume usaha awal. Rata-rata volume

8
3.Perspektif Proses Bisnis Internal Pengelola Keluar
Perspektif proses bisnis internal dapat
dinilai melalui beberapa variabel yakni: ETO =
Total Pengelola
a. Cycle Time
c. Absenteeism
CT diukur dengan waktu yang dibutuhkan Menentukan banyaknya absensi atau
oleh anggota dalam pemrosesan pinjaman ketidak hadiran karyawan Soetjipto,
mulai dari permohonan hingga pencairan 1997).
dana (Soetjipto, 1997).
Jumlah Absensi
Waktu Memproses Pinjaman A=
Jumlah Hari Kerja
CT =

Jumlah Pinjaman Yang Diproses


d. Tingkat kepuasan karyawan
b. Yield Rate
Merupakan perbandingan antara jumlah
Digunakan untuk mengukur kemampuan total nilai rata-rata respoden dibandingkan
koperasi untuk memberikan pinjaman dengan jumlah pernyataan respoden
yang memenuhi syarat kepada anggota (soetjipto, 1997), diformulasikan seperti
sesuai dengan target yang ditetapkan berikut:
(Soetjipto, 1997).

Realisasi Pinjaman Total Nilai Rata-Rata Respoden


TKK =
YR =
Jumlah Pernyataan Respoden
Target Pinjaman
Dalam aspek kepuasan karyawan sebagai
salah satu dimensi perpektif pembelajaran
dan pertumbuhan memiliki indikator-
4.Perspektif Proses Belajar dan indikator berikut: Kepemimpinan, motivasi,
Bertumbuh dan semangat kerja.

a. Employee Productivity 3. Kinerja Keseluruhan

Salah satu ukuran kinerja yang dapat Kinerja ini diperoleh dengan
dipergunakan untuk mengukur membandingkan tiap indikator dengan
produktivitas para karyawan (Soetjipto, masing-masing perspektif balance
1997). scorecard. Masing-masing perspektif
Total Volume Usaha diukur melalui skoring. Hasilnya
EP = diharapkan berimbang.
Total Jam Kerja
3.2. Teknik Analisis Faktorial
b. Employee Turn Over
Teknik ini digunakan untuk
Salah satu indikator kinerja untuk meringkas variabel-variabel penelitian
mengetahui tingkat perputaran tenaga sehingga diperoleh beberapa variabel
kerja dalam setahun (Soetjipto, 1997). dominan. Variabel yang telah diringkas
representatif untuk mewakili variabel-
variabel sebelumnya. Peneliti akan lebih
mudah melakukan analisis dengan hasil
yang memuaskan.
9
3.3. Pengujian Data 38,46% (Rp905.325.000/
Rp2.353.877.140). Terjadi penunuran
Dalam penelitian ini dilakukan dua jenis sebanyak 6,73%. Persensentase ini
pengujian yakni uji validitas dan uji menggambarkan semakin menurun
reliabilitas. prestasi koperasi dari aspek keuangan dari
tahun 2009 hingga tahun 2010. Semakin
5.HASIL DAN PEMBAHASAN kecil dana yang dapat didaya gunakan
5.1. Komponen-Komponen Balanced berarti semakin besar dana yang
Scorecard terpendam. Jika hal ini terjadi maka dana
simpanan berupa biaya bunga akan
Variabel-variabel itu meliputi perspektif semakin besar. Semakin besar deposit
pelanggan, perspektif bisnis internal dan yang tidak diputar dalam bentuk pinjaman
perspektif pertumbuhan dan kepada anggota memberikan cerminan
pembelajaran. yang kurang baik bagi sebuah lembaga
yang bergerak dalam simpan pinjam.
Kinerja keempat komponen balanced
scorecard pada koperasi KPRI Kesra dapat Berdasarkan perkembangan LDR selama
diuraikan sebagai berikut. tiga tahun berturut-turut yakni 45,19% ,
47,45% , dan 38,46% maka secara rata-
a. Perspektif Keuangan
rata diperoleh perbandingan antara Loan
Kondisi keuangan koperasi koperasi terhadap deposit pada koperasi sebesar
dicerminkan oleh empat aspek yakni : 43,7%. Kondisi yang paling baik terdapat
pada tahun 2009 sebanyak 47,45%.
1) Loan to Deposit Ratio ( LDR ) Sebaliknya keadaan paling buruk terdapat
pada tahun 2010 yakni 38,46%.
Perbandingan antara pinjaman yang
diberikan dengan deposit yang masuk 2) Return On Asset
kepada koperasi. Pinjaman mencakup
pertambahan dalam simpan pinjam dan Cerminan pendayagunaan harta koperasi
pinjaman sementara. Deposit terdiri dari dalam menghasilkan sisa hasil usaha
pertambahan kas dan bank. ditunjukkan oleh perbandingan antara
asset dengan return. Perkembangan
Selama tahun 2008 koperasi memperoleh Return On Asset koperasi menunjukkan
LDR sebesar 45,19% (Rp1.093.200.000/ peningkatan dari tahun ke tahun . Pada
Rp2.418.901.688). Jadi dari dana yang tahun 2008 ROA sebesar 6,3% meningkat
masuk ke koperasi selama tahun 2008 menjadi 7,0% pada tahun 2009.
hanya dapat dipinjamkan kepada anggota Selanjutnya meningkat lagi menjadi 8,1%
sebanyak 45,19%. pada tahun 2010. Efektifitas harta yang
dimiliki oleh koperasi semakin baik dari
Pada tahun 2009 terdapat peningkatan tahun 2008 hingga tahun 2010.
dalam LDR yakni dari 45,19% menjadi
47,45% Rata-rata return on asset selama tiga
(Rp997.950.000/Rp2.103.207.761). tahun yakni 7,13% ( 21,4/3 ) . Dari setiap
Pertambahan dalam variabel LDR Rp100 asset koperasi dapat menghasilkan
mencerminkan semakin membaiknya sisa hasil usaha sebanyak Rp7,13 selama
efektivitas keuangan koperasi. Dana yang tiga tahun . Kuantitas ini perlu
diterima diupayakan dengan maksimal diperbandingkan dengan tingkat inflasi
untuk diputar dalam bentuk pinjaman tahunan. Bila tingkat inflasi lebih tinggi
karena pos ini merupakan sumber dari ROA berarti terjadi kemerosotan
pendapatan utama koperasi. Perbandingan dalam nilai pasar harta koperasi.
antara pinjaman yang diberikan dengan
dana kas dan bank yang diperoleh
koperasi selama tahun 2010 sebesar

10
3) Profit Margin On Sales (PMS) Persentase diatas menurun pada tahun
2010 menjadi -1,78% ( -Rp25.276.373 /
Sisa hasil usaha koperasi bila Rp1.422.811.196,5 ). Terjadi penurunan
dibandingkan dengan volume usaha pada volume usaha dari tahun 2009 hingga
tahun 2008 sebesar 8,75%. ( tahun 2010 yakni 5,18%. Peristiwa ini
Rp121.403.673 / 1.387.353.160 ). Dari menunjukkan potensi laba yang akan
setiap Rp100 pendapatan/volume usaha diperoleh akan semakin kecil disebabkan
terdapat didalamnya Rp8,75 sisa hasil volume usaha yang semakin menyusut.
usaha. Rasio ini menunjukkan bahwa Kenyataan ini memberikan gambaran yang
semakin besar volume usaha maka laba tidak baik bagi koperasi terutama pada
yang diperoleh juga akan bergerak dengan masa yang akan datang disebabkan
arah yang sama. Kondisi ini semakin kecenderungan yang semakin menurun
membaik pada tahun 2009 dimana rasio dalam volume usaha.
PMS naik menjadi 9,1% ( Rp130.564.956 /
Rp1.435.449.383 ). Terjadi kenaikan 5.2. Perspektif Pelanggan
sebesar 0,35% dari tahun sebelumnya.
Pada tahun 2010 terdapat pertambahan a. Customer Retention
rasio PMS menjadi 9,3% ( 131.219.178 /
Pada tahun 2008 dari 50 anggota
Rp1.410.173.010 ). Terdapat peningkatan
(termasuk pengelola juga sekaligus
dari tahun 2009 sebanyak 0,2%.
menjadi anggota) terdapat 2 orang yang
Deretan persentase diatas menunjukkan keluar sehingga jumlahnya menjadi 48
peningkatan rasio ini terjadi selama 3 orang. Dari data tersebut diperoleh
tahun berturut-turut. Peningkatan paling customer retention sebesar 25. Pada
tinggi terjadi pada tahun 2009. Rata-rata tahun 2009 hanya satu orang anggota
profit margin on sales dari tahun 2008 yang keluar sehingga angka ini menjadi
hingga tahun 2010 yakni sebesar 9,05 ( 48. Pada tahun 2010 ada 1 orang
27,15% / 3 tahun ). anggota yang keluar sehingga diperoleh
angka 47
4).Growth Rate in Sales (GRS)
Kondisi retensi anggota ini menunjukkan
Besarnya kegiatan usaha koperasi keadaan yang semakin baik dari tahun-ke
dicerminkan oleh rasio growth rate in tahun karena semakin sedikit anggota
sales. Semakin tinggi rasio menujukkan yang keluar. Diharapkan anggota tidak
semakin baik bagi koperasi. Komponen ini ada yang keluar.
merupakan potensi untuk meningkatkan
sisa hasil usaha dikemudian hari. b. Number of New Customer

Volume usaha koperasi pada awal tahun Anggota baru pada tahun 2008 tidak ada.
2008 sebesar Rp1.125.718.624,-. Volume Pada tahun 2009 juga tidak ada tambahan
usaha pada akhir tahun 2008 sebanyak anggota koperasi. Pada akhir tahun 2010
Rp1.387.353.160,- Berdasarkan data bertambah satu orang anggota.
tersebut maka diperoleh pertumbuhan
c. Number of Complain
penjualan (volume usaha ) sebesar
20,82% (Rp261.634.436/ Pada tahun 2008 terdapat 21 keluhan dari
Rp1.256.535.892 ). 507 urusan anggota kepada koperasi.
Persentase jumlah complain pada tahun ini
Pada tahun 2009 perubahan volume usaha
sebesar 4,14% (21/507). Pada tahun
dibandingkan dengan rata-rata volume
berikutnya jumlah keluhan menurun
usaha sebesar 3,4% ( Rp47.986.223 /
menjadi 3,52% (18/512). Terjadi
Rp1.411.456.271,5 ). Terjadi penurunan
penurunan jumlah keluhan sebesar
GRS yang sangat signifikan pada tahun ini.
0,62%. Pada tahun 2010 jumlah complain
Hal ini disebabkan rendahnya
menjadi 2,91 (15/516). Dari 100 urusan
pertumbuhan volume usaha koperasi.

11
anggota hanya 2,91 atau 3 urusan yang (X1), derajad pelayanan (X2), kualitas
dikeluhkan oleh anggota. Deretan angka karyawan (X3), dan ketenangan dan
keluhan diatas mencerminkan rata-rata kenyamanan (X4). Untuk lebih jelas dapat
complain setiap tahun sebesar 3,52 dilihat pada tabel 4.9
(10,57/3). Tiap tahun keluhan anggota
semakin menurun merupakan cermin Fasilitas pelayanan yang dimiliki oleh
pelayanan yang semakin baik dari periode koperasi mempunyai skala 4,13. Angka ini
ke periode yang lain. masuk dalam kategori baik menurut skala
Likert. Derajad pelayanan termasuk
d .Kepuasan Anggota sedang dengan skala 3,90 atau berada
dibawah 4 dan diatas 2. Kualitas pengelola
Kepuasan anggota diperoleh melalui memiliki skala 4,31 berarti baik.
kuessioner yang diberikan untuk dijawab Ketenangan dan kenyamanan berada pada
oleh para anggota. Pilihan jawaban ada skala 4,16 , termasuk pada kelompok baik.
lima buah dengan skala 1–5 (Likert) untuk
setiap pertanyaan/pernyataan. Kepuasan Tingkat kepuasan anggota secara
anggota merupakan perbandingan antara keseluruhan terhadap atribut koperasi
jumlah total nilai rata-rata respoden masuk pada kategori baik dengan skala
dengan total pernyataan respoden. rata-rata 4,12 (16,5/4) .

Nilai korelasi dari skor item terhadap skor 5.3. Perspektif Proses Bisnis Internal
total disajikan pada tabel 4.7. Skor item
terdiri dari jumlah skala pernyataan P1 Proses bisnis internal dalam koperasi
sampai dengan P14. Skor total meliputi meliputi berbagai kegiatan yang dilakukan
jumlah skala fasilitas pelayanan, derajad dalam operasional sehari-hari. Pengurusan
pelayanan, kualitas karyawan, dan pinjaman anggota, pengelolaan simpanan
ketenangan/kenyamanan. anggota, berbagai transaksi yang
dilakukan koperasi, pelaksanaan prosedur
r tabel dicari pada taraf signifikansi 0,05 pinjaman dan simpanan dan lain-lain. Jadi
dengan uji 2 sisi dan jumlah data seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.
(respoden) 39 atau n = 39 maka diperoleh Proses bisnis internal koperasi dapat
r tabel sebesar 0,316. (Duwi Priyatno, dicerminkan oleh cycle time dan yield rate
2010 ).
a. Cycle Time (CT)
Jika dibandingkan dengan hasil korelasi
(Pearson Product Moment) maka seluruh Siklus waktu meliputi berapa lama
hasil output SPSS berada diatas 0,316 (r dibutuhkan untuk merampungkan suatu
hitung > r tabel) berarti semua item paket pekerjaan yang terdiri dari beberapa
kuessioner yang diajukan terhadap aktivitas. Waktu yang diperlukan
respoden adalah valid. diupayakan secepat mungkin dengan tidak
mengurangi kelengkapan dan kualitas
Dalam uji realibilitas variabel kepuasan pelayanan. Semakin cepat suatu siklus
anggota digunakan indeks Cronbach’s dilaksanakan maka anggota akan semakin
Alpha. Jika angka yang diperoleh puas. Dipihak lain terjadi efisiensi yang
(Cronbach’s Alpha)> 0,6 berarti semakin tinggi dalam lembaga.
instrument yang dipergunakan reliabel
(Ghozali, 2005 ). Pada tahun 2008 terdapat 55 orang
peminjam, dimana untuk memprosesnya
Tingkat kepuasan anggota koperasi mulai dari permohonan hingga pencairan
terhadap berbagai atribut koperasi KPRI dana memakan waktu 220 hari. Cycle time
Kesra dapat diringkas dengan merupakan perbandingan antara waktu
menggunakan analisis faktor. Sebanyak 14 yang diperlukan memproses pinjaman
variabel akan diperingkas menjadi 4 dibandingkan dengan jumlah peminjam,
variabel utama yakni fasilitas pelayanan

12
dengan demikian diperoleh angka 4 hari menurun menjadi 182%
(220/55). (Rp908.950.000/500.000.000). Target
pinjaman meningkat menjadi
Waktu siklus semakin cepat pada tahun Rp500.000.000,- namun realisasinya
2009 yakni 3 hari (174/58). Pengurangan menyusut menjadi Rp908.950.000,-. Pada
sebanyak 1 hari dalam pemrosesan tahun ini YR menurun sebesar 49%
seluruh pinjaman. Waktu yang diperlukan (231%- 82%).
untuk mengurus seluruh pinjaman selama
174 hari. Jumlah peminjam pada tahun Yield rate menurun lagi pada tahun 2010
yang sama sebanyak 58 orang. Meskipun menjadi 113% (Rp763.525.000
semakin banyak anggota yang /Rp675.000.000). Hampir sama dengan
meminjam,namun waktu menyelesaikan tahun 2009 meskipun target pinjaman
urusan mereka menjadi lebih singkat meningkat namun realisasi pinjaman
waktunya. Kondisi variabel ini pada tahun semakin kecil. Pada tahun ini terjadi
2009 lebih baik dari tahun sebelumnya. penciutan realisasi YR sebesar 69%
(182%- 113%). Selama 3 tahun berturut-
Percepatan waktu pengurusan pinjaman turut terus mengalami penurunan yield
terhadap koperasi sebesar 1 hari pada rate. Keadaan paling buruk terjadi pada
tahun 2010. Cycle time pada tahun ini tahun 2010 dimana penciutan YR
selama 2 hari (126/63). Jumlah peminjam sebanyak 69%.
sebanyak 63 orang, waktu yang diperlukan
dalam pemrosesan selama 126 hari. Melihat data yang disajikan jelas bahwa
Kondisi waktu siklus semakin lebih baik realisasi pinjaman terus mengalami
lagi pada tahun 2010 karena ada efisiensi penurun dari tahun 2008 hingga tahun
waktu selama 1 hari. 2010. Target pinjaman terus ditingkatkan
dalam kurun waktu diatas.
Secara menyeluruh waktu siklus
dicerminkan oleh rata-rata cycle time 5.4. Perspektif Pertumbuhan dan
selama 3 tahun yakni 3 hari (9/3). Pembelajaran
Keadaan ini timbul dari adanya percepatan
waktu pengurusan setiap tahun. Rata-rata Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran
percepatan pengurusan setiap tahun dicerminkan oleh: Employee productivity,
selama 1 hari. Tahun 2009 semakin cepat employee turn over, absenteeism, dan
1 hari dibanding dengan tahun 2008. tingkat kepuasan pengelola koperasi.
Tahun 2010 lebih cepat 1 hari dibanding
a. Employee Productivity
dengan tahun 2009. Diharapkan pada
tahun berikutnya percepatan pemrosesan Volume usaha pada tahun 2008 sebesar
pinjaman dapat terus dipersingkat. Rp1.387.353.160,-. Jam kerja pada
koperasi KPRI setiap hari selama 2 jam.
b. Yield Rate (YR)
Jam kerja untuk kesembilan orang
Bagaimana koperasi merealisasikan pengelola selama tahun tersebut sebanyak
program yang telah ditetapkan dapat 4.300 jam. Employee productivity
diukur dengan Yield Rate. YR merupakan diperoleh sebesar 322,64
perbandingan antara realisasi pinjaman (Rp1.387.353.160/4.300 jam).
anggota dengan rencana/target pinjaman
Pada tahun 2009 terjadi peningkatan
yang ditetapkan oleh pengurus koperasi.
employee productivity menjadi 332,28
Yield rate pada tahun 2008 sebesar 231% (Rp1.435.449.383/4.320 jam).
(Rp1.040.400.000/Rp450.000.000). Peningkatan volume usaha yang jauh lebih
Rencana pinjaman sebesar besar dari bertambahnya jam kerja. Jam
Rp450.000.000,- . Realisasi jauh lebih kerja setiap tahun dapat saja berubah-
tinggi yakni sebesar Rp1.040.400.000,-. ubah disebabkan adanya hari libur resmi,
Pada tahun berikutnya parameter ini cuti pegawai, cuti bersama dan lain-lain.

13
Pertambahan employee productivity tahun d. Tingkat Kepuasan Pengelola
ini sebesar 9,64 (332,28–322,64).
Pilihan jawaban ada lima buah dengan
Volume usaha pada tahun 2010 menurun skala 1–5 (Likert) untuk setiap
menjadi Rp1.410.173.010,-. Jam kerja pertanyaan/pernyataan. Kepuasan
bertambah sedikit menjadi 4.324 jam. anggota merupakan perbandingan antara
Employee productivity pada tahun ini jumlah total nilai rata-rata respoden
sebesar 326,13 (Rp1.410.173.010/4.324 dengan total pernyataan respoden.
jam). Penurunan parameter ini sebesar –
6,15 (326,13–332,28). Produktivitas Skor item terdiri dari jumlah skala
pengelola hanya naik pada tahun 2009, pernyataan P1 sampai dengan P14. Skor
sedangkan pada tahun 2010 mengalami total meliputi jumlah skala kepengurusan,
kemerosotan. motivasi, kondisi fisik, semangat kerja,dan
kompensasi.
b. Employee Turn Over
r tabel dicari pada taraf signifikansi 0,05
Merupakan perbandingan antara tenaga dengan uji 2 sisi dan jumlah data
pengelola yang keluar dari posisinya dalam (respoden) 9 atau n = 9 maka diperoleh r
setahun dengan jumlah tenaga pengelola. tabel sebesar 0,666. (Duwi Priyatno, 2010
Gambaran dalam koperasi sangat baik ).
dalam hal ini. Tidak ada pengelola yang
keluar selama tiga tahun berturut-turut Jika dibandingkan dengan hasil korelasi
(tahun 2008–2010). Employee turn over (Pearson Product Moment) maka seluruh
tahun 2008 = 0; Employee turn over hasil output SPSS berada diatas 0,666 ( r
tahun 2009 = 0; Employee turn over hitung > r tabel ) berarti hampir semua
tahun 2010=0 item kuessioner yang diajukan terhadap
respoden adalah valid. Hanya satu item
c. Absenteeism yang tidak valid secara statistik yakni P3.

Selama tahun 2008 ketidakhadiran seluruh Dalam uji realibilitas variabel kepuasan
pengelola koperasi ( 9 orang ) sebanyak pengelola digunakan indeks Cronbach’s
200 jam. Jumlah jam kerja yakni 4.300 Alpha. Jika angka yang diperoleh
jam. Tingkat absensi sebesar 4,65% (Cronbach’s Alpha ) > 0,6 berarti
(200/4.300). Pada tahun 2009 tingkat instrument yang dipergunakan reliabel
absensi menurun menjadi 4,17% (Ghozali, 2005).
(180/4.320). Ketidak hadiran semakin
sedikit dari 200jam menjadi 180jam. Jam Tingkat kepuasan pengelola koperasi
kerja meningkat sedikit menjadi 4.320 terhadap berbagai atribut koperasi KPRI
jam. Tingkat absensi yang diperoleh Kesra dapat diringkas dengan
semakin kecil. Tingkat absensi ini semakin menggunakan analisis faktor. Sebanyak 14
kecil lagi pada tahun 2010 yakni 4,07% variabel akan diperingkas menjadi 5
(176/4.324). Penurunan dalam variabel utama yakni kepengurusan (X1),
ketidakhadiran dan pertambahan kecil motivasi(X2) , kondisi fisik (X3), semangat
dalam jumlah jam kerja. kerja(X4), dan kompensasi (X5) .

Selama 3 tahun dari 2008 hingga tahun Rata-rata skala (mean) atribut
2010 koperasi memiliki rata-rata tingkat kepengurusan yakni 3,78 masuk pada
absensi (absenteeism) sebesar 4,30% kategori moderat berdasarkan skala likert
(12,89% /3). Perkembangan kehadiran dengan jangkauan 1–5. Rata-rata skala
cenderung semakin baik yang ditunjukkan motivasi sebesar 3,88. Angka ini
oleh tingkat ketidakhadiran yang semakin memasukkan komponen ini dalam
kecil. golongan sedang. Kondisi fisik masuk pada
kategori baik dengan rata-rata skala 4,33.
Semangat kerja masuk pada golongan

14
baik dengan rata-rata skala 4,26. terhadap atribut koperasi masuk pada
Kompensasi mempunyai skala rata-rata kategori baik.
3,19. Angka memasukkan atribut ini pada c. Dilihat dari perspektif proses bisnis
kategori baik dengan indikator cyle time secara
menyeluruh waktu siklus dicerminkan
Tingkat kepuasan pengelola secara oleh rata-rata cycle time selama 3
keseluruhan terhadap atribut koperasi tahun yakni 3 hari yang disebabkan
masuk pada kategori moderat dengan karena ada percepatan waktu yang
skala rata-rata 3,89 (19,44/5) . terjadi setiap tahun hal ini
menunjukkan kecenderungan yang
6. Kesimpulan
baik. Sedangkan untuk indikator yield
Berdasarkan hasil penelitian dan rate berdasarkan data yang ada
pembahasan yang telah diuraikan di realisasi pinjaman terus mengalami
muka, maka dapat diambil kesimpulan penurunan dari tahun 2008 hingga
sebagai berikut : tahun 2010.
d. Dilihat dari perspektif pertumbuhan
a. Dilihat dari perspektif keuangan dan pembelajaran dengan indicator
dengan indikator loan to deposit Rtio employee productivity produktivitas
(LDR) dari tahun 2008 ke tahun 2009 pengelola hanya naik pada tahun
mengalami peningkatan, sedangkan 2009 sedangkan tahun 2010
tahun 2010 mengalami penurunan, mengalami penurunan. Untuk
untuk return On asset (ROA) employee turn over tidak terdapat
mengalami peningkatan dari tahun ke tenaga pengelola yang keluar
tahun. Dari sisi Profit margin on sale sehingga memberikan gambaran yang
(PMS) mengalami peningkatan rasio baik. Sedangkan jika dilihat
selama 3 tahun berturut-turut yang berdasarkan indicator absenteeism
berarti semakin membaik. Sedangkan menunjukkan perkembangan
jika dilihat dari Growth rte in sales kehadiran cenderung semakin baik
(GRS) pada tahun 2009 dan 2010 yang ditunjukkan oleh tingkat
terjadi penurunan GRS yang cukup ketidakhadiran yang semakin kecil.
signifikan. Kenyataan ini memberikan Tingkat kepuasan pengelola secara
gambaran yang tidak baik bagi keseluruhan yang terdiri dari skala
koperasi pada masa yang akan datang kepengurusan, motivasi, kondisi fisik,
disebabkan volume usaha cenderung semangat kerja, dan kompensasi
semakin menurun. terhadap atribut koperasi masuk
b. Dilihat dari perspektif pelanggan pada kategori moderat yang berarti
dengan indikator Customer Retention baik.
menunjukkan keadaan yang semakin
baik dari tahun ke tahun karena Daftar Pustaka
semakin sedikit anggota yang keluar.
Darsono dan Ashari, 2005, Pedoman
Untuk Number of new Customer dari
Praktis Memahami Laporan
tahun 2008 ke 2009 tidak ada
Keuangan, Yogyakarta, Penerbit
penambahan anggota baru dan untuk
Andi
tahun 2010 terdapat penambahan 1
orang anggota. Berdasarkan indikator Ghozali, I, 2002, Aplikasi Analisis
Number of Complain keluhan anggota Multivariate Dengan Program SPSS,
setiap tahun semakin menurun yang Semarang: Badan Penerbit
mencerminkan pelayanan yang Universitas Dipenogoro.
semakin baik dari period eke periode.
Sedangkan untuk indikator kepuasan Hafidhuddin, Didin dan Hendri Tanjung,
anggota yang dilakukan survai dengan 2003, Manajemen Syariah Dalam
kuesioner secara keseluruhan praktek, Gema Insani Press, Jakarta

15
Hutabarat, Jemsly, 1997, Balanced Prayitno, Duwi, 2010, Paham Analisas
Scorecard, Usahawan No.6. Juni Data Dengan SPSS, Cetakan
Pertama, MediaKom
J.Fred Weston & Thomas E Copeland,
1995, Manajemen Keuangan, Alih Secakusuma, Thomas, 1997, Perspektif
Bahasa Jaka Wasana dan Kinerja Bisnis Dalam Balanced
Kimbrandoko, Edisi Kesembilan, Scorecard, Usahawan, No.6, Juni
Cetakan Pertama, Binarupa Aksara,
Jakarta. Soetjipto,W,Budi, 1997, Mengukur Kinerja
Bisnis Dengan Balanced Scorecard,
Kaplan,R. dan D.Norton, 1996. The Usahawan No.6, Juni
Balanced Scorecard: Translating
Strategy into Action.United State of Srimindarti, Ceacilia, 2004, Balanced
America: Harvard BusinessSchool Scorecard Sebagai Alternatif Untuk
Press Mengukur Kinerja, Fokus Ekonomi
Vol.3 No.1
---------------------------------, 2000.
Balanced Scorecard. Menerakan Tjahjono, Heru Kurnianto, 2006, Budaya
Strategi Aksi. Jakarta: Penerbit Organisasional dan Balanced
Erlangga. Scorecard, Dimensi Teori dan
Praktek, UPFE-UMY, Yoyakarta
Mirza, Teuku, 1997, Balanced Scorecard,
Usahawan No.6 Juni

16
17

Anda mungkin juga menyukai