Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PORTOFOLIO DOKTER INTERNSIP

RSUD Konawe Utara, Kab. Konawe Utara

Nama Peserta : dr. Ellen Seprilia Sujiman


Nama Wahana : RSUD Konawe Utara
Topik : Hernia Ingunalis Leteralis
Tanggal (kasus) : 20Agustus 2017
Nama Pasien : Tn. A.J No. RM : 03-65-20
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Udi Prasojo
Tempat Presentasi : RSUD Konawe Utara
Objektif Presentasi :
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
Tn. AJ, 52 tahun, terdapat benjolan di lipat paha kanan sejak 2 hari SMRS.
□ Deskripsi : Benjolan muncul pertama kali 5 tahun yang lalu. Awalya benjolan kecil dan dapat
menghilang, semakin lama benjolan makin besar dan tidak menghilang.
□ Tujuan : Mengetahui penegakan diagnosis dan tatalaksana nefrolitiasis
Bahan
□ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Bahasan :
Cara
□ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos
Membahas :
Nama : Tn. AJ
Data Pasien : No. Registrasi : 03-65-20
Usia: 52 tahun
Nama RS : RSUD Konawe Utara Telp :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
Laki-laki berusia 52 tahun, datang dengan keluhan terdapat benjolan di lipat paha kanan
sejak 2 hari SMRS. Bejolan muncul pertama kali 5 tahun yang lalu. Pada awalnya benjolan
berukuran kecil dan dapat menghilang sendiri. Benjolan muncul terutama saat pasien sedang batuk,
mengejan dan mengangkat beban berat. Benjolan hilang jika pasien berbaring. 2 hari SMRS
benjolan tidak menghilang dan pasien pergi ke dukun untuk di pijat dan ukurannya semakin
membesar. Pasien juga mengaku perut bagian bawah terasa nyeri. BAB dan BAK normal, riwayat
HT dan DM disangkal.

2. Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat asma (-)
- DM (-)
- HT (-)
- Riwayat kanker (-)
3. Riwayat Penyakit Keluarga

1
- Riwayat asma dalam keluarga (-)
- DM (-)
- HT (-)
- Riwayat kanker (-)
Status Generalis
- Keadaan umum : Tampak sakit sedang
- Kesadaran : Kompos mentis
- Tekanan darah : 130/90 mmHg
- Nadi : 75 x/menit
- Nafas : 20 x/menit
- Suhu : 36,5 oc
Kepala dan leher
- Mata : Konjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), pupil bulat, isokor
- Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Toraks
- Paru:
Inspeksi : Bentuk dan gerakan dada simetris kanan=kiri
Palpasi : Sela iga normal, tidak melebar maupun mengecil, tidak teraba massa
Perkusi : Sonor diseluruh lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
- Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba 2 jari medial LMC sinistra sinistra RIC V
Perkusi : Batas jantung kanan : Linea sternalis dekstra
Batas jantung kiri : 2 jari medial LMC sinistra RIC V
Auskultasi : Suara jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut cembung, distensi (-), tampak benjolan di lipat paha kanan
Palpasi : Perut supel, nyeri tekan perut kanan (+), ballotement (-), hepar dan lien tidak
teraba, Benjolan (+) pada regio inguinal dextra
Perkusi : Timpani, CVA (-/-)
Auskultasi : Bising usus normal,frekuensi 8 kali/menit
Ekstremitas
Akral hangat, CRT < 2 detik, edema tungkai (-)
4. Pemeriksaan Penunjang : -

Daftar Pustaka :

2
1. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 2. Jakarta : EGC, 2004. pp.
519-37
2. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th Edition.
Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217.
3. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartz’s Principles of Surgery. Eighth
edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.
4. Inguinal Hernia: Anatomy and Management
http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4
5. Manthey, David. Hernias .2007. http://www.emedicine.com/emerg/topic251.htm
6. Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic Science and
Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.
7. Way, Lawrence W. 2003. Hernias & Other Lesions of the Abdominal Wall. Current Surgical
Diagnosis and Treatment. Eleventh edition. New York. Mc Graw-Hill. 783-789.
8. Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery. New York. WB
Saunders Company. 795-801
9. Cook, John. 2000. Hernia. General Surgery at the Distric Hospital. Switzerland. WHO.
151-156.
10. Zinner, Michael J. 2001. Hernias. Maingot’s Abdominal Operation. Volume 1. Tenth edition.
New York. Mc Graw-Hill. 479-525.
Hasil Pembelajaran :
1. Definisi hernia inguinalis lateralis
2. Epidemiologi hernia inguinalis lateralis
3. Etiologi hernia inguinalis lateralis
4. Patogenesis hernia inguinalis lateralis
5. Klasifikasi, Gejala Klinis & Diagnosis hernia inguinalis lateralis
6. Penatalaksanaan & Prognosis hernia inguinalis lateralis

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

1. Subjektif :

Tn. AJ, 52 tahun, terdapat benjolan di lipat paha kanan sejak 2 hari SMRS. Benjolan
muncul pertama kali 5 tahun yang lalu. Awalya benjolan kecil dan dapat menghilang,
semakin lama benjolan makin besar dan tidak menghilang.

2. Objektif :

Dari pemeriksaan fisik didapatkan benjolan di lipat paha kanan dengan ukuran sebesar
1 buah bola tenis dan nyeri pada benjolan jika ditekan. Pada abdomen didapatkan nyeri tekan
perut kanan.

3. Assesment:

3
 Hernia Inguinalis Lateralis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Pada pasien didapatkan keluhan berupa adanya benjolan di lipat paha kanan yang
semakin membesar dan sudah tidak dapat menghilang. Pada awalnya dikatakan benjolan
berukuran kecil dan dapat menghilang. Pasien juga mengatakan benjolan muncul terutama
jika batuk, mengejan, mengangkat beban berat dan dapat menghilang jika pasien dalam posisi
berbaring. Pada auskultasi terdengar bunyi bising usus dari benjolan.
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui
defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Menurut sifatnya,
hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika
berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk ke perut, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke
dalam rongga perut, hernia disebut hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan
isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda
sumbatan usus. Hernia disebut hernia inkarserata atau hernia strangulata bila isinya terjepit
oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam
rongga perut. Akibatnya, terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis, hernia
inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan
gangguan vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulata. Pada keadaan sebenarnya,
gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan dimulai, dengan berbagai tingkat
gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis.
Hernia yang paling sering terjadi (sekitar 75% dari hernia abdominalis) adalah hernia
inguinalis. Hernia inguinalis dibagi menjadi: hernia inguinalis indirek (lateralis), di mana isi
hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis melalui locus minoris resistence (annulus inguinalis
internus); dan hernia inguinalis direk (medialis), di mana isi hernia masuk melalui titik yang
lemah pada dinding belakang kanalis inguinalis. Hernia inguinalis lebih banyak terjadi pada
pria daripada wanita. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah prosesus vaginalis yang
terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena
usia. Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hipertrofi
prostat, konstipasi dan asites sering disertai hernia inguinalis. Hernia juga mudah terjadi pada
individu yang kelebihan berat badan, sering mengangkat benda berat, atau mengedan.
Gejala klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Gejala yang muncul
biasanya berupa adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin,
4
atau mengedan dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai kalau ada
biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau periumbilikal berupa nyeri visceral karena
regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia.
Hernia inguinalis yang paling sering pada anak adalah hernia inguinalis lateralis (indirect).
60% dari kasus hernia inguinalis biasanya biasanya ada pada sisi kanan, 30% pada sisi kiri
dan 10% bilateral.
Palpasi hernia inguinal dilakukan dengan meletakan jari pemeriksa di dalam skrotum
di atas testis kiri dan menekan kulit skrotum ke dalam. Harus ada kulit skrotum yang cukup
banyak untuk mencapai cincin inguinal eksterna. Jari harus diletakkan dengan kuku
menghadap ke luar dan bantal jari ke dalam. Tangan kiri pemeriksa dapat diletakkan pada
pinggul kanan pasien untuk sokongan yang lebih baik. Telunjuk kanan pemeriksa harus
mengikuti korda spermatika di lateral masuk ke dalam kanalis inguinalis sejajar dengan
ligamentum inguinalis dan digerakkan ke atas ke arah cincin inguinal eksterna, yang terletak
superior dan lateral dari tuberkulum pubikum. Cincin eksterna dapat diperlebar dan dimasuki
oleh jari tangan. Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di dalam kanalis
inguinalis, mintalah pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan.
Seandainya ada hernia, akan terasa impuls tiba-tiba yang menyentuh ujung atau bantal jari
penderita. Jika ada hernia, suruh pasien berbaring terlentang dan perhatikanlah apakah hernia
itu dapat direduksi dengan tekanan yang lembut dan terus-menerus pada massa itu. Jika
pemeriksaan hernia dilakukan dengan perlahan-lahan, tindakan ini tidak akan menimbulkan
nyeri. Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus cahaya, suatu hernia
inguinal indirek mungkin ada di dalam skrotum. Auskultasi massa itu dapat dipakai untuk
menentukan apakah ada bunyi usus di dalam skrotum, suatu tanda yang berguna untuk
menegakkan diagnosis hernia inguinal indirek.
Untuk penatalaksanaan pada pasien ini adalah secara operatif. Prinsip dasar operatif
hernia terdiri atas herniotomi dan hernioplastik. Pada herniotomi dilakukan pembebasan
kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
Pada hernioplastik dilakukan tindakan untuk memperkecil annulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis iguinalis. Hernioplastik lebih penting dalam mencegah
terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Hernia bilateral pada orang dewasa,
dianjurkan melakukan operasi dalam satu tahap kecuali jika ada kontra indikasi. Begitu juga
pada anak-anak dan bayi, operasi hernia bilateral dilakukan dalam satu tahap, terutama pada
hernia inguinalis sinistra (Jong, 2004).
5
4. Plan :

 Farmakologi :
- IVFD Ringer Lactat 20 tpm +
- Ranitidin 1 amp/12 jam/IV
- Ketorolak 1 amp/12 jam/IV
- Rujuk

Anda mungkin juga menyukai