Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN ASI

Diajukan untuk memenuhi tugas Program Profesi Ners XXXIV


stase Keperawatan Maternitas

Disusun Oleh :

Yayu Pratiwi 220112170031

PROGRAM PROFESI NERS XXXIV


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2017
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Menurut WHO/UNICEF, standar emas pemberian makan pada bayi dan anak
adalah 1) mulai segera menyusui dalam 1 jam setelah lahir 2) menyusui bayi
secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan, dan 3) mulai umur 6
bulan bayi mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang bergizi sesuai
dengan kebutuhan tumbuh kembangnya dan 4) meneruskan menyusui anak
sampai umur 24 bulan atau lebih.
ASI Eksklusif memiliki kontribusi yang besar terhadap tumbuh kembang dan
daya tahan tubuh anak. Anak yang diberi ASI Eksklusif akan tumbuh dan
berkembang secara optimal dan tidak mudah sakit. Hal tersebut sesuai dengan
beberapa kajian dan fakta global. Kajian global “The Lancet Braestfeeding Series,
2016 telah membuktikan 1) Menyusui Eksklusif menurunkan angka kematian
karena infeksi sebanyak 88% pada bayi berusia kurang dari 3 bulan, 2) Sebanyak
31,36% (82%) dari 37,94% anak sakit, karena tidak menerima ASI Ekslusif.
Tidak menyusui berhubungan dengan kehilangan nilai ekonomi sekitar $302
milyar setiap tahunnya atau sebesar 0-49% dari Pendapatan Nasional Broto
(Lancet, 2016).
Hasil Penelitian menunjukan bahwa tidak mungkin bagi bayi dan ibunya
mencapai kesehatan yang optimal jika tidak diciptakan suasana yang
membolehkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif selama enam bulan dan
melanjutkan pemberian ASI bersama pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-
ASI) hingga usia dua tahun atau lebih. Untuk mencapai keberhasilan menyusui
memerlukan dukungan pemerintah, dunia usaha dan semua lapisan masyarakat
secara terus menerus dan berkelanjutan.
TINJAUAN TEORI

1. Definisi
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa
dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara
ibu, dan berguna sebagai makanan bayi (Baskoro, 2008). Menurut WHO, ASI
Eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan pada enam bulan pertama bayi baru
lahir tanpa adanya makanan pendamping lain.

2. Klasifikasi
ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu: kolostrum, air susu transisi, dan air
susu matur. Komposisi ASI hari 1-4 (kolostrum) berbeda dengan ASI hari 5-10
(transisi) dan ASI matur (Depkes RI, 2005).
a. Kolostrum
Kolostrum merupakan susu pertama keluar berbentuk cairan kekuning-
kuningan yang lebih kental dari ASI matang. Kolostrum mengandung protein,
vitamin yang larut dalam lemak, dan mineral yang lebih banyak dari ASI
matang. Kolostrum sangat penting untuk diberikan karena selain tinggi
immunoglobulin A (IgA) sebagai sumber imun pasif bayi, kolostrum juga
berfungsi sebagai pencahar untuk membersihkan saluran pencernaan bayi
baru lahir. Produksi kolostrum dimulai pada masa kehamilan sampai
beberapa hari setelah kelahiran. Namun, pada umumnya kolostrum digantikan
oleh ASI transisi dalam dua sampai empat hari setelah kelahiran bayi
(Bregstrom, 2007).
b. ASI Transisi
ASI transisi diproduksi mulai dari berhentinya produksi kolostrum
sampai kurang lebih dua minggu setelah melahirkan. Kandungan protein
dalam ASI transisi semakin menurun, namun kandungan lemak, laktosa,
vitamin larut air semakin meningkat. Volume ASI transisi semakin meningkat
seiring dengan lamanya menyusui dan kemudian digantikan oleh ASI matang
(Siregar, 2004).
c. ASI Matur/ matang
ASI matang mengandung dua komponen berbeda berdasarkan waktu
pemberian yaitu foremilk dan hindmilk. Foremilk merupakan ASI yang keluar
pada awal bayi menyusu, sedangkan hindmilk keluar setelah permulaan let-
down. Foremilk mengandung vitamin, protein, dan tinggi akan air. Hindmilk
mengandung lemak empat sampai lima kali lebih banyak dari foremilk
(Dadhich, 2009).
3. Kandungan ASI
ASI adalah makanan untuk bayi. Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan
sempurna serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi. ASI mudah
dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung enzim-
enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut. ASI
mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai
6 bulan kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir ususnya belum mampu
membentuk vitamin K. Maka setelah lahir biasanya bayi diberikan tambahan
vitamin K dari luar (Depkes, 2005).

ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrisi. Yang termasuk


makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mikronutrien
adalah vitamin dan mineral (Baskoro, 2008):
a. Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah
satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir
dua kali. rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7 : 4 sehingga ASI
terasa lebih manis dibandingkan dengan PASI, Hal ini menyebabkan bayi yang
sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum PASI. Karnitin
mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang diperlukan
untuk mempertahankan metabolisme tubuh. Konsentrasi karnitin bayi yang
mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu formula.
Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi yang penting untuk
pertumbuhan sel syaraf otak dan pemberi energi untuk kerja sel-sel syaraf.
Selain itu karbohidrat memudahkan penyerapan kalsium mempertahankan
faktor bifidus di dalam usus (faktor yang menghambat pertumbuhan bakteri
yang berbahaya dan menjadikan tempat yang baik bagi bakteri yang
menguntungkan) dan mempercepat pengeluaran kolostrum sebagai antibodi
bayi
b. Protein
Protein dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan PASI. Namun
demikian protein ASI sangat cocok karena unsur protein di dalamnya hampir
seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi yaitu protein unsur whey.
Perbandingan protein unsur whey dan casein dalam ASI adalah 65 : 35,
sedangkan dalam PASI 20 : 80. Artinya protein pada PASI hanya sepertiganya
protein ASI yang dapat diserap oleh sistem pencernaan bayi dan harus
membuang dua kali lebih banyak protein yang sukar diabsorpsi. Hal ini yang
memungkinkan bayi akan sering menderita diare dan defekasi dengan feces
berbentuk biji cabe yang menunjukkan adanya makanan yang sukar diserap
bila bayi diberikan PASI.
c. Lemak
Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat
jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi
dan hal ini terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada lima menit pertama
isapan akan berbeda dengan hari kedua dan akan terus berubah menurut
perkembangan bayi dan kebutuhan energi yang diperlukan.
Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang
dibutuhkan oleh sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna karena
mengandung enzim Lipase. Lemak dalam bentuk Omega 3, Omega 6 dan DHA
yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel jaringan otak.
Susu formula tidak mengandung enzim, karena enzim akan mudah rusak
bila dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi akan sulit menyerap lemak
PASI sehingga menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare. Jumlah asam
linoleat dalam ASI sangat tinggi dan perbandinganya dengan PASI yaitu 6 : 1.
Asam linoleat adalah jenis asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh yang
berfungsi untuk memacu perkembangan sel syaraf otak bayi
d. Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relatif
rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan. Zat
besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah
diserap dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Dalam PASI kandungan
mineral jumlahnya tinggi tetapi sebagian besar tidak dapat diserap, hal ini akan
memperberat kerja usus bayi serta mengganggu keseimbangan dalam usus dan
meningkatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan sehingga mengakibatkan
kontraksi usus bayi tidak normal. Bayi akan kembung, gelisah karena obstipasi
atau gangguan metabolisme.
e. Vitamin
ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi
kebutuhan bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir
ususnya belum mampu membentuk vitamin K. Kandungan vitamin yang ada
dalam ASI antara lain vitamin A, vitamin B dan vitamin C.

4. Volume ASI
Pada bulan-bulan terakhir kehamilan sering ada sekresi kolostrum pada
payudara ibu hamil. Setelah persalinan apabila bayi mulai mengisap payudara,
maka produksi ASI bertambah secara cepat. Dalam kondisi normal, ASI
diproduksi sebanyak 10- ± 100 cc pada hari-hari pertama. Produksi ASI menjadi
konstan setelah hari ke 10 sampai ke 14. Bayi yang sehat selanjutnya
mengkonsumsi sebanyak 700-800 cc ASI per hari. Namun kadang-kadang ada
yang mengkonsumsi kurang dari 600 cc atau bahkan hampir 1 liter per hari dan
tetap menunjukkan tingkat pertumbuhan yang sama. Keadaan kurang gizi pada
ibu pada tingkat yang berat, baik pada waktu hamil maupun menyusui dapat
mempengaruhi volume ASI. Produksi ASI menjadi lebih sedikit yaitu hanya
berkisar antara 500-700 cc pada 6 bulan pertama usia bayi, 400-600 cc pada bulan
kedua dan 300-500 cc pada tahun kedua usia anak (Depkes, 2005).

5. Tujuan pemberian ASI Eksklusif


Tujuan pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan berperan dalam
pencapaian tujuan Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 dalam
Roesli (2012). Tujuan dari MDGs tersebut adalah:
a. Membantu mengurangi kemiskinan
Jika seluruh bayi yang lahir di Indonesia disusui ASI secara Eksklusif 6
bulan maka akan mengurangi pengeluaran biaya akibat pembelian susu
formula.
b. Membantu mengurangi kelaparan
Pemberian ASI Eksklusif membantu mengurangi angka kejadian kurang
gizi dan pertumbuhan yang terhenti yang umumnya terjadi sampai usia 2
tahun
c. Membantu mengurangi angka kematian anak balita
Menyusui Eksklusif menurunkan angka kematian karena infeksi
sebanyak 88% pada bayi berusia kurang dari 3 bulan, sebanyak 31,36%
(82%) dari 37,94% anak sakit, karena tidak menerima ASI Ekslusif.

6. Manfaat Pemberian ASI


Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi baru lahir segera sampai berumur
sedikitnya dua tahun akan memberikan banyak manfaat, baik untuk bayi, ibu,
maupun masyarakat pada umumnya.
a. Bagi Bayi
Bayi mendapatkan kolostrum yang mengandung zat kekebalan terutama
Immunoglobullin A (IgA) yang melindungi bayi dari berbagai infeksi
terutama diare, membantu pengeluaran meconium (Baskoro, 2008);
kandungan gizi paling sempurna untuk pertumbuhan bayi dan
perkembangan kecerdasannya; pertumbuhan sel otak secara optimal
terutama kandungan protein khusus, yaitu taurin, selain mengandung
laktosa dan asam lemak ikatan panjang lebih banyak dari susu
sapi/kaleng; mudah dicerna, penyerapan lebih sempurna, terdapat
kandungan berbagai enzim untuk penyerapan makanan, komposisi selalu
menyesuaikan diri dengan kebutuhan bayi; protein ASI adalah spesifik
species sehingga jarang menyebabkan alergi untuk manusia; membantu
pertumbuhan gigi; mengandung zat antibodi mencegah infeksi,
merangsang pertumbuhan sistem kekebalan tubuh; mempererat ikatan
batin antara ibu dan bayi. Ini akan menjadi dasar si kecil percaya pada
orang lain, lalu diri sendiri, dan akhirnya berpotensi untuk mengasihi
orang lain; bayi tumbuh optimal dan sehat tidak kegemukan atau terlalu
kurus (WHO, 2003; Roesli (2012)).
b. Bagi Ibu
Manfaat bagi ibu yakni: mudah, murah, praktis tidak merepotkan dan
selalu tersedia kapan saja; mempercepat involusi/memulihkan dari proses
persalinan dan dapat mengurangi perdarahan karena otot-otot di rahim
mengerut, otomatis pembuluh darah yang terbuka itu akan terjepit
sehingga perdarahan akan segera berhenti; mencegah kehamilan karena
kadar prolaktin yang tinggi menekan hormon FSH dan ovulasi, bisa
mencapai 99 %, apabila ASI diberikan secara terus-menerus tanpa
tambahan selain ASI; meningkatkan rasa kasih sayang dan membuat rasa
lebih nyaman; mengurangi penyakit kanker, mekanisme belum diketahui
secara pasti ibu yang memberikan ASI Eksklusif memiliki resiko kanker
ovarium lebih kecil dibanding yang tidak menyusui secara Eksklusif;
membantu ibu menurunkan berat badan setelah melahirkan, menurunkan
risiko DM Tipe 2 (Apurba, 2010).
c. Bagi Keluarga
Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu formula,
botol susu, serta kayu bakar atau minyak tanah untuk merebus air, susu,
dan peralatannya; jika bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan lebih
sedikit biaya guna perawatan kesehatan; penjarangan kelahiran lantaran
efek kontrasepsi LAM (The Lactation Amenorrhea Methods) dari ASI;
jika bayi sehat berarti menghemat waktu keluarga; menghemat tenaga
keluarga karena ASI selalu siap tersedia dan keluarga tidak perlu repot
membawa botol susu, air panas dan lain sebagainya ketika berpergian
(Prasetyono, 2012).
d. Bagi Masyarakat
Menghemat devisa Negara lantaran tidak perlu mengimpor susu formula
dan peralatan lainnya; bayi sehat membuat negara lebih sehat,
penghematan pada sektor kesehatan karena jumlah bayi yang sakit hanya
sedikit; memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan menurunkan
angka kematian; melindungi lingkungan lantaran tidak ada pohon yang
digunakan sebagai kayu bakar untuk merebus air, susu dan peralatannya
dan ASI merupakan sumber daya yang terus-menerus diproduksi
(Fikawati, 2009).

7. Cara Pemberian ASI


Dalam memberikan ASI Eksklusif, sebaiknya memperhatikan hal – hal di bawah ini:

a. Teknik menyusui
Teknik menyusui perlu diperhatikan, karena sangat menentukan keberhasilan
dalam mempertahahankan menyusui dan memperbanyak produksi ASI
Posisi ibu menyusui

 Duduklah dengan posisi enak dan santai kalau perlu pakailah kursi
yang ada sandaran punggung dan lengan
 Gunakan bantal untuk mengganjal bayi, agar jarak bayi tidak terlalu
jauh dari payudara
Memasukkan putting susu
 Bila menyusukan mulai dengan payudara kanan, letakkanlah kepala bayi pada
siku bagian dalam lengan kanan, badan bayi mengahadap ke badan ibu
 Lengan kiri bayi di letakkan di seputar pinggang ibu, tangan kanan ibu
memegang pantat / paha kanan bayi
 Sanggahlah payudara kanan ibu dengan keempat jari tangan kiri dibawahnya,
dan ibu jari diatasnya, tetapi tidak diatas bagian yang berwarna hitam ( aerola
mamae )
 Sentuhlah mulut bayi dengan putting susu
 Tunggu sampai bayi membuka mulut lebar-lebar
 Masukkan putting susu secepatnya kedalam mulut sampai daerah berwarna
hitam
Melepaskan hisapan bayi
Setelah selesai menyusukan bayi selama 10 menit, lepaskanlah isapan bayi
dengan cara :
 Masukkan jari kelingking ibu yang bersih ke sudut mulut bayi atau
 Dengan menekan dagu bayi kebawah
 Dengan menutup lubang hidung bayi
 Jangan menarik putting susu untuk melepaskannya
Menyendawakan bayi
Setelah hisapan bayi dilepaskan . sendawakan bayi sebelum menyusukan dengan
payudara yang lain, dengan cara :

 Sandarkan bayi dipundak ibu tepuklah punggungnya dengan pelan sampai


keluar sendawa
 Bayi ditelungkupkan dipangkuan ibu, sambil digosok punggungnya.

8. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya cakupan ASI Eksklusif


Saat menyusui ibu sering kali menemui berbagai kendala. Sebenarnya,
kendala tersebut mungkin tidak terjadi apabila ibu memperoleh informasi yang
memadai. Beragam faktor yang menjadi kendala ketika menyusui dibedakan
menjadi dua yakni faktor internal dan eksternal (Siregar, 2004).
a. Faktor Internal
Faktor internal sangat mempengaruhi keberhasilan menyusui bayi. Di
antaranya ialah kurangnya pengetahuan yang terkait penyusuan. Karena
tidak mempunyai pengetahuan yang memadai ibu tidak mengerti tentang
cara menyusui bayi yang tepat, manfaat ASI, berbagai dampak yang akan
ditemui bila ibu tidak menyusui bayinya, dan lain sebagainya.
1) Pengetahuan
2) Kondisi Kesehatan
Pemberian ASI menjadi kontraindikasi bagi bayi yang menderita
galaktosemia yaitu keadaan kongenital dimana dalam hal ini bayi
tidak mempunyai enzim galaktase sehingga galaktosa tidak dapat
dipecah menjadi glukosa dan akan berpengaruh pada perkembangan
bayi (Fikawati, 2009). Kondisi kesehatan bayi juga dapat
mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif. Ada berbagai kondisi bayi
yang membuatnya sulit menyusu kepada ibunya antara lain bayi
yang lahir prematur, kelainan pada bibir bayi dan penyakit kuning
pada bayi yang baru lahir. Bayi diare tiap kali mendapat ASI,
misalnya jika ia menderita penyakit bawaan tidak dapat menerima
laktosa, gula yang terdapat dalam jumlah besar pada ASI. Faktor
psikologis dimana bayi menjadi rewel atau sering menangis baik
sebelum maupun sesudah menyusui juga mempengaruhi pemberian
ASI Eksklusif
3) Persepsi
Persepsi negatif yang sering ditemukan pada ibu, menurut Siregar
(2004) yaitu sindroma ASI kurang. Pada kasus sindroma ASI kurang
ibu merasa ASI yang dia produksi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan bayinya. Ibu sering merasa payudara sudah tidak
memproduksi ASI karena ketegangannya berkurang. Menurut
Fikawati (2009) menyebutkan bahwa 98 ribu dari 100 ribu ibu yang
menyatakan bahwa produksi ASI- nya kurang, sebenarnya
mempunyai cukup ASI tetapi kurang mendapatkan informasi tentang
manajemen laktasi yang benar, dan posisi menyusui yang tepat.
WHO menetapkan pengganti ASI, dalam hal ini susu formula
direkomendasikan untuk ibu dengan HIV hanya jika memenuhi
syarat AFASS yaitu cocok (acceptable), mudah dikerjakan
(feasible), mampu (affordable), digunakan terus-menerus
(sustainable), dan aman (safe). Sayangnya didaerah yang miskin
susu formula yang memenuhi syarat AFASS belum tentu disediakan.
Kondisi emosional juga perlu dipertahankan agar ibu tidak
mengalami perubahan perilaku dalam memberikan ASI Eksklusif.
Salah satu masalah emosi yang paling umum dialami oleh ibu adalah
stress. Stress dapat terjadi pada ibu menyusui akibat bayi cepat
marah dan sering mencari susu ibu dan juga mengatakan stress
memiliki pengaruh terhadap produksi ASI. Ibu yang dalam keadaan
stress maka akan memiliki kemungkinan untuk mengalami
kegagalan dalam pemberian ASI, karena keadaan stress bisa
menyebabkan terjadinya suatu blockade dari refleks let down.
Karena refleks let down yang tidak sempurna maka bayi yang haus
tidak akan puas.
4) Usia
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1059/MENKES/SK/IX/2004 wanita usia subur adalah wanita yang
berusia antara 15-39 tahun, termasuk ibu hamil dan calon pengantin.
Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal usia aman untuk
kehamilan, persalinan, dan menyusui adalah 20-35 tahun. Oleh sebab
itu, yang sesuai dengan masa reproduksi sangat baik dan sangat
mendukung dalam pemberian ASI eksklusif, sedangkan umur yang
kurang dari 20 tahun dianggap masih belum matang secara fisik,
mental, dan psikologi dalam menghadapi kehamilan, persalinan,serta
pemberian ASI. Umur lebih dari 35 tahun dianggap berbahaya, sebab
baik alat reproduksi maupun fisik ibu sudah jauh berkurang dan
menurun, selain itu bisa terjadi risiko bawaan pada bayinya dan juga
dapat meningkatkan kesulitan pada kehamilan, persalinan dan nifas.
Produksi ASI berubah seiring dengan perubahan usia. Ibu yang
berusia 19-23 tahun umumnya memiliki produksi ASI yang lebih
dibanding ibu yang berusia lebih tua. Hal ini terjadi karena adanya
pembesaran payudara setiap siklus ovulasi mulai awal terjadinya
menstruasi sampai usia 30 tahun, namun terjadi degenerasi payudara
dan kelenjar penghasil ASI (alveoli) secara keseluruhan setelah usia
30 tahun (Pertiwi, 2012).
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal terkait segala sesuatu yang tidak akan terjadi bila faktor
internal dapat dipenuhi oleh ibu. Faktor eksternal yang mempengaruhi
pemberian ASI Eksklusif dibagi menjadi:
1) Pendidikan
2) Dukungan Orang Terdekat
Dukungan orang terdekat khusunya suami sangat dibutuhkan dalam
mendukung ibu selama memberikan ASI-nya sehingga memunculkan
istilah breastfeeding father atau ayah menyusui. Jika ibu merasa didukung,
dicintai, dan diperhatikan maka akan muncul emosi positif yang akan
meningkatkan produksi hormon oksitosin sehingga produksi ASI pun
lancar (Baskoro, 2008).
3) Promosi Susu Formula
Negara-negara di kawasan barat merupakan tempat berdirinya usaha
pemerahan susu. Susu sapi dimodifikasi dan diproses menjadi susu
formula yang menjadi asupan untuk bayi. Secara kuantitas, susu hewan
mungkin bernilai sama dengan susu manusia, namun secara kualitas
keduanya berbeda. Menurut Siregar (2004) menyebutkan ada beberapa
faktor yang membuat sebagian ibu tidak menyusui anaknya. Salah satunya
adalah promosi yang terlampau gencar dari pihak produsen susu dan
makanan pendamping ASI. Inilah yang membuat para ibu terpengaruh
untuk menggantikan ASI sebagai makanan utama bayi dengan susu
formula. Promosi ini sangat mempengaruhi pemikiran ibu yang kurang
memiliki pengetahuan yang luas tentang ASI. Dengan adanya promosi
tersebut, para ibu dibujuk agar mempercayai ucapan mereka dan mulai
menggunakan susu formula sebagai pengganti ASI. Bagi para ibu
menggunakan susu formula dianggap lebih mendatangkan semacam
kelonggaran karena mereka tidak perlu selalu siap sedia memberikan ASI
kepada anak.
4) Budaya
Budaya sebagai hal yang dianut secara turun-temurun dalam suatu
masyarakat memiliki pengaruh pada perilaku menyusui secara Eksklusif.
Biasanya hal yang menghambat keberhasilan ASI Eksklusif adalah praktik
pemberian makan yang seharusnya belum dilakukan pada bayi di bawah
enam bulan.
5) Bekerja
Bekerja merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh pendapatan. Saat ini bekerja tidak hanya dilakukan oleh laki-
laki tetapi juga perempuan tidak terkecuali ibu menyusui. Jumlah
partisipasi ibu menyusui yang bekerja menyebabkan turunnya angka dan
lama menyusui (Siregar, 2004). Faktor yang mempengaruhi pemberian
ASI Eksklusif adalah karena ibu bekerja di luar rumah sehingga tidak
dapat memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan kepada bayinya.
DAFTAR PUSTAKA

Apurba et al. (2010). Infant and Young Child-feeding Practices in Bankura


District, West Bengal, India. J Health Popul Nutr; 28(3): 294–299

Baskoro, A. (2008). ASI Panduan Praktis Ibu menyusui. Jakarta : Banyu media

Bergstrom, A., Okong, P., & Ransjo-Arvidson, A. (2007). Immediate maternal


thermal response to skin-to-skin care of newborn. Acta Paediatr, 96(5), 655-
658.

Dadhich JP, & Agarwal RK. (2009). Mainstreaming early and exclusive
breastfeeding for improving child survival. Indian Pediatr;46:11–7.

Depkes, 2005. Manajemen Laktasi. Buku Panduan Bagi Bidan dan Petugas
Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat.

______, 2007. Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Konseling Menyusui Dan


Pelatihan Fasilitator Konseling Menyusui, Jakarta.

Edmond K. M., Kirkwood BR, Amenga-Etegos S, Owusu-Agyei S, Hurt LS.


(2007). Effect of early infant feeding practices on infection-specific neonatal
mortality: an investigation of the causal links with observational data from
rural Ghana. Am J Clin Nutr;86:1126–31

Fikawati, S. dan Syafiq, A. (2009).Praktik pemberian ASI eksklusif, penyebab-


penyebab keberhasilan dan kegagalannya. Jurnal Kesmas Nasional 2009;
4(3):120-131

Siregar, A. 2004. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI oleh ibu


melahirkan. Tesis tidak diterbitkan. Bagian Gizi Kesehatan Mayarakat FKM
Universitas Sumatera Utara

Victora, C. G., Bahl, R., Barros, A. J., França, G. V., Horton, S., Krasevec, J., ...
& Group, T. L. B. S. (2016). Breastfeeding in the 21st century:
epidemiology, mechanisms, and lifelong effect. The Lancet, 387(10017),
475-490.

World Health Organization. (2003). Community-Based strategies for


Breastfeeding Promotion and Support in Developing Countries.

Anda mungkin juga menyukai