Anda di halaman 1dari 15

BILANGAN

A. Pengertian Bilangan Bulat


Bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri atas bilangan cacah (
0,1,2,3,….) dan bilangan negatif dari bilangan tersebut(…,-3,-2,-1,-0),
karena -0 sama dengan 0 maka cukup dituliskan satu kali. Sehingga bilangan
bulat memiliki anggota dari -∞ hingga ∞ jika dituliskan adalah sebagai
berikut : …..,-2,-1,0,1,2,…..
Gambar bilangan bulat pada garis bilangan adalah sebagai berikut :
. . . . . . . . . . .

-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5

bilangan bulat negatif bilangan bulat positif

Pada garis bilangan di atas, jika suatu bilangan semakin ke kanan nilai bilangannya
semakin besar, dan semakin ke kiri semakin kecil.

B. Operasi Hitung Pada Bilangan Bulat

1. Penjumlahan Bilangan Bulat

Sifat-sifat pada penjumlahan bilangan bulat, yaitu:

a. Sifat tertutup
Pada penjumlahan bilangan bulat, selalu menghasilkan bilangan bulat juga. Hal ini
dapat dituliskan sebagai berikut :

Untuk setiap bilangan bulat a dan b, berlaku a + b = c ; dengan c juga bilangan bulat.

b. Sifat komutatif
Sifat komutatif disebut juga sifat pertukaran. Penjumlahan dua bilangan bulat selalu
diperoleh hasil yang sama walaupun kedua bilangan tersebut dipertukarkan
tempatnya.

Untuk setiap bilangan bulat a dan b, selalu berlaku a + b = b + a

c. Mempunyai unsur identitas


Bilangan 0 (nol) merupakan unsur identitas pada penjumlahan. Artinya, untuk
sebarang bilangan bulat apabila ditambah 0 (nol), hasilnya adalah bilangan itu sendiri.
Untuk sebarang bilangan bulat a, selalu berlaku a + 0 = 0 + a

d. Sifat asosiatif
Sifat asosiatif disebut juga sifat pengelompokan. Sifat ini dapat dituliskan sebagai berikut.
Untuk setiap bilangan bulat a,b dan c, berlaku : ( a + b ) + c = a + ( b + c )
e. Mempunyai invers
Invers suatu bilangan artinya lawan dari bilangan tersebut. Suatu bilangan dikatakan
mempunyai invers jumlah, apabila hasil penjumlahan bilangan tersebut dengan inversnya
(lawannya) merupakan unsur identitas (0 (nol).

2. Pengurangan Bilangan Bulat


Sifat yang berlaku pada pengurangan bilangan bulat, yaitu Sifat Tertutup
Pada pengurangan bilangan bulat, selalu menghasilkan bilangan bulat juga.

Untuk setiap bilangan bulat a dan b, maka berlaku: a – b = cadengan c juga merupakan
bilangan bulat

3. Perkalian pada Bilangan Bulat

Sifat – sifat pada perkalian bilangan bulat, yaitu :

a. Sifat tertutup
Untuk mengetahui sifat tertutup pada perkalian bilangan bulat, salin dan tentukan
hasil perkalian berikut.
3 x 8 = .... 3 x (–8) = ....
(–3) x 8 = .... (–3) x (–8) = ....
Apakah hasil perkalian bilangan di atas juga merupakan bilangan bulat?
Jika kalian mengerjakan dengan benar, kalian akan memperoleh sifat berikut.

Untuk setiap bilangan bulat p dan q, maka berlaku p x q = r, dengan r juga bilangan
bulat

b. Sifat komutatif
Untuk mengetahui sifat komutatif pada perkalian bilangan bulat, salin dan tentukan
hasil perkalian berikut.
2 x (–5) = .... (–3) x(–4) = ....
(–5) x 2 = .... (–4) x (–3) = ....

Untuk setiap bilangan bulat p dan q, selalu berlaku p x q = q x p.

c. Sifat asosiatif
Untuk mengetahui sifat asosiatif pada perkalian bilangan bulat, salin dan tentukan
hasil perkalian berikut.
3 x (–2 x 4) = .... (–2 x 6) x 4 = ....
(3 x (–2)) x 4 = .... –2 x (6 x 4) = ....
Untuk setiap bilangan bulat p, q, dan r selalu berlaku (p x q) x r = p x (q x r).

d. Sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan

Untuk mengetahui sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan, salin dan tentukan
hasil perkalian berikut.
2 x (4 + (–3)) = .... (–3) x (–8 + 5) = ....
(2 x 4) + (2 x (–3)) = .... ((–3) x (–8)) + (–3 x 5) = ....
Untuk setiap bilangan bulat p, q, dan r selalu berlaku p x (q + r) = (p x q) + (p x r).

e. Sifat distributif perkalian terhadap pengurangan


Untuk mengetahui sifat distributif perkalian terhadap pengurangan, salin dan tentukan
hasil perkalian berikut.
5 x (8 – (–3)) = .... 6 x (–7 – 4) = ....
(5 x 8) – (5 x (–3)) = .... (6 x (–7)) – (6 x 4) = ..
Untuk setiap bilangan bulat p, q, dan r selalu berlaku p x (q – r) = (p x q) – (p x r).

f. Memiliki elemen identitas


Untuk mengetahui elemen identitas pada perkalian, tulis dan tentukan hasil perkalian
berikut.
3 x 1 = .... (–4) x 1 = ....
1 x 3 = .... 1 x (–4) = ....
Elemen identitas pada perkalian adalah 1.
Untuk setiap bilangan bulat p, selalu berlaku p x 1 = 1 x p =
p.
4. Pembagian Bilangan Bulat
Sifat – sifat pembagian bilangan bulat
a. Pembagian dengan bilangan nol
Untuk menentukan hasil pembagian bilangan bulat dengan bilangan nol (0), ingat
kembali perkalian bilangan bulat dengan bilangan nol.
Untuk setiap a bilangan bulat berlaku a x 0 = 0 ↔ 0 : a = 0
Hal ini tidak berlaku jika a = 0, karena 0 : 0 = tidak terdefinisi
b. Menghitung hasil pembagian bilangan bulat
Coba ingat kembali sifat perkalian pada bilangan bulat. Dari sifat tersebut, diperoleh
kesimpulan berikut.

Jadi, dapat dituliskan sebagai berikut.


Untuk setiap p, q, r bilangan bulat, q ≠ 0 dan memenuhi p : q = r berlaku
 jika p, q bertanda sama, r adalah bilangan bulat positif;
 jika p, q berlainan tanda, r adalah bilangan bulat negatif.
Contoh Soal
1. Diketahui abc dan cba adalah tiga digit angka.buktikan bahwa abc – cba habis dibagi 11
Penyelesaian:
abc – cba = ( 100a + 10 b + c ) – ( 100c + 10b + a )
= 99a – 99c
= 11 ( 9a – 9c )
Karena 11 adalah factor dari abc – cba, maka bilangan tersebut habis dibagi 11

2. Diketahui x, y, z anggota Z dan 5x = 8y = 3z. tuliskan x, y, dan z dalam urutan


bertingkat!
Penyelesaian :
Misalkan : 5x = 8y = 3z = A, dimana A < 0, sehingga x, y, dan z bilangan bulat
negatif
Jika 5x = 8y dimana x < y, sehingga 5x dan 8y memiliki hasil bilangan negative yang
sama
Jika 8y = 3z dimana y > z, sehingga 8y dan 3z memiliki hasil bilangan negative yang
sama
Jika 5x = 3z dimana x > z, sehingga 5x dan 3z memiliki hasil bilangan negative yang
sama
Sehingga dapat ditulis z < x < y

3. Seorang pedagang mempunyai 1.080 kg beras yang akan dimasukkan sama banyak
kedalam 30 karung. Jika harga 1 kg beras adalah Rp 4.200,- . Berapa harga tiap karung?
Penyelesaian :
Harga tiap karung = (1.080 kg : 30 karung) x Rp 4.200,-
= 36 kg/karung x Rp 4.200,-
= Rp 151.200,-
Atau
Harga tiap karung = (1.080 kg x Rp 4.200,-) : 30 karung
= Rp 4.536.000,- : 30
= Rp 151.200,- Sehingga berlaku sifat komutatif
C. Pecahan
1. Pengertian Pecahan
Perhatikan gambar di samping. Sebuah jeruk mula-mula dibagi
menjadi dua bagian yang sama. Satu bagian jeruk dari dua bagian
yang sama itu disebut “satu per dua” atau “seperdua” atau
1
“setengah” dan ditulis “ 2 ”.

1 1
Bilangan 2 dan 4 disebut bilangan pecahan.
Selanjutnya disepakati sebutan “bilangan pecahan” disingkat dengan “pecahan”.

𝑎
Bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk “ 𝑏 ”, dengan a dan b adalah
bilangan bulat, b≠ 0, dan b bukan faktor dari a disebut bilangan pecahan. Bilangan
a disebut pembilang, b disebut penyebut.

2. Bentuk Sederhana
Perhatikan bagian yang diarsir dari gambar-gambar berikut dan pecahan-pecahan yang
melambangkannya.

1 2 3 4
Pecahan 2 , 6, dan 8 mewakili daerah yang sama besar, karena itu disebut pecahan-pecahan
4
1
senilai. Dari empat pecahan tersebut, 2merupakan pecahan dengan bentuk paling sederhana.
Suatu pecahan dikatakan dalam bentuk paling sederhana (pecahan sederhana) jika faktor
persekutuan terbesar (FPB) dari pembilang dan penyebutnya adalah 1.

3. Bilangan Campuran
Bilangan campuran merupakan gabungan bilangan bulat dan pecahan.
1 1 3 3 1 1
Jadi,1 4 = 1 + 4; 1 16 = 1 + 16; dan 1 2 = 1 + 2
Bilangan campuran juga dapat ditulis sebagai pecahan tidak biasa atau tidak murni

4. Persen dan permil


 Pecahan dengan penyebut sama dengan 100 disebut perseratusan, atau persen.
Sebagai contoh, 100 15 dibaca 15 persen dan dilambangkan sebagai 15%.
𝟐𝟑
 Permil artinya perseribu. 𝟏𝟎𝟎𝟎 dapat disebut dengan 23 permil.

Contoh Soal
𝑥 2
1. Temukan pecahan yang sama dengan 5 sehingga x + y = 21
𝑦
Penyelesaian :
𝑥 2
Jika 𝑦 = 5 , maka 5x = 2y . . . . . (1)
Jika x + y = 21, maka y = 21- x . . . . . ( 2 )
6
Substitusi ( 2 ) ke ( 1 ) , sehingga kita dapat x = 6 dan y =15, sehingga pecahannya 15

2. Saya adalah sebuah pecahan dengan bentuk paling sederhana. Penyebutku adalah
bilangan prima yang berselisih dua. Jumlah dari pembilang dan penyebutku sama
dengan 15. Berapakah saya?
Jawab :
 Tentukan dua bilangan prima yang mempunyai selisih 2 .
3 dan 5, 5 dan 7, 11 dan 13
 Kombinasikan pasangan bilangan prima di atas sehingga apabila penyebut dan
pembilangnya dijumlahkan sama dengan 15
4 3 1 6 3 4 6 1 5 2 2 5
dan 5 , 3 dan 5, 3 dan 5 , 3 dan 5 , 3 dan 5, 3 dan 5
3

1 2 2 1
dan , dan
5 7 5 7

D. BENTUK PANGKAT
a. Operasi pada Bilangan Berpangkat Bulat
Pada bagian ini dibahas mengenai pengertian bilangan berpangkat dan sifat-sifatnya.
Bilangan berpangkat yaitu suatu bilangan yang dipangkatkan dengan bilangan lain. Pangkat
dari suatu bilangan dapat berupa bilangan bulat atau pecahan. Diuraikan pula, semua sifat-
sifat operasi aljabar dari bilangan berpangkat dan penerapannya.
1.PANGKAT BILANGAN POSITIF
Biasanya penulisan bilangan yang cukup besar akan menjadi sederhana apabila ditulis dalam
bentuk perpangkatan, misalnya 2.000.000 dapat ditulis sebagai 2 x 106.
DEFINISI
Untuk bilangan bulat positif n dan sembarang bilangan real a, bilangan an (dibaca: a
pangkat n) mempunyai arti:
a × a × a … × a (sebanyak n faktor yang sama) Bilangan a disebut basis dan
bilangan n disebut pangkat atau eksponen.

CONTOH
1. 23 = 2 × 2 × 2 = 8
Bilangan 2 dipangkatkan 3, artinya adalah bilangan 2 dikalikan dengan dirinya sendiri
sebanyak 3 kali.
2. (-3)2 = (-3) × (-3) = 9
Bilangan -3 dipangkatkan 2, artinya adalah bilangan -3 dikalikan dengan dirinya
sendiri sebanyak 2 kali.
3. 32 = - (3 × 3) = - 9
5
1 1 1 1 1 1 1 1 1
4.    x x x x   6 
2 2 2 2 2 2 2 x2 x2 x2 x2 2 32
Sifat Operasi Bilangan Berpangkat Positif
1. Jika m dan n bilangan bulat positif dan a bilangan real sembarang, maka
am  n  amx an
2. Jika m dan n bilangan bulat positif dan a bilangan real sembarang dengan a ≠ 0, maka
m  n am
a 
an
3. Jika m dan n bilangan bulat positif dan a bilangan real sembarang, maka
(a m ) n  a mxn
4. Jika m dan n bilangan bulat positif dan a bilangan real sembarang, maka berlaku :
a. (axb) n  a n xbn
n an
a
b.    ,untuk b ≠ 0
b b n
2. Pangkat bilangan negatif dan nol
Bagaimana suatu bilangan berpangkat bilangan negatif atau berpangkat nol, seperti 10-2
atau 70 ?. Gagasan-gagasan yang muncul dari sifat-sifat perpangkatan dengan pangkat
bilangan bulat positif dapat digunakan untuk mengungkapkan arti pangkat bilangan negatif
ataupun pangkat nol.
a. Bilangan Berpangkat Nol
Untuk memahami arti bilangan a0, perhatikan sifat perpangkatan
a0 × am = a0+m = am
Jika am ≠ 0 maka haruslah a0 = 1, agar kesamaan a0 × am = am dipenuhi. Selanjutnya dengan
tambahan syarat untuk bilangan a, yaitu agar am ≠ 0 cukup dipilih a ≠0. Perhatikan definisi
berikut ini.
DEFINISI

Untuk bilangan real a  0, a0 ( dibaca: a pangkat 0 ) didefinisikan sebagai: a0 = 1

CONTOH
1. 20 = 1
2. (-3)0 = 1
3. (a + b)0 = 1, apabila a + b ≠ 0

b. Bilangan Berpangkat Negatif


Bagaimana kita mendefinisikan bilangan pangkat negatif ?. Mari kita lihat kembali sifat
perpangkatan
am
am  n 
an
Jika a ≠ 0 dan m = 0 , maka didapat :
a0
 a0  n  a n
1

a n a n
Oleh karena itu dibuat definisi bilangan berpangkat negatif berikut ini.

n
Untuk bilangan real a  0 , a , didefinisikan sebagai:
1
an 
an

Contoh soal

1. Nilai dari (√2 + √3 + 2 + √5)(- √2 + √3 + 2 - √5)( √10 + 2√2) = ....


Jawab :
(√2 + √3 + 2 + √5)(- √2 + √3 + 2 - √5)( √10 + 2√2)

[ (2 + √3) + (√5 + √2)][(2 + √3) – (√5 + √2)][( √10 + 2√3)]

[(2 + √3)2 – (√5 + √2)][ √10 + 2√3)]

[( 4 + 4√3 + 3) – (5 + 2√10 + 2 ) ][ √10 + 2√3]

(7 + 4√3 – 7 - 2√10)( √10 + 2√3)

(4√3 - 2√10) (2√3 + √10)

2((2√3 - √10) (2√3 + √10)

2((2√3)2 - (√10)2)

2 ( 12 – 10)

2x 2=4

1 1

2 √5
2. Jika 1 1 = a+ b√5, maka a + b adalah ..
+
2 √5

Jawab :
1 1

2 √5
1 1 = a+ b√5
+
2 √5
1 1
− 2√5)
2 √5
1 1 x2 = a+ b√5
+ √5)
2 √5

√5−2 √5−2
2 x = a+ b√5
√5+ 2 √5− 2

5−2 𝑥 2√5+4
= a+ b√5
5−4

9 - 4√5 = a+ b√5

 A = 9, b = 4
 A+b=9–4=5
E. POLA BILANGAN
Adalah susunan bilangan yang memiliki aturan atau pola tertentu.

Contoh :

a. 1, 2, 3, 4,5, ….mempunyai pola bilangan ditambah satu dari bilangan sebelumnya,


dimulai dari 1
b. 0, 2, 4, 6, 8, ….mempunyai pola bilangan ditambah dua dari bilangan sebelumnya,
dimulai dari 0
a. Pola Bilangan Ganjil dan Bilangan Genap
1. Pola Garis Lurus
Penulisan bilangan yang mengikuti pola garis lurus merupakanpola bilangan yang paling
sederhana. Suatu bilangan hanya digambarkan dengan noktah yang mengikuti pola garis
lurus. Misalnya:
Mewakili 2

Mewakili 3

Mewakili 4

Mewakili 5

2. Pola Persegi
Persegi merupakan bangun datar yang semua sisinya memiliki ukuran yang sama panjang.
Begitu pula dengan penulisan pola bilangan yang mengikuti pola persegi. Pola bilangan
persegi adalah 1, 4, 9, 16, ……
Pada pola ini, semua noktah digambarkan dengan jumlah yang sama.

RUMUS SUKU Ke-n = n x n


= n2
2. Pola Persegi Panjang
Pada umumnya, penulisan bilangan yang didasarkan pada pola persegi panjang hanya
digunakan oleh bilangan bukan prima. Pada pola ini, noktah-noktah disusun menyerupai
bentuk persegi panjang. Pola bilangan persegi panjang adalah 2, 6, 12, 20, 30, …..
Gambar pola bilangan persegi panjang adalah sebagai berikut:

RUMUS SUKU Ke-n = n ( n + 1 )

3. Pola Segitiga
Selain mengikuti pola persegi panjang dan persegi, bilangan pun dapat digambarkan melalui
noktah yang mengikuti pola segitiga. Untuk lebih jelasnya, coba kamu perhatikan lima
bilangan yang mengikuti pola segitiga berikut ini. Jadi, bilangan yang mengikuti pola segitiga
dapat dituliskan sebagai berikut : 1, 3, 6, 10,15, …….
Ternyata, bilangan-bilangan tersebut dibentuk mengikuti pola sebagai berikut:

1
RUMUS SUKU Ke-n = 2 x n ( n + 1 )

4. Pola Bilangan Ganjil


Pola bilangan ganjil memiliki aturan sebagai berikut.
a. Bilangan 1 sebagai bilangan awal.
b. Bilangan selanjutnya memiliki selisih 2 dengan bilangan sebelumnya.
Bilangan ganjil memiliki pola 1, 3, 5, 7, 9, …..
Perhatikan pola bilangan ganjil berikut ini.

RUMUS SUKU Ke-n = 2n - 1

5. Pola Bilangan Genap


Pola bilangan genap memiliki aturan sebagai berikut.
a. Bilangan 2 sebagai bilangan awal.
b. Bilangan selanjutnya memiliki selisih 2 dengan bilangan sebelumnya.
Bilangan genap memiliki pola 2, 4, 6, 8, …..
Perhatikan pola bilangan genap berikut ini :

RUMUS SUKU Ke-n = 2n

6. Pola Bilangan Fibonacci


Pola bilangan fibanocci adalah pola bilangan dimana jumlah bilangan setelahnya merupakan
hasil dari penjumlahan dari dua bilangan sebelumnya.Pola bilangan Fibonacci adalah 1, 1, 2,
3, 5, 8, 13, ……
RUMUS SUKU Ke-n = ( Un – 1) + ( Un – 2 )

7. Pola bilangan aritmatika

Pola bilangan aritmatika adalah pola bilangan dimana bilangan sebelum dan sesudahnya
memiliki selisih yang sama. Contoh pola bilangan aritmatika adalah 2, 5, 8, 11, 14, 17,
…. Suku pertama dalam bilangan aritmatika dapat disebut dengan awal ( a ) atau U1,
sedangkan suku kedua adalah U2 dan seterusnya. Selisih dalam barisan aritmatika disebut
dengan beda dan dilambangkan dengan b. Karena bilangan sebelum dan sesudahnya
memiliki selisih yang sama, maka b = U2 - U1 = U3 – U2 = U4 – U3 = U5 – U4 = U6 –
U5 = 3. Rumus mencari suku ke-n adalah Un = a + ( n – 1 ) b

Rumus mencari jumlah n suku pertama adalah Sn = n/2 ( a + Un ) atau Sn = n/2 ( 2 a + (


n–1)b)

8. Pola Bilangan Geometri


Pada pola bilangan geometri, suatu bilangan merupakan hasil perkalian bilangan
sebelumnya dengan suatu bilangan yang tetap. Rumus suku ke-n >> Un = arn-1
Contoh:

 1, 2, 4, 8, 16, 32, …
 1, 3, 9, 27, 81,
Contoh Soal
1. perhatikan susunan lantai dari beberapa buah persegi yang diarsir seperti pada gambar di
bawah ini.Susunan persegi tersebut membentuk suatu pola tertentu.Berapakah banyak
persegi yang diarsir pada pola ke-7?

Penyelesaian :
 Pada pola pertama ada 1 persegi yang diarsir.
 Pada pola kedua ada 5 persegi yang diarsir.
 Pada pola ketiga ada 9 persegi yang diarsir.

Dengan demikian, dapat dibentuk barisan 1, 5, 9, ....

Jika diperhatikan, ternyata barisan di atas merupakan barisan aritmetika dengan suku pertama
a = 1 dan selisih antar sukunya adalah b = 5 - 1 = 4.

Nah, karena rumus suku ke-n dari barisan aritmetika adalah U(n) = a + (n-1)b, maka U(7) = a
+ 6b = 1 + 6(4) = 1 + 24 = 25.

Jadi, banyak persegi yang diarsir pada pola ke-7 adalah 25 buah.

2. Diketahui a,b,c, dan d adalah bilanganreal positif yang membentuk barisan aritmatika dan
𝑑
a, b, d merupakan barisan geometri. Nilai 𝑎 adalah ?

Penyelesaian :
Misalkan :
a, b, c , dan d = 1, 2, 3 , 4 ( merupakan barisan aritmatika, karena memiliki beda yang sama,
yaitu 1)
maka, a, b, d = 1, 2, 4 ( merupakan barisan geometri, karena memiliki rasio yang sama, yaitu
n2)
𝑑 4
sehingga, 𝑎 = 2 = 2

3. Berapakah nilai “?” pada gambar dibawah ini!

Penyelesaian :
Cara 1 :
2 x 3 + 4 = 10
3 x 4 + 5 = 17
4 x 5 + 5 = 25
5 x 6 + 7 = 37
Jadi, nilai “?” adalah 37
Cara 2

Jadi, Jadi, nilai “?” adalah 31

1 1
4. Jika m = 0,8333…. Dan n=0,6666…. Berapakah +𝑛?
𝑚
penyelesaian :

100m - m = 8,33333….. – 0,833333….


9m = 7,5
75 5
m= =
90 6

10n – n = 6,66666….. – 0,66666…..


9n = 6
6 2
n= =
9 3
5 2
1 1 𝑛+𝑚 +
6 3 9 18 27
+ = = 5 2 = + = = 2,7
𝑚 𝑛 𝑛𝑚 𝑥 4 10 10
6 3

5. Jumlah 20 bilangan ganjil berurutan adalah 600. Selisih bilangan terbesar dan terkecil
adalah . . .
Penyelesaian :
Dik : U1 = a
b=2
dit : selisih U20 – U1
misalkan pola bilangannya : a, a+2, a+4, …….
Jadi, U20 = a + 19b
= a + 19(2)
= a + 38

𝑛
Sn = 2 (U1 + U20 )
20
600 = (a + a + 38 )
2
600 = 10 (2a +38)
60 = 2a + 38
2a = 60 – 38
2a = 22
a = 11

U1 = 11
U20 = a + 38 = 11 +38 = 49
Jadi, selisih U20 – U1 = 49 – 11 = 38

Atau :
U20 – U1 = a + 38 – a
= 38

6. Jika n bilangan asli, buktikan bahwa n3 + 5n habis dibagi 6

Bukti :
= n3 + 5n = n3 – n + 6n
= ( n-1) n ( n+1) + 6n.
= (n-1) n ( n+ 1 ) merupakan 3 bilangan yang berurutan, jadi selalu habis dibagi 6.
Jelas bahwa 6 habis dibagi 6n. jadi 6 habis dibagi n3 + 5n.

Mengetahui,
Instruktur Siklus 1 Mahasiswa PPG

Drs. R. M. Bambang S, M.Pd Nadya, S.Pd


NIP. 19591109 198603 1 001

Anda mungkin juga menyukai