Pembimbing :
Disusun oleh :
11.2016.342
b. Proses transmisi
Adalah proses penyaluran impuls melalui saraf sensorik yang dilakukan oleh serabut A delta
bermielin dan serabut C tak bermielin sebagai neuron pertama, kemudian dilanjutkan traktus
spinotalamikus sebagai neuron kedua dan selanjutnya di daerah thalamus disalurkan oleh
neuron ke tiga sensorik pada area somatic primer di kortek serebri. Proses transmisi ini dapat
dihambat dengan anestetik lokal di perifer atau sentral.
c. Proses modulasi
Proses perubahan transmisi nyeri yang terjadi di susunan saraf pusat (medulla spinalis dan
otak). Proses terjadinya interaksi antara system analgesic endogen yang dihasilkan oleh tubuh
kita dengan input nyeri yang masuk ke kornu posterior medulla spinalis merupkan proses
ascenden yang di kontrol oleh otak. Analgesic endogen ( enkefalin, endorphin, serotonoin,
noradrenalin) dapat menekan impuls nyeri pada kornu posterior medulla spinalis. Proses ini
dapat dihambat oleh obat golongan a2 agonis seperti clonidine dan opioid
d. Proses persepsi
Persepsi merupakan hasil akhir proses interaksi yang komplek, dimulai dari proses transduksi,
transmisi dan modulasi sepanjang aktifitas sensorik yang sampai pada area primer sensorik
kortek serebri dan masukan lain bagian otak yang pada gilirannya menghasilkan suatu perasaan
subyektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri.
2. Terapi cairan
Kebutuhan air dan elektrolit
Bayi dan anak
BB Kebutuhan air per hari
Sampai 10 kg 100 ml/kgBB
11 – 20 kg 1000 ml + 50 ml/kgBB
( untuk tiap kg diatas 10 kg )
>20 kg 1500 ml + 20 ml/kgBB
Untuk tiap kg diatas 20 kg)
Kebutuhan kalium 1-2 mEq/kgbb/hari
Kebutuhan natrium 2- 4 meq/kgbb/hari
b. Difusi
Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan bergerak
dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Tekanan hidrostatik pembuluh darah
juga mendorong air masuk berdifusi melewati pori-pori tersebut. Jadi difusi
tergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan hidrostatik
Cara rehidrasi yaitu hitung cairan total (rumatan + pengganti defisit) untuk 24 jam. Berikan
separuhnya dalam 8 jam pertama dan selebihnya dalam 16 jam berikutnya.
KEHILANGAN DARAH
Untuk kehilangan darah dapat diperkirakan besarnya melalui beberapa kriteria klinis seperti
tabel di bawah ini:
Deratjat I Derajat II Derajat III Derajat IV
Kehilangan 750 750-1500 1500-2000 >2000
darah (ml)
Kehilangan 15% 15-30% 30-40% >40%
darah (%EBV)
Denyut nadi <100 >100 >120 >140
Tek. Darah Normal Normal Menurun Menurun
(mmHg)
Frek. Nafas 14-20 20-30 30-35 >35
Produksi urin >30 20-30 5-15 Tidak ada
(ml/jam)
Ssp/ status Gelisah ringan Gelisah sedang Gelisah dan Letargi
mental bingung
Cairan Kristaloid Kristaloid Kristaloid dan Kristaloid dan
pengganti (3:1) darah darah
Perdarahan :
hitung EBV
jika perdarahan
10% EBV berikan kristaloid substitusi dengan
perbandingan 1 : 2-4ml cairan
10% kedua berikan koloid 1 : 1 ml cairan
> 20 % EBV berikan darah 1 : 1 ml darah
Contoh :
Pria BB 50 kg
à EBV 50 X 70 ml = 3500 ml
maka jika perdarahan 800 ml digantikan dengan
10% pertama (350 ml) à kristaloid 700-1400 ml
10% kedua (350 ml) à koloid 350 ml
100 ml à darah 100 ml
C. Pasca operasi
Terapi cairan pasca bedah ditujukan untuk :
a. Memenuhi kebutuhan air, elektrolit, nutrisi
b. Mengganti kehilangan cairan pada masa paska bedah (cairan lambung, febris)
c. Melanjutkan penggantian defisit pre operatif dan durante operatif
d. Koreksi gangguan keseimbangan karena terapi cairan
Pada penderita pasca operasi nutrisi diberikan bertahap (start low go slow).
Penderita pasca operasi yang tidak mendapat nutrisi sama sekali akan kehilangan protein 75-
125 gr/hari à Hipoalbuminemia à edema jaringan, infeksi, dehisensi luka operasi, penurunan
enzym pencernaan
Rumus Darrow
BB (kg) Cairan (ml)
0-3 95
3-10 105
10-15 85
15-25 65
>25 50
Tetesan infus: Mikro: BBx darrow /96
Makro: BB x darrow/24
Melihat tanda-tanda pada pasien disesuaikan dengan prosentase EBV yang hilang:
TANDANYA
Tensi systole 120 mmhg 100 mmhg < 90 mmhg < 60-70 mmhg
Nadi 80 x/mnt 100 x/mnt > 120 x/mnt > 140 x/mnt
Perfusi Hangat Pucat Dingin Basah
Estimasi Minimal 600 ml 1200 ml 2100 ml
perdarahan
Estimasi infus Minimal 1-2 liter 2-4 liter 4-8 liter
Problem puasa
a. Pada keadaan normal kehilangan cairan berupa
v Insesible water losses (IWL)
v Sensible water losses (SWL)
Pada orang dewasa kehilangan ± 2250 cc yang terdiri atas
1) IWL 700 ml / 24 jam
(suhu lingkungan 25 oC kelembaban 50-60 %, suhu badan 36-37 oC).
2) SWL
Urine 1 cc / kgbb / jam (24 cc / kg / bb / 24 jam)
b. Kebutuhan elektrolit tidak terpenuhi
Kebutuhan normal: Na+ 2-4 mEq / kgbb / 24 jam
K+ 1-2 eEq / kgbb / 24 jam
c. Kebutuhan kalori tidak terpenuhi
Kebutuhan normal: 25 Kcal / kgbb / jam
d. Pada operasi elektif yang dipuasakan, penggantian cairan hanya untuk maintenance saja
e. Pemberian cairan pre operasi adalah untuk mengganti bila ada
1) Kehilangan cairan akibat puasa.
2) Kehilangan cairan akibat perdarahan.
3) Kehilangan cairan akibat dehidrasi.
f. Pemberian darah pre operasi di dasarkan atas pertimbangan yang matang dan apabila
perlu dilakukan pemeriksaan darah lebih dahulu.
Cairan pengganti
- Kristaloid 2-4 kali dari jumlah perdarahan.
- Koloid 1 kali dari jumlah perdarahan
- Darah (WB) 1 kali dari jumlah perdarahan
b. Golongan opioid
Obat ini bekerja pada reseptor mu, kappa, delta dan sigma yang berada di sentral
maupun perifer. Sebagian besar opioid bekerja sebagai agonis mu. Opioid diberikan
untuk nyeri sedang sampai berat dengan efek samping mual, muntah, konstipasi, retensi
urine dan sedasi
4. Kerja neostigmine
Neostigmine bekerja dengan cara memperpanjang kerja dari asetilkolin, yang merupakan
senyawa alami di dalam tubuh. Neostigmine menghambat aksi dari enzim asetilkolinesterase.
Asetilkolin menstimulasi satu tipe reseptor yang dinamakan reseptor muskarinik. Reseptor
muskarinik terdapat diseluruh tubuh terutama di otot. Ketika reseptor muskarinik distimulasi
akan menimbulkan tingkat efek tertentu yang menimbulkan kontraksi pada otot. Neostigmine
meningkatkan jumlah asetikolin pada ujung saraf. Peningkatan kadar asetilkolin ini membuat
reseptor yang tersisa berfungsi lebih efisien. Neostigmine biasanya mengembalikan fungsi otot
mendekati taraf normal.
5. ASA (American Society of Anasthesiologist)
ASA (American Society of Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan
teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi pernafasan, peredaran darah dan
sistem saraf. Berikut adalah tabel pemeriksaan ASA.
ASA grade I
Status fisik : Tidak ada gangguan organik, biokimia dan psikiatri. Misal: penderita dengan
herinia ingunalis tanpa kelainan lain, orang tua sehat, bayi muda yang sehat.
Mortality (%) : 0,05.
ASA grade II
Status fisik : Gangguan sistemik ringan sampai sedang yang bukan diseababkan oleh penyakit
yangakan dibedah.
Misal: penderita dengan obesitas, penderita dengan bronkitis dan penderita dengan diabetes
mellitus ringan yang akan mengalami appendiktomi
Mortality (%) : 0,4.
ASA grade IV
Status fisik : Penyakit/gangguan sistemik berat yang menbahayakan jiwa yang tidak selalu
dapat diperbaiki dengan pembedahan, misalnya : insufisiensi koroner atau infark miokard
Mortality (%) : 25.
ASA grade V
Status fisik : Penyakit/gangguan sistemik berat yang menbahayakan jiwa yang tidak selalu
dapat diperbaiki dengan pembedahan, misalnya : insufisiensi koroner atau infark miokard
Mortality (%) : 50.