Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Teknik PWK Volume 2 Nomor 2 2013

Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk
__________________________________________________________________________________________________________________

UPAYA PELESTARIAN KAMPUNG KAUMAN SEMARANG SEBAGAI


KAWASAN WISATA BUDAYA

Kartika Yuliana K.¹ dan Rina Kurniati ²


1
Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
2
Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
email : tika.yuliana.k@gmail.com

Abstrak: Kawasan bersejarah merupakan suatu kawasan yang didalamnya terdapat berbagai peninggalan
masa lampau dan membentuk suatu kota, baik berupa fisik historis maupun berupa nilai dan pola hidup
masyarakatnya, serta kepercayaanya. Kauman merupakan salah satu cikal bakal pertumbuhan Kota Semarang.
Dahulu kampung Kauman merupakan kampung para santri, kini telah mengalami perubahan menjadi kawasan
perdagangan dan jasa dan semakin lama unsur hitoris dari Kauman hilang dan tergantikan oleh unsur modern.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan pelestarian pada Kampung Kauman Semarang sebagai
kawasan wisata budaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini melalui pendekatan kualitatif yang
berupa metode analisis deskriptif kualitatif untuk menggambarkan karakteristik kampung kauman dan sosial
budaya masyarakat kampung Kauman yang akan dikaji lebih lanjut. Hasil dari penelitan ini yang berdasarkan
dari analisis yang sudah dilakukan, diketahui bahwa kawasan Kampung Kauman beralih fungsi menjadi
kawasan perdagangan dan jasa, yang dahulunya merupakan kawasan permukiman. Bangunan tradisional
yang ada di permukiman sudah mulai berubah seiring dengan banyaknya pendatang yang datang dan memilih
untuk membangun bangunan yang modern. Namun, ciri khas yang masih melekat pada Kauman ini adalah
Masjid Besar Kauman yang menjadi pusat kegiatan keagamaan di Kauman maupun Kota Semarang. Masjid ini
adalah satu-satunya bangunan yang kokoh berdiri dan merupakan peninggalan sejarah Kampung Kauman.
Walaupun seperti itu, kegiatan sosial budaya di Kauman seperti dugderan masih dilakukan sampai sekarang
dan kegiatan keagaman yang masih sangat kental di kampung ini. Dari analisis-analisis sebelumnya akan
menghasilkan konsep keberlanjutan untuk Kampung Kauman agar tetap menjadi kampung kota bersejarah
bagi Semarang dan wisata budaya untuk Semarang.
Kata Kunci : Pelestarian, Kauman, Wisata Budaya

Abstract: Historic district is an area in contains many relics of the past and establish a city, either physically or in
the form of historical society values and patterns, as well as their belief. Kauman is a forerunner of Semarang.
Formerly, Kauman was a Kampoeng of Santri, has now been changed into the trade and services area. Later on,
historical elements of Kampoeng Kauman slowly lost and replaced with modern life. The purpose of this study
was to determine the best way to conserve Kampoeng Kauman as cultural tourism. The method used in this
research is descriptive qualitative analysis approach to describe the characteristic of Kampoeng Kauman and its
socio cultural to be studied later. The results of this research are based on the analysis that has been done, it is
known that Kampoeng Kauman converted into a trade and service area, which was formerly a residential area.
Traditional building in the settlements has begun to change as the number of immigrants coming and chose to
build a modern building. However, the hallmark that is still attached to Kauman is the Great Mosque of Kauman
as center of religious activity in Kauman and Semarang. This mosque is the only building that still survives and is
a heritage of Kampoeng Kauman. However, socio-cultural activities such as Dugderan continue to this day and
religious activity is still very strong in this village. These analyzes will generate the sustainability concepts for
Kampoeng Kauman to remain as a cultural tourism and historical kampoeng of Semarang.
Keywords: Preservation, Kauman, Cultural tourism

Teknik PWK; Vol. 2; No. 2; 2013; hal. 208-222 | 208


Upaya Pelestarian Kampung Kauman … Kartika Yuliana K. dan Rina Kurniati

PENDAHULUAN
Dalam setiap kota masih melekat rumah tempat tinggal khas Semarangan yang
sejarah dari sang kota, yang menandai dulunya hanya berfungsi sebagai rumah
perjalanan hidup dari kota selama berabad- tempat tinggal, kini sebagian besar telah
abad yang lalu dan masih dapat diingat mengalami perubahan, karena pemiliknya
kembali melalui bangunan-bangunan tua, merasa tidak mampu lagi menampung
jembatan, kanal, folklore, tradisi, dan segala aktivitas perdagangan sekaligus sebagai
hal yang masih terus bisa dilestarikan. Serta rumah tinggal.
pembentukan kota ini pada dasarnya karena Seiring perkembangan zaman, sebuah
adanya aktivitas masyarakat yang dilengkapi kota pun akan mengalami perkembangan
dengan fasilitas sarana dan prasrana sebagai sesuai zamannya. Keberadaan kampung kota
penunjang dari aktivitas tersebut (Leitmann, di Semarang semakin hari semakin
28:1999 dalam Sabrina Sabila). memprihatinkan. Dilihat dari sekitar kawasan
Kota Semarang mulai terbentuk dari pasar Johar yang tiap kali tergenang rob dan
kampung-kampung kota yang tercipta dari banjir, dan pertumbuhan penduduk yang
para pendatang yang singgah untuk meningkat sehingga mempengaruhi
berdagang maupun bertempat tinggal. kepadatan banguinan di permukiman.
Biasanya terbentuknya suatu kota dimulai dari Begitupula kampung Kauman yang mengalami
daerah pinggir sungai, karena aktivitasnya perkembangan akibat modernisasi Kota
yang sangat membutuhkan sumber air sebagai Semarang yang kemajuannya semakin pesat
keperluan sehari-hari maupun untuk sarana semakin pula menghilangnya nilai budaya
transportasi air, memudahkan dalam tradisional dengan budaya kapitalisme.
melakukan aktivitas perdagangan. Begitu pula Penelitian ini bertujuan untuk
dengan Kota Semarang, Kali Semarang merumuskan pelestarian pada kampung
merupakan dasar pembentukan embrio Kota Kauman di Kota Semarang sebagai kawasan
Semarang awal mulanya. Menurut peta wisata budaya, yang dimana menghasilkan
Semarang tahun 1965, embrio Kota Semarang suatu konsep untuk tetap menjaga
berada di kawasan yang menjadi kawasan keberlanjutan Kampung Kauman. Hasil
pasar Johar (Wijanarka, 59:2001). Dari situ penelitian ini diharapkan menghasilkan suatu
terbentuk kampung-kampung kota seperti rekomendasi agar nilai historis dari Kampung
kampung pecinan, kampung melayu, dan Kauman tetap terjaga untuk generasi-generasi
kampung kauman berkumpul pada satu berikutnya dengan upaya pelestarian ini.
kawasan di dekat pasar Johar.
METODE PENELITIAN
Kauman merupakan salah satu cikal
Penelitian ini menggunakan
bakal pertumbuhan Kota Semarang. Menurut
pendekatan kualitatif. Pendekatan ini masih
sejarahnya, ketika Ki Ageng Pandan Arang
menggunakan teori-teori yang nantinya
membangun masjid di daerah Pedamaran,
dibawa ke lapangan (wilayah studi) dan akan
para santrinya di tempat tinggalkan di daerah
diteliti lebih mendalam berdasarkan dengan
yang sekarang dikenal dengan nama Kauman
fenomena yang ada di wilayah penelitian.
(Budiman dalam Wijanarko, 146:2001).
Menurut Bungin (2010), teori digunakan
Dahulu kampung Kauman merupakan
sebagai awal menjawab pertanyaan
kampung santri di pusat kota lama Semarang,
penelitian, bahwa sesungguhnya pandangan
kini telah mengalami perubahan menjadi
deduktif menuntun penelitian dengan terlebih
kawasan perdagangan yang spesifik,
dahulu menggunakan teori sebagai alat,
maksudnya aktivitas berdagang yang
ukuran, dan bahkan instrumen untuk
dilakukan mayoritas lebih bernuansa islami
membangun hipotesis, sehingga peneliti
seperti perdagangan buku-buku islam,
secara tidak langsung akan menggunakan
perlengkapan sholat, perlengkapan kenduri,
teori sebagai “kacamata kuda”nya dalam
atribut dan bahan bangunan keramik
melihat masalah penelitian. Penelitian dengan
(Wijanarka, 146:2001). Akibatnya, arsitektur

Teknik PWK; Vol. 2; No. 2; 2013; hal. 208-222 | 209


Upaya Pelestarian Kampung Kauman … Kartika Yuliana K. dan Rina Kurniati

pendekatan kualitatif ini menggunakan dan bahkan kota bersejarah (histories towns).
instrumen-instrumen penelitian dengan form Dengan pendekatan konservasi, berbagai
wawancara sebagai alat untuk mengumpulkan kegiatan dapat dilakukan, menilai dari
data. Wawancara tersebut masih inventarisasi bangunan bersejarah kolonial
berhubungan dengan fokus penelitian yang maupun tradisional, upaya pemugaran
diambil dari teori-teori yang digunakan. (restorasi), rehabilitasi, rekonstruksi, sampai
Pendekatan ini menggunakan kualitatif dengan revitalisasi yaitu memberikan nafas
sehingga wawancara yang dilakukan lebih kehidupan baru.
kepada sosial budaya masyarakat kampung
Karakter Fisik Kawasan
Kauman. Jadi keseluruhan penelitian ini lebih
Menurut Trancik (1986) untuk
bersifat deskriptif. Pendekatan studi dengan
mengetahui bentuk arsitektural dari sebuah
kualitatif ini menggunakan analisis deskriptif
kawasan, dapat diketahui dari tiga teori dalam
kualitatif yang selanjutnya digunakan sebagai
perancangan kota yaitu figure ground, linkage,
metode pada proses analisis.
dan place. Ketiga teori tersebut sebagai alat
Data primer diperoleh dari hasil
yang berguna untuk menelusuri bangunan
wawancara dengan narasumber dari institusi
atau kawasan yang pernah eksis dalam cerita
pemerintahan yang terkait dan dari hasil
sejarah.
observasi lapangan di wilayah studi.
a. Figure Ground
Wawancara dilakukan pada narasumber ahli
Menurut Trancik, figure ground
yang telah ditentukan dengan teknik
merupakan poin awal dalam memahami suatu
purposive sampling sehingga diharapkan
bentuk arsitektural kawasan. Analisis figure
dapat diperoleh informasi yang mendalam
ground ini merupakan alat yang kuat untuk
tentang Kampung Kauman dan karateristik
mengidentifikasi tekstur dan pattern (pola)
masyarakatnya maupun budayanya.
dari suatu urban fabric. Biasanya untuk
Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil
melihat tekstur dan pola tersebut figure
telaah dokumen dan artikel yang terkait
ground ditunjukan dengan sebuah warna,
dengan penelitian, seperti dokumen rencana
misal figure ditunjukkan dengan warna hitam
tata ruang, buku statistik, peta, dan artikel
untuk mengetahui massa yang dibangun,
dari internet. Hasil dari observasi ini data yang
sedangkan ground ditunjukkan dengan warna
diperoleh diolah dengan cara pengkodean,
putih untuk semua ruang yang berada di luar
selanjutnya dianalisis dengan deskrptif.
massa. Analisis dengan menggunakan teori ini
KAJIAN LITERATUR dapat menggambarkan pola ruang kota dan
keteraturan massa bangunan yang ada. Pola
Pelestarian Kawasan
kawasan secara tekstural dapat
Pelestarian secara umum dapat didefinisikan
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok (Zahnd,
bahwa pelestarian dalam hal ini konservarsi
1999: 80) :
merupakan suatu upaya atau kegiatan untuk
merawat, melindungi, dan mengembangkan  Susunan kawasan yang bersifat
objek pelestarian yang memiliki nilai atau homogen dengan suatu pola penataan
makna kultural agar dapat dipelihara secara  Susunan kawasan yang bersifat
bijaksana sesuai dengan identitasnya guna heterogen dengan dua atau lebih pola
untuk dilestarikan. Menurut Eko budihardjo berbenturan
(1994), upaya preservasi mengandung arti  Susunan kawasan yang bersifat
mempertahankan peninggalan arsitektur dan menyebar dengan kecenderungan
lingkungan tradisional/kuno persis seperti kacau
keadaan asli semula. Karena sifat prservasi b. Linkage
yang stastis, upaya pelestarian memerlukan Menurut Shirvani (1985), linkage
pula pendekatan konservasi yang dinamis, menggambarkan keterkaitan elemen bentuk
tidak hanya mencakup bangunannya saja dan tatanan massa bangunan, dimana
tetapi juga lingkungannya (conservation areas) pengertian bentuk dan tatanan massa

Teknik PWK; Vol. 2; No. 2; 2013; hal. 208-222 | 210


Upaya Pelestarian Kampung Kauman … Kartika Yuliana K. dan Rina Kurniati

bangunan tersebut akan meningkatkan fungsi c. Place Theory


kehidupan dan makna dari tempat tersebut. Menurut analisis Lynch (1973) image
Karena konfigurasi dan penmapilan massa atau citra kota dibagi menjadi lima elemen
bangunan dapat membentuk, mengarahkan, yaitu:
menjadi orientasi yang mendukung elemen  Path (jalur)
tersebut. Terdapat tiga pendekatan yang Merupakan elemen terpenting yang
membagi elemen perkotaan, dapat dilihat berupa rute-rute sirkulasi dimana biasanya
dibawah ini (Zahnd, 1999: 108-129): digunakan orang untuk melakukan
 Linkage visual pergerakan secara umum, seperti gang
Dua atau lebih fragmen kota dihubungkan utama, jalan transit, lintasan kereta api,
menjadi satu kesatuan secara visual dan saluran.
berdasarkan dua pokok perbedaan yaitu:  Edge (tepian)
 Yang menghubungkan dua daerah Merupakan elemen linier yang tidak
secara netral dipakai atau dilihat sebagai path yang
 Yang menghubungkan dua daerah berada antara dua kawasan tertentu dan
dengan mengutamakan salah satu berfungsi sebagai pemutus linier, misalnya
daerah pantai, tembok, dan topografi. Edge dapat
 Linkage Struktural menjadi pengakhiran dari sebuah district
Linkage struktural berfungsi sebagai atau batasan sebuah district dengan yang
stabilitator dan koordinator di dalam lain.
lingkungan kota. Tanpa ada daerah-  District (kawasan)
daerah yang polanya tidak Merupakan kawasan kota dalam skala dua
dikoordinasikan serta distabilkan dimensi yang memiliki ciri khas mirip
bentuk pola dan wujudnya serta khas pula
dengan lingkungannya, maka
dalam batasnya dimana orang merasa
cenderung akan muncul pola tata kota harus mengakhiri atau memulainya.
yang kesannya agak kacau. Dalam  Node (simpul)
linkage struktural terdapat dua pokok Merupakan simpul atau lingkaran daerah
perbedaan, yaitu: strategis dimana arah atau aktivitasnya
 Menggabungkan dua daerah secara saling bertemu dan dapat dirubah kearah
netral atau aktivitas lain seperti persimpangan
 Menggabungkan dua daerah deengan lalu lintas, jembatan, stasiun, pasar, dan
mengutamakan satu daerah kota secara keseluruhan dalam skala
 Linkage Kolektif makro.
 Linkage struktural berfungsi sebagai  Landmark (tengeran)
stabilitator dan koordinator di dalam Landmark adalah elemen eksternal dan
lingkungan kota. Tanpa ada daerah-daerah merupakan bentuk visual yang menonjol
yang polanya tidak dikoordinasikan serta dari kota, misalnya gunung, gedung tinggi,
distabilkan dengan lingkungannya, maka menara, dan tempat ibadah.
cenderung akan muncul pola tata kota
Element Perancangan kota
yang kesannya agak kacau. Dalam linkage
Elemen-eleman di bawah ini disusun
struktural terdapat dua pokok perbedaan,
dengan berbagai kriteria untuk menciptakan
yaitu:
kawasan kota yang ideal (Shirvani,1985:7),
 Menggabungkan dua daerah secara
meliputi:
netral
 Menggabungkan dua daerah deengan  Tata Guna Lahan (Land Use)
mengutamakan satu daerah Tata guna lahan merupakan elemen
kunci dalam perancangan kota (urban
design), karena berdasarkan tata guna lahan
dilakukan pengembangan dan pembangunan

Teknik PWK; Vol. 2; No. 2; 2013; hal. 208-222 | 211


Upaya Pelestarian Kampung Kauman … Kartika Yuliana K. dan Rina Kurniati

kawasan kota. Dalam perencanaan guna lahan yang tidak ditempati oleh bangunan dan
suatu kawasan, terdapat beberapa hal yang hanya dapat dirasakan keberadaanya jika
harus diperhatikan (Shirvani, 1985:9), yaitu : sebagian atau seluruh lahannya dikelilingi
 Penggunaan lahan atau fungsi yang pagar. Selanjutnya ruang terbuka didefinisikan
diijinkan untuk dikembangkan pada sebagai lahan dengan penggunaan spesifik
wilayah tersebut. yang fungsi atau kualitas terlihat dari
 Keterkaitan atau hubungan antar komposisinya (Rapuano, 1964:11). Dapat
disimpulkan bahwa yang disebut dengan
fungsi yang harus ada dalam sebuah
Ruang Terbuka adalah sutau elemen penting
kawasan/pusat kota.
kota yang berupa lahan tidak terbangun yang
 Daya tampung maksimal lahan mengandung komponen fisik dan sosial.
sesuai dengan masing-masing fungsi  Jalur Pedestrian (Pedestrian Ways)
kawasan. Menurut Iswanto (2006), pedestrian
 Skala pembangunan baru. berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal
 Tipe insentif pembangunan yang dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga
sesuai dan dapat dikembangkan pedestrian dapat diartikan sebagi pejalan kaki
dalam kawasan dengan karakteristik atau orang yang berjalan kaki, sedangkan jalan
tertentu. merupakan media diatas bumi yang
 Bentuk dan Massa Bangunan (Building memudahkan manusia dalam tujuan berjalan,
Form And Massing) Maka pedestrian dalam hal ini memiliki arti
Menurut Shirvani (1985:11), bentuk dan pergerakan atau perpindahan orang atau
massa bangunan menyangkut aspek bentuk manusia dari satu tempat sebagai titik tolak ke
fisik, ketinggian dan penampilan dipengaruhi tempat lain sebagai tujuan dengan
oleh: menggunakan moda jalan kaki.
Jalur pejalan kaki ini merupakan salah satu
 Bentuk Fisik
bagian yang essensial dalam perancangaan
 Ketinggian Bangunan
kota. Jalur pedestrian ini tidak hanya bagian
 Penampilan (warna, bahan, dari program keindahan melainkan juga
kosmologi) mendukung kegiatan perdagangan (retail) dan
 Pengaturan tata letak bangunan meningkatkan vitalitas kota.
 Sirkulasi dan Parkir  Activity Support
Sirkulasi yang dimaksud adalah sirkulasi Aktivitas pendukung ini termasuk atas
untuk kendaraan, baik bermotor maupun semua fungsi bangunan dan kegiatan –
tidak bermotor. Sirkulasi tersebut meliputi kegiatan yang mendukung ruang publik suatu
pencapaian, besaran, kapasitas dan arah kawasan kota. Aktivitas pendukung tidak
sirkulasi. Parkir sebagai bagian dari sirkulasi hanya menyediakan jalan pedestrian atau
memiliki pengaruh pada lingkungan kota yaitu plasa tetapi juga mempertimbangkan fungsi
mendukung aktifitas komersial di pusat kota utama dan penggunaan elemen – elemen kota
dan memberi dampak visual pada bentuk fisik yang dapat menggerakkan aktivitas, misalnya
dan struktur kota. Faktor-faktor yang pusat perbelanjaan, taman rekreasi, pusat
mempengaruhi adanya parkir adalah sebagai perkantoran, perpustakaan, dan sebagainya
berikut (Wicaksono,1989:26) : (Shirvani, 1985:37).
 Faktor Motorisasi  Penandaan (signage)
 Faktor Sirkulasi Elemen penandaan merupakan elemen
 Faktor Perkembangan yang memberi warna dan menggambarkan
 Ruang Terbuka (Open Space) dinamisasi kehidupan kota. Tanda dapat
Ruang terbuka adalah lahan tidak berupa petunjuk yang dapat berkomunikasi
terbangun di dalam kota dengan penggunaan langsung (direct) maupun tidak langsung
tertentu. Pertama, ruang terbuka kota (indirect). Komunikasi langsung dapat
didefinisikan sebagai bagian dari lahan kota

Teknik PWK; Vol. 2; No. 2; 2013; hal. 208-222 | 212


Upaya Pelestarian Kampung Kauman … Kartika Yuliana K. dan Rina Kurniati

menunjukkan lokasi, identitas bisnis dan jasa kawasan dapat dianalisa dengan cara sebagai
pelayanan. Sedangkan komunikasi tidak berikut:
langsung dapat membentuk citra dan karakter  Aktivitas yang ada, misalnya shopping,
tanda dan kawasan. Penandaan harus dapat jalan-jalan, makan, dan lainnya.
mengambarkan karakter khusus kawasan atau  Tempat untuk menjalankan aktivitas
bangunan, tidak menimbulkan kekacauan tersebut, misalnya shopping di bazar, jalan-
visual, harmonis dengan arsitektur bangunan jalan di pedestrian ways dan sebagainya.
dan diupayakan mudah dilihat dan mudah  Kegiatan tambahan dalam menjalankan
diingat (Shirvani, 1985:40-44). Dalam aktivitas tersebut
kehidupan kota saat ini, iklan atau  Aspek simbolis dalam akivitas. Filosofi
advertensi mengisi ruang visual kota dalam melakukan aktivitas tersebut.
melalui papan iklan, spanduk, baliho dan Bentuk-bentuk suatu kota atau kawasan
merupakan hasil dari pola perilaku yang
sebagainya. Hal ini sangat mempengaruhi
dilakukan oleh individu yang berada di dalam
visualisasi kota baik secara makro maupun
lingkungan tersebut. Pola pergerakan atau
mikro. pola perilaku individu tersebut menghasilkan
 Preservasi (preservation) aktivitas-aktivitas yang menggunakan ruang
Preservasi yang dimaksudkan dalam dalam satu kawasan.
perancangan kota adalah perlindungan b. Sosial Budaya
terhadap lingkungan tempat tinggal Lingkungan sosial budaya terdiri dari pola
(permukiman) yang ada dan urban places interaksi antara budaya, teknologi dan
(alun-alun, plasa, area perbelanjaan) yang ada organisasi sosial, termasuk di dalamnya
dan mempunyai ciri khas, seperti halnya jumlah penduduk dan perilakunya yang
perlindungan terhadap bangunan bersejarah. terdapat dalam lingkungan spasial tertentu.
Pelestarian kawasan cagar budaya adalah (www.scribd.com).
segenap proses konservasi, interpretasi, dan Menurut Koentjaraningrat (1995) definisi
manajemen terhadap suatu kawasan agar kebudayaan sebagai keseluruhan sistem
makna kultural yang terkandung dapat gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia
terpelihara dengan baik. Dalam sebuah dalam rangka kehidupan masyarakat yang
pelestarian kawasan cagar budaya perlu dijadikan milik manusia dengan belajar.
disediakan kesempatan kepada masyarakat Setiap manusia berbudaya, dan
yang bertanggung jawab kultural terhadap kebudayaan merupakan merupakan ciri suatu
kawasan tersebut untuk ikut berpartisipasi tempat. Sedangkan lingkungan binaan yang
dalam proses pelestarian. Kriteria pelestarian merupakan kesatuan sistem sosial
dapat diukur dari kekhasan kawasan, masyarakatnya disebut kebudayaan fisik.
kesejarahan kawasan, keistimewaan kawasan, Permukiman yang ditentukan oleh lingkungan
dan partisipasi masyarakat (Wirastari, 2012). bangunan, kondisi alam setempat, kelompok
Karakter Non Fisik Kawasan komunitas dengan sistem nilai. Hal ini
Menurut Trancik (1986), merupakan menjadikan kampung kota sangat erat
karakter yang memakai hubungan antara kaitannya dengan nilai sosial budaya
manusia dengan lingkungan sosial dan penghuninya.
budayanya, yang digunakan sebagai c. Ekonomi
background dalam membentuk lingkungan Menurut Boeke dalam Kusumandari
fisik tertentu. (2011), desa tradisional merupakan sebuah
a. Sistem Aktivitas rumah tangga yang secara ekonomi
Rapoport (1977) dalam buku Human “berdaulat”, “mandiri”. Desa tradisional juga
Aspect of Urban Form menjelaskan bawa merupakan sebuah “unit produksi” bagi
aktivitas-aktivitas yang timbul dalm sebuah pemenuhan kebutuhan-kebutuhan konsumtif
kalangan kelas menengah dan atas (penguasa,
bangsawan, pemilik tanah/modal, dll),

Teknik PWK; Vol. 2; No. 2; 2013; hal. 208-222 | 213


Upaya Pelestarian Kampung Kauman … Kartika Yuliana K. dan Rina Kurniati

sementara bagi kalangan bawah, hal itu tidak perkembangannya Pasar Johar menjadi salah
lain merupakan “kewajiban sosial dan satu pasar terbesar di Jawa Tengah. Kawasan
ekonomis” mereka atas perlindungan dan Kauman berkembang dari adanya kali/sungai
pimpinan yang diberikan oleh kalangan Semarang sebagai sarana transportasi
menengah dan atas dan ini berarti pula perdagangan, sekaligus sebagai pusat
sebagai bentuk pengabdian kepada penguasa perkembangan agama khususnya agama
alam. Setiap aktivitas ekonomi mereka Islam.
senantiasa ditundukkan pada dan dicampur
dengan berbagai macam motif yaitu, motif
sosial, keagamaan, etis dan tradisional.
Landasan struktur ekonomi desa tradisional
diletakkan pada prinsip” hemat, ingat, dan
istirahat. Kondisi ini seperti halnya di kampung
tradisional perkotaan.
Kehidupan sosial masyarakat tradisional
sulit diklasifikasikan menurut pekerjaan
mereka tidak seperti struktur kehidupan sosial
pada masyarakat perkotaan dalam klasifikasi
yang jelas dan terstruktur. Adanya pemikiran,
sikap dan tindakan erat kaitannya dengan
“sistem nilai budaya dan sikap” yang mereka Sumber: Analisis Penyusun 2013
Gambar 1.1
anut dan patuhi serta sebagai “faktor-faktor
Peta Administrasi Kelurahan Kauman
mental” (Koentjaraningrat, 1995) yang
mempengaruhi pemikiran, sikap dan tindakan Dalam perkembangannya sampai
mereka dalam kehidupan kesehariannya sekarang Kawasan Kauman menjadi salah satu
maupun dalam hal membuat keputusan- pusat perdagangan dan pemukiman di
keputusan penting lainnya. Semarang. Kauman sangat identik dengan
perkampungan Arab pada zaman dulu, hal ini
TINJAUAN UMUM
dapat diamati dari bentuk-bentuk rumah yang
Terbentuknya Kawasan Kauman
memiliki ciri khas rumah Arab. Yang memiliki
dipengaruhi oleh Religious Theory (Teori
jendela cukup lebar, ruang tamu terletak
Agama) dimana embrio kota tumbuh dari
dibagian paling depan setelah pintu masuk.
adanya pemukiman-pemukiman awal (Zahnd,
Begitupula dengan masih banyak penduduk
Markus. 1999 : 24-25) dan salah satu
disana yang memakai pakaian islami (jilbab).
kawasan di Semarang yaitu Kauman awal
perkembangannya berasal dari Kali Semarang. ANALISIS
Nilai religi Kawasan Kauman dilihat dari 1. Analisis Sejarah dan Perkembangan
aktivitas syiar Agama Islam oleh para wali. Kawasan Kampung Kauman
Selain adanya syiar agama Islam, Kawasan Dalam analisis ini untuk mengetahui
Kauman juga tumbuh karena aktivitas perkembangan fisik Kampung Kauman dengan
perdagangan di sekitar Kali Semarang yang melihat peta figure ground dari tahun ke
digunakan sebagai alat memperkuat basis tahun. Perkembangan untuk sosial atau
ekonomi Kota Semarang. Aktivitas kemasyarakatannya dilihat dari sejarah yang
perdagangan mulai nampak ketika Kali diketahui dari para tokoh masyarakat atau
Semarang digunakan sebagai sarana masyarakat pendatang di Kauman tersebut.
transportasi yang menghubungkan antar Untuk perkembangan fisik dari
daerah. Saat itu Pasar Johar berfungsi sebagai Kampung Kauman dapat dilihat dari
tempat penyimpanan barang dan penjelasan di bawah ini.
menyediakan kebutuhan untuk masyarakat
sekitar Pasar Johar. Pada tahap

Teknik PWK; Vol. 2; No. 2; 2013; hal. 208-222 | 214


Upaya Pelestarian Kampung Kauman … Kartika Yuliana K. dan Rina Kurniati

mempengaruhi pola dasar pada kampung

1
dengan terbentuknya pola jalan yang

2
berbentuk grid untuk jalan penghubung di
dalam kampung. Munculnya permukiman
masih secara spontan terlihat dari massa
bangunan yang menyebar. Pada tahun 1913,
jalan yang berada di Kampung Kauman sudah
lebh jelas terlihat karena permukiman sudah
bermunculan dan massa bangunan yang
berdekatan dan masih mengelompok. Pada
Kampung Kauman saat ini, erlihat mengalami
pertumbuhan yang pesat terlihat dari massa

3 4
bangunan yang semakin padat sampai sudah
tidak ada lahan terbuka hijau. Karena kawasan
ini semakin ramai dengan pertokoan dan
Pasar Johar, banyak pendatang yang
bermukim dan berdagang di Kawasan ini.
Perkembangan sosial maupun budaya di
Kampung Kauman masih tetap dengan nuansa
islaminya. Dan sampai saat ini Kauman
memiliki ciri khas dengan nama setiap
gangnya yang mempunyai arti/makna
tersendiri. Seperti Kampung krendo karena
Sumber: Hasil Analisis Penyusun, 2013 merupakan tempat menyimpan krendo,
Gambar 4.3 Kampung Buntulan karena kampung tersebut
Perkembangan Kampung Kauman Tahun 1880 -
buntu,dan sebagainya.
sekarang
Keterangan: 2. Fisik Kawasan
1. Kampung Kauman Tahun 1880 (sumber: Suprapti, Analisis Figure Ground
1997)
Analisis ini untuk mengidentifikasi pola
2. Kampung Kauman Tahun 1892-1913 (sumber:
Suprapti, 1997) massa/ruang dan juga penggunaan lahan di
3. Kampung Kauman Tahun 1913 (sumber: Suprapti, kawasan Kampung Kauman.
1997) TABEL 1
4. Kampung Kauman pada saat ini (sumber: BAPPEDA ELEMEN FIGURE GROUND KAWASAN KAMPUNG
Kota Semarang, 2010) KAUMAN
Menurut Albertus Sidharta dan Elemen
Kawasan yang membentuk Figure
Wijanarko dalam Suprati, pada Tahun 1880, Figure
Ground
Ground
kondisi Kauman sebelum terbakarnya Masjid
Struktur Kawasan
Kauman, pada waktu posisi masjid masih ke
 Kawasan di sepanjang Jalan KH.
arah barat dan terlihat pula Masjid Cilik
Wahid Hasyim
(Musholla Astajiddin) sudah ada dan  Kawasan di sepanjang Jalan
merupakan masjid kompeks Kanjengan. Dan Pemuda
terlihat juga belum jelas jalan-jalan yang ada Liner  Kawasan di sepanjang Jalan
di kampungnya. Pada tahun 1892-1913, Kauman
Masjid Kauman sudah diperbaiki setelah  Kawasan Permukiman Kampung
terjadinya kebakaran dan orientasi masjid Kauman (gang-gang Kampung
diubah menghadap kiblat. Pada masa ini Kauman)
masjid cilk di kompleks Kanjengan telah  Kawasan Permukiman Kampung
Grid
memiliki akses dengan Masjid Kauman seiring Kauman
dengan perkembangan kampung. Hal ini Solid

Teknik PWK; Vol. 2; No. 2; 2013; hal. 208-222 | 215


Upaya Pelestarian Kampung Kauman … Kartika Yuliana K. dan Rina Kurniati

Elemen Elemen ini ditemukan di sepanjang


Kawasan yang membentuk Figure
Figure Jalan Kauman, Jalan KH. Wahida Hasyim, dan
Ground
Ground Jalan Pemuda yang memiliki massa dan
 Areal permukiman penduduk bentuk bangunan yang berpola linier.
Blok medan
Kampung Kauman Sedangkan pola grid dapat ditemukan pada
Blok yang  Kawasan perdagangan dan jasa jalanan yang berada didalam Kampung
mendefinisi di Jalan KH. Wahid Hasyim dan
Kauman.
sisi Jalan Kauman
Blok Tunggal  Masjid Besar Kauman Analisis Linkage
Void Elemen linkage yang merupakan
 Kawasan permukiman yang elemen penghubung satu tempat dengan
memiliki massa bangunan yang tempat yang lain atau suatu aktivitas dengan
berbentuk beragam dan dibatasi aktivitas yang lainnya di Kawasan Kampung
oleh jalan yang berbentuk grid Kauman. Hasil analisis ini dapat diketahui pola
Sistem
dan linier
tertutup yang hubungan antar tepat dan antar aktivitas di
 Kawasan yang di sepanjang Jalan
linier Kampung Kauman yang berpengaruh pada
Kauman dan Jalan KH. Wahid
Hasyim yang memiliki massa dan perkembangan kawasan tersebut.
bentuk bangunan yang terkesan TABEL 2
linier dan tertutup ELEMEN LINKAGE KAWASAN KAMPUNG KAUMAN
Sumber: Hasil Analisis Penyusun, 2013 Elemen Kawasan yang Membentuk
Linkage Elemen Linkage
Dari penjelasan Tabel. 1 diatas dapat lebih Visual
jelas dilihat pada peta figure grund dibawah  Jaringan jalan yang terdapat
ini. Hasil rangkuman analisis menunjukkan pada permukiman penduduk
bahwa struktur ruang kawasan Kampung Garis maupun Jalan Kauman, Jalan KH.
Kauman bersifat heterogen yang membentuk Wahid Hasyim, dan Jalan
pola grid dan linier. Elemen solid kawasan ini Pemuda
terdapat di permukiman Kampung Kauman,  Jalan Kauman yang di dominasi
penggunaan lahan yang berada di Jalan KH. Koridor oleh perdagangan dan jasa
Wahid Hasyim dan Jalan Pemuda merupakan sehingga membentuk ruang
perdagagan dan jasa, sedangkan Jalan  Jalan Kauman yang terdapat
Masjid Besar Kauman yang
Kauman yang berada di dalam kawasan
Sumbu merupakan psat kegiatan
tersebut sebagai kolektor sebagian besar keagamaan untuk masyarakat
mengalami perubahan penggunaan lahan Kauman maupun luar
permukiman menjadi perdagangan dan jasa. Struktural
Sedangkan pada elemen void yang ada pada  Aktivitas peribadatan
kawasan Kampung Kauman merupakan sistem berhubungan dengan
tertutup linier yang memiliki massa bangunan perdagangan dan jasa serta
yang berbentuk beragam dan dibatasi oleh masyarakat Kauman maupun
jalan yang berbentuk grid atau linier. luar
 Aktivitas perdagangan dan jasa
Sambungan
berhubungan dengan
permukiman masyarkat Kauman
maupun luar
 Permukiman yang
membutuhkan perdagangan dan
jasa maupun peribadatan
Kolektif
Tipe  Permukiman yang tidak teratur
Groupform karena berkembang secara
organis, dapat dilihat dari massa
Sumber: Analisis Penyusun 2013 bangunan yang tidak teratur
Gambar 2 Sumber: Hasil Analisis Penyusun, 2013
Figure Ground Kampung Kauman
Teknik PWK; Vol. 2; No. 2; 2013; hal. 208-222 | 216
Upaya Pelestarian Kampung Kauman … Kartika Yuliana K. dan Rina Kurniati

Dari hasil analisis ini dapat dilihat jelas


dalam peta di bawah ini untuk setiap elemen
linkage.

Sumber: Analisis Penyusun 2013


Gambar 4
Analisis Linkage Kolektif Kampung Kauman
Sumber: Analisis Penyusun 2013
Analisis Place
Gambar 2
Analisis Linkage Visual Kampung Kauman
Dalam mengidentifikasi makna dari
suatu kawasan secara fisik perlu adanya
Linkage visual untuk garis dapat dilihat
perwujudan elemen citra pembentuk
dari jaringan jalan yang ada pada Kampung
ruangannya yaitu jalur (path), tepian (edges),
Kauman. Koridor Kampung Kauman ini adalah
kawasan (district), simpul (node), dan
Jalan Kauman yang membentuk ruang. Untuk
tengeran (landmark). Adapun elemen citra
sumbu pada Kampung Kauman yaitu Masjid
kota yang terdapat pada kawasan kampung
Besar Kauman.
Kauman sebagai berikut:
Linkage struktural Kampung Kauman TABEL 3
berupa sambungan, dimana antar aktivitasnya ELEMEN CITRA KOTA KAWASAN KAMPUNG
saling berhubungan dan membutuhkan dari KAUMAN
massa bangunan yang satu dengan yang lain. Elemen Kawasan yang Membentuk Elemen
Citra Kota Citra Kota
 Jalan Kauman, Jalan KH. Wahid
Hasyim, Jalan Pemuda yang
membentuk pola linier
 Jalan lingkungan yang berupa
gang-gang kecil untuk areal
Jalur (path) permukiman masyarakat Kauman
yang membentuk pola grid
 Jalan Kauman yang
menghubungkan Jalan Pemuda
dan Jalan KH. Wahid Hasyim
membentuk pola linier.
Tepian  Jalan yang membatasi antara
(edges) Kauman dan Pecinan
Sumber: Analisis Penyusun 2013
Gambar 3  District perdagangan dan jasa
Analisis Linkage Struktural Kampung Kauman Kawasan  District permukiman masyarakat
(district) Kauman
Linkage kolektif termasuk dalam  District peribadatan (Masjid)
groupform karena perkembangan kampung  Perempatan pada Jalan Pemuda
yang bersifat organis, dapat dilihat dari yang menuju ke kampung Kauman
Simpul
persebaran permukiman yang tidak teratur. dan jalan ini merupakan jalur
(node)
utama (main enterance). Selain itu
simpul ini mempertemukan

Teknik PWK; Vol. 2; No. 2; 2013; hal. 208-222 | 217


Upaya Pelestarian Kampung Kauman … Kartika Yuliana K. dan Rina Kurniati

Elemen Kawasan yang Membentuk Elemen TABEL 4


Citra Kota Citra Kota ELEMEN PERANCANGAN DAN KOTA KAWASAN
aktivitas perdagangan dan jasa, KAMPUNG KAUMAN
peribadatan, serta permukiman Elemen
 Pada Jalan KH. Wahid Hasyim juga Perancangan Keterangan
simpul berupa perempatan yang dan Kota
merupakan jalan keluar dari Pemanfaataan lahan pada
kawasan kampung Kauman dan kawasan Kampung Kauman
disana juga dijumpai perdagangan sebagai perdagangan dan jasa,
dan jasa permukiman dengan sarana
 Pertigaan pada Jalan Kauman dan prasarana penunjang lainnya.
jalan ini menghubungkan dengan Fungsi kawasan yang sebagian
permukiman masyarakat Kauman. besar perdagangan dan jasa
Tata Guna
Pada pertigaan di depan Masjid menyebabkan hilangnya
Lahan
Besar Kauman juga identitas kawasan bersejarah
menghubungkan ke aktivitas Kampung Kauman yang
perdagangan dan jasa di Pasar merupakan kampung santri yang
Johar dahulunya merupakan kawasan
 Masjid Besar Kauman yang permukiman. Dan bangunan
menjadi penanda bahwa kampung permukiman pun berubah
Kauman bercirikan khas agama menjadi perdagangan dan jasa.
Tengeran Bentuk dan massa bangunan di
Islam karena kampung tersebut
(landmark) Kauman ini beragam sesuai
dahulunya kampung para santri
dan sebagai penyebaran agama dengan masing-masing fungsi
Islam di Semarang penggunaannya. Bangunan di
Sumber: Hasil Analisis Penyusun, 2013 Kauman memiliki karakteristik
khas bangunan Arab Jawa dapat
Dari hasil analisis di atas menunjukkan ditemukan di kawasan
bahwa pada kawasan ini aktivitas permukiman, namun ada pula
perdagangan dan jasa lebih mendominasi. Hal Bentuk dan
kawasan permukiman ini yang
Massa
tersebut membuat sejarah kampung Kauman bangunannya sudah modern
Bangunan
yang dikenal sebagai permukiman para santri karena faktor umur bangunan
yang bernuansa kental dengan islamnya juga dari para pendatang di
menjadi tidak terkenang. Hanya saja tradisi Kauman yang menginginkan
dalam kampung Kauman masih berjalan bangunannya mengikuti
perkembangan jaman. Sehingga
sampai sekarang, seperti pengajian,
bangunan untuk kawasan
paguyuban, pengajian ahad pagi, dan kegiatan
permukiman dan perdagangan
keagamaan lainnya. dan jasa dapat dibedakan
Analisis Perancangan dan Kota Ruang parkir untuk kawasan ini
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui belum mampu menampung
unsur-unsur arsitektur kota yang berpengaruh aktivitas kawasan sehingga
kurang memberikan kenyamanan
terhadap (proses) pembentukan ruang
Sirkulasi dan bagi masyarakat yang melakukan
kawasan Kampung Kauman yang meliputi tata Parkir aktivitas di/ke kawasan ini.
guna lahan, bentuk dan massa bangunan, Walaupun adapula parkir on
sirkulasi dan parkir, ruang terbuka, jalur street tetapi hanya berada di
pedestrian, aktivitas pendukung, penandaan, Alun-alun yang tersisa dan di
dan konservasi sehingga dapat dijadikan sekitar Masjid Besar Kauman.
bahan acuan dalam menentukan upaya Sebagian besar Kampung Kauman
pelestarian kawasan sebagai wisata budaya. ini minim riang terbuka hijaunya,
Ruang Terbuka
alun-alun yang dahulu sudah
(open space)
hilang dan berganti tempat untuk
perdagangan dan jasa

Teknik PWK; Vol. 2; No. 2; 2013; hal. 208-222 | 218


Upaya Pelestarian Kampung Kauman … Kartika Yuliana K. dan Rina Kurniati

Elemen Kampung Kauman. Penejelasan pada tabel


Perancangan Keterangan berikut ini.
dan Kota TABEL 5
Kawasan kampung Kauman AKTIVITAS KAWASAN KAMPUNG KAUMAN
belum cukup memperhatikan Aktivitas di
faktor kebutuhan ruang bagi Kampung Keterangan
pejalan kaki karena minimnya Kauman
Jalur Pedestrian ketersediaan jalur pedestrian.
Sehingga para pejalan kaki Aktivitas perekonomian sebagian
merasa kurang nyaman karena besar perdagangan dan jasa dan
banyak kendaraan yang berlalu letaknya yang berdekatan dengan
lalang. Pasar Johar menjadikan
Aktivitas pendukung Kampung masyarakatnya
Kauman adalah peribadatan di Ekonomi bermatapencaharian sebagai
Masjid Besar Kauman, masjid ini pedagang. Selain masyarakat
merupakan salah satu Kauman sendiri (keturunan Arab)
peninggalan sejarah untuk yang berdagang di kawasan ini,
kampung Kauman yang masih adapula etnis cina yang berdagang
Aktivitas di Kauman.
tertinggal karena alun-alun dan
Pendukung Kauman Semarang ini kental
yag lainnya yang dahulu
merupakan pusat pemerintahan dengan tradisi dugderan yang setiap
pertama Kabupaten Semarang setahun sekali diadakan ketika
telah hilang seiring dengan menjelang Bulan Ramadhan.
perkembangan dari Kota Kekerabatan di Kauman ini juga
Semarang. sangat bertoleransi, banyak acara
Sosial Budaya
Saat ini penandaan untuk pengajian yang dilakukan membuat
Kampung Kauman yang diketahui setiap masyarakat kauman lebih
oleh masyarakat luar adalah kekeluargaan, terlebih mereka
perdagangan dan jasanya. masih keturunan Arab dan masih
Penandaan Kampung Kauman turun temurun mendiami Kampung
Penandaan Kauman.
yang berupa nilai historis sebagai
(Signage) Kampung Kauman yang banyak
kampung santri sudah mulai
memudar dan hanya tersisa didiami oleh orang Arab dan pusat
Masjid Besar Kauman yang saat penyebaran Islam di Semarang.
ini masih berdiri kokoh di Tentunya sebagian besar
kawasan ini. Keagamaan masyarakat Kampung Kauman
Pada saat ini yang dilestarikan beragama Islam. Aktivitas
dan dijaga oleh pemerintah keagamaan di kampung ini sangat
adalah Masjid Besar Kauman. kental dengan pengajian-pengajian
Walaupun masih terdapat yang dilakukan oleh masyarakatnya.
Sumber: Hasil Analisis Penyusun, 2013
bangunan tradisional di
permukiman, tetapi pemerintah Dari hasil analisis diatas karakteristik
Preservasi
belum menanganinya. Sehingga masyarakat Kauman masih kental dengan adat
apabila berada/masuk Kauman istiadatnya dan islaminya. Walaupun banyak
perdagangan dan jasanya sangat
pendatang baru di kawasan tersebut, namun
menonjol, dan Masjid Besar
adat dan budaya islaminya masih kuat. Hanya
Kauman yang tersisa dari sejarah
kampung tersebut. saja pada bangunan tradisionalnya yang
Sumber: Hasil Analisis Penyusun, 2012 terjadi perombakan karena sudah tua ataupun
ingin mengikuti gaya modern pada jaman
3. Non Fisik Kawasan sekarang.
Dalam non fisik ini membahas aktivitas
ekonomi, sosial budaya, dan keagamaan pada

Teknik PWK; Vol. 2; No. 2; 2013; hal. 208-222 | 219


Upaya Pelestarian Kampung Kauman … Kartika Yuliana K. dan Rina Kurniati

4. Analisis Upaya Pelestarian Kampung  Tetap melestarikan bentuk bangunan


Kauman Semarang Sebagai tradisional yang masih ada, bekerjasama
Kawasan Wisata Budaya dengan pemerinah setempat (RT, RW,
Analisis ini berdasarkan dari tiga analisis Kelurahan maupun Kecamatan).
yang sudah dilakukan. Banyak perubahan yang  Diadakannya pasar malam untuk
memang terjadi di Kampung Kauman, seperti menghidupkan kawasan Kauman pada
bangunan tradisional dan alun-alun yang saat malam hari.
sudah hilang karena saat ini digunakan sebagai  Kegiatan keagamaan yang rutin dilakukan
lahan perdagangan dan jasa. Namun, budaya oleh masyarakat sekitar Kauman, untuk
dan nuansa islami yang masih kental di tetap memelihara nuansa islamiah pada
Kauman membuat kampung ini masih kampung maupun individual masing-
bertahan, terutama Masjid Besar Kauman masing.
yang masih berdiri kokoh sampai saat ini.  Menghidupkan karang taruna di
Keadaan seperti ini menjadikan kampung-kampung agar remaja di
Kampung Kauman kehilangan identitasnya lingkungan Kauman
sebagai historis Kota Semarang dan juga mengetahui/mendalami budaya/tradisi di
kampung tradisional. Diperlukam upaya untuk Kauman tersebut dengan melakukan
mengembalikan identitas dari Kampung kegiatan karang taruna yang bernuansa
Kauman walaupun tidak kembali seutuhnya islami terutama pada hari-hari besar
seperti awal mula, setidaknya masyarakat agama islam.
khususnya para pendatang untuk ikut menjaga  Tetap mempertahankan perdagangan
budaya yang masih ada di kampung tersebut. dan jasa yang menjual dagangan khas
Konsep pelestarian Kampung Kauman arab, seperti parfum dan perlengkapan
ini didasarkan atas analisis-analisis yang islam.
dilakukan sebelumnya, dimana ekonomi,  Pemerintah bersosialisasi tentang
keagamaan, dan sosial budaya yang Kampung Kauman untuk masyarakat yang
mendukung Kampung Kauman untuk dapat bertempat tinggal menetap maupun
tetap dilestarikan. pendatang, agar kekhasan dari Kampung
tersebut tidak hilang. Seperti dengan
melakukan kumpulan keagamaan
(majelis), acara marawisan dan barzanji.

Ekono KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Kampung Kauman merupakan kampung
mi yang bersejarah untuk Kota Semarang dan
mempunyai banyak cerita tentang Kota
Keagama Sosial Semarang. Kauman atau Kampung Kauman
an Budaya secara historis merupakan kampung yang
dihuni oleh masyarakat Jawa yang lebih
cenderung religi beragama Islam. Ciri khas
utamanya adalah banyaknya Santri yang
Sumber: Analisis Penyusun 2013 merupakan pusat Semarang tempo dulu.
Gambar 5 Bangunan yang masih kokoh berdiri adalah
Konsep Keberlanjutan untuk Pelestarian Kampung
Masjid Kauman Semarang dan sebagai pusat
Kauman
peradaban Islam, maka Kauman sangat
Adapun proses upaya pelestarian guna berperan penting dalam perkembangan Kota
mewujudkan Kampung Kauman sebagai Semarang seperti saat ini. Penduduk yang
kawasan wisata budaya dengan melihat dari padat menjadi poin tersendiri bagi
konsep pelestarian (Gambar 5), yang kebudayaan Jawa yang direpresentasikan
dilakukan sebagai berikut: dalam Kampung Kauman.

Teknik PWK; Vol. 2; No. 2; 2013; hal. 208-222 | 220


Upaya Pelestarian Kampung Kauman … Kartika Yuliana K. dan Rina Kurniati

Pada saat ini Kampung Kauman masih lebih mendalami kebudayaan yang ada di
bertahan dimana pembangunan modern yang Kauman.
pesat di Kota Semarang. Kebertahanan
DAFTAR PUSTAKA
Kampung Kauman yang sampai saat ini masih
Budihardjo, Eko , 1994, Percikan Masalah
dikenal oleh masyarakat Kota Semarang
Arsitektur, Perumahan Perkotaan,
karena landmark dari Kampung Kauman yaitu
Masjid Besar Kauman yang dahulu sampai saat
Penerbit Gajah Mada University,
ini masih berdiri kokoh. Disaat pembangunan Press.
yang pesat yang terjadi di pusat Kota Bungin, Burhan. 2010.Penelitian Kualitatif:
Semarang keberadaan Masjid Besar Kauman Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
tetap dipertahankan, tetapi kawasan sekitar Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya.Jakarta:
Kampung Kauman mengalami perubahan yang Kencana Praneda Media Group.
besar seperti Alun-Alun Kauman yang melekat Iswanto, Danoe. Pengaruh Elemen-
dengan ciri khas kampung Jawa bernuansa Elemen Pelengkap Jalur
Islami hilang. Alun-alun yang dahulu luas Pedestrian Terhadap Kenyamanan
sekarang hanya tinggal kenangan, dan Pejalan Kaki (Studi Kasus:
tertinggal sedikit dan itu pun dipakai untuk Penggal Jalan Pandanaran,
lahan parkir. Bangunan atau tempat tinggal Dimulai dari Jalan Randusari
yang ada di Kampung Kauman juga mengalami Hingga Kawasan Tugu
perubahan tetapi diantaranya masih ada yang Muda).Jurnal Ilmiah Perancangan
bertahan dengan gaya arsitektur jawa arab, Kota dan Permukiman vol.5 No.1
dengan ciri khas memiliki tiga pintu yang Maret 2006.
berukuran besar dan tidak memiliki jendela Koentjaraningrat. 1995. Manusia dan
karena pintu tersebut sudah merupakan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:
jendela. Perombakan bangunan atau tempat Djambatan.
tinggal di Kampung Kauman teerjadi karena Kusumandari, Ratih. 2011. Kajian
banyaknya penduduk pendatang yang Karakteristik Kampung Batik
menetap di Kampung Kauman, sehingga Laweyan Sebagai Kampung
mereka merombak dengan gaya yang modern Tradisional di Solo.Proposal Tugas
atau trend yang ada saat ini, alasan lainnya Akhir tidak diterbitkan.Jurusan
penghuni sudah merasa bosan dan bangunan Perencanaan Wilayah dan
yang mulai menua. Kota.Universitas Diponegoro.
Hasil dari penelitian ini menghasilkan Lynch, Kevin. 1973. The Image of
konsep pelestarian yang dihasilkan dari analis- TheCity.London-England: The MIT
analisis sebelumnya. Konsep ini untuk Press.
mendukung dan tetap mempertahankan Rapoport, Amos. 1997. Human Aspect
Kampung Kauman untuk tetap dilestarikan Or Urban Form, (Toward A Man
nilai budaya maupun sejarahnya. Walaupun Environment Approach To Urban
konsep ini berdasarkan ekonomi, keagamaan, Form and Design), Pergamon Press
dan sosial budaya, namun juga tetap Rapuano, Michael, DR. P. P. Pirone and
memperhatikan fisik dari Kampung Kauman Brooks E. Wigginton. 1964. Open
untuk mendukung konsep ini menjadi lebih Space in Urban Design. Ohio: The
baik. Fisik Kampung Kauman yang masih Cleveland Development Foundation
bertahan seperti ciri khas kampung tersebut diterbitkan. Program Magister Teknik
yang berupa bangunan tradisionalnya dan Arsitektur Universitas Diponegoro
nama-nama kampung yang memiliki sejarah Sabila, Sabrina. 2009. Kajian Pelestarian
masing-masing. Keadaan fisik Kampung Kawasan Benteng Kuto Besak
Kauman yang nyaman juga akan menarik Palembang Sebagai Aset Wisata.
pengunjung untuk ke Kauman, dan dengan Tugas Akhir tidak diterbitkan,
konsep tersebut membuat pengunjung untuk Jurusan Perencanaan Wilayah dan

Teknik PWK; Vol. 2; No. 2; 2013; hal. 208-222 | 221


Upaya Pelestarian Kampung Kauman … Kartika Yuliana K. dan Rina Kurniati

Kota Fakultas Teknik Universitas


Diponegoro.
Shirvani, Hamid. 1985. The Urban Design
Process. New York: Van Nostrand
Reinhold Company,inc
Suprapti, Atik. 1997. Kajian Pola Spatial
Kampung Kauman Semarang
sebagai Suatu Place. Tesis tidak
diterbitkan. Program Magister Teknik
Arsitektur Universitas Diponegoro
Trancik, Roger. 1986. Finding Lost
Space: Theories of Urban Design.
New York: Van Nostrand Reinhold
Company.
Wicaksono, Yohanes Inigo.1989.Analisa
Kapasitas Parkir Yang Optimal
Dan Penentuan Lay Out
Bangunan Parkir yang
cocok.Tesis tidak
diterbitkan.Magister program
Transportasi Institut Teknologi
Bandung.
Wijanarko. 2001. Teori Desain Kawasan
Bersejarah. Semarang: Universitas
Palangkaraya.
Wirastari, Volare Amanda dan Rimadewi
Suprihardjo.Pelestarian Kawasan
Cagar Budaya Berbasis
Partisipasi Masyarakat (Studi
Kasus: Kawasan Cagar Budaya
Bubutan,Surabaya).Jurnal Teknik
Institut Teknologi Surabaya Vol.1
No.1 September 2012.
Zahnd, Markus. 1999. Perancangan Kota
Secara Terpadu. Penerbit: Kanisius.

Teknik PWK; Vol. 2; No. 2; 2013; hal. 208-222 | 222

Anda mungkin juga menyukai