Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk
__________________________________________________________________________________________________________________
Abstrak: Kawasan bersejarah merupakan suatu kawasan yang didalamnya terdapat berbagai peninggalan
masa lampau dan membentuk suatu kota, baik berupa fisik historis maupun berupa nilai dan pola hidup
masyarakatnya, serta kepercayaanya. Kauman merupakan salah satu cikal bakal pertumbuhan Kota Semarang.
Dahulu kampung Kauman merupakan kampung para santri, kini telah mengalami perubahan menjadi kawasan
perdagangan dan jasa dan semakin lama unsur hitoris dari Kauman hilang dan tergantikan oleh unsur modern.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan pelestarian pada Kampung Kauman Semarang sebagai
kawasan wisata budaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini melalui pendekatan kualitatif yang
berupa metode analisis deskriptif kualitatif untuk menggambarkan karakteristik kampung kauman dan sosial
budaya masyarakat kampung Kauman yang akan dikaji lebih lanjut. Hasil dari penelitan ini yang berdasarkan
dari analisis yang sudah dilakukan, diketahui bahwa kawasan Kampung Kauman beralih fungsi menjadi
kawasan perdagangan dan jasa, yang dahulunya merupakan kawasan permukiman. Bangunan tradisional
yang ada di permukiman sudah mulai berubah seiring dengan banyaknya pendatang yang datang dan memilih
untuk membangun bangunan yang modern. Namun, ciri khas yang masih melekat pada Kauman ini adalah
Masjid Besar Kauman yang menjadi pusat kegiatan keagamaan di Kauman maupun Kota Semarang. Masjid ini
adalah satu-satunya bangunan yang kokoh berdiri dan merupakan peninggalan sejarah Kampung Kauman.
Walaupun seperti itu, kegiatan sosial budaya di Kauman seperti dugderan masih dilakukan sampai sekarang
dan kegiatan keagaman yang masih sangat kental di kampung ini. Dari analisis-analisis sebelumnya akan
menghasilkan konsep keberlanjutan untuk Kampung Kauman agar tetap menjadi kampung kota bersejarah
bagi Semarang dan wisata budaya untuk Semarang.
Kata Kunci : Pelestarian, Kauman, Wisata Budaya
Abstract: Historic district is an area in contains many relics of the past and establish a city, either physically or in
the form of historical society values and patterns, as well as their belief. Kauman is a forerunner of Semarang.
Formerly, Kauman was a Kampoeng of Santri, has now been changed into the trade and services area. Later on,
historical elements of Kampoeng Kauman slowly lost and replaced with modern life. The purpose of this study
was to determine the best way to conserve Kampoeng Kauman as cultural tourism. The method used in this
research is descriptive qualitative analysis approach to describe the characteristic of Kampoeng Kauman and its
socio cultural to be studied later. The results of this research are based on the analysis that has been done, it is
known that Kampoeng Kauman converted into a trade and service area, which was formerly a residential area.
Traditional building in the settlements has begun to change as the number of immigrants coming and chose to
build a modern building. However, the hallmark that is still attached to Kauman is the Great Mosque of Kauman
as center of religious activity in Kauman and Semarang. This mosque is the only building that still survives and is
a heritage of Kampoeng Kauman. However, socio-cultural activities such as Dugderan continue to this day and
religious activity is still very strong in this village. These analyzes will generate the sustainability concepts for
Kampoeng Kauman to remain as a cultural tourism and historical kampoeng of Semarang.
Keywords: Preservation, Kauman, Cultural tourism
PENDAHULUAN
Dalam setiap kota masih melekat rumah tempat tinggal khas Semarangan yang
sejarah dari sang kota, yang menandai dulunya hanya berfungsi sebagai rumah
perjalanan hidup dari kota selama berabad- tempat tinggal, kini sebagian besar telah
abad yang lalu dan masih dapat diingat mengalami perubahan, karena pemiliknya
kembali melalui bangunan-bangunan tua, merasa tidak mampu lagi menampung
jembatan, kanal, folklore, tradisi, dan segala aktivitas perdagangan sekaligus sebagai
hal yang masih terus bisa dilestarikan. Serta rumah tinggal.
pembentukan kota ini pada dasarnya karena Seiring perkembangan zaman, sebuah
adanya aktivitas masyarakat yang dilengkapi kota pun akan mengalami perkembangan
dengan fasilitas sarana dan prasrana sebagai sesuai zamannya. Keberadaan kampung kota
penunjang dari aktivitas tersebut (Leitmann, di Semarang semakin hari semakin
28:1999 dalam Sabrina Sabila). memprihatinkan. Dilihat dari sekitar kawasan
Kota Semarang mulai terbentuk dari pasar Johar yang tiap kali tergenang rob dan
kampung-kampung kota yang tercipta dari banjir, dan pertumbuhan penduduk yang
para pendatang yang singgah untuk meningkat sehingga mempengaruhi
berdagang maupun bertempat tinggal. kepadatan banguinan di permukiman.
Biasanya terbentuknya suatu kota dimulai dari Begitupula kampung Kauman yang mengalami
daerah pinggir sungai, karena aktivitasnya perkembangan akibat modernisasi Kota
yang sangat membutuhkan sumber air sebagai Semarang yang kemajuannya semakin pesat
keperluan sehari-hari maupun untuk sarana semakin pula menghilangnya nilai budaya
transportasi air, memudahkan dalam tradisional dengan budaya kapitalisme.
melakukan aktivitas perdagangan. Begitu pula Penelitian ini bertujuan untuk
dengan Kota Semarang, Kali Semarang merumuskan pelestarian pada kampung
merupakan dasar pembentukan embrio Kota Kauman di Kota Semarang sebagai kawasan
Semarang awal mulanya. Menurut peta wisata budaya, yang dimana menghasilkan
Semarang tahun 1965, embrio Kota Semarang suatu konsep untuk tetap menjaga
berada di kawasan yang menjadi kawasan keberlanjutan Kampung Kauman. Hasil
pasar Johar (Wijanarka, 59:2001). Dari situ penelitian ini diharapkan menghasilkan suatu
terbentuk kampung-kampung kota seperti rekomendasi agar nilai historis dari Kampung
kampung pecinan, kampung melayu, dan Kauman tetap terjaga untuk generasi-generasi
kampung kauman berkumpul pada satu berikutnya dengan upaya pelestarian ini.
kawasan di dekat pasar Johar.
METODE PENELITIAN
Kauman merupakan salah satu cikal
Penelitian ini menggunakan
bakal pertumbuhan Kota Semarang. Menurut
pendekatan kualitatif. Pendekatan ini masih
sejarahnya, ketika Ki Ageng Pandan Arang
menggunakan teori-teori yang nantinya
membangun masjid di daerah Pedamaran,
dibawa ke lapangan (wilayah studi) dan akan
para santrinya di tempat tinggalkan di daerah
diteliti lebih mendalam berdasarkan dengan
yang sekarang dikenal dengan nama Kauman
fenomena yang ada di wilayah penelitian.
(Budiman dalam Wijanarko, 146:2001).
Menurut Bungin (2010), teori digunakan
Dahulu kampung Kauman merupakan
sebagai awal menjawab pertanyaan
kampung santri di pusat kota lama Semarang,
penelitian, bahwa sesungguhnya pandangan
kini telah mengalami perubahan menjadi
deduktif menuntun penelitian dengan terlebih
kawasan perdagangan yang spesifik,
dahulu menggunakan teori sebagai alat,
maksudnya aktivitas berdagang yang
ukuran, dan bahkan instrumen untuk
dilakukan mayoritas lebih bernuansa islami
membangun hipotesis, sehingga peneliti
seperti perdagangan buku-buku islam,
secara tidak langsung akan menggunakan
perlengkapan sholat, perlengkapan kenduri,
teori sebagai “kacamata kuda”nya dalam
atribut dan bahan bangunan keramik
melihat masalah penelitian. Penelitian dengan
(Wijanarka, 146:2001). Akibatnya, arsitektur
pendekatan kualitatif ini menggunakan dan bahkan kota bersejarah (histories towns).
instrumen-instrumen penelitian dengan form Dengan pendekatan konservasi, berbagai
wawancara sebagai alat untuk mengumpulkan kegiatan dapat dilakukan, menilai dari
data. Wawancara tersebut masih inventarisasi bangunan bersejarah kolonial
berhubungan dengan fokus penelitian yang maupun tradisional, upaya pemugaran
diambil dari teori-teori yang digunakan. (restorasi), rehabilitasi, rekonstruksi, sampai
Pendekatan ini menggunakan kualitatif dengan revitalisasi yaitu memberikan nafas
sehingga wawancara yang dilakukan lebih kehidupan baru.
kepada sosial budaya masyarakat kampung
Karakter Fisik Kawasan
Kauman. Jadi keseluruhan penelitian ini lebih
Menurut Trancik (1986) untuk
bersifat deskriptif. Pendekatan studi dengan
mengetahui bentuk arsitektural dari sebuah
kualitatif ini menggunakan analisis deskriptif
kawasan, dapat diketahui dari tiga teori dalam
kualitatif yang selanjutnya digunakan sebagai
perancangan kota yaitu figure ground, linkage,
metode pada proses analisis.
dan place. Ketiga teori tersebut sebagai alat
Data primer diperoleh dari hasil
yang berguna untuk menelusuri bangunan
wawancara dengan narasumber dari institusi
atau kawasan yang pernah eksis dalam cerita
pemerintahan yang terkait dan dari hasil
sejarah.
observasi lapangan di wilayah studi.
a. Figure Ground
Wawancara dilakukan pada narasumber ahli
Menurut Trancik, figure ground
yang telah ditentukan dengan teknik
merupakan poin awal dalam memahami suatu
purposive sampling sehingga diharapkan
bentuk arsitektural kawasan. Analisis figure
dapat diperoleh informasi yang mendalam
ground ini merupakan alat yang kuat untuk
tentang Kampung Kauman dan karateristik
mengidentifikasi tekstur dan pattern (pola)
masyarakatnya maupun budayanya.
dari suatu urban fabric. Biasanya untuk
Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil
melihat tekstur dan pola tersebut figure
telaah dokumen dan artikel yang terkait
ground ditunjukan dengan sebuah warna,
dengan penelitian, seperti dokumen rencana
misal figure ditunjukkan dengan warna hitam
tata ruang, buku statistik, peta, dan artikel
untuk mengetahui massa yang dibangun,
dari internet. Hasil dari observasi ini data yang
sedangkan ground ditunjukkan dengan warna
diperoleh diolah dengan cara pengkodean,
putih untuk semua ruang yang berada di luar
selanjutnya dianalisis dengan deskrptif.
massa. Analisis dengan menggunakan teori ini
KAJIAN LITERATUR dapat menggambarkan pola ruang kota dan
keteraturan massa bangunan yang ada. Pola
Pelestarian Kawasan
kawasan secara tekstural dapat
Pelestarian secara umum dapat didefinisikan
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok (Zahnd,
bahwa pelestarian dalam hal ini konservarsi
1999: 80) :
merupakan suatu upaya atau kegiatan untuk
merawat, melindungi, dan mengembangkan Susunan kawasan yang bersifat
objek pelestarian yang memiliki nilai atau homogen dengan suatu pola penataan
makna kultural agar dapat dipelihara secara Susunan kawasan yang bersifat
bijaksana sesuai dengan identitasnya guna heterogen dengan dua atau lebih pola
untuk dilestarikan. Menurut Eko budihardjo berbenturan
(1994), upaya preservasi mengandung arti Susunan kawasan yang bersifat
mempertahankan peninggalan arsitektur dan menyebar dengan kecenderungan
lingkungan tradisional/kuno persis seperti kacau
keadaan asli semula. Karena sifat prservasi b. Linkage
yang stastis, upaya pelestarian memerlukan Menurut Shirvani (1985), linkage
pula pendekatan konservasi yang dinamis, menggambarkan keterkaitan elemen bentuk
tidak hanya mencakup bangunannya saja dan tatanan massa bangunan, dimana
tetapi juga lingkungannya (conservation areas) pengertian bentuk dan tatanan massa
kawasan kota. Dalam perencanaan guna lahan yang tidak ditempati oleh bangunan dan
suatu kawasan, terdapat beberapa hal yang hanya dapat dirasakan keberadaanya jika
harus diperhatikan (Shirvani, 1985:9), yaitu : sebagian atau seluruh lahannya dikelilingi
Penggunaan lahan atau fungsi yang pagar. Selanjutnya ruang terbuka didefinisikan
diijinkan untuk dikembangkan pada sebagai lahan dengan penggunaan spesifik
wilayah tersebut. yang fungsi atau kualitas terlihat dari
Keterkaitan atau hubungan antar komposisinya (Rapuano, 1964:11). Dapat
disimpulkan bahwa yang disebut dengan
fungsi yang harus ada dalam sebuah
Ruang Terbuka adalah sutau elemen penting
kawasan/pusat kota.
kota yang berupa lahan tidak terbangun yang
Daya tampung maksimal lahan mengandung komponen fisik dan sosial.
sesuai dengan masing-masing fungsi Jalur Pedestrian (Pedestrian Ways)
kawasan. Menurut Iswanto (2006), pedestrian
Skala pembangunan baru. berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal
Tipe insentif pembangunan yang dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga
sesuai dan dapat dikembangkan pedestrian dapat diartikan sebagi pejalan kaki
dalam kawasan dengan karakteristik atau orang yang berjalan kaki, sedangkan jalan
tertentu. merupakan media diatas bumi yang
Bentuk dan Massa Bangunan (Building memudahkan manusia dalam tujuan berjalan,
Form And Massing) Maka pedestrian dalam hal ini memiliki arti
Menurut Shirvani (1985:11), bentuk dan pergerakan atau perpindahan orang atau
massa bangunan menyangkut aspek bentuk manusia dari satu tempat sebagai titik tolak ke
fisik, ketinggian dan penampilan dipengaruhi tempat lain sebagai tujuan dengan
oleh: menggunakan moda jalan kaki.
Jalur pejalan kaki ini merupakan salah satu
Bentuk Fisik
bagian yang essensial dalam perancangaan
Ketinggian Bangunan
kota. Jalur pedestrian ini tidak hanya bagian
Penampilan (warna, bahan, dari program keindahan melainkan juga
kosmologi) mendukung kegiatan perdagangan (retail) dan
Pengaturan tata letak bangunan meningkatkan vitalitas kota.
Sirkulasi dan Parkir Activity Support
Sirkulasi yang dimaksud adalah sirkulasi Aktivitas pendukung ini termasuk atas
untuk kendaraan, baik bermotor maupun semua fungsi bangunan dan kegiatan –
tidak bermotor. Sirkulasi tersebut meliputi kegiatan yang mendukung ruang publik suatu
pencapaian, besaran, kapasitas dan arah kawasan kota. Aktivitas pendukung tidak
sirkulasi. Parkir sebagai bagian dari sirkulasi hanya menyediakan jalan pedestrian atau
memiliki pengaruh pada lingkungan kota yaitu plasa tetapi juga mempertimbangkan fungsi
mendukung aktifitas komersial di pusat kota utama dan penggunaan elemen – elemen kota
dan memberi dampak visual pada bentuk fisik yang dapat menggerakkan aktivitas, misalnya
dan struktur kota. Faktor-faktor yang pusat perbelanjaan, taman rekreasi, pusat
mempengaruhi adanya parkir adalah sebagai perkantoran, perpustakaan, dan sebagainya
berikut (Wicaksono,1989:26) : (Shirvani, 1985:37).
Faktor Motorisasi Penandaan (signage)
Faktor Sirkulasi Elemen penandaan merupakan elemen
Faktor Perkembangan yang memberi warna dan menggambarkan
Ruang Terbuka (Open Space) dinamisasi kehidupan kota. Tanda dapat
Ruang terbuka adalah lahan tidak berupa petunjuk yang dapat berkomunikasi
terbangun di dalam kota dengan penggunaan langsung (direct) maupun tidak langsung
tertentu. Pertama, ruang terbuka kota (indirect). Komunikasi langsung dapat
didefinisikan sebagai bagian dari lahan kota
menunjukkan lokasi, identitas bisnis dan jasa kawasan dapat dianalisa dengan cara sebagai
pelayanan. Sedangkan komunikasi tidak berikut:
langsung dapat membentuk citra dan karakter Aktivitas yang ada, misalnya shopping,
tanda dan kawasan. Penandaan harus dapat jalan-jalan, makan, dan lainnya.
mengambarkan karakter khusus kawasan atau Tempat untuk menjalankan aktivitas
bangunan, tidak menimbulkan kekacauan tersebut, misalnya shopping di bazar, jalan-
visual, harmonis dengan arsitektur bangunan jalan di pedestrian ways dan sebagainya.
dan diupayakan mudah dilihat dan mudah Kegiatan tambahan dalam menjalankan
diingat (Shirvani, 1985:40-44). Dalam aktivitas tersebut
kehidupan kota saat ini, iklan atau Aspek simbolis dalam akivitas. Filosofi
advertensi mengisi ruang visual kota dalam melakukan aktivitas tersebut.
melalui papan iklan, spanduk, baliho dan Bentuk-bentuk suatu kota atau kawasan
merupakan hasil dari pola perilaku yang
sebagainya. Hal ini sangat mempengaruhi
dilakukan oleh individu yang berada di dalam
visualisasi kota baik secara makro maupun
lingkungan tersebut. Pola pergerakan atau
mikro. pola perilaku individu tersebut menghasilkan
Preservasi (preservation) aktivitas-aktivitas yang menggunakan ruang
Preservasi yang dimaksudkan dalam dalam satu kawasan.
perancangan kota adalah perlindungan b. Sosial Budaya
terhadap lingkungan tempat tinggal Lingkungan sosial budaya terdiri dari pola
(permukiman) yang ada dan urban places interaksi antara budaya, teknologi dan
(alun-alun, plasa, area perbelanjaan) yang ada organisasi sosial, termasuk di dalamnya
dan mempunyai ciri khas, seperti halnya jumlah penduduk dan perilakunya yang
perlindungan terhadap bangunan bersejarah. terdapat dalam lingkungan spasial tertentu.
Pelestarian kawasan cagar budaya adalah (www.scribd.com).
segenap proses konservasi, interpretasi, dan Menurut Koentjaraningrat (1995) definisi
manajemen terhadap suatu kawasan agar kebudayaan sebagai keseluruhan sistem
makna kultural yang terkandung dapat gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia
terpelihara dengan baik. Dalam sebuah dalam rangka kehidupan masyarakat yang
pelestarian kawasan cagar budaya perlu dijadikan milik manusia dengan belajar.
disediakan kesempatan kepada masyarakat Setiap manusia berbudaya, dan
yang bertanggung jawab kultural terhadap kebudayaan merupakan merupakan ciri suatu
kawasan tersebut untuk ikut berpartisipasi tempat. Sedangkan lingkungan binaan yang
dalam proses pelestarian. Kriteria pelestarian merupakan kesatuan sistem sosial
dapat diukur dari kekhasan kawasan, masyarakatnya disebut kebudayaan fisik.
kesejarahan kawasan, keistimewaan kawasan, Permukiman yang ditentukan oleh lingkungan
dan partisipasi masyarakat (Wirastari, 2012). bangunan, kondisi alam setempat, kelompok
Karakter Non Fisik Kawasan komunitas dengan sistem nilai. Hal ini
Menurut Trancik (1986), merupakan menjadikan kampung kota sangat erat
karakter yang memakai hubungan antara kaitannya dengan nilai sosial budaya
manusia dengan lingkungan sosial dan penghuninya.
budayanya, yang digunakan sebagai c. Ekonomi
background dalam membentuk lingkungan Menurut Boeke dalam Kusumandari
fisik tertentu. (2011), desa tradisional merupakan sebuah
a. Sistem Aktivitas rumah tangga yang secara ekonomi
Rapoport (1977) dalam buku Human “berdaulat”, “mandiri”. Desa tradisional juga
Aspect of Urban Form menjelaskan bawa merupakan sebuah “unit produksi” bagi
aktivitas-aktivitas yang timbul dalm sebuah pemenuhan kebutuhan-kebutuhan konsumtif
kalangan kelas menengah dan atas (penguasa,
bangsawan, pemilik tanah/modal, dll),
sementara bagi kalangan bawah, hal itu tidak perkembangannya Pasar Johar menjadi salah
lain merupakan “kewajiban sosial dan satu pasar terbesar di Jawa Tengah. Kawasan
ekonomis” mereka atas perlindungan dan Kauman berkembang dari adanya kali/sungai
pimpinan yang diberikan oleh kalangan Semarang sebagai sarana transportasi
menengah dan atas dan ini berarti pula perdagangan, sekaligus sebagai pusat
sebagai bentuk pengabdian kepada penguasa perkembangan agama khususnya agama
alam. Setiap aktivitas ekonomi mereka Islam.
senantiasa ditundukkan pada dan dicampur
dengan berbagai macam motif yaitu, motif
sosial, keagamaan, etis dan tradisional.
Landasan struktur ekonomi desa tradisional
diletakkan pada prinsip” hemat, ingat, dan
istirahat. Kondisi ini seperti halnya di kampung
tradisional perkotaan.
Kehidupan sosial masyarakat tradisional
sulit diklasifikasikan menurut pekerjaan
mereka tidak seperti struktur kehidupan sosial
pada masyarakat perkotaan dalam klasifikasi
yang jelas dan terstruktur. Adanya pemikiran,
sikap dan tindakan erat kaitannya dengan
“sistem nilai budaya dan sikap” yang mereka Sumber: Analisis Penyusun 2013
Gambar 1.1
anut dan patuhi serta sebagai “faktor-faktor
Peta Administrasi Kelurahan Kauman
mental” (Koentjaraningrat, 1995) yang
mempengaruhi pemikiran, sikap dan tindakan Dalam perkembangannya sampai
mereka dalam kehidupan kesehariannya sekarang Kawasan Kauman menjadi salah satu
maupun dalam hal membuat keputusan- pusat perdagangan dan pemukiman di
keputusan penting lainnya. Semarang. Kauman sangat identik dengan
perkampungan Arab pada zaman dulu, hal ini
TINJAUAN UMUM
dapat diamati dari bentuk-bentuk rumah yang
Terbentuknya Kawasan Kauman
memiliki ciri khas rumah Arab. Yang memiliki
dipengaruhi oleh Religious Theory (Teori
jendela cukup lebar, ruang tamu terletak
Agama) dimana embrio kota tumbuh dari
dibagian paling depan setelah pintu masuk.
adanya pemukiman-pemukiman awal (Zahnd,
Begitupula dengan masih banyak penduduk
Markus. 1999 : 24-25) dan salah satu
disana yang memakai pakaian islami (jilbab).
kawasan di Semarang yaitu Kauman awal
perkembangannya berasal dari Kali Semarang. ANALISIS
Nilai religi Kawasan Kauman dilihat dari 1. Analisis Sejarah dan Perkembangan
aktivitas syiar Agama Islam oleh para wali. Kawasan Kampung Kauman
Selain adanya syiar agama Islam, Kawasan Dalam analisis ini untuk mengetahui
Kauman juga tumbuh karena aktivitas perkembangan fisik Kampung Kauman dengan
perdagangan di sekitar Kali Semarang yang melihat peta figure ground dari tahun ke
digunakan sebagai alat memperkuat basis tahun. Perkembangan untuk sosial atau
ekonomi Kota Semarang. Aktivitas kemasyarakatannya dilihat dari sejarah yang
perdagangan mulai nampak ketika Kali diketahui dari para tokoh masyarakat atau
Semarang digunakan sebagai sarana masyarakat pendatang di Kauman tersebut.
transportasi yang menghubungkan antar Untuk perkembangan fisik dari
daerah. Saat itu Pasar Johar berfungsi sebagai Kampung Kauman dapat dilihat dari
tempat penyimpanan barang dan penjelasan di bawah ini.
menyediakan kebutuhan untuk masyarakat
sekitar Pasar Johar. Pada tahap
1
dengan terbentuknya pola jalan yang
2
berbentuk grid untuk jalan penghubung di
dalam kampung. Munculnya permukiman
masih secara spontan terlihat dari massa
bangunan yang menyebar. Pada tahun 1913,
jalan yang berada di Kampung Kauman sudah
lebh jelas terlihat karena permukiman sudah
bermunculan dan massa bangunan yang
berdekatan dan masih mengelompok. Pada
Kampung Kauman saat ini, erlihat mengalami
pertumbuhan yang pesat terlihat dari massa
3 4
bangunan yang semakin padat sampai sudah
tidak ada lahan terbuka hijau. Karena kawasan
ini semakin ramai dengan pertokoan dan
Pasar Johar, banyak pendatang yang
bermukim dan berdagang di Kawasan ini.
Perkembangan sosial maupun budaya di
Kampung Kauman masih tetap dengan nuansa
islaminya. Dan sampai saat ini Kauman
memiliki ciri khas dengan nama setiap
gangnya yang mempunyai arti/makna
tersendiri. Seperti Kampung krendo karena
Sumber: Hasil Analisis Penyusun, 2013 merupakan tempat menyimpan krendo,
Gambar 4.3 Kampung Buntulan karena kampung tersebut
Perkembangan Kampung Kauman Tahun 1880 -
buntu,dan sebagainya.
sekarang
Keterangan: 2. Fisik Kawasan
1. Kampung Kauman Tahun 1880 (sumber: Suprapti, Analisis Figure Ground
1997)
Analisis ini untuk mengidentifikasi pola
2. Kampung Kauman Tahun 1892-1913 (sumber:
Suprapti, 1997) massa/ruang dan juga penggunaan lahan di
3. Kampung Kauman Tahun 1913 (sumber: Suprapti, kawasan Kampung Kauman.
1997) TABEL 1
4. Kampung Kauman pada saat ini (sumber: BAPPEDA ELEMEN FIGURE GROUND KAWASAN KAMPUNG
Kota Semarang, 2010) KAUMAN
Menurut Albertus Sidharta dan Elemen
Kawasan yang membentuk Figure
Wijanarko dalam Suprati, pada Tahun 1880, Figure
Ground
Ground
kondisi Kauman sebelum terbakarnya Masjid
Struktur Kawasan
Kauman, pada waktu posisi masjid masih ke
Kawasan di sepanjang Jalan KH.
arah barat dan terlihat pula Masjid Cilik
Wahid Hasyim
(Musholla Astajiddin) sudah ada dan Kawasan di sepanjang Jalan
merupakan masjid kompeks Kanjengan. Dan Pemuda
terlihat juga belum jelas jalan-jalan yang ada Liner Kawasan di sepanjang Jalan
di kampungnya. Pada tahun 1892-1913, Kauman
Masjid Kauman sudah diperbaiki setelah Kawasan Permukiman Kampung
terjadinya kebakaran dan orientasi masjid Kauman (gang-gang Kampung
diubah menghadap kiblat. Pada masa ini Kauman)
masjid cilk di kompleks Kanjengan telah Kawasan Permukiman Kampung
Grid
memiliki akses dengan Masjid Kauman seiring Kauman
dengan perkembangan kampung. Hal ini Solid
Pada saat ini Kampung Kauman masih lebih mendalami kebudayaan yang ada di
bertahan dimana pembangunan modern yang Kauman.
pesat di Kota Semarang. Kebertahanan
DAFTAR PUSTAKA
Kampung Kauman yang sampai saat ini masih
Budihardjo, Eko , 1994, Percikan Masalah
dikenal oleh masyarakat Kota Semarang
Arsitektur, Perumahan Perkotaan,
karena landmark dari Kampung Kauman yaitu
Masjid Besar Kauman yang dahulu sampai saat
Penerbit Gajah Mada University,
ini masih berdiri kokoh. Disaat pembangunan Press.
yang pesat yang terjadi di pusat Kota Bungin, Burhan. 2010.Penelitian Kualitatif:
Semarang keberadaan Masjid Besar Kauman Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
tetap dipertahankan, tetapi kawasan sekitar Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya.Jakarta:
Kampung Kauman mengalami perubahan yang Kencana Praneda Media Group.
besar seperti Alun-Alun Kauman yang melekat Iswanto, Danoe. Pengaruh Elemen-
dengan ciri khas kampung Jawa bernuansa Elemen Pelengkap Jalur
Islami hilang. Alun-alun yang dahulu luas Pedestrian Terhadap Kenyamanan
sekarang hanya tinggal kenangan, dan Pejalan Kaki (Studi Kasus:
tertinggal sedikit dan itu pun dipakai untuk Penggal Jalan Pandanaran,
lahan parkir. Bangunan atau tempat tinggal Dimulai dari Jalan Randusari
yang ada di Kampung Kauman juga mengalami Hingga Kawasan Tugu
perubahan tetapi diantaranya masih ada yang Muda).Jurnal Ilmiah Perancangan
bertahan dengan gaya arsitektur jawa arab, Kota dan Permukiman vol.5 No.1
dengan ciri khas memiliki tiga pintu yang Maret 2006.
berukuran besar dan tidak memiliki jendela Koentjaraningrat. 1995. Manusia dan
karena pintu tersebut sudah merupakan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:
jendela. Perombakan bangunan atau tempat Djambatan.
tinggal di Kampung Kauman teerjadi karena Kusumandari, Ratih. 2011. Kajian
banyaknya penduduk pendatang yang Karakteristik Kampung Batik
menetap di Kampung Kauman, sehingga Laweyan Sebagai Kampung
mereka merombak dengan gaya yang modern Tradisional di Solo.Proposal Tugas
atau trend yang ada saat ini, alasan lainnya Akhir tidak diterbitkan.Jurusan
penghuni sudah merasa bosan dan bangunan Perencanaan Wilayah dan
yang mulai menua. Kota.Universitas Diponegoro.
Hasil dari penelitian ini menghasilkan Lynch, Kevin. 1973. The Image of
konsep pelestarian yang dihasilkan dari analis- TheCity.London-England: The MIT
analisis sebelumnya. Konsep ini untuk Press.
mendukung dan tetap mempertahankan Rapoport, Amos. 1997. Human Aspect
Kampung Kauman untuk tetap dilestarikan Or Urban Form, (Toward A Man
nilai budaya maupun sejarahnya. Walaupun Environment Approach To Urban
konsep ini berdasarkan ekonomi, keagamaan, Form and Design), Pergamon Press
dan sosial budaya, namun juga tetap Rapuano, Michael, DR. P. P. Pirone and
memperhatikan fisik dari Kampung Kauman Brooks E. Wigginton. 1964. Open
untuk mendukung konsep ini menjadi lebih Space in Urban Design. Ohio: The
baik. Fisik Kampung Kauman yang masih Cleveland Development Foundation
bertahan seperti ciri khas kampung tersebut diterbitkan. Program Magister Teknik
yang berupa bangunan tradisionalnya dan Arsitektur Universitas Diponegoro
nama-nama kampung yang memiliki sejarah Sabila, Sabrina. 2009. Kajian Pelestarian
masing-masing. Keadaan fisik Kampung Kawasan Benteng Kuto Besak
Kauman yang nyaman juga akan menarik Palembang Sebagai Aset Wisata.
pengunjung untuk ke Kauman, dan dengan Tugas Akhir tidak diterbitkan,
konsep tersebut membuat pengunjung untuk Jurusan Perencanaan Wilayah dan