DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5 - A.2 / SEMESTER IV
1. M. REZA RAHMANA ( 044 STYC 15 )
2. RISMALA PRAMUDITHA ( 058 STYC 15 )
3. SISKA MAULIDA AGUSTINI ( 068 STYC 15 )
4. SANTI LESTARI
5. SRI SUSANTI
Penulis,
2.1 Definisi
Pituitary tumor, pertumbuhan abnormal yang berkembang di kelenjar hipofisis
di otak, hampir selalu noncancerous (jinak). Sebagian besar tumor hipofisis
(adenomas) tidak menyebar di luar tengkorak (nonmetastatic) dan biasanya masih
terbatas pada kelenjar pituitari atau di dekatnya jaringan otak. Adenoma hipofisis
terutama timbul pada lobus anterior hipofisis, pada lobus posterior
(neurohipofisis) jarang terjadi.
Adenoma hipofisis atau disebut juga dengan adenoma hipofise merupakan
tumor yang jinak, dengan partumbuhan yang lambat, yang berasal dari sel-sel
kelenjar hipofisis. Adenoma ini diklasifikasikan berdasarkan produk sekretorinya.
Tumor fungsional (endocrine-active) termasuk hampir 70% dari tumor hipofisis
yang menghasilkan 1 atau 2 hormon. Adenoma nonfungsional adalah tumor
endocrine-inactive. Karena efek fisiologis dari hormon yang dikeluarkan, tumor
fungsional biasanya tampak lebih awal dari pada adenoma nonfungsional.
Sebaliknya, efek massa dari adenoma hipofisis yang besar (seringnya karena
tumor endocrine-inactive) dapat berakibat gejala-gejala penekanan seperti sakit
kepala, defek lapangan pandang (kehilangan penglihatan perifer), defisit saraf
kranial, hipohipofisissme (kompresi dari kelenjar hipofisis normal), apopleksi
hipofisis (perdarahan tiba-tiba atau infark perdarahan dari tumor yang meluas)
atau disfungsi stalk.
Kelainan ini berasal dari sel-sel epitel hipofisis dan mencakup 10- 15% dari
seluruh tumor intrakranial. Tumor yang berukuran 10 mm disebut makroadenoma
sedang yang berukuran kurang 10 mm disebut mikroadenoma.
2.2 Etiologi
Penyebab tumor hipofisis tidak diketahui. Sebagian besar diduga tumor
hipofisis hasil dari perubahan pada DNA dari satu sel, menyebabkan pertumbuhan
sel yang tidak terkendali. Cacat genetik, sindroma neoplasia endokrin multipel
tipe I dikaitkan dengan tumor hipofisis. Namun, account cacat ini hanya sebagian
kecil dari kasus-kasus tumor hipofisis. Selain itu, tumor hipofisis didapat dari
2.3 Klasifikasi
Adenoma hipofisis berdasarkan gambaran radiologis dapat di klasifikasikan
dari grade 0-4 yakni:
Grade 2 Adenoma intraselar: diameter > 1 cm, sela membesar, tidak ada erosi
2.8 Komplikasi
Komplikasi akan muncul jika adenoma hipofisis tidak ditangani segera
walaupun sesungguhnya adenoma hipofisis ini bersifat jinak, namun karena tidak
2.9 Penatalaksanaan
Evaluasi terpenting adalah membedakan apakah tumor ini bersifat hiposekresi
atau yang hipersekresi, karena akan berpengaruh pada pemberian terapi pengganti
hormon dan keputusan untuk perlunya sebuah tindakan operasi atau radiasi. Pada
beberapa penderita pemberian terapi yang intensif terkadang tidak dilakukan
karena akan membuat lesi yang luas pada tumor bila hendak dilakukan reseksi
oleh karenanya dipertimbangkan pengobatan terhadap defisiensi hormon dengan
tetap melakukan kontrol terhadap tanda, gejala, pemeriksaan darah, dan
pemantauan foto rontgen serial. Tatalaksana untuk tumor hipofisis harus secara
komprehensif dan individual. Keberhasilan pengobatan tergantung pada derajat
invasi tumor, ukuran dan perluasannya.
2.9.1 Adenoma Hipofisis non fungsional
Operasi
- Operasi secara mikroskopik transsphenoidal, dengan indikasi adanya
visual loss dan hypopituitarism yang progressif
- Pada pasien dengan gangguan fungsi tiroid atau ACTH, operasi
ditanguhkan 2-3 mg sampai pasien mendapat terapi tiroid atau terapi
pengganti hidrocortison
- Pada pasien dengan visual loss yang akut atau adenoma yang
berhubungan dengan perdarahan atau abcess maka operasi segera
perlu dipikirkan.
Tujuan utama dari operasi transphenoidal yaitu mengangkat adenoma
sekomplit mungkin, tetapi adanya invasi ke dura dan sinus kavernosusu
menyulitkan hal tersebut.
Radiasi
A. Pengkajian
1. Pengkajian Sekunder
a. Identitas
Terjadi pada wanita dan pada laki-laki dengan pefalensi seimbang dan
mempunyai insiden puncak antara usia 20 dan 30 tahun.
b. Keluhan Utama
Klien mengeluhkan sakit kepala pada satu atau keduanya, atau di tengah
dahi kabur atau penglihatan ganda; kehilangan samping (perifer) visi,
ptosis yang disebabkan oleh tekanan pada saraf yang menuju ke mata,
perasaan mati rasa pada wajah, demensia, perasaan mengantuk, kepala
membesar, makan berlebih atau berkurang.
c. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan kepalanya sering mengalami sakit pada kepalanya,
dan pandangan kabur.
d. Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah sebelumnya klien pernah mengalami tumor pada bagian
tubuh, Kaji apakah klien pernah mengalami cedera kepala berat ataupun
ringan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit tumor hipofisis.
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi :
1) Klien tampak mengalami pembesaran yang abnormal pada seluruh
bagian tubuh (jika timbul saat usia dini)
2) Klien tampak mengalami akromegali atau pembesaran yang abnormal
pada ujung-ujung tubuh seperti kaki, tangan, hidung, dagu (timbul
pada saat usia dewasa)
3) Klien tampak mengalami diplopia (pandangan ganda)
4) Tampak atropi pada pupil Klien tampak susah membedakan warna
5) Klien tampak susah menggerakkan organ-organ tubuh karena
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri akut berhubungan dengan penekanan korteks serebri di hipotalamus.
2) Hipertermi berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat
B. RENCANA KEPERAWATAN
1) Nyeri akut berhubungan dengan penekanan korteks serebri di hipotalamus
Tujuan : Nyeri dapat dihilangkan/ditangani
Kriteria hasil :
a. Melaporkan nyeri berkurang
b. Klien tampak tenang
c. Skala nyeri 2-4
Intervensi :
1. Kaji keluhan nyeri, perhatiakan lokasi, itensitas, dan waktu nyeri.
Rasional : Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-
tanda perkembangan komplikasi.
2. Letakan kantung es pada kepala klien.
Rasional : Meningkatkan vasokontriksi, penumpulkan resepsi sensori
yang selanjutnya akan menurunkan nyeri atau sakit kepala.
3. Dorong pengungkapan perasaan klien.
Rasional : Dapat mengurangi ansietas, sehingga mengurangi persepsi
akan intensitas rasa nyeri.
4. Lakukan tindakan paliatif. Misalnaya pengubahan posisi.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan menurunkan ketegangan otot.
5. Berikan analgesik/antipiretik, analgesic narkotik sesuai dengan indikasi.
Rasional : Memberikan penurunan nyeri/tidak nyaman.
Kriteria hasil : Suhu tubuh klien dalam rentang normal (36,50 – 37,50C)
Intervensi :
1. Pantau suhu tubuh pasien (derajat dan pola) perhatikan adanya
menggigil.
Rasional : Demam biasanya terjadi karena proses inflamasi tetapi
mungkin merupakan komplikasi darikerusakan pada hipotalamus.
2. Pantau suhu lingkungan. Batasi penggunaan selimut.
Rasional : Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu mendekati normal
3. Berikan kompres hangat jika ada demam.
Rasional : Kompres air hangat menyebabkan tubuh dingin melalui proses
konduksi.
4. Pantau masukan dan haluaran. Catat karakteristik urine, turgor kulit, dan
membrane mukosa.
Rasional : Hipertermia meningkatkan kehilangan air tak kasat mata dan
meningkatkan resiko dehidrasi, terutama jika tingkat kesadaran menurun
/munculnya mual menurunkan pemasukan melalui oral.
5. Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen (Tylenol).
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya
pada hipotalamus, berguna juga untuk membatasi pertumbuhan
organismdan meningkatkan autodestruktif dari sel-sel yang terinfeksi.
I. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk : 23-09-2012
Tanggal Pengkajian : 24-09-2012
No. Register : 12345
Diagnosa Medis : Tumor Hipofisis
1) Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 45 thn
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : jln kecak
b. Identitas Penanggung Jawab
2. Latihan
- Sebelum sakit: Pasien mampu menggerakan ekstremitasnya
- Saat sakit: Pasien mampu menggerakan ekstremitasnya
e. Pola kognitif dan Persepsi
Pasien mengerti mengenai penyebab penyakitnya.
f. Pola Persepsi-Konsep diri
Pasien mengatakan tidak malu terhadap penyakitnya.
g. Pola Tidur dan Istirahat
II. DIAGNOSA
A. Analisa Data
Do : Peningkatan norepinefrin
- TD: 150/90mmHg dan epinefrin
- EKG menunjukan
adanya Vasokontriksi pembuluh
superventricular darah
tachycardia
Peningkatan tekanan
darah
Ds : pasien mengatakan Kadar LH dan FSH Konstipasi
mengalami konstipasi terganggu
sejak 4 hari yang lalu
Meningkatnya hormon
Do : progresteron dan estrogen
- pasien tampak tidak
nyamana Penurunan peristaltik usus
- abdomen pasien
tampak distensi konstipasi
- bising usus px 3x/mnt
Poliuri
Poliuri
B. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko Tinggi Penurunan curah jantung b/d vasokontriksi d/d TD:
150/90mmHg. EKG menunjukan adanya superventricular tachycardia
b. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan tumor hipofised/d pasien
mengeluhkan nyeri kepala
c. Gangguan eliminasi urin b/d disfungsi reabsobsi ginjal d/d poliuria
e. Resiko Tinggi Terhadap Disfungsi seksual b/d perubahan kadar hormon
LH dan FSH d/d oligomenhorea.
f. Perubahan nutrisi b/d gangguan metabolik d/d pasien mengeluh mual
dan muntah sejak 5 hari yang lalu, muntah sebanyak 3x sehari sebelum
MRS.
g. Konstipasi b/d perubahan hormon d/d pasien mengeluh mengalami
konstipasi.
h. Insomnia b/d faktor internal: poliuria d/d pasien mengalami insomnia.
III. INTERVENSI
Tujuan &
No Dx Intervensi Rasional
kriteria hasil
1 Dx 1 Setelah diberikan Mandiri peningkatan TD merupakan
asuhan keperawatan Observasi tanda vital manisfestasi awal sebagai
selama 3x24 jam pasien: Terutama nadi dan kompensasi hipovolemia dan
Diharapkan TD TD penurunan curah jantung
pasien dalam batas Observasi suhu tubuh, hiperpiraksia yang tiba-tiba
normal dengan KH: catat bila ada perubahan dapat terjadi yang diikuti oleh
TD Pasien dalam yang mencolok dan tiba- hipotermi sebagai akibat dari
batas normal tiba. ketidakseimbangan hormonal,
120/90mmHG cairan, dan elektrolit yang
Pemeriksaan EKG mempengaruhi FJ dan curah
menunjukan jantung.
perbaikan/normal kaji warna kulit, suhu, pucat, kulit yang dingin,
Nadi pasien dalam pengisian kapiler, dan pengisian kapiler yang
batas normal 60- nadi perifer. memanjang, nadi yang lambat
100x/mnt dan lemah merupakan indikasi
Dx 6 Setelah diberikan 1. Tinjau ulang pada diet dan 1. Masukan adekuat dari serat
asuhan keperawatan jumlah/tipe masukan dan makanan kasar
selama 3x24 jam cairan. memberikan bulk, dan cairan
diharapkan pasien adalah faktor penting dalam
tidak konstipasi lagi menentukan konsistensi
dengan kH: feces
IV. IMPLEMENTASI
V. EVALUASI