Anda di halaman 1dari 73

Bangunan Kapal

BAB I
PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Perkembangan dunia maritim adalah suatu hal yang tidak bisa dihindari.
Keterbatasan daratan menampung manusia dengan segala fasilitasnya menuntut dunia
untuk memfokuskan perhatian ke laut, yang begitu luas dengan kekayaan alamnya
merupakan pemanfaatan kekayaan alam yang terkandung didalam lautan.
Indonesia sebagai Negara kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar
dan kecil sangat potensial dalam pengembangan bidang maritim. Kapal laut
misalnya,merupakan sarana yang paling penting dalam transportasi laut. Sehingga laut
bukan lagi jurang pemisah antara pulau yang satu dengan pulau yang lain.
Jasa transportasi laut telah dimanfaatkan sejak dulu. Terbukti dengan
kemampuan pelaut-pelaut kita menjelajahi dunia dengan segala keterbatasan perahu
finisi. Pengembangan perdagangan juga memanfaatklan jasa laut . Hal ini disebabkan,
karena penggunaan kapal laut jauh lebih murah dibandingkan dengan jasa dirgantara,
kapasitas muat yang lebih banyak dan lain-lain.
Pemenuhan kebutuhan akan kapal laut tidak bisa di tunda lagi. Semakin
ketatnya persaingan dibidang ekonomi, sosial, politik dan pertahanan keamanan
merupakan motivasi bagi kita untuk meningkatkan kemampuan didalam mendesain
suatu kapal yang direncanakan dalam pengoperasiannya layak teknis dan layak
ekonomis,serta mampu bersaing dengan negara-negara lain.

I.2 Maksud Dan Tujuan

1.2.1. Maksud

Tugas dalam mata kuliah “Teori Kapal” ini dimaksudkan agar mahasiswa

mengetahui perencanaan lines plan yang mempengaruhi bentuk water line Kapal. Dari

rencana water line, dapat diketahui sudut masuk air (Entrance). Entrance ini

diupayakan sekecil mungkin untuk mengurangi hambatan kapal dalam air.

1.2.2. Tujuan
D321 16 503 RISKA DAMAYANTI
Bangunan Kapal
2

Adapun tujuan dari tugas ini adalah :

1. Mahasiswa memahami teori dasar dalam merancang suatu kapal dan langkah -

langkah penggambarannya.

2. Mahasiswa mampu merencanakan lines plan suatu kapal melalui perhitungan-

perhitungan seperti koefisien-koefisien, luasan, volume, SAC, koreksi gading-

gading, dan luasan garis air. Dari perencanaan ini diharapkan mampu

menggambarkannya dalam gambar rencana garis.

3. Mahasiswa mampu merencanakan Carena kapal dengan perhitungan bonjean

curve dan lengkung hidrostatik serta mampu menggambarkannya.

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1.Ukuran Utama dan koefisien Bentuk

1.Ukuran-ukuran utama kapal

Sebagai ukuran dari besar kecilnya kapal seperti panjang,lebar,maupun tingginya

badan kapal.Terdapat singkatan-singkatan yang mempunyai arti tertentu walaupun

menggunakan istilah-istilah asing.

a. Panjang Kapal

 LOA (length over all) adalah panjang keseluruhan dari kapal yang diukur dari

ujung buritan sampai ujung haluan.

 LBP ( length between perpendicular) adalah jarak antara garis tegak buritan dan

garis tegak haluan yang diukur pada garis air muat.

 LWL (length on the waterline) adalah jarak garis muat, yang diukur dari titik

potong dengan linggi haluan sampai titik potong dengan linggi buritan diukur

pada bagian luar linggi depan dan linggi belakang.

b. Lebar Kapal

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
4

 BWL (breadth at the waterline) adalah lebar terbesar kapal yang diukur pada

garis air muat.

 B (breadth) adalah jarak mendatar gading tengah kapal yang diukur pada bagian

luar gading.

c. Tinggi Geladak (H)

H adalah jarak tegak dari garis dasar sampai garis geladak yang terendah.

d. Sarat Air (T)

T (draught) adalah jarak tegak dari garis dasar sampai pada garis air muat.

2. Koefisien-koefisien Bentuk Kapal


a. Koefisien Garis Air (Cwl)
D321 16 503 RISKA DAMAYANTI
Bangunan Kapal
5

Cwl adalah rasio antara luas bidang garis air muat dengan luas segiempat yang
berukuran L x B.
Awl
Cwl =
Lwl x B

Dimana : Awl = Luas garis air.


Lwl = Panjang garis air.
B = Lebar kapal.
b. Koefisien Midship (Cm)

Cm adalah rasio antara luas midship dengan segiempat yang berukuran B x T.


Am
Cm =
Bx T
Dimana : Am = Luas midship
B = Lebar kapal
T = Sarat kapal
b. Koefisien Blok (Cb)

Cb adalah rasio antara volume kapal dengan volume kotak yang berukuran B x T x L.

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
6

V
Cb =
L xBxt

Dimana : V = Volume kapal


L = Panjang garis air
B = Lebar kapal
T = Sarat kapal
d. Koefisien Prismatik Horizontal (Cph)

Cph adalah rasio antara volume kapal dengan sebuah prisma yang

berpenampang (Am x L).

L x B x T x Cb
Cph =
Am x Cb
B x T x Cb
=
B x T x Cm
Cb
Cph =
Cm
Dimana : Am = Luas midship
Cb = Koefesien blok
Cm = Koefesien Midship
L = Panjang garis air
B = Lebar kapal
T = Sarat kapal

e. Koefisien Prismatik Vertikal (Cpv)

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
7

Cpv adalah rasio antara volume kapal dengan sebuah prisma (Awl x T).
V
Cpv =
Awl x T
L x B x T x Cb
=
L x B x Cw
Cb
Cpv =
Cw
Dimana : Awl = Luas garis air
Cb = Koefesien blok
Cw = Koefesien waterline
V = Volume kapal
L = Panjang garis air
B = Lebar kapal
T = Sarat kapal

II.2. Carena,Displacemen dan Sectional Area Curve (SAC)

II.2.1. Carena

Carena adalah bentuk badan kapal yang ada di bawah permukaan air.Dengan

catatan bahwa tebal kulit,tebal lunas sayap,tebal daun kemudi,propeller dan

perlengkapan lainnya kapal yang terendam di bawah permukaan air tidak termasuk

Carena.Isi Carena adalah volume badan kapal yang ada di bawah permukaan air (tidak

termasuk kulit) dapat dirumuskan sebagai berikut:

V = L x B x T x Cb

Dimana :

V = isi karena

L = panjang karena
D321 16 503 RISKA DAMAYANTI
Bangunan Kapal
8

B = lebar karena

T = sarat kapal

Cb = koefisien blok

II.2.2. Displacement

Displacement adalah berat zat cair yang didesak atau yang dipindahkan oleh

badan kapal secara keseluruhan dan dapat dirumuskan sebagai berikut:

∆=Vxγ

Δ = L x B x T x Cb x γ x C

Dimana:

γ = massa jenis air laut (1,025)

C= koefisien berat tambahan (1,00675-1,0075)

II.2.3. Sectional Area Curve (SAC)

S A C adalah curva yang menggambarkan luasan gading-gading untuk

masing-masing section.Pada dasarnya sectional itu adalah sebuah gading semu.Dari

kurva SAC ini dapat dilihat dari banyaknya gading semu yang bentuk dan luasannya

semu.Fungsi dari SAC adalah untuk mengetahui bentuk dan luasan gading-gading juga

digunakan untuk menghitung volume kapal,luasan garis air melalui metode simpson dan

metode lain dengan koreksi maksimal 0,05 %.

II.3. Rencana Garis Air Dan Lengkung Bonjean

II.3.1. Rencana Garis Air

Rencana garis air (lines plan) adalah gambar rencana garis dari bentuk sebuah

kapal.Dengan gambar ini kita dapat mengetahui bentuk kapal yang direncanakan.Lines

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
9

plan atau rencana garis merupakan langkah selanjutnya dalam proses merancang suatu

kapal dengan berdasar pada data kapal yang diperoleh dari perancangan.

Adapun tujuan dari pembuatan lines plan atau rencana garis adalah untuk

mengetahui bentuk badan kapal terutama yang berada dibawah garis air.

Selain rencana garis pada bagian ini juga digambarkan carena yang tujuannya

untuk mengetahui bentuk badan kapal yakni karakteristik dari badan kapal terutama

yang berada dibawah garis air, dimana penggambaran ini dilakukan atas dasar garis air

yang telah dibuat.

Penggambaran rencana garis dibuat dalam dua dimensi sehingga untuk

memperhatikan semua bentuk dari badan kapal secara tiga dimensi, maka pada

penggambaran dibagi atas tiga bagian yaitu :

1. Half breadth plan

Half breadth plan atau rencana dari setengah lebar bagian yang ditinjau dari

kapal, ini diperoleh jika kapal dipotong kearah mendatar sepanjang badan kapal, dan

gambar ini akan memperlihatkan bentuk garis air untuk setiap kenaikan dari dasar

(terutama kenaikan setiap sarat).

2.Sheer plan

Sheer plan merupakan penampakan bentuk kapal jika kapal dipotong kearah

tegak sepanjang badan kapal. Pada kurva ini diperlihatkan bentuk haluan dan buritan

kapal, kanaikan deck dan pagar. Garis tegak yang memotong kapal dapat diketahui

apakah garis air yang direncanakan sudah cukup baik atau tidak.

3.Body plan

Body plan merupakan bagian dari rencana garis yang mempelihatkan bentuk

kapal jika kapal dipotong tegak melintang. Dari gambar terlihat kelengkungan gading-

gading (station-station). Kurva ini digambar satu sisi yang biasanya sisi kiri dari kapal

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
10

tersebut. Bagian belakang dari midship digambar d isisi kiri dari centre line, bagian

depan di sebelah kanan

Gambar ini merupakan penampakan dari potongan-potongan kapal yang terdiri

dari tiga potongan yaitu :

 Potongan melintang kapal secara vertikal yang disebut Section.

Misalkan suatu kapal dipotong secara melintang dengan arah ke bawah atau

vertikal. Pada pemotongan ini akan tampak dua dimensi yaitu dimensi tinggi

(H) dan dimensi lebar (B).

 Potongan memanjang kapal secara horizontal yang disebut Water Line.

Misalkan suatu kapal dipotong secara memanjang dengan arah mendatar

atau horizontal.pada potongan ini terlihat dua dimensi yaitu dimensi panjang

(L) dan dimensi lebar (B).

 Potongan memanjang kapal secara vertikal yang disebut Buttock line.

Misalkan suatu kapal dipotong secara secara memanjang dengan arah ke

bawah atau vertikal.pada pemotongan ini terlihat dua dimensi yaitu dimensi

panjang (L) dan dimensi tinggi (H).

II.3.2. Lengkung Bonjean

Lengkung bonjean (bonjean curve) adalah sarat yang menunjukkan luas section

sebagai fungsi dari sarat kapal.Bentuk lengkungan ini mula-mula diperkenalkan pada

permulaan abad ke 19 oleh seorang sarjana Perancis yang bernama Bonjean.Kurva ini

cukup digambarkan sampai geladak saja pada setiap section sepanjang kapal.untuk

kapal baja luas section tidak memperhitungkan kulit.

Fungsi dari lengkung bonjean adalah:

 Untuk mengetahui luas setiap section sepanjang kapal pada tinggi sarat

tertentu.
D321 16 503 RISKA DAMAYANTI
Bangunan Kapal
11

 Dari lengkung bonjean kita dapat menghitung besarnya luas garis air pada sarat

tertentu.

 Dari lengkung bonjean kita dapat menghitung volume kapal (V),displacement

(∆) pada bermacam-macam sarat,baik kapal dalam keadaan sarat rata

(Even Keel) maupun kapal dalam keadaan trim atau garis air berbentuk profil

gelombang (Wave Profil).

II.4. Sheer Plan dan Radius Bilga

II.4.1. Sheer Plan

Sheer plan adalah proyeksi pertemuan antara kulit kapal dengan geladak.Sheer

berfungsi untuk mencegah hempasan air laut pada saat terjadi pitching.Sheer plan

merupakan penampakan bentuk kapal jika kapal dipotong kearah tegak sepanjang

kapal.Pada kurva ini kita dapat melihat bentuk haluan,buritan,kenaikan sheer dan

bulwark.Garis tegak yang memotong kearah tegak memanjang ini disebut buttock

line.Dari buttock line inilah kita dapat mengetahui apakah garis air yang kita

rencanakan sudah cukup baik atau tidak.

II.4.2. Radius Bilga

Bilga adalah kelengkungan pada sisi kapal terhadap base line.Radius bilga adalah

jari-jari pada bilga.Radius bilga tanpa rise of floor dapat dihitung dengan rumus :

R = {B x T x (1 – Cm)/0,4278}1/2

II.5. Perhitungan Luas Bidang Lengkung

1. Simpson I

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
12

Aturan simpson dikenal sebagai integrasi ancer-ancer,padahal aturan simpson

sebenarnya sudah lama dikenal oleh ahli matematika lainnya. Aturan simpson adalah

kelanjutan dari metode Newton Cotes.

Y = a0+a1x+a2x2+a3x3

A = (a0+a1x+a2x2+a3x3)dx

A = 2aoh+2/3 a2h3.................................................................................(1)

A = Ly1 + My2 + Ny3..........................................................................(2)

Sehingga :

Y1 = ao+a1(-h)+a2(h)2+a3(-h)3

Yo = ao

Y3 = ao+a1h+a2h2+a3h3

A = L (ao-ha1+h2a2-h3a3) + Mao + N9ao + a1h + a2h2 + a3h3)

A = (L+M+N)ao – (L-N)a1h + (L+N)a2h2 – (L-N) a3h3 ................(3)

Persamaan 1& 2

2aoh+2/3a2h3 = (L+M+N)ao-(L-N)a1h + (L+N)a2h2 –(L-N)a3h3

L+M+N = 2h

L-N =0

L+N = 2/3.h

L = N = 1/3.h

M = 4/3.h

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
13

N = 1/3.h

Sehingga persamaan (3) menjadi :


A = 1/3.h.y1 + 4/3.h.y2 + 1/3.h.y3
= 1/3.h. (y1+4y2+y3)
k = 1/3
F1 =141

2. Simpson III

Dari gambar diatas diketahui bahwa luas OABD = Luas I+Luas II, dimana :

Luas I = ½ l (yo+CD)

Luas II = 2/3 dari luas segiempat AA’BC

= 2/3.AC.BC.

dimana AC ~ 1

BC = (y1-CD)

y0  y2
CD =
2

  y0  y2  
luas I = ½. 1y0   
  2  

= 1/12. (9yo+3y2)

luas II = 2/3.l.(y1-yo/2-y2/2)

= 1/12 (8y1-4yo-4y2)

Luas I + II = 1/12 (5yo+8y1-y2)

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
14

K = 1/12

F1 = 5 8-1

3. Simpson II

Rumusan ini merupakan penggabungan dari rumusan simpson I dan Simpson III

yang penjabarannya adalah :

Luas I = 1/12 (5yo + 8y1 - y2)

Luas I+II = 1/3 (yo + 4y1 + y2)

Luas II+III = 1/3 (y1 + 4y2 + y3)

Luas III = 1/12 (5y3 + 8y2 – y1)

2(I+II+III) = 1/12 (5yo+7y1+7y2+5y3) + 1/3 (yo+5y1+5y2+y3)

= 9/12.l (yo+3y1+3y2+y3)

I+II+III = 3/8.l (yo+3y1+3y2+y3)

K = 3/8

F1 =1331

Dengan demikian tadi ternyata bahwa rumus ini mampu menentukan luas suatu

bidang lengkung tanpa mengadakan pembagian - pembagian.Tetapi sebaliknya kita


D321 16 503 RISKA DAMAYANTI
Bangunan Kapal
15

memerlukan ordinat bantuan ( y2 ) yang jaraknya juga sejauh h dari ordinat akhirnya

( yl ) . Tanpa adanya bantuan dari ordinat yang lain itu, maka rumus tadi tidak dapat

digunakan.

II.6. Perhitungan Momen Statis dan Momen Inersia

II.6.1.Perhitungan Momen Statis

1.Perhitungan Momen Statis Terhadap Sumbu x

Momen statis dari bagian kecil yang diarsir dengan lebar dx terhadap sumbu x

adalah luas bagian kecil x jarak titik berat bagian kecil tersebut ke sumbu x. Karena

bagian kecil yang diarsir dapat dianggap sebagai empat persegi panjang maka jarak titik

berat bagian kecil tersebut adalah 1/2y dan luas bagian kecil = y . dx.

Sehingga hasil perkaliannya adalah : y dx . dx.

Momen statis Sx untuk seluruh bidang A yang dibatasi oleh y= f (x ), sumbu x

ordinat x = 0 dan x = L adalah :

Sx = ½ 02 y2 dx …………………………………….(1)

2.Perhitungan Momen Statis Terhadap Sumbu y

Jarak titik berat bagian kecil ke sumbu y = x. Momen Statis dari bagian kecil

yang diarsir dengan lebar dx terhadap sumbu y adalah :

Luas bagian kecil x jarak titik berat bagian kecil tersebut ke sumbu y.

Sx = y dx . x

Sy = x . y . dx

Jadi momen statis Sy untuk keseluruh bidang A yang dibatasi oleh y = f (x),

sumbu x, ordinat x = 0 dan x = L adalah :

Sy = 0L x . y . dx …………………………………..(2)

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
16

Z = titik berat bidang A

Yx =jarak titik Z berat ke sumbu x

Xz = jarak titik berat Z ke sumbu y.

II.6.2.Perhitungan Momen Inersia

1.Perhitungan Momen inersia terhadap sumbu x (Ix)

Momen Inersia dari bagian kecil d * * dx terhadap sumbu x adalah :

Luas bagian kecil d * * dx * X (jarak titik berat elemen kecil terhadap sumbu

X)2.

d Ix = d * * dx 2

Momen Inersia terhadap sumbu x dari bagian kecil dengan lebar dx yang diarsir

adalah hasil integral dari momen inersia dari bagian kecil d * * dx.

d Ix = dx o L 2 * d *

Bila integral ini kita hitung,kita dapatkan Ix = 1/3 3 0 1 ; Ix = 1/3 y3 dx

Jadi momen inersia dari bagian kecil dengan lebar dx terhadap sumbu x adalah

1/3 y3 dx.

Momen Inersia untuk seluruh bidang A terhadap sumbu x (Ix)

Ix = 1/3 01 ; Ix = 1/3 o L y3 dx

2.Perhitungan Momen Inersia Terhadap sumbu y (Iy)

Momen Inersia dengan lebar dx terhadap sumbu x adalah:

Luas bagian kecil x (jarak titik berat bagian kecil ke sumbu y)2

Iy = y * dx * X * (x)2 Iy = y * dx * (x)2

Iy = x2 * y * dx.

Jadi momen inersia untuk seluruh bidang A terhadap sumbu y (Iy) adalah:

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
17

Iy = oL x2 * y* dx.

II.7. Pengertian Lengkung-Lengkung Hidrostatis.

Diagram carena atau sering juga disebut Hydrostatic Curve adalah diagram

yang terdiri dari beberapa lengkungan -lengkungan yang menjelaskan sifat-sifat dari

badan kapal yang tercelup dalam air. Dengan demikian sifat-sifat dari badan kapal dapat

diketahui dengan mempergunakan diagram carena.

Adapun penjelasan mengenai lengkung-lengkung hidrostatis tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Lengkung Luas Garis Air (Awl)

Lengkung ini menunjukkan besarnya luasan setiap garis air pada setiap kondisi

sarat tertentu.

2. Lengkung Volume Carena (V)

Lengkung ini menunjukkan volume (m3) untuk setiap luas garis air pada setiap

kondisi sarat tertentu.

3. Lengkung Displacement Air Tawar (DT)

Lengkung ini menunjukkan displacement dari kapal untuk setiap luas garis

air pada setiap kondisi sarat tertentu . Dengan mengasumsikan bahwa kapal berada pada

perairan yang bukan air laut.

4. Lengkung Displacement Air Laut (DL)

Lengkung ini menunjukkan displacement dari kapal untuk setiap luas garis

air pada setiap kondisi sarat tertentu dengan mengasumsikan bahwa kapal berlayar

dilaut.

5. Lengkung Titik Berat Garis Air Terhadap Midhsip (0f)

Of adalah titik berat garis air (centre of floating) pada sarat kapal sedang

terapung.

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
18

6. Lengkung Titik Tekan Terhadap Midship (0b)

Adalah jarak resultan gaya -gaya tekan keatas (centre of bouyancy) oleh air

ke badan kapal pada bagian yang tercelup ke midhsip untuk setiap sarat kapal.

7. Lengkung Titik Tekan Terhadap Keel (KB)

KB adalah jarak titik tekan air kebagian bawah pelat lunas (keel) untuk

setiap sarat kapal.

8. Lengkung Titik Tekan Sebenarnya (BS)

B menunjukkan kedudukan titik tekan terhadap midhsip dan terhadap keel

merupakan gabungan dari B dan KB.

9. Lengkung Momen Inersia Melintang Garis Air (Ix)

Ix menunjukkan besarnya momen inersia secara melintang pada garis air tiap

kondisi sarat kapal.

10. Lengkung Momen Inersia Memanjang Garis Air (Iy)

IL menunjukkan besarnya momen inersia secara memanjang pada garis air

tiap kondisi sarat kapal.

11. Lengkung Metasentra Melintang (MK)

Metasentra melintang adalah perpotongan garis kerja gaya tekan ke atas pada

saat kapal tegak dengan garis kerja gaya tekan keatas pada saat kapal mengalami

keolengan.MK adalah jarak titik M terhadap keel.

MK = KB + MB, dimana MB = I/V

I = Momen inersia melintang.

V= Volume kapal.

12. Lengkung Perubahan Ton Per 1 cm (Tpc)

TPC menunjukkan besarnya jumlah ton yang diperlukan untuk mengadakan

perubahan sarat sebesar satu cm.

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
19

13. Lengkung Perubahan Displacement Karena Kapal Mengalami Trim

Buritan Sebesar 1 cm (DDT)

DDT tergantung pada letak f, jika f dibelakang midhsip (-) berarti DDT (+).

14. Lengkung Momen Pengubah Trim 1cm (MTC)

MTC menunjukkan besarnya momen untuk mengubah kedudukan kapal

dengan trim sebesar 1cm pada setiap kondisi sarat kapal.

15. Lengkung-Lengkung Koefisien Bentuk Kapal (cb,cm,cp, cph ,dan cpv).

Lengkung-Lengkung koefisien bentuk kapal ini,menunjukkan besarnya harga

koefisien-koefisien bentuk tersebut pada tiap sarat tertentu.

 Lengkung Bonjean
Lengkung bonjean (bonjean curve) adalah sarat yang menunjukkan luas section
sebagai fungsi dari sarat kapal.Bentuk lengkungan ini mula-mula diperkenalkan pada
permulaan abad ke 19 oleh seorang sarjana Perancis yang bernama Bonjean.Kurva ini
cukup digambarkan sampai geladak saja pada setiap section sepanjang kapal. Untuk
kapal baja luas section tidak memperhitungkan kulit.

lengkung Bonjean.
Jadi untuk mengetahui luas dari tiap-tiap station sampai tinggi sarat (T) tertentu
dapat dibaca dari gambar lengkung bonjean pada ketinggian sarat (T) yang sama,
dengan menarik garis mendatar hingga memotong lengkung Bonjean. Demikian pula

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
20

untuk sarat-sarat kapal yang lain dapat dilakukan dengan cara yang sama. Pada
umumnya lengkung bonjean cukup digambar sampai setinggi tepi kapai, pada setiap
station sepanjang kapal.
Untuk menggambar lengkung bonjean terlebih dahulu harusmenghitung tiap-tiap
station untuk beberapa macam tinggi sarat.Karena lengkung bonjen digambar sampai
garis geladak disampingkapal, maka harus menghitung luas station sampai geladak
disampingkapal.Untuk kapal kayu, ukuran yang dipakai didalam perhitunganadalah
dengan memperhitungkan tebal kulit.Sedang untuk kapal baja ukuran yang diambil
adalah tanpamemperhitungkan tebal kulit kapal. Jadi gambar lengkung bonjeanuntuk
kapal baja adalah tanpa kulit.
Gambar lengkung bonjean yang paling umum adalah yangdigambar pada
potongan memanjang dari kapal

Untuk ini mula-mula kita gambarkan garis dasar, linggi haluan dan buritan
kapal, garis geladak ditepi kapal, letak station-station dan garis-garis air. Skala sarat
tidak perlu sama dengan skala panjang kapal. Pada tiap-tiap station kita gambar
lengkung bonjean. Gambar lengkung bonjean dilengkapi pula dengan skala sarat di AP
dan FP untuk mndapatkan gambar yang betul, maka ujung-ujung lengkung bonjean
pada garis geledak ditepi kapal perlu kita koreksi dengan menarik garis yang laras.
Dengan gambar lengkung bonjean ini kita dapat menghitungvolume
displacement tanpa kulit untuk kapal baja pada bermacam-macamkeadaan sarat, baik

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
21

kapal itu dalam keadaan even keel (saratrata) maupun kapal dalam keadaan trim atau
garis air berbentuk profilgelombang (wave profil).
Sedang untuk kapal kayu yang dihitung adalah volume displacement
dengan kulit. Letak titik tekan memanjang B pada bermacam-macamkeadaan seperti
diatas juga dapat dihitung dari lengkung bonjean ini.
Untuk menghitung volume displacement dan titik tekanmemanjang (B) kalau
sarat depan dan sarat belakang diketahui, makamula-mula kita ukurkan sarat depan di
FP dan sarat belakang di AP. Bidang garis air pada kapal dalam keadaan trim kita tarik
sehinggamemotong station AP, 1, 2….9, FP. Dari tiap titik potong stationdengan garis
air itu kita tarik garis mendatar memotong lengkungbonjean.Harga luas dari tiap-tiap
station dapat dibaca pada garishorizontal itu. Sehingga luas tiap-tiap station yang masuk
ke dalam airdapat diketahui yaitu AAP, A1, A2… A8, A9.Harga luas tiap-tiap station ini
yang diperlukan untuk menghitungvolume displacement dan titik tekan memanjang (B).

Cara pemakaian lengkung bonjean dalam keadaantrim.

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
22

Untuk profil gelombang, maka profil gelombangdigambar diatas gambar lengkung


bonjean, dan pada tiapperpotongan station dengan profil gelombang ditarik garis
horizontalsehingga memotong lengkung bonjean, untuk kemudian luas
bagianbagianyang masuk kedalaman dapat ditentukan.

Pemakaian lengkung bonjean, kapal di atasgelombang.

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
23

BAB III

PENYAJIAN DATA

 Type Kapal : OIL TANKER

 Data Utama Kapal

LWL : 86.1 m

LBP : 84.0 m

B : 15.0 m

H : 7.0 m

T : 5.0 m

V : 12.0 knot

 Koefisien-Koefisien Bentuk Kapal

1.Koefisien Blok

Berdasarkan buku ”Ship Design and Ship Theory“ Cb Oil Tanker:

Cb = 1,179 - ((0,333 x V(knot)) / ( Lbp(m)0,5 ) )


Cb = 1,179 - ((0,333 x 12,70)) / ( 84^0,5 ) )
= 0,74

2.Koefisien Midship

Berdasarkan buku “Ship Design and Ship Theory” Cm Oil Tanker:

Cm = 0,93 + (0,08 x Cb)

Cm = 0,93 + (0,08 x 0.74)

= 0,99

3.Koefisien Waterline
D321 16 503 RISKA DAMAYANTI
Bangunan Kapal
24

Berdasarkan buku ”Ship Design and Ship Theory” Cw Oil Tanker:

Cw = 0,248 + (0.778*Cb)

Cw = 0,83

4.Koefisien Prismatik Horizontal

Cph = Cb/Cm

Cph = 0,75

5.Koefisien Prismatik Vertikal

Cpv = Cb/Cw

Cpv = 0,90

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
25

BAB IV

PEMBAHASAN

IV.1. Perhitungan Koefisien-Koefisien Bentuk

1.Koefisien Blok

Dalam buku "Ship Design and Ship Theory" hal.51 :


( Kerlen )
1.1. Cb = 1,179 - (( 0,333 x V(knot) ) / ( Lbp(m) 0,5) )
= 0,74

( Chirilia )
1.2. Cb = 1,214 - (( 0,374 x V(knot)) / ( Lbp(m)0,5 ) )
= 0,72

( Schekluth )
1.3. Cb = 1,17 - ((0,361 x V(knot)) / ( Lbp(m)0,5 ) )
= 0,69

( Telfer )
1.4. Cb = 1,0 - ((0,375 x (1+(1/(L/B)) x V(knot)) / ( Lbp(m)0,5 ) )
= 0,871407

( Sabit series 60 )
1.5. Cb = 1,173 - ((0,368 x V(knot)) / ( Lbp(ft)0,5)
= 0,679276

( Bassoulis )
1.6. Cb = 0,813 x 0,99 x Lbp0,42 x B-0,3072 x T0,1721 x V-0,6135
= 0,6469

Dalam buku "Ship Basic Design", hal.10 :


1.7. Cb = 1,115 - ((0,276 x V(knot)) / ( Lbp(m)0,5 ) )
= 0,75

Dalam buku "Element of Ship Design", hal.16 :


1.8. Cb = 1,0 - (( 0,23 x V(knot) ) / ( Lbp(m)0,5 ) )
= 0,6988

Koefisien Midship
Dalam buku "Ship Design for Efficiency and Economy" hal.34 :
D321 16 503 RISKA DAMAYANTI
Bangunan Kapal
26

( Van Lammeren )
2.1. Cm = 0,9 + ( 0,1 x ( Cb^0,5 ))
= 0,9835

( Kerlen 1979 )
2.2. Cm = 1,006 - ( 0,0056 x ( Cb^-3,56 ))
= 0,985948

( HSVA - Linienatlas )
2.3. Cm = 1 / ( 1 + ( 1 - Cb )^-3,56 )
= 0,013753

Dalam buku "Ship Design and Ship Theory ",hal.52 :


( Sabit Series 60 )
2.4. Cm = 0,93 + ( 0,08 x Cb )
= 0,985909

Koefisien Waterline
Dalam buku "Element of Ship Design " hal.54 :
3.1. Cw = Cb + 0,1
= 0,7988

3.2. Cw = 0,73 + ( 0,66 x Cb )


= 1,191247

Dalam buku "Ship Design for Efficiency and Economy" hal.53 :


( Schekluth )
3.3. Cw = 0,95 x Cp + ( 0,17 x ( 1 - Cp )^0,33 )
= 0,778321

3.4. Cw = Cph^2/3
= 0, 796248

3.5. Cw = ( 1 + ( 2 x Cb )/( Cm^0,5 )) / 3


= 0,803108

( Posdunine )
3.6. Cw = ( 1 + ( 2 x Cb )) / 3
= 0,803108

3.7. Cw = ( Cb^0,5 ) - 0,025


=0,810978

Dalam buku "Ship Design and Ship Theory ",hal.37 :


( Sabit Series 60 )
D321 16 503 RISKA DAMAYANTI
Bangunan Kapal
27

3.8. Cw = 0,18 + ( 0,85 x Cp )


= 0,77403

3.9. Cw = 0,248 + ( 0,778 x Cb )


= 0,7917

3.10. Cw = ( 1 + ( 2 x Cp )) / 3
= 0,807009

3.11. Cw = 0,297 + ( 0,473 x Cb )


= 0,62756

3.12. Cw = 0,97 x ( Cb^0,5 )


= 0,810899
Koefisien Prismatik
Dalam buku "Element of Ship Design " hal.53 :
4.1. Cph = Cb / Cm
= 0,710513

4.2. Cpv = Cb / Cw
= 0,877691

IV.2. Perhitungan Awl,Am,Volume dan Displacement

1.Awl(Luas Water Line)

Lwl = 1,025x Lbp

= 1,025x 84

= 86.10 m

Awl = Lwl x B x Cwl

= 86.10 x 15 x 0,83

= 1071.945 m2

2.Am(luas Midship)

Am = B x T x Cm

= 15 x 5 x 0,99
D321 16 503 RISKA DAMAYANTI
Bangunan Kapal
28

= 74.25 m2

3.Volume

V = Lwl x B x T x Cb

= 86.10 x 15 x 5 x 0,74

= 4778.55 m3

4.Displacement

∆=Vxγxc

= 7339,4821495 x 1,025 x 1,0075

= 7579,3914723 ton

IV.3. Perencanaan Buritan

 Diameter propeller kapal


DP = 2/3 x T
= 2/3 x 5
= 3,33333 m
 Diameter bos propeller
Dbp = 1/6 x DP
= 1/6 x 3,333333
= 0,55556 m

 Perhitungan kemudi
1) Luas daun kemudi
= ( ( T x Lbp/100 ) + ( 1 + 25 ( B/Lbp ) )

= ( ( 5 x 94 / 100) + (1 + 25 (15/84) )

= 5,99719 m

2) Tinggi maksimum daun kemudi


= 0,6 x T
= 3,333333 m
3) Lebar daun kemudi
= A / H maks
= 5,99719 / 3,333333
= 1,79916 m

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
29

4) Perhitungan jarak minimum antara propeller dengan tinggi buritan atau

terhadap kemudi.
a. 0,1 x DP = 0,1 x 3,33333
= 0,3333 m
b. 0,09 x DP = 0,09 x 3,33333
= 0,3 m
c. 0,17 x DP = 0,17 x 3,33333
= 0,5667 m
d. 0,15 x DP = 0,15 x 3,33333
= 0,5 m
e. 0,18 x DP = 0,18 x 3,33333
= 0,6 m
f. 0,04 x DP = 0,04 x 3,33333
= 0,13333 m
5) Ukuran tinggi baling-baling
L = 50 x (Lbp)
= 50 x 9.165151
= 458,258 mm
T = 2,4 x (Lbp)½
= 2,4 x 9.165151
= 21,9964
B = 36 x (Lbp)½
= 36 x 9.165151
= 329,945 mm

 Perencanaan Buritan Kapal ( Stern Design )


Dari buku ”Ship Design for Eficiency and Economy” hal.83

6) Perhitungan Radius Bilga


B = 13 m
T =5 m
Cm = 0,99
R =
= 1,357148 m
B.T.(1  Cm)
0.4292

IV.4. Perhitungan Kenaikan Sheer

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
30

Berdasarkan konvensi Lambung Timbul International (ILLC) tahun 1966,halaman

103 diberikan peraturan sebagai berikut:

 Untuk buritan kapal

Ap = 25 (Lbp/3 + 10)

= 25 (84 / 3 + 10)

= 950 mm

= 0.95 m

1/6 Ap = 11,1 (Lbp/3 + 10)

= 106.4 mm

= 0.1064 m

1/3 Ap = 11,1 ( Lbp/3 + 10)

= 11,1 (84 /3 + 10)

= 421,8 mm

= 0,4218 m

 Untuk haluan kapal

Fp = 50 (Lbp/3 + 10)

= 50 (84/3 + 10)

= 1900 mm

= 1.9 m

1/3 Fp = 22,2 (Lbp/3 + 10)

= 22,2 (84/3 + 10)

= 843,6 mm

= 0,8436 m

1/6 Fp = 5,6 (Lbp/3 + 10)

= 5,6 (78 /3 + 10)

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
31

= 212.8 mm

= 0,2128 m

IV.5. Perhitungan Chamber

Luas Chanber = 1/50 B

= 1/50 x 15

= 0,3 m

IV.6. PERHITUNGAN BULBOUS BOW

Perhitungan ABL pada Gambar (ABL')


WL ORD FS HK
0 0.57 1 0.57
1 1.7578 4 7.0312
2 2.4288 2 4.8576
3 2.5284 4 10.1136
4 1.981 2 3.962
5 0.486 4 1.944
6 0 1 0
Σ= 28.4784

ABL’ = 1/3 x T/6 x ∑ = 7.9106667 m²

Koreksi = (ABL’-ABL/ABL’)x100% = -0,00118 % < 0,05 %

Perhitungan ABT pada Gambar (ABT')


D321 16 503 RISKA DAMAYANTI
Bangunan Kapal
32

WL ORD FS HK
0 0 0.25 0
0.25 0.131 1 0.131
0.5 0.265 0.5 0.1325
0.75 0.393 1 0.393
1 0.5203 0.75 0.390225
1.5 0.742 2 1.484
2 0.936 1.5 1.404
3 1.107 4 4.428
4 0.936 2 1.872
5 0.5203 4 2.0812
6 0 1 0
Σ= 12.31593
ABT’ = 2/3 x T/6 x ∑ = 6.8421806 m²

Koreksi = (ABT’-ABT/ABT’)x100% = -0,00296 % < 0,05 %

IV.7. PERHITUNGAN SECTIONAL AREA CURVE

l = 4,2 m
l’ = 1,05 m
l” = 1,2642 m

Faktor
Luas Section Momen
Station SA/MA (SA) MS SA . MS (FM) SA.MS.FM
-0.5 0 0 0.25 0 0 0
-0.25 0 1.4 1 1.4 0 0
0 0.051 2.848 1.25 3.56 -10 -35.6
-
1.12 0.252 18.70041699 4 74.80166796 -9 673.2150117
-
2.03 0.44 32.65152173 2 65.30304346 -8 522.4243477
3.01 0.635 47.1220825 4 188.48833 -7 -1319.41831
-
4 0.804 59.66323516 2 119.3264703 -6 715.9588219
-
5 0.913 67.75190759 4 271.0076304 -5 1355.038152
-
6 0.97 71.98176381 2 143.9635276 -4 575.8541105
-
7 0.991 73.5401319 4 294.1605276 -3 882.4815828
-
8 1 74.20800393 2 148.4160079 -2 296.8320157
9 1 74.20800393 4 296.8320157 -1 -

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
33

296.8320157
10 1 74.20800393 2 148.4160079 0 0
11 1 74.20800393 4 296.8320157 1 296.8320157
12 1 74.20800393 2 148.4160079 2 296.8320157
13 1 74.20800393 4 296.8320157 3 890.4960472
14 0.985490466 73.13128035 2 146.2625607 4 585.0502428
15 0.952 70.64601974 4 282.584079 5 1412.920395
16 0.865 64.1899234 2 128.3798468 6 770.2790808
17 0.709 52.61347479 4 210.4538992 7 1473.177294
18 0.504 37.40083398 2 74.80166796 8 598.4133437
19 0.261 19.36828903 4 77.4731561 9 697.2584049
20 0.006 6.842180556 1.301 8.901676903 10 89.01676903
20.3 0 0 1.204 0 0 0
20.6 0 0 0.301 0 0 0
1 = 2 =
3426.612155 436.6212411

Volume (v) = 4797.26 m³


LBP  2
x
20  1
LCB =

= 0.535166844 m

Volume Rancangan = LWL x B x T x Cb x g x c

= 4954.76 m³
(Vol .SAC  Vol .rancangan)
Koreksi Volume = x100%
Vol .rancangan

= 0,0140 %

IV.8. TABEL PERHITUNGAN GADING – GADING

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
34

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
35

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
36

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
37

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
38

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
39

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
40

IV.9.TABEL PERHITUNGAN WATER LINE

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
41

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
42

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
43

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
44

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
45

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
46

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
47

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
48

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
49

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
50

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
51

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
52

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
53

IV.10 Tabel Perhitungan Hidrostatik Dan Bonjean

IV.10.1. Luasan, Titik Pusat, Momen dan Penampang Garis Air

TABEL LUAS WATERLINE

TABEL OF

TABEL IT

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
54

TABEL Iy

TABEL IL

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
55

IV.10.2. Luas Penampang Tengah Kapal (Am)

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
56

IV.10.3. Volume, Displacement, Titik Tekan, Koefisien Bentuk, Jari-Jari Dari

Tinggi Metasentra, Ton Per Centimeter Perubahan Sarat, Perubahan Carena

Akibat Trim Buritan (DDT)

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
57

IV.11. Bonjean

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
58

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
59

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
60

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
61

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
62

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
63

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
64

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
65

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
66

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
67

IV.12. Hidrostatik

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
68

IV.12. Bonjean

BAB `V

PENUTUP

V.1. Kesimpulan

Lines plan terdiri dari tiga system bidang proyeksi,yaitu:

- Sistem pertama adalah bidang simetris,perpotongan antara bidang

vertical dengan bidang lambung kapal yang disebut dengan buttock.

- Sistem kedua adalah tegak lurus pada sistempertama terdiri dari bidang-

bidang horizontal yang disebut waterline.

- Sistem ketiga adalah tegak lurus pada system pertama dan kedua, terdiri

dari bidang-bidang vertical, perpotongan dengan lambung kapal disebut

body plan.
D321 16 503 RISKA DAMAYANTI
Bangunan Kapal
69

Dari rencana garis air ini selanjutnya digunakan dalam perhitungan dan

penggambaran bonjean dan hydrostatic curve.Bonjean dan kurva hidrostatika

digunakan untuk mengeahui sifat dan karakteristik kapal di bawah air pada setiap

kondisi sarat.

V.2. Saran

 Dalam pengambilan data dilakukan dengan teliti agar kesimpangsiuran data

tidak menyita waktu.

 Dibutuhkan koordinasi yang baik antara asisten dengan praktikan.

 Perlunya pemanfaatan yang optimal dari studio gambar.

 Dalam pengambaran agar memperhatikan waktu yang diberikan dalam

melaksanakan tugas.

 Informasi yang berkenaan dengan penggambaran baik mengenai waktu

maupun transfer ilmu dan lainnya diharapkan detailnya.

 Asisten diharapkan mengawasi hasil kerja gambar secara kontinuitas dan

sabar tentunya.

 Antar elemen yang terkait sangat diperlukan kerja sama yang baik dan

kesabaran.

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
70

DAFTAR PUSTAKA

- Rules Biro Klasifikasi Indonesia Tahun 1996

- Teori Bangunan Kapal I,Departemen Pendidikan dan kebudayaan:

Jakarta 1983 (Mad Gush)

- Introduction to Naval Architecture,London end F.N.Spon: Great Britania

1982 (Gilmen Thomas C)

- Bask Ship and Theory 1966:Lonhman Scientific and Technical(Rawson

K J)

- Ship Design for Efficiency and Economy,Nutterworth and Co 1987

- Petunjuk penggambaran rencana garis,Institut Teknnologi 10 November

Surabaya(Anonim)

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
71

DAFTAR NOTASI

Lbp = Panjang antar garis tegak haluan dan garis tegak buritan yang di ukkur pada

garis muat air.

Loa = Panjang keseluruhan kapaldari ujung buritsn sampai ujung haluan.

Lwl = Panjang kapal yang di ukur dari perpotongan garis air dengan linggi haluan.

B = Lebar kapal

T = Sarat kapal

H = Tinggi kapal

Cb = Coefficient block

Cm = Coefficient midship

Cp = Coefficint prismatic

Cw = Coefficient water line

AФ = Luas midship

Of = Titik berat luas garis air

Ix = Momen inersia memanjang

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
72

Iy = Momen inersia melintang

Lcb = Titik tekan arah memanjang

Kb = Titik tekan arah memanjang

Km = Metasentra mellintang

Kml = Metasentra memannjang

Tpc = Lengkung ton /1 cm

Ddt = Lengkung perubahan displasemen karena mengalami trim buritan sebesar 1 cm

Mtc = Lengkung momen untuk mengubah trim 1 cm

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI


Bangunan Kapal
73

D321 16 503 RISKA DAMAYANTI

Anda mungkin juga menyukai