Acara ini adalah konferensi ASHRAE ke-16 mengenai Indoor Air Quality (IAQ), dan pertama
kalinya dilaksanakan di luar Amerika Serikat. Konferensi ini merupakan diseminasi hasil penelitian
sebanyak ± 79 makalah yang diseleksi dari sekitar 500an penelitian yang berasal dari seluruh dunia.
Topik penelitian adalah “Airborne Infection Control–Ventilation, IAQ & Energy”. Sesi berbarengan
adalah ketika diseminasi disampaikan pada waktu yang sama di ruang terpisah berdasarkan pembagian
topik dan peminatan.
1
December , 2010 ASHRAE – GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA
pengunjung lainnya di dalam ruangan. Salah satu aplikasi untuk mengencerkan kontaminan patogen
udara di dalam ruang dan untuk mengurangi risiko airborne cross-infection adalah dengan ventilasi.
Metode sistem ventilasi yang umum digunakan, yaitu: mixing ventilation system (MVS), under-floor air
distribution system (UFAD), dan displacement ventilation system (DV).
2
December , 2010 ASHRAE – GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA
(mengendap) pada permukaaan. Metodologi yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik
Computational Fluid Dynamics (CFD). Model CFD telah dikembangkan untuk membantu mengetahui
transportasi dan dispersi dari partikel-partikel di lingkungan udara dalam ruang dan data eksperimental
digunakan untuk mengetahui variasi temporal konsentrasi partikel. Dengan metodologi yang diusulkan
dapat disimpulkan bahwa sistem split tidak tepat untuk digunakan di ruang operasi dan merupakan
risiko untuk pasien dan petugas kesehatan di ruangan tersebut.
Ventilasi Alami
Seiring dengan isu menipisnya cadangan
energi fosil global maka penggunaan ventilasi alami
pada gedung-gedung tinggi (high-rise buildings) adalah
salah satu upaya dalam mengatasi krisis tersebut.
Selain penghematan energi, ventilasi alami juga dapat
mengurangi biaya operasional dan biaya lingkungan
lainnya.
Kontaminasi silang melalui udara tidak hanya
berisiko terjadi di RS, namun juga berisiko untuk
gedung perumahan yang berdensitas tinggi seperti
apartemen. Contoh sumber polutan di dalam gedung high-rise residential (HRR) yang berbahaya, antara
lain asap dapur (dihasilkan secara rutin) dan kebocoran tabung gas (accidential). Penelitian Liu dan Niu
(2010) yang dilakukan di salah satu gedung apartemen HRR Hongkong menyimpulkan bahwa Dalam
penelitian eksperimental (metode CFD) ini, konsentrasi polutan di lokasi yang berbeda diukur untuk
menggambarkan rute dispersi dan mendapatkan informasi mengenai transportasi polutan di dalam
gedung HRR. Padatnya lingkungan apartemen mengakibatkan polutan udara dari aktivitas dapur suatu
flat masuk ke flat tetangganya. Studi ini memberikan wawasan bahwa proses dispersi polutan di sekitar
gedung HRR berada di bawah pengaruh angin. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola aliran udara
di sekitar gedung HRR memiliki potensi untuk transportasi polutan gas masuk kembali ke dalam ruangan
di sebelahnya di bawah pengaruh angin. Polutan dapat menyebar secara vertikal baik ke arah atas
maupun ke arah bawah. Selain itu, dispersi horisontal dapat menimbulkan kontaminasi silang antara flat
yang berdekatan. Flat yang berada di tengah gedung memiliki risiko kontaminasi silang lebih tinggi
dibandingkan lokasi lainnya. Untuk jangka waktu kedepan, prediksi bidang konsentrasi polutan di dalam
gedung sangat penting bagi arsitek untuk merancang lokasi air intake dan exhaust yang tepat agar
menghindari konsekuensi yang tidak diinginkan. Studi tentang jalur transmisi polutan dalam lingkungan
gedung HRR akan bermanfaat dalam meningkatkan desain bangunan bertingkat tinggi blok perumahan,
dan juga dapat membantu untuk intervensi lebih efektif dalam kasus wabah penyakit melalui udara,
termasuk SARS, flu.
Pada technical session mengenai natural ventilation (ventilasi alami) terjadi diskusi menarik jika
natural ventilasi di aplikasikan pada Rumah sakit di negara topis yang memiliki suhu udara yang relatif
panas dan kelembaban tinggi seperti Indonesia. Apalagi ditambah dengan polusi emisi kendaraan dan
pabrik di luar gedung yang dapat menambah buruk sirkulasi udara di dalam gedung seperti rumah sakit.
3
December , 2010 ASHRAE – GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA
Ventilasi alami sebagai upaya pengendalian infeksi RS memerlukan pertukaran udara luar yang besar.
Adapun beberapa hambatan aplikasi ventilasi alami untuk mengendalikan infeksi RS, termasuk yang
dialami negara tropis karena beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
Kualitas udara luar. Di kota besar, kualitas udara luar merupakan kendala karena polusi yang
dihasilkan emisi kendaraan dan pabrik. Hal ini dapat menjadi masalah karena udara luar yang
terpolusi dapat memperburuk kualitas udara di dalam gedung RS.
Pengaruh cuaca, yaitu angin, suhu dan kelembaban. Angin yang terlalu besar, hujan, dan hawa
panas di luar gedung dapat masuk melalui jendela dan menciptakan ketidaknyamanan terhadap
penghuni RS.
Rentannya daya tahan tubuh penghuni RS.
Konfigurasi dan lokasi bangunan. Hal ini terkait dengan arah datangnya sinar matahari, letak dan
posisi air intake dan exhaust, lokasi gedung terkait dengan polusi udara kota dan polusi
industri/asap pabrik.
Manajemen dalam membuka dan menutup ventilasi. (konsistensi penjadwalan secara
tersistem).
Sulitnya pengukuran jumlah pertukaran udara dan arah aliran. Banyaknya bukaan sebagai
tempat keluar masuknya udara, menyulitkan pengukuran secara akurat jumlah udara segar yang
masuk dan aliran arus udara.
Mengingat perlunya melindungi penghuni dan besarnya populasi pasien yang memiliki kerentanan imun,
maka penggunaan ventilasi alami masih perlu ditingkatkan untuk mencapai kinerja gedung yang optimal.
4
December , 2010 ASHRAE – GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA