Anda di halaman 1dari 13

58

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Pengawasan Mutu Departemen


Teknologi Industri Pertanian, Fateta, IPB; Laboratorium Teknik Kimia
Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fateta, IPB; Laboratorium Rekayasa
Proses Pangan, PPSDH (Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati), IPB; Makmal
Pemisahan di Jabatan Kejuruteraan Kimia dan Proses, Fakulti Kejuruteraan,
Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM); Institut Bahan Api UKM; Makmal FT
NMR Pusat Pengajian Sains dan Makanan, Fakulti Sains dan Teknologi,
Universiti Kebangsaan Malaysia. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2006
sampai bulan Juni 2007.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan Penelitian

Bahan baku yang digunakan adalah teripang pasir (Holothuturia scabra)


dewasa, yang diperoleh dari hasil tangkapan nelayan di Propinsi Bengkulu,
dengan bobot 200-500 g/ekor. Bahan kimia yang digunakan adalah bahan kimia
untuk analisis proksimat, bahan kimia untuk ekstraksi testosteron dari teripang
dan bahan kimia untuk analisis kualitatif dan kuantitatif testosteron.
Bahan kimia yang digunakan untuk analisis proksimat bahan baku adalah
eter, NaOH, H2SO4 dan alkohol. Bahan kimia yang digunakan untuk ekstraksi
teripang secara konvensional adalah metanol, aseton, campuran metanol
kloroform (1:2 v/v), kloroform dan bahan kimia untuk penyabunan kalium
hidroksida (KOH), akuades, dietil eter, indikator pp. Bahan kimia pada ekstraksi
secara SFE adalah CO2 dan co-solvent campuran metanol kloroform. Bahan
kimia untuk analisis kualitatif steroid, pada uji warna (asetat anhidrat, H2SO4
pekat), pada Kromatografi Lapis Tipis (KLT) fraksi standar, lempeng lapis tipis
silica gel 60 F254 katalog Art 5554.
59

Alat Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan preparasi


bahan baku, yakni alat penggiling, alat pengering, timbangan digital (Mettler
Toledo AB 204 S). Peralatan ekstraksi secara konvensional (peralatan ekstraksi
maserasi, peralatan ekstraksi soxhlet, peralatan ekstraksi secara reflux),
sentrifugasi (high speed refrigerated sentrifuge/Himac CR 216), evaporasi (rotary
vacuum evaporator). Peralatan yang digunakan untuk analisis kualitatif dan
kuantitatif steroid dengan timbangan dan uji warna pada hasil ekstrak, analisis
kualitatif dan kuantitatif testosteron menggunakan KLT, spektrofotometer (UV-
Visible 1601 PC, Shimadzu), HPLC (Model C1313A, Agilent 1100 Series), FTIR-
LX 20-00B (Perkin Elmer). Peralatan pada SFE menggunakan tabung gas CO2
dan meteran gas (Saffire 230 series, murex UK), cooler (Tech-Lab, manufactur
S/B), kompresor CO2 (Jasco, PU-2080 Tokyo Japan), kompresor co-solvent
(Series III, Lab Alliance, Japan), back pressure regulator (BPR, Jasco BP-1580-
81 Tokyo Japan).

Tahapan Penelitian

Penelitian dibagi atas enam tahap, yaitu 1) karakterisasi dan analisis kimia
teripang pasir sebagai bahan baku, 2) ekstraksi secara konvensional (maserasi,
menggunakan soxhlet dan reflux) skala 300 ml, 3) ekstraksi pada skala 3000 ml
secara reflux. 4) ekstraksi secara SFE pada berbagai suhu dan tekanan, 5)
ekstraksi SFE pada suhu dan tekanan yang menghasilkan testosteron tertinggi
menggunakan berbagai rasio laju alir co-solvent 6) analisis kualitatif dan
kuantitatif testosteron pada hasil ekstrak. Diagram alir tahapan penelitian secara
lengkap disajikan pada Gambar 6.

Teripang Segar

Karakterisasi teripang

Jeroan Pemisahan bagian teripang


60

Daging Analisis Proksimat

Penggilingan Pengeringan/Penepungan

Ekstraksi konvensional Pelarut terbaik SFE


(maserasi, soxhlet, refluks) metode, pelarut Suhu, tekanan Tekanan
dan rasio terbaik terbaik
• Jenis Pelarut Suhu
• Ratio bahan

Ekstraksi skala 3000 ml Ekstraksi secara SFE


• Suhu • Rasio laju alir co-solvent
• Waktu • Waktu

Sentrifugasi,
Presipitat 10.000 rpm, 15 menit, 4oC

Supernatan

Evaporasi
Pelarut
(Rotary vacuum evaporator)

Hasil ekstrak

Penyabunan Bagian tersabunkan

Bagian tak tersabunkan

Testosteron

Analisis kualitatif ekstrak Analisis kualitatif testosteron


uji warna KLT, FT-IR
Analisis kuantitatif ekstrak Analisis kuantitatif testosteron
penimbangan Spektrofotometer UV-Vis dan HPLC
Gambar 6 Diagram alir tahapan penelitian

Karakterisasi dan Analisis Proksimat Teripang Pasir

Tahapan awal penelitian ini adalah melakukan karakterisasi dan analisis


proksimat bahan baku. Teripang yang akan diekstrak terlebih dahulu
dikarakterisasi jenis dan umurnya berdasarkan kriteria bobot dan panjang
teripang. Hal ini sangat penting karena bobot dan panjang teripang
menggambarkan umur teripang yang menentukan kandungan testosteron.
Testosteron terdapat pada teripang yang sudah dewasa atau matang gonad yang
61

dapat diamati dari bobot (200-500 g) dan panjangnya (25-35 cm). Teripang yang
telah memenuhi kriteria, dibersihkan dan dipisahkan antara daging teripang dan
jeroan, dicuci dan digiling, selanjutnya dilakukan analisis proksimat (Lampiran 1).

Ekstraksi Teripang secara Konvensional

Ekstraksi secara maserasi. Ekstraksi dengan maserasi dilakukan dengan


cara perendaman bahan yang akan diekstrak pada lemari pendingin (suhu ± 4oC)
menggunakan bahan pelarut selama 24 jam. Teripang segar yang telah digiling
ditimbang sebanyak 100 g, dimasukkan ke dalam erlemeyer, direndam dalam
pelarut dengan berbagai jenis pelarut dan berbagai rasio bahan pelarut, yang
selanjutnya dimasukkan ke dalam lemari pendingin selama 24 jam (Gambar 7 a)

Ekstraksi menggunakan soxhlet. Teripang segar yang telah digiling


ditimbang sebanyak 100 g, dibungkus dengan kertas saring kemudian diletakkan
pada tempat sampel pada perangkat alat soxhlet. Alat pemanas peralatan soxhlet
dinyalakan pada suhu 60oC selama 4 jam sehingga pelarut akan menguap melalui
kondensor dan turun pada kolom tempat sampel. Jika akumulasi pelarut pada
kolom sampel telah penuh maka pelarut akan turun ke bagian tempat pelarut yang
dipanaskan. Siklus pelarut berulang kembali (merefluks) selama ekstraksi
berlangsung ± 4 jam (Gambar 7 b).

Ekstraksi secara reflux. Ekstraksi dengan reflux merupakan ekstraksi


dengan merefluks bahan dengan pemanasan, bahan dan pelarut secara bersamaan
dimana di atas campuran bahan dan pelarut diletakkan kondensor balik. Kondisi
ini menjadikan pelarut yang menguap akan terkondensasi kembali (reflux) ke
dalam campuran bahan dan pelarut. Proses ekstraksi berjalan efektif karena
pemanasan dapat mempercepat kelarutan dan pengadukan meningkatkan kontak
bahan dengan pelarut. Teripang segar yang telah digiling ditimbang sebanyak 100
g, dimasukkan ke dalam erlemeyer dan ditambahkan pelarut dengan berbagai
rasio sesuai dengan perlakuan. Selanjutnya dilakukan pemanasan sampai suhu
50oC selama selama 4 jam (Gambar 7 c).
62

(a) (b) (c)


Gambar 7 Ekstraksi secara konvensional dengan menggunakan cara (a) maserasi
(b) soxhlet dan (c) reflux

Pemilihan Pelarut dan Ratio Bahan dan Pelarut

Pemilihan pelarut untuk proses ekstraksi tergantung dari sifat komponen


yang akan diisolasi, salah satunya adalah polaritas suatu senyawa. Derajat
polaritas senyawa bergantung pada besarnya tetapan dielektrik. Pelarut yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri atas empat macam pelarut, yakni metanol,
aseton, campuran metanol kloroform (1:2 v/v) dan kloroform. Rasio bahan
pelarut yang digunakan adalah 1:1, 1:2 dan 1:3 b/v. Bahan yang akan diekstrak
ditimbang sebanyak 100 g, diekstrak dengan berbagai pelarut serta berbagai rasio
bahan dan pelarut sesuai dengan perlakuan.
Setelah ekstraksi selesai, dilanjutkan dengan pemisahan supernatan/fasa
cair dari presipitan/residu menggunakan sentrifugasi (10.000 rpm, selama 15
menit pada suhu 4oC). Supernatan yang diperoleh, dievaporasi dengan
menggunakan rotary vacuum evaporator sampai semua pelarut menguap. Hasil
evaporasi yang diperoleh pada tahap ini merupakan hasil ekstrak teripang,
selanjutnya ditimbang dan dilakukan analisis kualitatif steroid dengan uji warna.
Pemisahan steroid yang merupakan lemak tak tersabunkan dari hasil ekstrak,
dilakukan dengan penyabunan (Lampiran 2). Hasil penyabunan ditambahkan
etanol sebanyak 10 mL, lalu dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif kadar
testosteron dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 240 nm.
63

Ekstraksi skala 3000 ml secara reflux

Ekstraksi secara reflux dengan pelarut metanol kloroform 1:2 v/v dan rasio
bahan pelarut 1:2 b/v digunakan pada tahap ini, karena pada tahap sebelumnya
kondisi ekstraksi ini menghasilkan testosteron tertinggi. Tahapan kali ini
bertujuan untuk menentukan suhu dan lama ekstraksi yang menghasilkan
testosteron tertinggi. Daging teripang segar yang telah digiling ditimbang
sebanyak 1000 g, dimasukkan ke dalam ekstraktor, ditambahkan pelarut sebanyak
2000 ml. Ekstraksi dilakukan pada berbagai suhu ekstraksi (40, 50 dan 60oC) dan
lama ekstraksi (30, 60, 90, 120, 150, 180, 210 dan 240 menit). Selama ekstraksi
secara reflux berlangsung, dilakukan pengadukan untuk meningkatkan kontak
bahan dan pelarut.

Hasil ekstraksi diambil setiap 30 menit sebanyak 10 ml, disentrifugasi,


selanjutnya dipisahkan antara supernatan/fasa cair dan presipitan/residu.
Supernatan dievaporasi dengan menggunakan rotary vacuum evaporator sampai
semua pelarut menguap dan ditimbang. Skema alat ekstraksi pada skala 3000 ml
dapat dilihat pada Gambar 8.

Pengambilan sampel Motor Pengaduk


Termometer
Kondensor

Air
masuk

Pengaduk

Air
keluar

Gambar 8 Skema alat ekstraksi skala 3000 ml

Pada hasil penimbangan yang merupakan bobot hasil ekstrak, dilakukan


analisis kualitatif steroid dengan uji warna metode Lieberman Burchad.
Pemisahan testosteron yang merupakan lemak tak tersabunkan dari hasil ekstrak,
64

dilakukan dengan penyabunan hasil ekstrak. Tahapan penyabunan dapat dilihat


pada Lampiran 2. Hasil penyabunan ditambahkan etanol sebanyak 10 ml, lalu
dianalisis kualitatif testosteron dengan uji warna metode Lieberman Burchad dan
analisis kuantitatif testosteron dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis
pada panjang gelombang 240 nm.

Ekstraksi secara Supercritical Fluids Extraction (SFE)

Teripang segar dikeringkan dengan oven pada suhu 40oC selama 3 hari,
digiling dan disaring lolos saringan Sieve 40 mesh. Sebanyak 5 g tepung teripang
dimasukkan ke dalam tabung ekstrakstor, ditutup hingga tabung ekstraktor
tertutup secara sempurna kemudian alat ekstraksi SFE dioperasikan pada
berbagai suhu dan tekanan.
Prosedur penggunaan alat SFE secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran
9, sedangkan peralatan SFE yang digunakan terlihat pada Gambar 9.

Pendeteksi
tekanan

Penampung
ekstrak

Pompa co-solvent
Oven multi
fungsi

Pompa CO2
Regulator
Tekanan

Pendingin

Gambar 9 Peralatan secara SFE (Supercritical Fluids Extraction)

Penentuan Suhu dan Tekanan

Ekstraksi SFE dilakukan pada variasi perlakuan suhu (40, 50, 60oC) dan
tekanan (23, 25 dan 27 MPa) selama 4 jam. Pengambilan hasil ekstraksi pada
menit ke 30, 60, 90, 120, 150, 210 dan 240 menit. Hasil ekstraksi ditimbang dan
dilakukan analisis kualitatif steroid dengan uji warna metode Lieberman Burchad.
65

Pemisahan steroid yang merupakan lemak tak tersabunkan dari hasil ekstrak,
dilakukan dengan penyabunan (Lampiran 2). Hasil penyabunan ditambahkan
etanol sebanyak 10 mL, lalu dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif kadar
testosteron dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 240 nm.

Penentuan Rasio Laju Alir CO2 dan co-solvent CO2

Pada tahap ini ekstraksi SFE dilakukan dengan penambahan co-solvent,


yakni pelarut yang menghasilkan testosteron tertinggi pada ekstraksi secara
konvensional (campuran metanol kloroform 1:2 v/v). Rasio laju alir CO2 dan co-
solvent yang digunakan adalah 2,7:0,3, 2,5:0,5 dan 2:1 ml/menit dengan laju alir
total pelarut 3 ml/menit. Ekstraksi dilakukan selama 4 jam, dengan pengambilan
hasil ekstrak pada menit ke 15, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 180, 210 dan 240 menit.
Hasil ekstraksi dievaporasi dengan rotary vacuum evaporator, ditimbang dan
selanjutnya dilakukan analisis kualitatif testosteron dengan uji warna metode
Lieberman Burchad. Hasil yang diperoleh merupakan bobot hasil ekstrak,
selanjutnya dilakukan penyabunan untuk mendapatkan testosteron (Lampiran 2).

Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Testosteron

Analisis kualitatif dan kuantitatif testosteron dilakukan untuk


mengidentifikasi testosteron pada hasil ekstrak. Analisis kualitatif dilakukan
secara bertahap, diawali dengan analisis steroid dengan uji warna (Lieberman
Burchad-Fitokimia, Lampiran 3), dilanjutkan dengan analisis testosteron
menggunakan KLT (Lampiran 4). Setelah diketahui ada atau tidaknya
testosteron, dilanjutkan dengan analisis kuantitatif yang menunjukkan seberapa
banyak jumlah testosteron pada hasil ekstrak. Analisis kuantitatif dilakukan
dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 240 nm
(Lampiran 6) dan menggunakan HPLC (Lampiran 7). Tahap terakhir, dilakukan
pengamatan gugus-gugus penciri testosteron menggunakan FT-IR (Lampiran 8)

Metode Penelitian
66

Metode yang digunakan pada penelitian ini dijelaskan sesuai dengan


tahapan-tahapan yang dilakukan

1. Karakterisasi dan analisis proksimat teripang pasir

Tujuan : Untuk mendapatkan teripang sebagai bahan baku yang


mengandung testosteron.
Hipotesis : Teripang pasir telah dewasa kelamin mempunyai
karakteristik bobot 200-500 g/ekor panjang rata-rata 19
cm merupakan teripang yang telah dewasa kelamin,
mengandung testosteron jika diekstrak.
Perlakuan : Pengamatan visual dan penimbangan, membandingkan
dengan karakteristik teripang sebagai sumber testosteron.
Parameter : Bobot dan ukuran panjang teripang.

2. Ekstraksi secara secara konvensional (metode maserasi, soxhlet dan reflux)

Tujuan : Untuk mendapatkan pelarut dan rasio bahan dengan


pelarut yang menghasilkan testosteron tertinggi pada
setiap metode ekstraksi (maserasi, menggunakan soxhlet
dan reflux).
Hipotesis : Dari keempat pelarut yang dikaji (metanol, aseton,
metanol kloroform dan kloroform), diduga aseton
merupakan pelarut terbaik bagi testosteron karena adanya
kesesuaian polaritas dengan testosteron.
Perlakuan : Metode ekstraksi : maserasi, menggunakan soxhlet dan
reflux
Pelarut : metanol, aseton, kloroform:metanol, kloroform
Rasio bahan dan pelarut : 1:1, 1:2, 1:3 b/v.
Parameter : Bobot testosteron yang dihasilkan dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis.
Rancangan : Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan 3 kali ulangan.
Percobaan
Yij = μ + αi + βj + αβij + εij
Y ij = nilai respon dari ulangan ke-j faktor ke-i
μ = rata-rata sebenarnya
αi = pengaruh faktor ke-i
67

βi = pengaruh faktor ke-j


αβij = pengaruh faktor interaksi ke-ij
εij = nilai galat

3. Ekstraksi secara reflux skala 3000 ml

Tujuan : Untuk mendapatkan suhu dan waktu ekstraksi teripang

Hipotesis : Pada ekstraksi dengan metode reflux terdapat kombinasi


suhu dan lama ekstraksi yang diduga dapat memberikan
hasil testosteron tertinggi.
Perlakuan : Suhu ekstraksi : 40,50 dan 60oC
Lama ekstraksi : 0, 30, 60, 90, 120, 150, 180, 210 dan 240
menit
Parameter : Bobot hasil ekstrak yang dihasilkan dengan penimbangan
Bobot testosteron yang dihasilkan dengan UV-Vis
Persentase testosteron terhadap hasil ekstrak (%)
Rancangan : Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan
Percobaan Acak Lengkap (RAL) Faktorial in time dengan 3 kali
ulangan.
Yij = μ + αi + δijk + γkl+ ωl +αωil+βω jl + αβωij+ εijkl
Keterangan :
Y ijkl = nilai respon pada faktor A taraf ke-i, ulangan
ke-k dan waktu pengamatan ke-l.
μ = rata-rata sebenarnya/rataan umum
αi = pengaruh faktor A taraf ke-i
δijk = komponen acak perlakuan
γkl = komponen acak waktu pengamatan
ωl = pengaruh waktu pengamatan ke-l
αωil= pengaruh interaksi waktu pengamatan dan faktor
εijkl = komponen acak dari interaksi waktu dan perlakuan

4. Ekstraksi Pengaruh suhu dan tekanan pada ekstraksi teripang dengan SFE

Tujuan : Untuk mendapatkan temperatur dan tekanan yang


menghasilkan testosteron tertinggi.
Hipotesis : Pada ekstraksi secara SFE terdapat kombinasi suhu dan
tekanan terbaik yang dapat menghasilkan ekstrak tertinggi.
Hal ini berkaitan dengan adanya pengaruh kombinasi
68

densitas, viskositas dan volatilitas dari sistim yang dapat


memberikan hasil testosteron tertinggi.
Perlakuan : Suhu ekstraksi SFE : 40, 50 dan 60 oC.
Tekanan ekstraksi SFE : 23, 25 dan 27 MPa.
Parameter : Bobot hasil ekstrak yang dihasilkan dengan penimbangan.
Bobot testosteron yang dihasilkan dengan UV-Vis.
Kemurnian testosteron (%) terhadap hasil ekstrak.
Rancangan : Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan
Percobaan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dalam waktu (RAL
Factorial in time) dengan 3 kali ulangan untuk bobot
ekstrak.
Yij = μ + αi + δijk + γkl+ ωl +αωil+βω jl + αβωij+ εijkl
Keterangan :
Y ijkl = nilai respon pada faktor A taraf ke-i, ulangan
ke-k dan waktu pengamatan ke-l.
μ = rata-rata sebenarnya/rataan umum
αi = pengaruh faktor A taraf ke-i
δijk = komponen acak perlakuan
γkl = komponen acak waktu pengamatan
ωl = pengaruh waktu pengamatan ke-l
αωil= pengaruh interaksi waktu pengamatan dan faktor
εijkl = komponen acak dari interaksi waktu dan perlakuan

5. Pengaruh rasio laju alir CO2 dan co-solvent pada SFE

Tujuan : Untuk mendapatkan rasio laju alir CO2 dan co-solvent


pada SFE yang menghasilkan testosteron tertinggi.
Hipotesis : Pada ekstraksi secara SFE terdapat rasio laju alir CO2 dan
co-solvent tertentu yang dapat memberikan testosteron
tertinggi dan kemurnian produk tertinggi.
Perlakuan : Penggunaan co-solvent dapat meningkatkan testosteron
yang dihasilkan dibandingkan tanpa co-solvent.
Parameter : Bobot hasil ekstrak dengan penimbangan.
Bobot testosteron dengan UV-Vis.
Rancangan : Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan
Percobaan Acak Lengkap (RAL) Faktorial in time dengan 3 kali
69

ulangan.
Yij = μ + αi + δijk + γkl+ ωl +αωil+βω jl + αβωij+ εijkl
Keterangan :
Y ijkl = nilai respon pada faktor A taraf ke-i, ulangan
ke-k dan waktu pengamatan ke-l.
μ = rata-rata sebenarnya/rataan umum
αi = pengaruh faktor A taraf ke-i
δijk = komponen acak perlakuan
γkl = komponen acak waktu pengamatan
ωl = pengaruh waktu pengamatan ke-l
αωil= pengaruh interaksi waktu pengamatan dan faktor
εijkl = komponen acak dari interaksi waktu dan perlakuan

6. Analisis kualitatif dan kuantitatif testosteron pada hasil ekstrak teripang

Tujuan : Untuk mengidentifikasi testosteron pada hasil ekstraksi


teripang.
Hipotesis : Analisis kualitatif (uji warna, KLT, FT-IR) dan analisis
kuantitatif (spektrofotometer UV-Vis dan HPLC) mampu
mengidentifikasi testosteron pada hasil ekstrak teripang.
Perlakuan : Pengamatan kualitatif testosteron (uji warna, KLT, FTIR).
Pengamatan kuantitatif testosteron (UV-Vis dan HPLC).
Parameter : Warna hijau pada uji warna.
Panjang spot/noda pada KLT.
Absorbansi pada spektrofotometer UV-Vis.
Waktu retensi pada HPLC.
Spektrum pada FT-IR.
70

Teripang mengandung KAJIAN EKSTRAKSI TERIPANG Mendapatkan metode


steroid sangat potensial ekstraksi konvensional dan non ekstraksi dsn kondisi
dikembangkan sebagai ekstraksi yang
sumber testosteron alami
konvensional (SFE) serta faktor-
menghasilkan testosteron
faktor yang mempengaruhinya tertinggi

Bahan baku adalah Karakterisasi teripang pasir Teripang dengan bobot


teripang pasir yang berdasarkan bobot dan panjang 300-500 g/ekor
dewasa kelamin Panjang lebih 20 cm

Rendemen ekstraksi
konvensional dipengaruhi Ekstraksi konvensional pada Metode, pelarut, rasio
oleh : metode, pelarut dan berbagai metode, pelarut dan yang menghasilkan
rasio bahan pelarut testosteron tertinggi
rasio bahan pelarut

Suhu dan lama ekstraksi


Suhu dan lama ekstraksi
Ekstraksi dengan berbagai suhu yang menghasilkan
berpengaruh terhadap hasil rendemen tertinggi pada
ekstraksi suhu dan lama ekstraks (3000 ml)
ekstraksi konvensional

Suhu dan tekanan yang


Rendemen testosteron Ekstraksi pada berbagai suhu dan menghasilkan
ekstraksi SFE dipengaruhi tekanan secara SFE testosteron tertinggi
oleh suhu dan rekanan

Rasio laju alir CO2 dan Rasio laju alir alir yang
co-solvent berpengaruh Ekstraksi pada berbagai rasio co- menghasilkan rendemen
terhadap hasil testosteron solvent pada SFE tertinggi

Hasil ekstrak teripang


Pembuktian hasil mengandung testosteron
ekstraksi teripang Analisis kualitatif dan kuantitatif secara kualitatif dan
mengandung testosteron hasil ekstrak teripang kuantitatif

Gambar 10. Hasil yang diharapkan pada setiap tahapan penelitian

Anda mungkin juga menyukai