Anda di halaman 1dari 5

CSL 2 PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN

CHECKLIST PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN

No. Aspek yang dinilai


1. Mengucap salam dan basmallah
Bismillahirrohmanirrahim, dan Assalamualaikum wr.wb.
2. Cuci tangan dengan cairan antiseptik
Mencuci dengan cairan antiseptik sebelum melakukan pemeriksaan
3. Memperkenalkan diri, dan menanyakan identitas pasien
Selamat pagi, baik Bapak/Ibu perkenalkan nama sy dr. Nana. Saya dr yang bertugas
dirumah sakit ini. Kalau boleh tau, dengan Bapak/Ibu siapa?
4. Menjelaskan prosedur pemeriksaan dan melakukan informed consent
Baik Bapak/Ibu, hari kita akan melakukan pemeriksaan fisik pada abdomen Bapak/Ibu.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya gangguan atau kelainan pada
abdomen Bapak/Ibu.
Jadi prosedurnya, nanti saya akan melakukan pemeriksaan mulai dari inspeksi,
perkusi, dan palpasi pada abdomen Bapak/Ibu. Mungkin nanti selama pemeriksaan
akan terasa tidak nyaman, tapi pemeriksaan ini tidak akan berbahaya Bapak/Ibu rileks
saja dan jangan khawatir.
Jadi apakah Bapak/Ibu bersedia melakukan pemeriksaan?

5. PERSIAPAN PENDERITA
 Meminta penderita untuk melepaskan pakaian yang menututpi abdomen
mulai dari processus xypoideus hingga simpisis pubis
 Mempersilakan penderita untuk berbaring terlentang dengan perut relaks
 Pemeriksa melakukan pemeriksaan dari sebelah kanan penderita
Baik jika bersedia saya akan menyiapkan alat-alat yang diperlukan untuk
pemeriksaan, mohon izin untuk Bapak/Ibu untuk melepaskan pakaian atasnya dan
silahkan berbaring di tempat pemeriksaan agar saya bisa melakukan pemeriksaan ya.
Santai saja ya Pak/Bu, perutnya rileks saja
6. INSPEKSI
 Menilai permukaan, bentuk dan ukuran abdomen
Permeriksaan abdomen menurut Bickley ( 2007 ), Dilakukan pada pasien dengan
posisi tidur terlentang dan diamati dengan seksama dinding abdomen. Yang
perlu diperhatikan adalah :
 Keadaan kulit; warna ( ikterus, pucat, coklat, kehitaman ), elastisitasnya (
menurun pada orang orang tua dan dehidrasi ), kering ( dehidrasi ), lembab
( asites ) dan adanya berkas-berkas garukan ( penyakit ginjal kronik, ikterus
obstruktif ), jaringan parut ( tentukan lokasinya ), striae ( gravidarum/
cushing syndrome ), pelebaran pembuluh darah vena ( obstruksi vena cava
inferior & kolateral pada hipertensi portal ).
Disini saya melihat untuk keadaan kulitnya normal sesuai dengan kulit
Bapak/Ibu, lalu untuk elastisitasnya juga lembab berarti normal tidak kering,
tidak adanya bekas-bekas garukan ya Pak/Bu, tidak terlihat adanya jaringan parut
serta pelebaran pembuluh darah vena pada abdomennya
 Besar dan bentuk abdomen; rata, menonjol, atau skapoid ( cekung ).
Kemudian untuk besarna normal, lalu bentuknya rata normal tidak menonjol
 Simetrisitas; perhatikan adanya benjolan local ( hernia, hepatomegali,
splenomegali, kista ovarii, hidronefrosis ).
Selanjutnya untuk kesimetrisitasnya juga normal kiri dan kanan, tidak adanya
benjolan local atau tanda dari suatu penyakit
 Gerakan dinding abdomen, pada keadaan normal dapat terlihat dan pada
peritonitis gerakan dinding abdomen terbatas.
Lalu untuk gerakan dinding abdomennya normal terlihat jelas pada dinding
abdomen.
 Pembesaran organ atau tumor, dilihat lokasinya dapat diperkirakan organ
apa atau tumor apa.
Tidak adanya pembesaran ataupun pembengkakan organ atau tumor pada dinding
abdomen.
 Peristaltik; gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi ileus, tampak
pada dinding abdomen dan bentuk usus juga tampak ( darm-contour ).
Gerakan peristaltiknya tidak terlihat berarti normal, jika gerakan peristaltik usus
meningkat biasanya pada obstruksi
 Pulsasi; pembesaran ventrikel kanan dan aneurisma aorta sering
memberikan gambaran pulsasi di daerah epigastrium dan umbilikal.
Tidak adanya pulsasi ( denyutan ) di daerah epigastrium dan umbilikalnya yang
biasanya jika ada merupakan pembesaran dari ventrikel kanan dan aneurisma
aorta
Perhatikan juga gerakan pasien :
 Pasien sering merubah posisi: adanya obstruksi usus.
 Pasien sering menghindari gerakan: iritasi peritoneum generalisata
 Pasien sering melipat lutut keatas agar tegangan abdomen berkurang/relaksasi;
peritonitis
 Pasien sering melipat sampai ke dada, berayun-ayun maju mundur pada saat
nyeri: pankreatitis.
7. AUSKULTASI
 Melakukan penghitungan frekuensi peristaltik usus selama 1 menit penuh
padda beberapa regio abdomen
 Melakukan auskultasi aorta abdominalis
 Melakukan auskultasi arteri renalis dextra dan sinistra
Kegunaan auskultasi ialah untuk mendengarkan suara peristaltik usus dan
bising pembuluh darah. Dilakukan selama 2-3 menit, untuk dapat
mendengarkan tanda-tanda pemeriksaan berikut:
 Mendengarkan suara peristaltik usus
Diafragma stetoskop diletakkan pada dinding abdomen, lalu dipindahkan ke
seluruh bagian abdomen. Suara peristaltik usus terjadi akibat adanya gerakan
cairan dan udara dalam usus. Frekuensi normal berkisar 3-15kali/menit.
Pemeriksaan auskultasi orientasi dilakukan pada 4 quadran abdomen selama
beberapa detik, kemudian auskultasi untuk mendengar peristaltik dilakukan
didaerah pada umblikikus.
Pada keadaan tertentu, misalnya pada pasien dengan regio yang ditumbuhi rambut
yang lebat atau daerah pemeriksaan sempit dimana membran/diafragma stetoskop
terlalu lebar untuk meliputi seluruh area, dapat digunakan bagian bell dari
stetoskop.
Bila terdapat obstruksi usus, peristaltik meningkat disertai rasa sakit ( borborigomi
). Bila obstruksi makin berat abdomen tampak membesar dan tegang, peristaltik
lebih tinggi seperti denting keping uang logam ( metallicsound ). Bila terjadi
peritonitis peristaltik usus akan melemah frekuensinya lambat, bahkan hilang.
 Mendengarkan suara pembuluh darah
Bising dapat terdengar pada fase sistolik dan diastolik, atau kedua fase. Misalnya
pada aneurisma aorta,terdengar bising sistolik ( systolic bruit ). Pada hipertensi
portal, terdengar adanya bising vena ( venous hum ) di daerah epigastrium.
8. PERKUSI
 Melakukan perkusi sebagai orientasi
 Melakukan perkusi batas hepar dextra dan sinistra
 Melakukan perkusi lien pada traube space
Perkusi berguna untuk mendapatkan orientasi keadaan abdomen secara
keseluruhan, menentukan besarnya hati, limpa, ada tidaknya asites, adanya
massa padat atau massa berisi cairan ( kista ), adanya udara yang meningkat
dalam lambung dan usus, serta adanya udara bebas dalam rongga abdomen.
Suara perkusi abdomen yang normal adalah timpani ( organ berongga yang
berisi udara ), kecuali di daerah hati ( redup; organ yang padat ). Berikut
langkah perkusi abdomen:
 Orientasi abdomen secara umum.
Dilakukan perkusi ringan pada seluruh dinding abdomen secara sistematis untuk
mengetahui distribusi daerah timpani dan daerah redup ( dullness ). Pada perforasi
usus, pekak hati akan menghilang.
 Cairan bebas dalam rongga abdomen
Adanya cairan bebas dalam rongga abdomen ( asites ) akan menimbulkan suara
perkusi timpani di bagian atas dan dullness dibagian samping atau suara dullness
dominant. Karena cairan itu bebas dalam rongga abdomen, maka bila pasien
dimiringkan akan terjadi perpindahan cairan ke sisi terendah. Cara pemeriksaan
asites :
 Pemeriksaan gelombang cairan ( undulating fluid wave )
Teknik ini dipakai bila cairan asites cukup banyak. Prinsipnya adalah ketukan
pada satu sisi dinding abdomen akan menimbulkan gelombang cairan yang ang
akan diteruskan ke sisi yang lain.
Pasien tidur terlentang, pemeriksa meletakkan telapak tangan kiri pada satu sisi
abdomen dan tangan kanan melakukan ketukan berulang-ulang pada dinding
abdomen sisi yang lain. Tangan kiri akan merasakan adanya tekanan
gelombang.
 Pemeriksaan pekak beralih ( shifting dullness )
Prinsipnya cairan bebas akan berpindah ke bagian abdomen terendah. Pasien
tidur terlentang, lakukan perkusi dari umbilikus ke lateral dan tandai timpani
ke redup pada kedua sisi. Lalu pasien diminta tidur miring pada satu sisi
lateral, lakukan perkusi lagi dari umbilikus, tandai tempat peralihan suara
timpani ke redup maka akan tampak adanya peralihan suara redup.
9. PALPASI
 Melakukan palpasi orientasi
 Melakukan palpasi dalam
 Melakukan palpasi hepar
 Melakukan palpasi lien
Beberapa pedoman untuk melakukan palpasi, menurut Beckley ( 2007 ) ialah :
 Pasien diusahakan tenang dan santai dalam posisi berbaring terlentang. Sebaliknya
pada saat pemeriksaan lutut pasien difleksikan untuk merelaksasi M.Rectus
abdominis.
 Palpasi dilakukan dengan menggunakan palmar jari dan telapak tangan. Sedangkan
untuk menentukan batas tepi organ, digunakan ujung jari. Diusahakan agar tidak
melakukan penekanan yang mendadak, agar tidak timbul tahanan pada dinding
abdomen. Penekanan dilakukan pada saat pasien melakukan nafas dalam.
 Palpasi dimulai dari daerah superfisial, lalu ke bagian dalam. Bila ada didaerah
yang dikeluhkan nyeri, sebaiknya bagian ini diperiksa palig akhir.
 Pemeriksaan ballottement; cara palpasi organ abdomen dimana terdapat asites.
Caranya dengan melakukan tekanan yang mendadak pada dinding abdomen
dengan cepat tarik tangan kembali. Cairan asites akan berpindah untuk sementara,
sehingga organ atau massa tumor yang membesar dalam rongga abdomen dapat
teraba saat memantul. Teknik ballottement juga dipakai untuk memeriksa ginjal,
dimana gerakan penekanan pada organ oleh satu tangan akan dirasakan
pantulannya pada tangan lain.
 Setiap ada perabaan massa, dicari ukuran/besarnya, bentuknya, lokasinya,
konsistensinya, tepinya, permukaanya, fiksasi/mobilitasnya, nyeri spontan/tekan,
dan warna kulit diatasnya. Sebaiknya digambarkan skematisnya.
 Palpasi hati; dilakukan dengan satu tangan atau bimanual pada kuadran kanan atas.
Dilakukan palpasi dari bawah ke atas pada garis pertengahan antara midline &
SIAS. Bila perlu pasien diminta untuk menarik napas dalam, sehingga hati dapat
teraba. Pembesaran hati dinyatakan dengan beberapa sentimeter di bawah lengkung
costa dan beberapa sentimeter di bawah prosessus xiphoideus. Jika terdapat
pembesaran hepar, perlu diketahui ukuran/besarnya ( dalam cm ataupun melihat
arkus costa ), konsistensinya ( lunak atau keras ), tepinya ( tajam atau tumpul ),
permukaannya ( rata atau berbenjol-benjol ).
Untuk pemeriksaanhepar prosedur ( Bickley, 2007 ):
 Melakukan perkusi batas bawah hepar. Mulai dari bawah umbilikus di
midklavikula kanan perkusi dari bawah ke atas sampai suara redup pertama
 Melakukan perkusi batas atas hepar daerah paru ICS 1 di midklavicula dextra ke
bawah sampai suara redup pertama
 Mengukur tinggi antara daerah redup ( normal 8-12cm )
 Palpasi hepar. Menempatkan tangan kanan padaa lateral otot rektus abdominis
kanan, jari di batas bawah hepar dan tekan lembut ke arah atas.
 Meminta pasien bernafas dalam, dirasakan sentuhan hepar bergerak ke bawah,
tekanana jari tangan kanan mengarah ke kranial, dan setelah pasien diminta untuk
menghembuskan nafas, dan tangan kanan dilepaskan.
Untuk pemeriksaan lien prosedur ( Bickley, 2007 ):
 Perkusi daerah ICS terbawah linea axillaris anterior kiri ( normal; timpani )
 Meminta pasien menarik napas panjang lakukan perkusi lagi ( kalau redup berarti
kemungkinan terdapat pembesaran limpa ).
 Melakukan palpasi dengan meletakkan tangan kiri menyangga dan mengangkat
costa bagian bawah kiri sebelah penderita. Tangan kanan diletakkan dibawah arcus
aorta kemudian tekan kearah lien.
 Meminta penderita bernafas dalam-dalam merasakan lien dengan ujung jari ( lien
membesar atau tidak ).
 Mengulangi pemeriksaan pada posisi pasien miring ke kanan dengan tungkai paha
dan lutut flexi agar lien mudah teraba.
 Memperkirakan jarak letak lien dengan costa kiri terbawah.
10. Menyatakan pemeriksaan telah selesai dan meninta pasien untuk merapikan diri

11. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan


Selanjutnya saya akan menyimpulkan hasil pemeriksaannya masih dalam batas normal
mulai dari pemeriksaan awal hingga akhi. Jadi untuk pemeriksaan pertama yaitu
inspeksinya semua masih dalam batas normal, sama dengan pemeriksaan palpasinya
yang menunjukkan semuanya juga masih dalam batas normal dengan hasil
pemeriksaan berupa rangsangan refleks muntah positif terjadi serta tidak adanya
pembengkakan ataupun tumor. Untuk pemeriksaan terakhir atau perkusi juga
menunjukkan masih dalam batas normal karena tidak adanya rasa nyeri serta lubang
pada giginya.
12. Mengucapkan hamdallah
Apakah ada tidak dimengerti dan ingin ditanyakan Pak/Bu? Baik alhamdulillah
pemeriksaan telah selesai kita lakukan ya Pak/Bu.
13. Mencuci tangan dengan cairan aseptik
Mencuci tangan dengan cairan antiseptik setelah melakukan pemeriksaan
14. Mengucapkan salam dan terimakasih
Terimakasih ya Pak/Bu, dan Wasssalamualaikum wr.wb.

Anda mungkin juga menyukai