Anda di halaman 1dari 6

Konsep Al-Qiyadah Wal Junndiyah dalam Beramal Jama’i

1. Pendahuluan
Islam tidak rela atas ketidakberdayaan ummatnya dalam menghadapi
kenyataan. Islam tidak menghendaki kaum muslimin lemah dan takluk
kepada musuh – musuhnya. Setiap muslim wajib bergerak dan berjuang
serta berkorban untuk menegakkan Islam, membangun Daulah dan Khilafah
Islamiyyah yang di dalamnya tegak hukum – hukum Allah supaya jangan
ada fitnah dan supaya agama itu semata – mata bagi Allah ( Q.S Al Anfal :
39 ). Ketika itulah setiap mu’min bergembira dengan pertolongan Allah.
Allah menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Mahagagah
dan Yang Maha mulia.
Perjuangan melalui amal jama’i yang digerakkan sebuah jama’ah Islam
yang menyeru penggabungan untuk persatuan kaum muslimin seluruh
dunia, harus tersusun rapih, kuat dan terkoordinasi ( Q.S 3 : 103 ). Siroh
Rasululloh SAW merupakan pengalaman praktis bagi seluruh da’wah Islam.
Kemudian diikuti oleh Khulafa Al Rasyidin dengan manhaj rasulullah
SAW.
Bergerak dan berjuang mencapai tujuan agung ini, merupakan kewajiban
seluruh kaum muslimin dimanapun mereka berada. Siapa yang tidak
bergerak dan berusaha menegakkan daulah islamiyyah, yang didalamnya
tegak hukum-hukum Allah akan terkena dosa. Juga berdosa jika tidak
melindungi bumi Islam dan kehormatan umatnya dari penyerbuan musuh-
musuh Islam. Sebaliknya seluruh kaum muslimin wajib merenut kembali
setiap jengkal tanah islam yang telah diserobot dan didominasi kaum kuffar,
terutama masjid Al-aqsa.
Karakter Dakwah Islamiyah pada saat ini mewajibkan setiap muslim
bergerak dan berusaha mewujudkan seluruh tuntunan islam. Setiap muslim
wajib berusaha mewujudkan dan menegakkan kembali daulah islamiyyah
alamiyah. Karena itu perjuangan melalui Amal Jama’i yang digerakkan
sebuah jamaah islam harus tersusun rapi dan kuat. Tujuan tersebut tidak
mungkin tercapai hanya dengan usaha perorangan, tanpa suatu gerakan
bersama yang terkoordinasi.
Seluruh organisasi atau bangsa – bangsa, asas keberhasilannya,
kebangkitan dan pembangunannya ialah adanya manhaj tertentu, pimpinan
dan anggota kelompok yang bergerak dengan manhajnya. Syarat ideal yang
dimiliki setiap muslim : aqidahnya lurus, ibadahnya benar, berakhlaq mulia,
berfikiran cerdas, bijak, berbadan sehat dan kuat serta berguna bagi
manusia, mampu bergerak dan berjuang, berdisiplin dalam segala hal,
menjaga waktunya, bermujahadatunnafs dan memiliki faktor – faktor asasi
sebagai pejuang muslim.
Pemimpin dalam satu jamaah, juga merupakan lambang kekuatan,
persatuan, keutuhan dan disiplin shaff. Sedangkan persatuan adalah
lambang kekuatan. Karena itu kedudukan pimpinan dalam satu jamaah amat
penting dan utama. Pimipinan tidak boleh hanya sebagai lambang. Karena
itu memerlukan kemampuan, kelayakan dan aktivitas yang prima. Selain itu
pimpinan tidak boleh melakukan tindakan-tindakan inkonstitusional dan ia
harus tunduk kepada ketentuan jamaah.
Sebenarnya bergerak dalam satu jamaah adalah tugas, tanggung jawab
dan amanah yang harus dipikul tanpa harus melihat tingkat kepemimpinan.
Pokoknya semua tingkat kepemimpinan dari yang tertinggi sampai yang
terendah sama-sama harus memikulnya sesuai dengan kepentingan
kedudukan tuags tersebut dan menurut kepentingan gerakan dan usaha yang
berkait dengannya.
Karena itu kita harus berhati-hati dalam memilih calon pemimpin
jamaah, apapun kedudukannya. Jauhkan sikap pilih kasih dan klik-klikan.
Dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda, “Barang siapa mengangkat seorang
laki-laki berdasarkan sikap pilih kasih ,padahal ada kalangan mereka orang
yang lebih diridhai allah darinya, maka sesungguhnya ia telah menghianati
Allah, Rasul-Nya dan orrang-orang yang beriman”
Berkaitan kedudukan pimpinan dalam jamaah ini, Imam Hasan Al-Banna
mengatakan, “Kedudukan pimpinan dalam dakwah ikhwanul muslimin
adalah sebagai ayah dalam kaitan ikatan hati, sebagai guru dalam kaitan
mengajarkannilmu yang bermanfaat, sebagai syaikh dalam kaitan
pendidikan rohani dan sebagai pimpinan dalam mengendalikan kebijakan
umum dakwah. Dakwah kita memadukan semua pengertian tersebut.”
Apapun kedudukan, jabatan dan peringkatnya, setiap aktifis da’wah tetap
memikul amanah dan berbagai tanggung jawab, bukan suatu kemegahan
dan kebanggaan. Allah akan meminta pertanggungjawaban setiap aktifis
atas amanah yang dipegangnya dan semua akan dihisab.

2. Pembahasan
Dalam satu Jamaah pimpinan mempunyai amanah dan beban yang sangat
berat. Karena itu setiap pimpinan dan anggota jamaah harus menyadari
betapa beratnya amanah dan beban tersebut. Dengan kesadaran ini,
semangat dan kerja sama serta saling bantu dapat dilaksanakan dalam
jamaah untuk memikul beban tersebut secara bersama-sama.
Besar dan beratnya tanggung jawab pimpinan , ditentukan oleh besarnya
cita-cita dan itu tujuan yang akan dicapai. Sedangkan cita-cita kita adalah
menegakkan dinullah di bumi dengan membangun dinullah islamiyyah yang
dipimpin Khilafah Islamiyyah.
Tanggung jawab pimpinan menjadi besar karena semakin banyaknya
jumlah angggota jamaah. Seluruh anggota berada dibawah tanggung
jawabnya. Meski demikian kita tetap menghadpinya dengan hati tenang.
Dan tetap istiqamah dijalan Allah dan selalu memohon pertoongan-Nya.
Adapun Hal-Hal yang membantu terlaksananya tugas pimpinan
diantaranya adalah :
1. Ikhlas karena ALLAH semata, selalu bertindak benar dan jujur kepada-
Nya.
2. Peka terhadap pengawasan dan penjagaan ALLAH SWT.
3. Memohon pertolongan dan perlindungan ALLAH dalam seluruh keadaan
dan aktivitasnya.
4. Memiliki rasa tanggung jawab besar.
5. Memberikan perhatian yang cukup kepada masalah tarbiyah dan
menyiapkan kader penerus.
6. Terjalinnya rasa kasih sayang dan ukhuwah yang tulus di kalangan
anggota organisasi khususnya anggota dan pimpinan.
7. Pimpinan harus benar – benar merencanakan program yang tepat,
menentukan tujuan, tahapan, cara, sarana, persiapan – persiapan sesuai
dengan kemampuan.
8. Setiap anggota organisasi harus merasakan bagaimana beratnya amanah
dan tanggung jawab pimpinan.
9. Pimpinan harus memiliki cita – cita dan tekad berjuang.

Menurut Imam Hasan al-Banna faktor – faktor lain keberhasilan adalah :


1. Kekuatan da’wah kita yang merupakan da’wah ALLAH, da’wah yang
paling tinggi dan mulia.
2. Tujuan yang murni ( ridho ALLAH ), terbebas dari niat kotor dan
mencari keuntungan pribadi.
3. Ketergantungan kita hanya kepada pertolongan dan dukungan ALLAH. (
Q.S 3 : 173 – 174 ) “Kalian tidak akan terkalahkan karena sedikitnya
jumlah kalian, lemahnya sarana dan kurangnya alat – alat pendukung,
atau karena banyaknya musuh kalian, berkumpulnya musuh – musuh
menentang kalian. Tetapi ada satu sebab yang dapat menghancurkan dan
menyebabkan kalian kehilangan segala–galanya, yaitu jika hati kalian
telah rusak, ALLAH tidak memperbaiki amal kalian, suara kalian telah
terpecah belah dan saling bertentangan pendapat “

Dalam hal membatu terlaksanya tugas pimpinan diatas kita harus tahu
dahulu bagaiman sifat atau karakter seorang pemimpin.
“...Sesungguhnya Allah telah Memilihnya menjadi Rajamu dan
Menganugerahinya Ilmu yang Luas dan Tubuh yang Perkasa...”
(QS. Al-Baqarah : 247)
1. Senantiasa mengharapkan akhirat dengan ikhlas karena ALLAH semata.
2. Berdaya ingat kuat, bijak, cerdas, berpengalaman dan berwawasan luas,
berpandangan jauh ke depan dan tajam, mampu menganalisa berbagai
persoalan dari segala segi dengan tepat dan cepat. ( Q.S 3 : 200 )
3. Berperangai penyantun, kasih sayang, lemah lembut dan ramah.( Q.S 3 :
159 )
4. Bersahabat.( Q.S 5 : 54 )
5. Berani dan sportif, tidak pengecut dan membabi buta.( Q.S Al Fath : 29 )
6. Shidiq. ( Q.S Al Ahzab : 23 – 24 )
7. Tawadhu. ( Q.S Asyu’ara : 215 )
8. Memaafkan, menahan amarah dan berlaku ihsan.( Q. S 3 : 134 )
9. Menepati janji dan sumpah setia. ( Q.S Al Fath : 10 )

Pentingnya Amal Jama’i


Bagi manusia muslim Allah telah mengarahkan agar dalam
melaksanakan aktivitanya dengan beramal jama’i. “ Sesungguhnya Allah
meyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur
seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh”
Untuk menegakkan islam di hati kaum muslimin, menghadapi
kemungkaran yang terjadi , diperlikan kerja jamaah. Dari sini amal jama’i
menjadi wajib karena kaidah ushul fikih menyatakan “ sesuatu kewajiban
yang tidak sempurna pelaksanaanya kecuali dengannya, maka ia adalah
wajib”. Selain itu islam bukan agama individu, melainkan agama satu
ummat. Islam menyeru kepada kesatuan kaum muslimin. Dan Allah
berfirman : “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah
dan jangan lah kamu bercerai berai” (3:103).

Ciri-Ciri Amal Jama’i ialah :


1. Aktifitas yang akan dijalankan harus bersumber dari keputusan atau
persetujuan jamaah
2. Jamaah yang dimaksud harus mempunyai visi misi, serta struktur
organisasi yang terartur
3. Setiap tindakan dan aktifitasnya harus sesuai dengan dasar dan
strategi atau pendekatan yang telah digariskan oleh jamaah
4. Seluruh tindakannya harus bertujuan untuk mencapai cita-cita yang
telah ditetapkan bersama.
3. Kesimpulan
Dalam beramal jama’i sangat penting menggunakan konsep qiyadah wal
jundiyah. Agar Cita-cita, visi misi dari seorang pemimpin atau pun
oragnisasi dapat tercapai. Dengan demikian dapat kita nyatakan betapa
pentingnya keanggotaan dan jamaah. Amal jamai yang memiliki anggota
yang berjiwa prajurit dan disiplin tinggi tidak kurang penting kedudukannya
dengan pimpinan. Karena pimpinan yang kuat sekalipun, akalu tidak disertai
anggota yang kuat, berkelayakan dan berkemampuan , niscaya tidak akan
dapat melaksanakan program-program besarnya. Sebaliknya anggota yang
kuat yang dipimpin seorang pimpinan yang lemah, masih berkemungkinan
mengganti pimpinannya dan memilih yang baru dari kalangan mereka
sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Masyhur, Syaikh Mustafa. 2001. Al-Qiyadah Wal Jundiyah. Penerbit : Al
I’tishom Cahaya Umat. Rawamangun.Jakarta Timur.
Mustofa, Masyhur. 2001.Amal Jama’i. Gerakan Bersama. Al islahi press.
https://www.slideshare.net/hakimabdul/al-qiyadah-wal-jundiyah

Anda mungkin juga menyukai