Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Efisiensi Modal Kerja


2.1.1. Pengertian Modal Kerja
menurut Riyanto (2001:57) terdapattiga konsep pengertian modal kerja, yaitu :
a. Konsep kuantitatif.
Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur
aktiva lancar, dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk
semula atau aktiva dimana dana yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu
yang pendek. Dengan demikian, modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari
jumlah aktiva lancar, atau sering juga disebut sebagai modal kerja kotor (gross working
capital),
b. konsep kualitatif.
Modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-
benardapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya,
atau disebut sebagai modal kerja bersih (net working capital),
c. konsep fungsional.
Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan
(income). Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan
pendapatan. Pada dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh perusahaan seluruhnya akan
digunakan untuk manghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua
dana digunakan untuk menghasilkan laba periode ini (current income) ada sebagian dana yang
akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba di masa yang akan datang.
2.1.2. Jenis Modal Kerja
Modal kerja dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Modal kerja permanen (permanent working capital) yaitu modal kerja yang harus tetap
ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya. Modal kerja permanen ini
dapat dibedakan dalam :
1) Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada
perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya,
2) Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk
menyelenggarakan luas produksi yang normal.
b. Modal kerja variabel (variabel working capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara
:
1) Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan
karena fluktuasi musim,
2) Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena
fluktuasi konyungtur,
3) Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena keadaan
darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir,
perubahan keadaan ekonomi yang mendadak).
2.1.3. Pentingnya Modal Kerja
Modal kerja yang cukup akanmenguntungkan perusahaan, disamping memungkinkan
bagi perusahaan untukberoperasi secara ekonomis atau efisien dan perusahaan tidak
mengalamikesulitan keuangan juga akan memberikan beberapa keuntungan (Munawir,2001:16)
yaitu :
a. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva
lancar.
b. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk membayar semua
kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya.
c. Modalkerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk memelihara
“Creditstanding” perusahaanyaitu penilaian pihak ketiga, misalnya bank dan para
kreditor akan kelayakanperusahaan untuk menghadapi situasi darurat seperti dalam
hal terjadi :pemogokan, banjir dan kebakaran.
d. Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit kepada para pembeli.
Kadang-kadang perusahaan harus memberikan kepada para pembelinya syarat
kredit yang lebih lunak dalam usaha membantu para pembeli yang baik untuk
membiayai perusahaannya.
2.1.4. Penilaian Efisiensi Modal Kerja
Maulana (1992:202) mendefinisikanefisiensi sebagai perbandingan antara keluaran dan
masukan, jumlah keluaranyang dihasilkan dari suatu input yang digunakan. Efisiensi juga dapat
disebut sebagai daya guna yang mana penekanannya disamping hasil yang ingin dicapai, juga
memperhitungkan pengorbanan untuk mencapai hasil. Rasio yang digunakan sebagai indikator
efisiensi modal kerja adalah
(Husnan, 1997:550) yaitu :
ReturnOn Working Capital =Operating Income : Current Assets
Rasio ini menggunakan dasar pemikiran pengukuran keuntungan operasi dari setiap
modal kerja bruto yang dimiliki perusahaan. Semaki besar kemampuan modal kerja tersebut
menghasilkan keuntungan operasi. Konsep modal kerja bruto dipergunakan dengan maksud agar
pengukuran efisiensi tidak dipengaruhi oleh kebijakan pendanaan jangka pendek lainnya.
Manajemen atau pengelolaan modal kerjamerupakan hal yang sangat penting agar
kelangsungan usaha sebuah perusahaandapat dipertahankan (Hanafi,2005:125).

2.1.5. Pengukuran Efisiensi Modal Kerja


Bentuk dan jumlah komponen-komponen modal kerja bervariasi menurut siklus
operasional. Untuk mendapatkan jumlah komponen-komponen yang digunakan dalam aktivitas
operasional selama siklus operasional, efisiensi modal kerja di ukur menurut hari modal kerja
Days Working Capital (DWC). Nilai DWC didasarkan pada jumlah rupiah dalam setiap
penjualan, persediaan, dan utang. DWC mempresentasikan periode waktu antara pembelian
hingga penjualan produk kepelanggan, pengumpulan piutang usaha dan penerimaan pembayaran.
Adapun pengukuran modal kerja adalah untuk mengelola masing-masing pos aktiva
lancar dan hutang lancar sedemikian rupa, sehingga jumlah Net Working Capital (aktiva lancar
dikurangi hutang lancar) yang diinginkan tetap dipertahankan.
Yang termasuk unsur-unsur efisiensi modal kerja, antara lain terdiri dari :
a. Penjualan adalah penerimaan yang diperoleh dari pengiriman barang dagang atau dari
penyerahan pelayanan dalam bursa sebagai barang pertimbangan.
b. Persediaan adalah barang-barang yang disimpan untuk dijual kembali oleh perusahaan.
Persediaan adalah salah satu elemen penting didalam usaha-usaha perusahaan untuk memperoleh
tingkat penjualan yang diinginkan.
c. Utang adalah utang yang akan dilunasi dalam jangka waktu satu tahun atau satu siklus operasi
perusahaan.
Dengan demikian, setiap perusahaan harus selalu diawasi, merencanakan , serta menjaga tingkat
modal kerja yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan atau dengan kata lain perusahaan
harus melakukan efisiensi modal kerja.

2.2. Profitabilitas
2.2.1. Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas merupakankemampuan perusahaan didalam menghasilkan laba.
Profitabilitas mencerminkan keuntungan dari investasi keuangan. Myers dan Majluf (1984)
berpendapat bahwa manajer keuangan yang menggunakan packing order theory dengan laba
ditahan sebagai pilihan pertama dalam pemenuhan kebutuhan dana dan hutang sebagai pilihan
kedua serta penerbitan saham sebagai pilihan ketiga, akan selalu memperbesar profitabilitas
untuk meningkatkan laba. Profitabilityratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan memperolehlaba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal
sendiri(Agus Sartono, 2008). Rasio ini sangat diperhatikan oleh calon investor maupun
pemegang saham karena berkaitan dengan harga saham serta dividen yang akan diterima.
Profitabilitas sebagai tolak ukur dalam menentukan alternative pembiayaan, namun cara
untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan adalah bermacam-macam dan sangat tergantung
pada laba dan aktiva atau modal yang akan dibandingkan dari laba yang berasal dari opersai
perusahaan atau laba netto sesudah pajak dengan modal sendiri. Dengan adanya berbagai cara
dalam penelitian profitabilitas suatu perusahaan tidak mengherankan bila ada beberapa
perusahaan yang mempunyai perbedaan dalam menentukan suatu alternatif untuk menghitung
profitabilitas. Hal ini bukan keharusan tetapi yang paling penting adalah profitabilitas mana
yang akan digunakan, tujuannya adalah semata-mata sebagai alat mengukur efisiensi penggunaan
modal di dalam perusahaan yang bersangkutan.
Rasio profitabilitas dapat diukurdari dua pendekatan yakni pendekatan penjualan dan
pendekatan investasi. Ukuran yang banyak digunakan adalah return on asset (ROA) dan return
on equity (ROE), rasio profitabilitas yang diukur dari ROA dan ROE mencerminkan daya tarik
bisnis (bussines attractive). Return on asset (ROA) merupakan pengukuran kemampuan
perusahaaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan
aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. ROA digunakan untuk melihat tingkat efisiensi operasi
perusahaan secara keseluruhan. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik suatu perusahaan.
Salah satu ukuran rasio profitabilitas yang sering juga digunakan adalah return on equity
(ROE) yang merupakan tolak ukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
total modal sendiri yang digunakan. Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi investasi yang
Nampak pada efektivitas pengelolaan modal sendiri. Cara menilai profitabilitas perusahaan
adalah bermacam-macam tergantung dari total aktiva atau modal mana yang akan
diperbandingkan satu dengan yang lainnya. Agus Sartono (2008), berpendapat bahwa alat yang
digunakan menghitung profitabilitas :
a. Profit Margin = EBIT /Penjualan
b. Net Profit Margin = EAT/Penjualan
c. Return On Equity = EAT/Modal Sendiri
d. Return On Invesment = EAT/Total aktiva
2.2.2. Leverage
Leverage adalahpenggunaan asset dan sumber dana oleh perusahaan yang memiliki
biayatetap dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham.
Leverage juga dapat meningkatkan variabilitas keuntungan karena jika perusahaan mendapatkan
keuntungan yang lebih rendah biaya tetapya maka pengguanaan leverage akan menurunkan
keuntungan pemegang saham.
Konsep leverage sangat penting terutama untuk menunjukkan kepada analisis keuangan
dalam melihat trade off antara risiko dan keuntungan. Agus Sartono (2008) memaparkan konsep
sebagai berikut:
a. Operating leverage
Perusahaan yang memiliki biaya operasi tetap atau biaya modal tetap , maka dikatakan
perusahaan menggunakan operating leverage. Menggunakan leverage operasi perusahaan
mengharapkan bahwa penjualan akan meningkatkan perubahan laba sebelum bunga dan pajak
yang lebih besar. Multiplier effect hasil pengguanaan biaya tetap operasi terhadap laba
sebelum bunga dan pajak disebut degree of operating leverage (DOL). Besar kecilya DOL akan
berdampak pada tinggi rendahnya risiko bisnis perusahaan. Semakin besar DOL, maka semakin
besar pula risiko bisnis yang ditanggung perusahaan.
b. Financial Leverage
Financial Leverage adalah pengguanaan sumber dana yang memiliki bebantetap
dengan harapan akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besardaripada beban
tetapya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagipemegang saham.
Multiplier effect yang dihasilkan karena penggunaan dana dengan biaya tetap dsebut degree of
financial leverage (DFL). Pengguanaa financial leverage yang tinggi mengakibatkan risiko
keuangannya juga meningkat.
c. Combined leverage
Leverage kombinasi terjadi apabila perusahaan memiliki baik operating leverage maupun
financial leverage dalam usahanya untuk meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham biasa.
Degree combined leverage (DCL) merupakan multiplier effect atas perubahan laba per lembar
saham karena perubahan penjuaalan. DCL mengukur keseluruhan risiko perusahaan , DCL
merupakan fungsi dari DOL dan DFL.
Tingkatprofitabilitas dipengaruhi oleh tingkat operating leverage, oleh karenanya
variabilitas profitabilitas aktiva dipengaruhi oleh variabilitas dari pengunaan biaya tetap.
Dengan uraian di atas dapat dikatakan bahwa, variabilitas profitabilitas aktiva bisa disebut
dengan risiko usaha yang besar kecilnya dipengaruhi oleh biaya tetap yang ditanggung oleh
perusahaan.
2.2.3. Pengaruh Intensitas Modal terhadap profitabilitas perusahaan
Keunikan dari rasio profitabilitas yang diukur dengan ROE adalah bahwa rasio ini
mencerminkan daya tarik bisnis (business attractiveness). Fluktuasi bisnis perusahaan
berdampak besar terhadap keuntungan pemilik ekuitas bila sebagian modal perusahaan diungkit
(are leveraged) oleh hutang. Brealey et al. (1999)menyatakan bahwa leverage keuangan
meningkatkan risiko pemilik modal.
Intensitas modal merupakan salah satu bentuk keputusan keuangan. Keputusan tersebut
ditetapkan oleh manajemen perusahaan dimaksudkan untuk meningkatkan profitabilitas
perusahaan. Penggunaan Intensitas modal didefinisikan sebagai rasio antar fixed asset seperti
peralatan, mesin dan berbagai property terhadap asset total. Rasio ini menggambarkan seberapa
besar asset perusahaan diinvestasikan dalam bentuk fixed asset untuk peningkatan profitabilitas
perusahaan.
Pengukuran rasio Perputaran total aktiva bila dibalik (reciprocal) akan mencerminkan
rasio intensitas modal atau capital intensiveness (Brigham dan Gapensky 1996). Comannor
danWilson (1967) menemukan bukti bahwa pada pada tingkat konsentrasi industri
yangtinggi rasio ini berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. (MacMillan
et al. 1982) menemukan hasil yang kontradiktif bahwa rasio intensitasmodal perusahaa terbukti
berpengaruh signifikan tetapi negatif terhadapsemua sel matrkis portfolio BCG.

Anda mungkin juga menyukai