Sejarah Konstitusi
1
Charles Howard Mcllwain, Constitutionalism: Ancient and Modern, (Ithaca,New York: Cornell University
Press, 1966), hal. 26. Seperti dikatakan oleh Sir Paul Vinogradoff, “The Greeks recognized a close analogy
between the organization of the state and the organism of the individual human being. They thought that the
two elements of body and mind, the former guided and governed by the later, had a parallel in two
constitutive elements of the state, the rulers and the ruled’.
2
Sir Paul Vinogradoff. Outlines of Histrotical Jurisprudence. Vol. II. The Jurisprudence of the greek city.
.
Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid I undang-undang dasar baru terbentuk pada
tah un 1839 di Turki Usmani 161 Piagam konstitusi pertama itu diberi nama Khat
Goulkhanah Syarif, dilanjutkan dengan pia- gam konstitusi kedua pada tahun 1856 dengan
nama Khat Hum ayun Kemudian pada tahun 1876 lahirlah Konstitusi Usmani yang diberi
nama al-Masyrutiyah al-Ula atau Undang-Undang Dasar Pertama. Al-Masyruli yah al- Ula
3
Cicero. De Legibus, III, hal 12, dalam Charles Howard Mcllwain, Op.Cit.
ini pernah dibekukan pada tahun 1878 dan kemudian di- berlakukan kembali pada tahun 1908
dengan nama al- Mas yrutiyah al-Saniyah atau Undang-Undang Dasar Kedua. Konstitusi dari
masa Dinasti Usmani ini berakhir masa berlakunya dengan lenyapnya kekhalifahan, yaitu
dengan terbentuknya Konstitusi Turki yang diprakarsai oleh Kemal Ataturk pada tahun 1924
102 Di samping penggunaan istilah al-Masyru tiyah itu, untuk pengertian undang-undang
dasar itu di dunia Arab dewasa ini di kenal pula adanya istilah al-Dustur dan istilah al-Qanun
al-Asasi. Semua istilah ini dipakai untuk menunjuk kepada pengertian undang-undang dasar
sebagai konsti tusi dalam arti tertulis.
Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid I teri peraturan produk legislatif Uudicial review)
ter hadap materi konstitusi, meskipun Konstitusi Amerika tidak secara eksplisit m emberikan
kewenangan demikian kepada Mahkamah Agung (The Supreme Court).
Seperti dikemukakan di atas, istilah konstitusi itu sendiri pada mulanya berasal dari
perkataan bahasa Latin, constitutio yang berkaitan den gan kata jus atau ius yang berarti
hukum atau prinsip 175 Di zaman modern bahasa yang biasa dijadikan sumber rujukan
mengenai istilah ini adalah Inggris, Jerman, Perancis, Italia, dan Belanda. 176 Untuk
pengertian constitution dalam bahasa Inggris, bahasa Belanda membedakan antara constitutie
dan grondwet, sedangkan bahasa Jerman membedakan antara verfassung dan gerundgesetz.
Malah dibedakan pula antara gerundrecht dan gerund seperti antara grondrecht dan grondwet
dalam bah asa Belanda Demikian pula dalam bahasa Perancis dibedakan antara Droit
Constitutionnel dan Lui Constitution nel Istilah yang pertama identik dengan pengertian
konsti tusi, sedang yang kedua adalah undang-undang dasar dalam arti yang tertuang dalam
naskah tertulis. Untuk pengertian konstitusi dalam arti undang-undang dasar sebelum
dipakainya istilah grondwet di Belanda juga Lilaat kasus Marbury versus Madison (1803) 5-
US. i Canel. 137. dalam Thompson, h y Asshiddiqie. Konaniusi alat liialmeeu. (Jakaita
Kompres. 2005), hal. 1 eendapal Bandingkan Solly LubiN yang mesy wa istil stitusi berasal
dari perkataan Perancis oorsulaer. Asas-Aviv 19i hal. sedangkan mantri Matosocwa iyo in
alakam bahwa istilah konstitusi ilu beras.
Pengantar ilmu Hukum Tata Negara Jilid I bagi rakyat agar hak-hak asasinya dilindungi
pandangan ideal tentang konstitusi tersebut dapat dikatakan lahir sesudah terjadinya Revolusi
Perancis, di mana ketika itu yang menjadi tuntutan golongan revolusioner Perancis adalah
agar pihak penguasa tidak melakukan tindakan yang sewenang-wenang terhadap rakyat.
1.Nilai Konstitusi
Nilai konstitusi yang dimaksud di sini adalah nilai (values) sebagai hasil penilaian
atas pelaksanaan norm a norma dalam suatu konstitusi dalam kenyataan praktik Sehubungan
dengan hal itu, Karl Loewenstein dalam bukunya "Reflection on the Value of Constitutions"
mem bedakan 3 (tiga) macam nilai atau the values of the con- stitution, yaitu (i) normative
value: (ii) nominal value: dan (iii) semantical value. Jika berbicara mengenai nilai konstitusi,
para sarjana hukum kita selalu mengutip pen dapat Karl Loewenstein mengenai tiga nilai
normatif nominal, dan semantik ini. Menurut pandangan Karl Loewenstein, dalam se tiap
konstitusi selalu terdapat dua aspek penting. yaitu sifat idealnya sebagai teori dan sifat
nyatanya sebagai praktik. Artinya, sebagai hukum tertinggi di dalam kol titusi itu selalu
terkandung nilai-nilai ideal sebagai da ollen ang tidak selalu identik dengan das vein atau
keadaan nyatanya di lapangan.
dijadikan jargon, semboyan, ataupun "gincu-gincu keta tanegaraan" yang berfungsi sebagai
pemanis dan sekali gus sebagai alat pembenaran belaka. Dalam setiap pi dato, norma-norma
konstitusi itu selalu dikutip dan dija dikan dasar pembenaran suatu kebijakan, tetapi isi ke-
bijakan itu sama sekali tidak sungguh-sungguh melaksa- nakan isi amanat norma yang
dikutip itu. Kebiasaan se- perti ini lazim terjadi di banyak negara, terutama jika di negara
yang bersangkutan tersebut tidak tersedia meka- nisme untuk menilai konstitusionalitas
kebijakan-kebi- jakan kenegaraan (state's policies) yang mungkin me- nyimpang dari amanat
undang-undang dasar. Dengan demikian, dalam praktik ketatanegaraan, baik bagian- bagian
tertentu ataupun keseluruhan isi undang-undang dasar itu, dapat bernilai semantik saja
Sementara itu, pengertian-pengertian mengenai sifat konstitusi biasanya dikaitkan dengan
pembahasan tentang sifat-sifatnya yang lentur (fleksibel) atau kaku (rigid), tertulis atau tidak
tertulis, dan sifatnya yang for mil atau materiil.
4. Konstitusi Tertulis dan Tidak Tertulis Membedakan secara prinsipil antara konstitusi ter
tulis (written constitution) dan tidak tertulis (unwritten constitution atau onschreven
constitutie) adalah tidak tepat 20 Sebutan Konstitusi tidak tertulis hanya d ipakai untuk
dilawankan dengan Konstitusi modern yang lazim nya ditulis dalam suatu naskah atau
beberapa naskah Timbulnya Konstitusi tertulis disebabkan karena penga ruh aliran kodifikasi
209 Salah satu negara di dunia yang mempunyai Konstitusi tidak tertulis adalah negara Ing
gris namun prinsip-prinsip yang dicantumkan dalam Konstitusi di Inggris dicantumkan dalam
Undang-Undang biasa. Seperti Bill of Rights. Dengan demikian suatu Konstitusi disebut
tertulis apabila ia ditulis dalam suatu naskah atau beberapa naskah. sedangkan suatu
Konstitusi disebut tidak tertulis dikarenakan ketentuan-ketentuan yang mengatur suatu
pemerintahan tidak tertulis dalam suatu naskah tertentu melainkan dalam banyak hal diatur
dalam konvensi kon vensi atau undang-undang biasa.
DAFTAR PUSTAKA
Charles Howard Mcllwain, Constitutionalism: Ancient and Modern, (Ithaca,New York: Cornell
University Press, 1966)