Anda di halaman 1dari 3

Analisis Sintesa

1. Diagnosa medis : CHF (congestif heart failure)

2. Diagnosa keperawatan : Gangguan pola nafas

DS : klien mengatakan sesak nafas

DO : klien tampak sesak nafas, RR 30x/menit, nafas dangkal dan cepat perbandingan

nafas I:E =1:1, tampak retraksi otot dada.

3. Tindakan kegawatdaruratan : Masker NRM 8L/menit

4. Patofisiologi masalah keperawatan

Gagal jantung kanan maupun kiri dapat disebabkan oleh beban kerja(tekanan

atau volume) yang berlebihan dan atau gangguan otot jantung itu sendiri. Beban

volume atau preload disebabkan karena kelainan ventrikel memompa darah lebih

banyak semenit sedangkan beban tekanan atau afterload disebabkan oleh kealinan

yang meningkatkan tahanan terhadap pengaliran darah ke luar jantung. Kelainan atau

gangguan fungsi miokard dapat disebabkan oleh menurunnya kontraktilitas dan oleh

hilangnya jaringan kontraktil ( infark miokard ).Dalam menghadapi beban lebih,

jantung menjawab ( berkompensasi ) seperti bila jantung menghadapi latihan fisik.

Akan tetapi bila beban lebih yang dihadapi berkelanjutan maka mekanisme

kompensasi akan melampaui batas dan ini menimbulkan keadaan yang merugikan.

Manifestasi klinis gagal jantung adalah manifestasi mekanisme kompensasi. Kongesti

paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak mampu memompa

darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu : Dispnea, Terjadi

akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu pertukaran gas. Dapat

terjadi ortopnu. Beberapa pasien dapat mengalami ortopnu pada malam hari yang

dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea ( PND) Terjadi karena curah jantung yang
kurang yang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta

menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Terjadi akibat gangguan

oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa

jantung tidak berfungsi dengan baik.

5. Patofisiologi tindakan keperawatan

Pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan

menggunakan alat bantu dan oksigen. Pemberian oksigen pada klien dapat melalui

kanula nasal dan masker oksigen. (Suparmi, 2008). Oksigen (O2) merupakan salah

satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme, untuk

mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Masing-masing sel dalam

tubuh menggunakan oksigen untuk metabolisme nutrisi dan memproduksi tenaga.

Tanpa oksigen, sel akan segera mati. Jika seseorang tanpa sakit atau cedera, oksigen

21% (dalam udara bebas) cukup untuk mendukung fungsi normal. Pada keadaan

oksigenasi jaringan yang tidak adekuat, untuk mengenali kondisi hipoksemia agar

terapi oksigen sukses diberikan dibutuhkan ketrampilan untuk pengenalan dini

hipoksemia. Pengenalan dini tersebut sering sulit dilakukan karena gambaran klinis

sering tidak spesifik seperti perubahan status mental, dyspnoea, sianosis, takipnoea,

aritmia, dan koma. Hiperventilasi akibat stimulasi kemoreseptor korotis baru akan

terjadi jika PaO2 dibawah 5,3 kPa (40 mmHg) sedangkan vasodilatasi perifer sebagai

konsekuensi dari hipotensi sistemik baru akan terjadi jika PaO2 dibawah 4 kPa (30

mmHg). Kebutuhan terapi oksigen pasien ditentukan PaO2 dan atau SpO2 (diukur

invasif / non-invasif) dengan atau adanya tanda klinis. Terapi O2 merupakan salah

satu terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi. Tujuan umum diberikan

terapi oksigen adalah untuk: - Mengatasi keadaan hipoksemia - Menurunkan kerja

pernafasan - Menurunkan beban kerja otot jantung (miokard) Indikasi pemberian


oksigen yaitu pada kondisi kerusakan O2 jaringan yang diikuti gangguan metabolisme

dan sebagai bentuk hipoksemia, secara umum terjadi pada: - Kadar oksigen arteri

(PaO2) rendah - Kerja pernafasan (laju nafas-nafas dalam, bernafas dengan otot

tambahan) - Adanya peningkatan kerja otot jantung (miokard) Adapun kondisi klinis

yang mungkin memerlukan terapi oksigen adalah: - Henti jantung paru. RJP hanya

memberikan 25-33 % dari efektif sirkulasi. Pemberian oksigen konsentrasi tinggi

memberikan survival yang lebih baik - Gagal nafas, gagal jantung atau AMI.

6. Efek samping

Hiperventilasi, iritasi jalan nafas, ruptur alveoli.

Anda mungkin juga menyukai