Anda di halaman 1dari 13

415

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA


DALAM UPAYA PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP

So Woong Kim
Director PT. Sci, Semarang Indonesia
Program Doktor Ilmu Hukum, Universitas Diponegoro
E-mail: ksw5810@yahoo.co.kr

Abstract

Law Number 32 Year 2009 on Environmental Protection and Management ( UUPPLH ) that have
entered criminal provisions in Chapter XV , which consists of 23 chapters. Provision of punishment is
much more complete and detailed than the Law Number 23 Year 1997 on the old Environmental
Law, but still a lot of things that need to be addressed in the UUPPLH. The results showed that the
enforcement of the criminal law to an act of formal law has a special event, because it relates to
the principle ultimum, meaning that the effective use of criminal law to an act of formal law
enforcement have to wait until the administration declared is no longer effective. To avoid
difficulties in the enforcement of environmental law, the legislation specifically about formal law
should be drafted clearly, firmly, not interpretations. Authors attempt to compare with
Environmental Law in South Korea, in order to find a refinement of Law Number 32 of 2009.

Key words: criminal law policy, enforcement of environmental law

Abstrak

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(UUPPLH) telah memasukkan ketentuan pidana dalam Bab XV, yang terdiri dari 23 pasal. Ketentuan
pemidanaan ini jauh lebih lengkap dan rinci bila dibandingkan dengan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup yang lama, namun masih banyak hal-hal yang perlu dibenahi
dalam UUPPLH tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penegakan hukum pidana terhadap
delik formal memiliki hukum acara khusus, karena berkaitan dengan asas ultimum remedium,
mengandung makna bahwa pendayagunaan hukum pidana terhadap delik formal harus menunggu
sampai penegakan hukum administrasi dinyatakan sudah tidak efektif lagi. Untuk menghindari
kesulitan dalam penegakan hukum lingkungan, maka peraturan perundang-undangan khususnya
tentang hukum formal harus disusun secara jelas, tegas, tidak multitafsir. Penulis mencoba
membandingkannya dengan Undang-Undang Lingkungan Hidup di Korea Selatan, guna menemukan
penyempurnaan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009.

Kata kunci: kebijakan hukum pidana, penegakan hukum lingkungan hidup

Pendahuluan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hi-


Lingkungan hidup yang baik dan sehat dup.2
merupakan hak asasi setiap warganegara Indo- Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 ten-
nesia sebagaimana diamanatkan dalam Pasal tang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pe-ngelolaan
28H UUD RI 1945. 1 Pemanasan global yang se- Lingkungan Hidup (selanjutnya disebut UUPP-
makin meningkat mengakibatkan perubahan ik- LH) merupakan langkah awal kebijakan untuk
lim sehingga memperparah penurunan kualitas penegakan hukum lingkungan hidup. UUPPLH
lingkungan hidup karena itu perlu dilakukan memuat prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan
hidup yang berfungsi memberikan arahan (di-
Artikel ini merupakan artikel hasil penelitian thesis. rection) bagi sistem hukum lingkungan nasio-
1 Sudi Fahmi, “Asas Tanggung Jawab Negara Sebagai Dasar
Pelaksanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan 2 Johni Najwan, “Perlindungan dan Pengelolaan Lingkung-
Hidup”, Jurnal Hukum, Vol. 18 No. 2 April 2011, hlm. an Hidup dalam Perspektif Hukum Islam”, Inovatif: Jur-
212–228 nal Ilmu Hukum, Vol. 2 No. 4 Tahun 2010, hlm. 57
416 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 3 September 2013

nal, dan setelah 15 tahun akhirnya undang-un- sendiri, korban (masyarakat), dan aparat pene-
dang ini pun dicabut karena dianggap kurang gak hukum, dimana keempat dimensi tersebut
sesuai agar terwujud pembangunan berkelan- bersifat saling mempengaruhi dan berlangsung
jutan seperti apa yang dicitakan yaitu dengan dalam satu wadah struktur politik, sosial, eko-
Undang-Undang tentang Pengelolaan Lingkung- nomi, dan budaya pada keadaan tertentu.5 Pa-
an Hidup Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997
da dasarnya (basic), pengertian pemidanaan
dan diganti lagi oleh Undang-Undang Nomor 32
dalam suatu peraturan perundang-undangan sa-
Tahun 2009 dengan alasan agar lebih menjamin
ngat penting. Hal ini telah dimasukkan dalam
kepastian hukum dan memberikan
undang-undang penegakan hukum lingkungan
perlindungan terhadap hak setiap orang untuk
dengan adanya ketentuan pidana yang tercakup
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
dalam undang-undang tentang pengelolaan
sehat, melalui penjatuhan sanksi pidana yang
lingkungan hidup. Undang-Undang Nomor 32
cukup berat di dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan
Tahun 2009.3 Hidup (UUPLH) telah memasukkan ketentuan-
UUPPLH lama menempatkan penegakan ketentuan pidananya dalam Bab XV, yang ter-
hukum pidana dalam penegakan hukum lingku- diri dari 23 pasal, dimulai dari Pasal 97 sampai
ngan hidup hanya sebagai ultimum remidium, dengan Pasal 120 UUPLH. Ketentuan-ketentuan
sehingga isi penegakan sanksi pidananya tidak pemidanaan ini jauh lebih lengkap dan rinci bi-
dominan. Asas ultimum remedium dalam penje- la dibandingkan dengan Undang-undang Nomor
lasan UUPPLH lama, ternyata sangat kurang je-las 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
dan tegas. Penjelasan umum sesungguhnya Hidup yang lama.
merupakan upaya memperjelas makna dari Permasalahan lingkungan merupakan per-
konsideran suatu undang-undang. Dalam konsi- masalahan yang kompleks dan menarik untuk
deran mengandung nilai-nilai filosofis dari sua-tu dikaji mendalam, hal tersebutlah yang menarik
undang-undang. Dengan demikian sesung-guhnya penulis untuk melakukan penelitian mengenai
penjelasan umum merupakan suatu upaya dari kebijakan pidana yang ada dalam upayanya un-
pembentuk undang-undang atau le-gislator untuk tuk menegakkan hukum lingkungan hidup di In-
mem-pertegas nilai-nilai filosofis yang terdapat donesia. Titik anjak penulis dalam penelitian
dalam suatu konsideran. Nilai-nilai filosofi dalam ini adalah pengkajian Undang-undang Nomor 32
konsideran suatu undang-undang terkonkritisasi Tahun 2009 secara mendalam terhadap keten-
pada batang tubuh beru-pa pasal-pasal dari tuan pidana yang ada dalam Undang-undang 32
4
undang-undang tersebut. Kelemahan konsep Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan
asas subsidiaritas dalam pe-rumusan pada UU Hidup yang berlaku saat ini (Ius Constitutum).
yang lama mengakibatkan penghapusan asas
subsidiaritas. Dalam UUPPLH asas subsiaritas Perumusan Masalah
diganti dengan asas ultimum remedium, yang Adapun permasalahan yang diangkat da-
dibatasi terhadap delik formil tertentu, yaitu lam penelitian ini adalah: pertama, bagaimana
pelanggaran baku mutu air lim-bah, emisi, dan kebijakan hukum pidana dalam penegakan hu-
gangguan saja. Selebihnya ter-hadap delik formil kum lingkungan hidup saat ini; dan kedua ba-
hukum pidana difungsikan sebagai premum gaimana kebijakan hukum pidana dalam pene-
remedium. gakan hukum lingkungan hidup di masa men-
Terdapat minimal empat dimensi yang datang.
dapat mempengaruhi kualitas penegakan hu-
kum lingkungan yaitu adanya Undang-undang Metode Penelitian
lingkungan secara nyata, pelanggar hukumnya

3 Yulanto Araya, “Penegakan Hukum Lingkungan Hidup di


5 I.S Susanto, “Pemahaman Kritis Terhadap Realita So-
Tengah Pesatnya Pembangunan Nasional”, Jurnal Legis-
sial”, Majalah Masalah-Masalah Hu-kum, Nomor 9 Tahun
lasi Indonesia, Vol. 10 No. 1 Tahun 2013, hlm. 50.
1992.
4 Syahrul Machmud, 2011, Penegakan Hukum Lingkungan
Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu, hlm. 169.
Kebijakan Hukum Pidana dalam Upaya Penegakan Hukum Lingkungan Hidup 417

Metode pendekatan yang digunakan ada- dana yaitu sebagai tindakan yang mengakibat-
lah yuridis-normatif, dengan jenis penelitian kan dilampauinya baku mutu udara ambien, ba-
dogmatik, bentuk penelitian perskriptif hubu- ku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria
ngan hukum. Spesifikasi penelitian ini yaitu baku kerusakan lingkungan hidup (sebagaimana
deskriptif-analitis. Metode pengumpulan data diatur dalam Pasal 98). Kedua, UUPPLH 1997
yang digunakan melalui metode library rese- merumuskan pidana dengan pidana maksimum,
arch (metode kepustakaan) dengan menguji ba- sedangkan UUPPLH 2009 merumuskan pidana
han dokumen dan bahan pustaka yang diguna- dengan minimum dan maksimum. Ketiga, UUP-
kan dalam penelitian ini. PLH 2009 mengatur mengenai hal-hal yang ti-
Data dianalisis secara kualitatif-norma- dak di atur dalam UUPPLH 1997 yaitu di antara-
tif, meneliti dengan jalan menafsirkan dan nya pemidanaan bagi pelanggaran baku mutu
membangun pernyataan yang terdapat dalam (sebagaimana diatur dalam Pasal 100), perluas-
dokumen per-undang-undangan. Metode anali- an alat bukti, keterpaduan penegakan hukum
sis kualitatif, dibangun berdasarkan data se- pidana, dan pengaturan tindak pidana korpora-
kunder yang berupa teori, makna dan substan- si.
sinya dari berbagai literatur, peraturan perun- Penjelasan UUPPLH 2009 dijelaskan pula
dang-undangan, dan data primer yang diper- mengenai perbedaan mendasar dengan UUPPLH
oleh dari wawan-cara, pengamatan dan studi 1997 adalah adanya penguatan yang terdapat
lapangan, kemudian dianalisis dengan norma- dalam Undang-Undang ini tentang prinsip-prin-
tifnya undang-undang, teori dan pendapat pa- sip perlindungan dan pengelolaan lingkungan
kar yang berkaitan, sehingga didapat kesimpul- hidup yang didasarkan pada tata kelola peme-
an tentang pengertian kebijakan hukum pidana rintahan yang baik karena dalam setiap proses
yang berkaitan deng-an pengelolaan lingkungan perumusan dan penerapan instrument pencega-
hidup dan pengentasan masalah-masalah ling- han pencemaran dan/atau kerusakan lingkung-
kungan hidup di masyarakat di masa menda- an hidup serta penanggulangan dan penegakan
tang. hukum wajib mengintegrasikan aspek transpa-
ransi, partisipasi, akuntabilitas, & keadilan.
Pembahasan UUPPLH, dalam penjelasan umum, me-
Kebijakan Hukum Pidana dalam Penegakan mandang hukum pidana sebagai upaya terak-hir
Hukum Lingkungan Hidup Saat Ini (ultimum remedium) bagi tindak pidana formil
Sejak dikeluarkannya UUPPLH 2009 yang tertentu, sementara untuk tindak pida-na
menggantikan UU No. 23 Tahun 1997 (selanjut- lainnya yang diatur selain Pasal 100 UUP-PLH,
nya disebut UUPPLH 1997), maka fungsi sebagai tidak berlaku asas ultimum remedium, yang
undang-undang induk umbrella provisions me- diberlakukan asas premium remedium
lekat pada UUPPLH 2009. UUPPLH membawa (mendahulukan pelaksanaan penegakan hukum
perubahan mendasar dalam pengaturan penge- pidana). Asas ultimum remedium menempat-
lolaan lingkungan hidup di Indonesia. 6 Jika di- kan penegakan hukum pidana sebagai pilihan
cermati terdapat beberapa perbedaan penga- hukum yang terakhir.7 Ketergantungan penera-
turan antara UUPPLH 1997 dan UUPPLH 2009. pan hukum pidana disandarkan pada keadaan
Pertama, UUPPLH 1997 merumuskan tin- sanksi administrasi yang telah dijatuhkan tidak
dak pidana sebagai tindakan yang mengakibat-kan dipatuhi, atau pelanggaran dilakukan lebih dari
pencemaran dan/atau perusakan lingkung-an satu kali.
hidup (sebagaimana diatur dalam Pasal 41), Pengancaman pidananya tidak sama atau
sedangkan UUPPLH 2009 merumuskan tindak pi- lebih ringan dari batas maksimum pidana yang
diatur dalam KUHP, dan khususnya dalam Pasal
6 Edra Satmaidi, “Politik Hukum Pengelolaan Lingkungan
Hidup Di Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang
Dasar 1945”, Jurnal Konstitusi, Vol. 4 No. 1 Tahun 2011, 7 Salman Luthan, “Asas dan Kriteria Kriminalisasi”, Jurnal
FH Universitas Riau, hlm. 69-81 Hukum, Vol. 16 No. 1 Januari 2009, hlm. 8
418 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 3 September 2013

97 sampai dengan Pasal 115 UUPPLH 2009, Tindak pidana lingkungan hidup diatur
sebenarnya tetap dimungkinkan/diperbolehkan dalam Bab XV, yang terdiri dari 23 pasal, di-mulai
pidana lebih ringan. Hal ini menyebabkan kebi- dari Pasal 97 sampai dengan Pasal 120 UUPPLH.
ngungan dalam penegakan hukum pidana ling- Dalam Pasal 97 disebutkan, bahwa tindak pidana
kungan hidup, terlebih dalam putusan hakim seba-gaimana dimaksud pada Bab XV itu adalah
dalam upaya penjeraan si pelaku (deterence kejahatan. Dengan demikian, me-ngenai
effect). kejahatan terhadap lingkungan hidup di-atur
Penegakan hukum lingkungan di Indonesia dalam bab tersebut. Di samping dalam UUPPLH,
mencakup penataan dan penindakan (complian-ce kejahatan terhadap lingkungan hidup juga diatur
and enforcement).8 Penegakan hukum ling- dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
kungan dalam arti yang luas, yaitu meliputi (KUHP), misalnya dalam Pasal 187, Pasal 188,
preventif dan represif. Pengertian preventif sa- Pasal 202, Pasal 203, Pasal 502, dan Pasal
ma dengan compliance yang meliputi negosiasi, 503 KUHP. Kejahatan terhadap lingkungan hi-
supervise, penerangan, nasihat), sedangkan re- dup juga terdapat dalam peraturan perundang-
presif meliputi penyelidikan, penyidikan sampai undangan di luar KUHP dan diluar UUPLH. Mi-
pada penerapan sanksi baik administratif mau pun salnya (antara lain) dalam: Pasal 52 ayat (1) UU
pidana.9 No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Po-
Penegakan hukum pengelolaan lingkung-an kok-pokok Agraria/UUPA; Pasal 31 UU No. 11
hidup saat ini masih sulit dilakukan oleh ka-rena Tahun 1967 Tentang Pertambangan; Pasal 11
sulitnya pembuktian dan menentukan kri-teria UU No. 1 Tahun 1973 Tentang Landasan Konti-
baku kerusakan lingkungan.10 Upaya pene-gakan nen Indonesia; Pasal 15 UU No. 11 Tahun 1974
hukum lingkungan hidup melalui hukum pidana Tentang Pengairan; Pasal 16 ayat (1) UU No. 5
adalah bagaimana tiga permasalahan pokok dalam Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif
hukum pidana ini dituangkan da-lam undang- (ZEE) Indonesia; Pasal 27 UU No. 5 Tahun 1984
undang yang sedikit banyak mem-punyai peran Ten-tang Perindustrian; Pasal 24 UU No. 9 Ta-
untuk melakukan rekayasa sosial (social hun 1985 Tentang Perikanan; Pasal 40 UU No. 5
engeneering)11, yaitu yang meliputi pe-rumusan Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya
tindak pidana (criminal act), pertang- Alam Hayati dan Ekosistemnya; Pasal 78 UU No.
gungjawaban pidana, dan sanksi (sanction) baik 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan; dan Pasal
pidana maupun tata-tertib. Sesuai dengan tuju-an 94 ayat (1) dan (2) jo. Pasal 95 ayat (1) dan (2)
yang tidak hanya sebagai alat ketertiban, hukum UU No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air.
lingkungan mengandung pula tujuan pembaharuan Kejahatan atau tindak pidana lingkungan
masyarakat (social engineering). Hukum sebagai hidup terdapat dalam berbagai peraturan per-
alat rekayasa sosial sangat pen-ting dalam hukum undang-undangan selain UUPLH dan KUHP. Oleh
lingkungan.12 karena itu, kecermatan dari para penegak hu-
kum, terutama penyidik, penuntut umum dan
hakim sangat diperlukan dalam menemukan pe-
8 Daud Silalahi, “Manusia Kesehatan dan Lingkungan”,
raturan perundang-undangan yang berkaitan
Jur-nal Masalah Lingkungan Hidup, Mahkamah Agung RI, dengan tindak pidana lingkungan hidup dalam
1994, hlm. 1,
9 Dyah Adriantini Sintha Dewi, “Konsep Pengelolaan Ling- berbagai macam peraturan perundang-undang-
kungan Hidup, Menuju Kemakmuran Masyarakat”, Jurnal an itu. Dengan kata lain, peraturan perundang-
Fakultas Hukum, Vol. 1 No. 1 Tahun 2012, Universitas
Muhammadiyah Magelang undangan mana yang akan digunakan, tergan-
10Sutrisno, “Politik Hukum Perlindungan dan Pe-ngelolaan
Lingkungan Hidup”, Jurnal Hukum, No. 3 Vol. 18 Juli tung pada terhadap sumber daya apa tindak pi-
2011, FH UII, hlm. 444-464. dana lingkungan hidup itu dilakukan. Perlin-
11Nyoman Serikat Putra Jaya, 2005, Kapita Selekta Hukum
Pidana, Semarang: Badan Penerbit UNDIP, hlm. 253, dungan dan pengelolaan lingkungan hidup pada
12Helmi, “Hukum Lingkungan dalam Negara Hukum Kese-
jahteraan Untuk Mewujudkan Pembangunan Berkelan-
hakikatnya adalah penerapan prinsip–prinsip
jutan”, Inovatif; Jurnal Ilmu Hukum, Vol 4. No. 5 Tahun
2011, hlm. 93-103
Kebijakan Hukum Pidana dalam Upaya Penegakan Hukum Lingkungan Hidup 419

ekologi dalam kegiatan manusia terhadap dan ngunan berkelanjutan merupakan suatu gagas-
13 an melestarikan lingkungan hidup untuk men-
atau yang berdimensi lingkungan hidup.
dukung dan melegitimasi berkembangnya per-
Penegakan Hukum Pidana dalam Kebijakan tumbuhan ekonomi kapitalis, sehingga sesung-
Undang-Undang Lingkungan Hidup di Masa guhnya yang dilestarikan adalah pembangunan
Mendatang dan pertumbuhan ekonomi kapitalis itu sendiri.
Uraian dalam bagian ini hanya menyoroti Kedua, cakupan tindak pidana lingkungan
secara normatif tindak pidana lingkungan hidup hidup diatur di dalam Buku II Bab VIII pasal 384
yang sudah diatur dalam RUU KUHP. Analisis sampai 390 RUU KUHP. Pengaturan tersebut
lebih mendalam akan diuraikan dalam bagian berada di bawah bab tentang tindak pidana
berikutnya. Ada beberapa catatan atas rumus- yang membahayakan kepentingan umum bagi
an tindak pidana lingkungan hidup dalam RUU orang, kesehatan, barang dan lingkung-an hi-
KUHP. Istilah pencemaran dan perusakan ling- dup. Dalam pengaturan tersebut dimasukkan
kungan dicantumkan dalam Buku I RUU KUHP, generic crimes (kejahatan umum) yakni pence-
dalam Bab tentang Pengertian Istilah. Pasal 192 maran dan perusakan lingkungan hidup (Pasal
menentukan bahwa pencemaran lingkungan hi- 384 dan 385) yang sifatnya kejahatan murni.
dup adalah masuknya atau dimasukkannya Namun, RUU KUHP belum memasukan pasal-pa-
mak-hluk hidup, zat, energi, dan/atau sal kejahatan dan jenis pidana yang berhubung-
komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh an dengan pemanfaatan dan pengelolaan sum-
kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun ber daya alam seperti terdapat dalam UU Per-
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan tambangan, UU Minyak dan Gas Bumi, UU Sum-
lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai ber Daya Air, UU Kehutanan, UU Konservasi
dengan per-untukannya. Kemudian, Pasal 200 Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya UU
menentukan bahwa Perusakan lingkungan hidup Pokok Agraria, UU Perkebunan. Menurut Barda
adalah tin-dakan yang menimbulkan perubahan Nawawi, alasan belum dimasukkannya sejumlah
langsung atau tidak langsung terhadap sifat tindak pidana yang berhubungan dengan pe-
fisik dan/ atau hayatinya yang mengakibatkan manfaatan dan pengelolaan sumber daya alam
lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam adalah karena tindak pidana tersebut masuk
menunjang pembangunan berkelanjutan dalam kategori tindak pidana adminis-trasi, bu-
Kedua pengertian ini mencantumkan kata kan generic crimes. Jika jenis-jenis tindak pi-
lingkungan hidup berkali-kali tetapi tidak dite- dana ini dipaksakan masuk dalam RUU KUHP
maka kodifikasi ini akan sangat tebal sehingga
mukan pengertian apa yang dimaksud dengan
justru menjadi tidak efisien bagi sebuah kitab
lingkungan hidup. Dari segi perumusan dan ca-
kupan pe-ngertian terdapat beberapa catatan. pidana.14
Pertama, rumusan pasal 200 cukup membi- Perumusan pasal tindak pidana lingkung-
ngungkan karena di bagian akhir disebut istilah an hidup dalam RKUHP adalah pola perumusan
pembangunan berkelanjutan sebagai tujuan pe- pasal untuk tindak pidana materil. Dalam ru-
mulihan fungsi lingkungan hidup. Dengan demi- musan seperti itu tidak ada pembedaan keja-
kian, pasal ini menempatkan pembangunan hatan berdasarkan akibatnya, sehingga Pasal
berkelanjutan sebagai paradigma yang menda- 384 dan Pasal 385 menyamakan sanksi bagi
sari alasan mengapa perusakan lingkungan hi- pencemaran/perusakan lingkungan yang ber-
dup dilarang oleh RUU KUHP. Namun, konsep dampak kecil dengan pencemaran/perusakan
ini sebetulnya masih dalam perdebatan, teruta- lingkungan yang berdampak besar. Rumusan se-
ma karena arah pandangnya yang masih kuat
mendukung keistilahan pembangunan. Pemba- 14Barda Nawawie Arief dalam Diskusi Pakar “Studi atas Ke-
jahatan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam dalam
13
M. Yunus Wahid, “Prinsip Dan Karakter Hukum Lingku- Berbagai Undang-Undang dan Inisiatif Kodifikasi ke da-
ngan”, Jurnal Ilmiah Ishlah, Vol.13 No. 02, Mei-Agustus lam Rancangan Perubahan KUHP”, Hotel Arcadia, Jakar-
2011, hlm. 163-179 ta, 30 Januari 2007
420 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 3 September 2013

perti ini belum menampung manfaat teknologi Rumusan seperti ini harusnya akan lebih
yang mampu menggolongkan karakteristik pen- tepat jika diikuti oleh lampiran tentang kate-
cemaran/perusakan lingkungan hidup yang ber- gori bahan sebagaimana terdapat dalam Pera-
beda-beda berdasarkan kuantitas dan kualitas turan Pemerintah No. 19 Tahun 1999 tentang
pencemarannya. Padahal kejahatan yang mun-cul Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Ber-
sebagai akibat perkembangan teknologi su-dah acun. Dalam PP ini daftar limbah berbahaya di-
tercantum dalam bagian lain RUU KUHP se-perti beri kode limbah D220, D221, D222 dan D-223.
tindak pidana informatika dan telematika dan Jika ada bahan yang muncul di luar daftar ter-
tanpa hak mengakses komputer dan sistem sebut maka kategorinya adalah mudah mele-
elektronik (Pasal 373 – Pasal 378). Membedakan dak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun,
pencemaran atau perusakan lingkungan dalam menyebabkan infeksi dan bersifat korotif. Arti-
skala-skala dampak tertentu akan menolong da- nya, ukuran berbahaya hanya satu di antara se-
lam merumuskan berat/ringannya sanksi berda- kian jenis ukuran lainnya.
sarkan berat/ringannya akibat perbuatan bukan Ada beberapa hal yang belum dicantum-
hanya bagi nyawa dan kesehatan manusia te-tapi kan RUU KUHP dalam ruang lingkup tindak pi-
juga bagi kelangsungan lingkungan hidup. dana lingkungan hidup. Pertama, menurut Pa-
Persoalan lain dalam rumusan tindak pi- sal 384 ayat (2), 385 ayat (2), 386 ayat (2) dan
dana lingkungan hidup RUU KUHP adalah peng- 387 ayat (2), pidana dengan pemberatan hanya
gunaan istilah “memasukkan bahan” tertentu ditujukan terhadap perbuatan yang mengaki-
ke dalam media lingkungan sebagai perbuatan batkan orang mati atau luka berat. Sementara
yang diancam dengan pidana lingkungan hidup. akibat perbuatan bagi lingkungan hidup yang
Persoalan tersebut adalah tidak adanya peng- secara ilmilah kategorinya adalah perusakan/
golongan bahan. Untuk memperjelas duduk pencemaran berat, tidak ditempatkan sebagai
soalnya, berikut ini diambil dua contoh pasal pidana lingkungan dengan pemberatan.
yang menggunakan istilah tersebut yaitu Pasal Kedua, denda yang dicantumkan dalam
386 dan Pasal 388. semua pasal di atas adalah denda karena per-
Perumusan ini cukup tegas menguraikan buatan yang mencemari/merusak lingkungan,
wujud perbuatan, tetapi masih belum jelas apa membahayakan nyawa atau kesehatan dan me-
saja ukuran dan penggolongan jenis bahan. Da- nyebabkan matinya orang. Sementara biaya so-
lam penjelasan Pasal 390 sebetulnya sedikit sial dan ekonomi seperti nilai-nilai lokal yang
menjabarkan tentang cakupan bahan. Di sana hancur karena lingkungan yang rusak dan pen-
dikatakan bahwa: “yang dimaksud dengan ‘ba- dapatan yang berkurang karena pencemaran
han’ tidak saja bahan makanan, tetapi juga lingkungan tidak dihitung sebagai ongkos sosial
meliputi kosmetika, pembersih rumah tangga, yang harus digantikan oleh pelaku tindak pi-
dan lain sebagainya”. dana. Barda Nawawi dalam komentarnya ter-
Rumusan ini hanya mampu menjerat per- hadap tindak pidana lingkungan hidup pernah
buatan “memasukkan bahan” tetapi belum menulis bahwa dampak pencemaran lingkungan
sampai ke penggolongan jenis bahan berdasar- tidak hanya fisik tetapi juga nonfisik, termasuk
kan akibat yang ditimbulkannya. Potensi akibat sosial budaya. Tetapi, penafsiran tentang kri-
yang muncul dari rumusan ini adalah pelaku teria dampak negatif terhadap sosial budaya
yang menimbulkan akibat berdampak sangat ri- sangat terbatas dan dogmatis15 sehingga belum
ngan terhadap nyawa dan/atau kesehatan ma- menyentuh ke persoalan kehancuran nilai ma-
nusia memiliki ancaman yang sama dengan pe- syarakat lokal akibat pencemaran/perusakan
laku yang secara kategori ilmiah menggunakan lingkungan.
bahan yang daya rusaknya sangat besar dan
meluas baik bagi lingkungan hidup maupun bagi
kesehatan dan/atau nyawa manusia. 15
Lihat Barda Nawawi Arief, “Masalah Penegakan Hukum
Pidana Terhadap Tindak Pidana Lingkungan Hidup”, Jur-
nal Masalah-Masalah Hukum, No. 1 Tahun 1992, hlm. 24
Kebijakan Hukum Pidana dalam Upaya Penegakan Hukum Lingkungan Hidup 421

Menurut Barda Nawawi, jika tidak ada dicantumkan. Padahal pidana berupa melaku-
kriteria yang jelas tentang pencemaran sosial kan perbuatan tertentu dapat diarahkan untuk
budaya maka secara luas dikatakan penyebaran memulihkan kembali fungsi lingkungan yang te-
paham komunis, penodaan agama atau meng- lah rusak, sedangkan ganti rugi bisa ditujukan
ajak orang tidak menganut agama apa pun me- untuk mengganti ongkos sosial akibat pencema-
nimbulkan pencemaran sosial budaya karena ran/perusakan lingkungan.
orang menjadi tidak beragama merupakan tin-
dakan pencemaran sosial budaya. Perbandingan Undang-Undang No. 32 Tahun
Belum dicantumkannya sanksi bagi keru- 2009 dengan Act No. 7561, 2005, FAEP Re-
sakan sosial dan ekonomi akan mencederai ke- public Of Korea
adilan lingkungan, yang mencakup semua as- Pencemaran dan perusakan lingkungan yang
pek, termasuk norma-norma budaya dan atur- bersifat internasional di Indonesia belum
an-aturan yang berharga, peraturan-peraturan, 16
kelihatan, kecuali misalnya, kasus impor B3
kebiasaan-kebiasaan, kebijakan-kebijakan, dan (bahan berbahaya dan beracun) dari Singapura
keputusan-keputusan untuk mendukung komu- yang dibuang di Pulau Bintan, Riau. Namun de-
nitas-komunitas yang berkelanjutan, di mana mikian, masalah pencemaran dan perusakan
manusia dapat berinteraksi dengan kepercaya- lingkungan yang bersifat transnasional di Indo-
an tentang lingkungan mereka yang aman, ter- nesia mungkin akan terjadi di masa mendatang.
pelihara, dan produktif. Padahal menurut RUU Beberapa prinsip dalam penegakan hukum pub-lik
KUHP, dalam mempertimbangkan hukum yang lingkungan internasional berdasarkan Dekla-rasi
akan diterapkan, hakim sejauh mungkin meng- Rio antara lain sebagai berikut. Pertama, bahwa
utamakan keadilan di atas kepastian hukum manusia mempunyai hak-hak dasar un-tuk
(Pasal 12). merdeka, persamaan dan keseimbangan kondisi
Ketiga, tindak pidana lingkungan hidup kehidupan dalam suatu lingkungan yang
cenderung berorientasi kepada kasus-kasus berkualitas yang memungkinkan kehidupan yang
lingkungan urban yang sarat dengan pencemar- terhormat dan baik, dan manusia mempu-nyai
an dari industri, seperti tindakan memasukan tanggungjawab yang suci untuk melindungi dan
bahan ke dalam sumur, pompa air, mata air, memperbaiki lingkungan sekarang dan un-tuk
atau ke dalam kelengkapan air minum untuk generasi mendatang; kedua, sumber-sum-ber
umum atau untuk dipakai oleh atau bersama- alamiah dari bumi yang meliputi udara, air,
sama dengan orang lain, tanah, air per-mukaan tanah, flora, fauna, dan contoh-contoh khusus
dan udara yang menimbulkan atau patut diduga dari eco system alamiah harus dilindungi untuk
menimbulkan akibat yang berbahaya bagi kese- generasi sekarang dan mendatang melalui pe-
hatan atau nyawa manusia merupakan kejahat- rencanaan atau manajemen yang teliti dan se-
an lingkungan yang umum terjadi di lingkungan suai; ketiga, kesanggupan bumi untuk mempro-
perkotaan (Pasal 386, 387, 388, 399 RKUHP). duksi sumber-sumber yang dapat diperbaharui
Rumusan seperti itu belum menjangkau tinda- yang sangat penting harus dipertahankan dan
kan seperti kebakaran hutan, pencemaran ta- bilamana mungkin diperbaiki dan dipulihkan; dan
nah oleh akar dan zat kimia dari pohon sawit, keempat, manusia mempunyai tanggungja-wab
yang sulit dikategorikan sebagai tindakan me- yang khusus untuk mengamankan dan me-ngelola
masukan sesuatu baik sengaja maupun tidak secara bijak warisan leluhur, yaitu ha-bitat-
sengaja. habitat yang sekarang telah dirusak de-ngan
Keempat, rumusan sanksi tindak pidana hebatnya oleh kombinasi berbagai faktor.
lingkungan hanya mencantumkan dua jenis san-ksi Konservasi alam yang meliputi binatang liar dan
yakni penjara dan denda. Dua jenis sanksi lain
yakni melakukan perbuatan tertentu dan ganti
16
Andi, Hamzah, 2005, Penegakan Hukum Lingkungan, Ja-
rugi yang sangat vital dalam kasus-kasus karta: Penerbit Sinar Grafika.
pencemaran/perusakan lingkungan hidup belum
422 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 3 September 2013

cagar alam harus diutamakan dalam perenca- rakat bahagia dan senang, terbebas dari pen-
naan pembangunan ekonomi. cemaran dan kerusakan lingkungan. Hal ini di
Berdasarkan beberapa prinsip yang dianut dasarkan pada konstitusi The Republic Of Ko-
secara internasional di atas, maka negara-ne-gara rea, pada Article 35, yang menegaskan:
di dunia berkewajiban untuk melaksana-kannya 1) all citizens shall have the right to
dalam program legelasi nasional di ne-garanya healthy and pleasent environment.
masing-masing. Teks yang pertama, yaitu The state and all citizens shall en-
Deklarasi Rio mengenai Lingkungan dan deavour to protect the environment.
2) the substance of the environmental
Pembangunan menyebut 27 prinsip yang me- right shall be determined by Act.
nentukan hak-hak dan tanggung jawab negara di 3) the state shall endeavour to ensure
wilayah yang perlu diprogramkan yang akan comfortable housing for all citizens
diterapkan dalam tahun-tahun mendatang. Ka- through housing development policies
rena Deklarasi ini merupakan kompromi antara and the like.
negara-negara berkembang dan negara-negara
Artinya UU Lingkungan hidup di Korea te-
maju, maka menurut Sang Kyu Rhi,17 deklarasi lah mengikuti amanat dasar konstitusinya. Ide
tersebut menjadi ternoda, berbeda dengan de- dasar adalah konstitusi (Constitution). UU Ling-
ngan Deklarasi Stockholm. Satu isi penting dari kungan di Korea juga membedakan antara sua-
Deklarasi Rio yang merupakan kompromi ke- tu pencemaran lingkungan (envionmental pol-
lompok 77, terutama untuk menciptakan dok-trin lution) dan kerusakan lingkungan atau (envi-
pembangunan berkelanjutan (sustainable ronmental damages). Bila dibandingkan dengan
development). penyusunan tujuan undang-undang di Indonesia
Salah satu negara yang telah mematuhi belum terlihat perbedaaan penegakan hukum
prinsip-prinsip penegakan hukum lingkungan di terhadap pencemaran lingkungan dan kerusak-
atas adalah Republik Korea, Pada perkembang-an an lingkungan dalam peraturan perundangan-
penegakan hukum lingkungan di Korea, telah nya.
diadakan pembentukan hukum yang tersusun Article 2 (Fundamental Idea):
secara tegas dan terperinci. Sebagaimana ter- “… the fundamental idea of this Act is to
tuang dalam Framework Act on Environmental have current citizens broadly enjoy envi-
ronmental benefits and simultaneously to
Policy (FAEP):
allow future generations inherit such be-
Article I (Purpose): nefits, by having the State, local govern-
“The purpose of this Act is to have all ment, enterprisers and citizens endea-
the people enjoy healthy and pleasant vour to maintain and create a better en-
lives by preventing the environmental vironment...”19
polluti-on and environmental damages
and by properly managing and preserving Terdapat cita-cita dasar pembentukan
envi-ronment through defining the right undang-undangnya pada Pasal 2 UU Lingkungan
and duty of the citizens and the
obligation of the state with regard to Hidup di Korea (FAEP), yaitu untuk mewariskan
environmental preservation and lingkungan hidup sebagai warisan generasi men
determining the funda-mental matters datang dan masa depan Korea. Maka, setiap pi-hak,
for environmental poli-cies”.18 baik pemerintah, pengusaha, dan seluruh rakyat
berkewajiban untuk merawat dan men-ciptakan
Penyusunan tujuan pembuatan undang-
lingkungan yang lebih baik setiap wak-tunya. Apabila
undang lingkungan di Korea telah dituangkan
dalam satu pasal tersendiri, yang menegaskan dibandingkan dengan Indonesia, pembentukan
bahwa tujuan pembuatan Act atau undang-un- UULH nya belum ada terlihat ke-wajiban negara dan
dang adalah bertujuan membuat hidup masya- seluruh rakyat untuk mera-wat kelestarian
lingkungan hidupnya masing-masing, di mana satu
Pasal pun tidak menying-
17
Sang Kyu Rhi, 1994, “Legal Aspect Of The Rio Declara-
18 tion”, Conference Of The Law Of The World, Manila. 19
ACT No. 7561, 2005, FAEP Republic Of Korea Ibid.
Kebijakan Hukum Pidana dalam Upaya Penegakan Hukum Lingkungan Hidup 423

gung soal kewajiban (obligation) negara dan natural environment yang meliputi sumber da-
seluruh masyarakat tentang hal tersebut. ya alam, kekayaan hewani dan kekayaan hayati
Article 3 (definitions): sementara living environment mencakup ling-
For the purpose of this Act, the definiti- kungan sekitar, di mana sehari-hari manusia
ons of terms shall be as follows: berkehidupan. Kedua, perumusan pasal tindak
1) The Term “environment” means a na-
pidana lingkungan hidup dalam UUPPLH adalah
tural environment and living environ-
ment; pola perumusan pasal untuk tindak pidana ma-
2) The term Natural Environment means teriil. Dalam rumusan Pasal 97-120 tidak ada
the natural conditions (including eco pembedaan kejahatan berdasarkan akibatnya,
system and natural scenery); dimana terlihat adanya upaya mempersamakan
3) The Term “Living Environment” means
sanksi bagi pencemaran/perusakan lingkungan
the environment related to the daily
life of human beings, such as the air, yang berdampak kecil dengan pencemaran/pe-
water, waste, noise, vibration, malo- rusakan lingkungan yang berdampak besar. Ke-
dor, sunshine interception, etc; tiga, membedakan pencemaran/perusakan ling
4) The Term “ Environmental Pollution” kungan dalam skala-skala tertentu akan meno-
means air pollution, soil polluiton, wa-
long dalam merumuskan berat/ringannya san-
ter pollution, sea pollution, radioacti-ve
contamina-tions, noises, vibrations, ksi berdasarkan berat/ringannya akibat per-
malodor, sunshine interception ....; buatan bukan hanya bagi nyawa dan kesehatan
5) The Term “Envronmental Damage” manusia tetapi juga bagi kelangsungan lingku-
means the conditions which inflict se- ngan hidup.
rious damage on intrinsic functions of
Perbandingan kajian terhadap ke-tentuan
the natural environment by overhun-
ting or overgathering wild animals or kriminalisasi dalam Criminal Code UUPLH di Ko-
plants, destructing their habitats, dis- rea adalah sebagai berikut. Pertama, dasar
turbing the order of ecosystem, (basic). Adapun ide dasarnya adalah Act No.
impai-ring the natural scenery and 6094, Dec. 31, 1999 yang mengatur tentang Act
washing away the topsoil, etc...”
On Special Measures For The Control Of Envi-
6) The Term “Environmental Preservati-
on” means the acts to protect the en- ronmental Offenses. Act inipun di dasarkan pa-
vironment from any environmental da konstitusi The Republic Of Korea. Article 35
pollution and environmental impairing menegaskan:
to improve the polluted or impaired 1) all citizens shall have the right to
environment and to simultaneously healthy and pleasent environment.
maintain and create the conditions of The state and all citizens shall ende-
delightful environment, and avour to protect the environment.
7) The Term “Envrionmental Capacity” 2) the substance of the environmental
means the limit to which environment right shall be determined by Act.
keeps its quality and absorbs, pruri- 3) the state shall endeavour to ensure
fies, and restores environmental pol- comfortable housing for all citizens
lution or environmental damage on its through housing development policies
own. and the like.
Apabila dikaji Pasal 3 UULH Korea di atas Hal ini menunjukkan bahwa dalam pem-
maka dapat dilihat adanya pembagian yang je-las buatan undang-undangnya, Korea Selatan begi-
antara pengertian perusakan lingkungan, tu konsisten dalam penegakan hukum pidana di
pencemaran lingkungan, perlindungan lingkung- bidang hukum lingkungan hidup. Sebuah konsis-
an, dan kapasitas lingkungan. Perbandingan FA-EP tensi undang-undang dapat dilihat, dimulai dari
dengan UUPPLH 2009 dapat dijelaskan seba-gai konstitusi negara kemudian UU Penegakan Ling-
berikut. Pertama, perumusan teks UUPPLH 2009 kungan Hidup, sampai pada peraturan pidana
seharusnya membedakan dengan tegas yang tentang lingkungan hidup secara khusus pun
dimaksud dengan natural-environment diatur. Pengaturan semacam ini dikenal dengan
dan living-environment, yaitu: ruang lingkup
424 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 3 September 2013

teori stufen, yang oleh Hans Kelsen diperkenal- (g) Agrochemicals and technical concen-
kan sebagai teori hirarki perundang-undangan, trates under the provisions of sub-
dimana undang-undang di atasnya diikuti oleh paragraphs 1 and 3 of Article 2 of the
Agrochemicals Control Act;
undang-undang yang ada di bawahnya secara
terus menerus dan terperinci. Ayat (1) dari Pasal ke-2 Act On Special
Kedua, tujuan (purpose). Ditegaskan bah- Measures For The Control Of Environmental
wa “the purpose of this Act is to contribute to Offenses menjelaskan tentang pengertian dari
the environmental presservation by punishing measures (ukuran) terjadinya pencermaran dan
aggravatingly any act of causing environmental perusakan lingkungan hidup. Ini sangat mena-
pollution or damages harmful to human life rik, apabila dilihat dalam Pasal 1 UUPPLH, ter-
and body, sources of water supply, or natural nyata tidak mengartikan patokan baku, mana
ecosystem, etc. and by toughening administra- pencemaran dan hal mana dapat disebut pe-
tive dispositions against such act”. rusakan lingkungan hidup. Dalam Pasal 1 UUPP-
Dijelaskan bahwa tujuan penyelenggara- LH, dapat dilihat:
an perundang-undangan adalah demi perlindu- a. Pencemaran lingkungan hidup adalah
ngan lingkungan dengan menghukum secara ku- masuk atau dimasukkannya makhluk
mulatif terhadap setiap tindakan yang menye- hidup, zat, energi, dan/atau kompon-
babkan pencemaran lingkungan atau perusakan en lain ke dalam lingkungan hidup
oleh kegiatan manusia sehingga me-
yang berat terhadap kehidupan manusia dan
lampaui baku mutu lingkungan hidup
alam raya dalam ekosistem yang bertentangan yang telah ditetapkan;
dengan hal tersebut. Kemudian dilihat pada b. Kriteria baku kerusakan lingkungan hi-
pasal selanjutnya bahwa terdapat pengertian- dup adalah ukuran batas perubahan sifat
pengertian nyata dari pencemaran dan perusa- fisik, kimia, dan/atau hayati ling-kungan
hidup yang dapat ditenggang oleh
kan lingkungan hidup, dimana termasuk salah
lingkungan hidup untuk dapat te-tap
satu perbedaaan mendasar dengan UUPPLH di melestarikan fungsinya;
Indonesia. c. Perusakan lingkungan hidup adalah
Ketiga, pengertian (definition). Disebut- tindakan orang yang menimbulkan pe-
kan bahwa the term pollutants means mate- rubahan langsung atau tidak langsung
terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau
rials falling under any of the following items:
hayati lingkungan hidup sehingga me-
(a) Air pollutants under the provisions of lampaui kriteria baku kerusakan ling-
subparagraph 1 of Article 2 of the kungan hidup;
Clean Air conservation Act; d. Kerusakan lingkungan hidup adalah
(b) Water pollutants under the provisi- perubahan langsung dan/atau tidak
ons of subparagraph 7 of Article 2 of langsung terhadap sifat fisik, kimia,
the Water Quality and Ecosystem dan/atau hayati lingkungan hidup
Conservation Act; yang melampaui kriteria baku keru-
(c) Soil pollutants under the provisions sakan lingkungan hidup.
of subparagraph 2 of Article 2 of the
Soil Environment Conservation Act; Adanya unsur perubahan langsung atau
(d) Poisonous substances under the pro-
tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/
visions of subparagraph 3 of Article 2
of the Toxic Chemicals Control Act; atau hayati lingkungan hidup sehingga melam-
(e) Sewage and excreta under the pro- paui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup,
visions of subparagraphs 1 and 2 of menunjukkan bahwa delik TPLH ini merupakan
Article 2 of the Sewerage Act and delik materil, dimana artinya delik yang peru-
livestock excreta under the provi-
musannya dititikberatkan pada akibat yang di-
sions of subparagraph 2 of Article 2
of the Act on the Management and larang. Kalau akibat ini tidak ada, maka delik-
Use of Livestock Excreta; nya juga tidak ada. Dengan demikian, akibat di
(f) Wastes under the provisions of sub- atas harus di-buktikan adanya di sidang penga-
paragraph 1 of Article 2 of the Was- dilan. Di sinilah letak kesulitannya untuk me-
tes Control Act; and
Kebijakan Hukum Pidana dalam Upaya Penegakan Hukum Lingkungan Hidup 425

nentukan ada tidaknya akibat pencemaran atau (3) Any person who has illegally dischar-
perusakan lingkungan hidup. Lebih sulit lagi, ged pollutants or damaged the envi-
karena akibat pencemaran atau perusakan ling- ronment protection area by commit-
kungan hidup tidak seketika timbulnya, seperti ting the offense referred to in para-
dalam tindak pidana pembunuhan atau penga- graph (2) to the extent that the pur-
niayaan. Akibat dari pencemaran atau perusa- pose of setting up or designating the
kan lingkungan hidup seringkali baru dapat di- area is lost shall be punished by im-
ketahui setelah berbulan-bulan bahkan berta- prisonment with prison labor for a fi-
hun-tahun. xed term of not less than 5 years.
Keempat, hukuman (punishment). Dalam
Act On Special Measures For The Control Of Kemudian diperberat lagi dengan sanksi-
En-vironmental Offenses, penegakan hukum sanksi berikut:
pida-na lingkungan hidup disusun secara Article 9 (Punishment, etc. of Person Dis-
berlapis-lapis, sangat tegas, dapat dilihat obeying Order)
sebagai beri-kut: (1) Any person who has disobeyed an or-
Article 4 (Aggravated Punishment for Act der (excluding an order to remove)
of Contaminating Environment Protecti- under the provisions of Article 13 (1)
on Area, etc.) shall be punished by imprisonment
(1) The punishment of any person who with prison labor for not more than 5
has committed the offense under Ar- years.
ticle 3 (1) through (3) in the environ- (2) Any person who has disobeyed an
ment protection area may be aggra- order to remove under the provisions
vated by up to half of the correspon- of Article 13 (1) or any person who
ding punishment. has removed or damaged signs posted
(2) Any person who has altered the form under the provisions of Article 13 (4)
and nature of a land of not less than shall be punished by imprisonment
300 square meters in the environ- with prison labor for not more than 2
ment protection area in violation of years or a fine not exceeding 10 mil-
the provisions of Article 20 (1) 2 of lion won.
the Natural Environment Conservati-
on Act (including the case where ap- Article 10 (Joint Penal Provisions)
plication is made mutatis mutandis in (1) When the representative of a juristic
Article 28 of the same Act), Article 8 person, or the agent, employee or
of the Special Act on the Preservati- other employed of a juristic person
on of Ecosystem in Island Areas inclu- or an individual performs an act of
violating Articles 5 through 7 in re-
ding Dok Island, Article 23 of the Na-
lation to the business of the juristic
tural Parks Act (limited to the case of person or the individual, the juristic
the park nature preservation area person or the individual shall be fi-
and the park natural environment ned pursuant to the respective rele-
area among the park areas), Article vant Articles, in addition to the pu-
nishment of the actor.
13 (1) 1 of the Conservation of Wet-
lands Act, or Article 7 (4) of the Wa- Apabila dibandingkan dengan UUPPLH 2009,
ter Supply and Waterworks Installa- maka dalam UUPPLH terdapat sebuah keanehan
tion Act shall be punished by impri- dalam penerapan sanksi pidananya, di mana
sonment with prison labor for a fixed ketentuan tentang pemidanaan yang menyebab
term of not less than 2 years. (Amen- kan kematian seseorang justru tidaklah lebih
ded by Act No. 7456, Mar. 31, 2005; berat dari apa yang tercantum dalam Pasal 238
Act No. 8370, Apr. 11, 2007) sampai Pasal 240 KUHP, yang menetapkan pida-
426 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 3 September 2013

na penjara 15 s.d. 20 tahun penjara. Dalam he- nya; ketiga, rumusan pemidanaan yang kabur
mat Penulis, bahwa pola pemidanaan yang me- dengan penggunaan kata ”dan/atau”, menye-
miliki nilai-nilai keadilan hukum dan kepastian babkan hakim dapat memilih antara penjatuh-
hukum, apabila perundang-undangan konsisten an sanksi kumulatif ataupun alternatif; dan ke-
dengan peraturan di atasnya. Jenis-jenis empat, UUPPLH memandang hukum pidana
hukum pidana haruslah didasarkan pada berat- sebagai upaya terakhir (ultimum remedi-um)
ringan-nya pidana (straafmat), dan cara bagi tindak pidana formil tertentu, se-mentara
bagaimana pi-dana tersebut dilaksanakan untuk tindak pidana lainnya yang di berlakukan
(straafmodus). 20 Dalam Pasal 10 KUHP telah asas premum remedium (mendahu-lukan
diatur mengenai je-nis pidana (hukuman), yang pelaksanaan penegakan hukum pidana).
terdiri dari: pidana pokok (yang berupa pidana Beberapa kebijakan hukum pidana dalam
mati, pidana pen-jara, pidana kurungan, penegakan hukum lingkungan hidup di masa
pidana denda, dan pida-na tutupan); dan mendatang yang perlu dilakukan adalah sebagai
pidana tambahan (berupa: pencabutan hak-hak berikut. Pertama, pola pendekatan pemidanan
tertentu, perampasan ba-rang-barang tertentu, lingkungan mendatang adalah penjeraan (de-
dan pengumuman putus-an hakim. terrence approach) atau lazim disebut dengan
Berkaitan dengan berat ringannya pida- pendekatan penegakan hukum atau stick ap-
na, KUHP menyebut pidana dengan jumlah/ proach. Pendekatan ini paling banyak diguna-
maksimum pidana, minimum pidana dan pidana kan dalam kebijakan penegakan hukum lingku-
yang sudah ditentukan jenis dan jumlah atau ngan; kedua, upaya pembuktian diarahkan ke-
bentuknya (pidana mati, penjara seumur hidup pada delik formal dimana pembuktian hanya
dan penjara 20 tahun), sedangkan cara-cara melihat pada unsur kelakuan yang dapat dilihat
pelaksanaan pidananya berbeda-beda berdasar- dengan unsur panca indera, misalnya tindakan
kan jenis pidananya. Dengan demikian, bahwa pencemaran atau perusakan lingkungan hidup;
tindak pidana ling-kungan merupakan satu tin- dan ketiga, pemidanaan diarahkan pada sanksi
dak pidana yang berat, dimana dapat menim- kumulatif, artinya hakim dapat menjatuhkan
bulkan berbagai macam kerugian, jangka pen- seluruh ketentuan pemidanaan dalam undang-
dek hingga jangka panjang, bahkan menyebab- undang lingkungan tersebut, baik digabung se-
kan kematian massal. Kesimpulannya, perlu luruhnya atau digabung 2 (dua) atau 3 (tiga) sa-
pencermatan mendalam mengenai revisi UUPP- ja dan seterusnya.
LH 2009.
Saran
Penutup Ada beberapa saran yang dapat penulis
Simpulan berikan. Pertama, perlunya pembenahan pola
Ada beberapa kebijakan hukum pidana pemidanaan dan sanksi pidana dalam UU Pe-
dalam penegakan hukum lingkungan hidup saat ngelolaan Lingkungan hidup yang memiliki ni-
ini. Pertama, UUPPLH 2009 mengenal pelaku lai-nilai kepastian hukum dan nilai-nilai keadil-
tindak pidana selain manusia yaitu badan hu- an yang ditegakkan oleh semua pihak; dan ke-
kum atau perserikatan, yayasan, atau organisa- dua, perlunya pembenahan pola pemidanaan
si lainnya sedangkan menurut KUHP yang men- dan sanksi pidana dalam UU Pengelolaan Ling-
jadi pelaku adalah hanyalah manusia pribadi; kungan hidup yang seharusnya sinkron dan kon-
kedua, UUPLH di samping menggunakan sanksi sisten dengan KUHP dan RUU KUHP di masa
pidana pokok dan pidana tambahan seperti da- mendatang.
lam KUHP juga menggunakan tindakan tata-
tertib dalam mempertahankan norma-norma- Daftar Pustaka

20
Araya, Yulanto. “Penegakan Hukum Lingkungan
Muladi, “Pembaharuan Hukum Pidana Yang Berkualitas Hidup di Tengah Pesatnya Pembangunan
Indonesia”, Jurnal Masalah-Masalah Hukum, No. 2 Tahun
1998, Semarang: FH. UNDIP, hlm. 28
Kebijakan Hukum Pidana dalam Upaya Penegakan Hukum Lingkungan Hidup 427

Nasional”. Jurnal Legislasi Indonesia. Muladi. “Pembaharuan Hukum Pidana yang Ber-
Vol. 10 No. 1 Tahun 2013; kualitas Indonesia”. Jurnal Masalah-Ma-
Arief, Barda Nawawi. “Masalah Penegakan Hu- salah Hukum. No. 2 Tahun 1998. Sema-
kum Pidana Terhadap Tindak Pidana Ling- rang: FH. UNDIP;
kungan Hidup”. Jurnal Masalah-Masalah Najwan, Johni. “Perlindungan dan Pengelolaan
Hukum. No. 1 Tahun 1992. Semarang: FH Lingkungan Hidup dalam Perspektif Hu-
UNDIP; kum Islam”. Inovatif: Jurnal Ilmu Hukum.
Dewi, Dyah Adriantini Sintha. “Konsep Penge- Vol. 2 No. 4 Tahun 2010;
lolaan Lingkungan Hidup, Menuju Kemak- Rhi, Sang Kyu. 1994. Legal Aspect Of The Rio
muran Masyarakat”. Jurnal Fakultas Hu- Declaration. Manila: Conference Of The
kum. Vol. 1 No. 1 Tahun 2012. Universi- Law Of The World;
tas Muhammadiyah Magelang; Saleh, M. Ridha. “Lingkungan Hidup: untuk Ke-
Fahmi, Sudi. “Asas Tanggung Jawab Negara se- hidupan tidak untuk Pembangunan”. Ker-
bagai Dasar Pelaksanaan Perlindungan tas posisi WALHI. Jakarta, Oktober 2004;
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup”. Satmaidi, Edra. “Politik Hukum Pengelolaan
Jurnal Hukum. No. 2 VoL. 18 April 2011; Lingkungan Hidup di Indonesia setelah
Geo-Suk Suh. 환 경 범 죄 에 대 한 형 사 적 제 Perubahan Undang-Undang Dasar 1945”.
Jurnal Konstitusi. Vol. 4 No. 1 Tahun
재 -“Die Strafrechtlichen Sankti-onen
2011. FH Universitas Riau;
uuber die
Serikat, Nyoman Putra Jaya. 2005. Kapita Se-
Umweltkrimina-litat”. 전북대학교; lekta Hukum Pidana. Semarang: Badan
Hamzah, Andi. 2005. Penegakan Hukum Lingku- Penerbit UNDIP;
ngan. Jakarta: Penerbit Sinar Grafika; Shin Dong Wun. 환경형법에 관한 해석론적 고
Helmi. “Hukum Lingkungan Dalam Negara 찰.
Hukum Kesejahteraan Untuk Mewujudkan
Pembangunan Berkelanjutan”. Inovatif: 1991.학술진흥재단;
Jurnal Ilmu Hukum. Vol 4. No. 5, Tahun Sidharta, B. Arief. “Aliran Filsafat Dan Hukum”.
2011; makalah dalam Seminar Nasional Menata
Kim Jong Deok. 환경범죄의 인과관계-“A Study Sistem Hukum Nasional;
on the causal Relation of Environmental Silalahi, Daud. “Manusia Kesehatan dan Lingku-
ngan”. Jurnal Masalah Lingkungan Hidup.
Crime” . 2005,한국비교형사법학회;
1994. Mahkamah Agung RI;
Lee, Man Jong. 환경범죄 예방을 위한 형법적 Susanto, I.S. “Pemahaman Kritis Terhadap Rea-
lita Sosial”. Majalah Masalah-Masalah
규제방안-“Regulation Plan by the
Hukum. No. 9 Tahun 1992. Semarang: FH
criminal law for the pre-vention of UNDIP;
environmental crime”;
Sutrisno. “Politik Hukum Perlindungan dan Pe-
Luthan, Salman. “Asas dan Kriteria Kriminali- ngelolaan Lingkungan Hidup”. Jurnal Hu-
sasi”. Jurnal Hukum. Vol. 16 No. 1, Ja- kum. No. 3 Vol. 18 Juli 2011. Yogyakarta:
nuari 2009; FH UII;
Machmud, Syahrul. 2011. Penegakan Hukum Wahid, M. Yunus. “Prinsip Dan Karakter Hukum
Lingkungan Indonesia. Yogyakarta: Graha Lingkungan” Jurnal Ilmiah Ishlah. Vol.13
Ilmu; No. 02, Mei-Agustus 2011.

Anda mungkin juga menyukai