Anda di halaman 1dari 3

Catatan kecil dari pemutaran film dokumenter Pesisir Membaca dan diskusi bersama dengan

masyarakat Pantai Marbo Tallo

Kapan pi nonton film ta kak? (Agus, Anak Pesisir Pantai Marbo)


Kak, maumi nonton film ini. (Tiara, Anak Pesisir Pantai Marbo)
Putar mi itu film mu minggu ini, tdk hujan ji itu. (Pak Wardi, Warga Pesisir Pantai Marbo)

(Sebelum film diputar, minggu lalu, beberapa warga di Pantai Marbo bertanya dan menantikan
pemutaran film dokumenter Pesisir Membaca)

Beberapa anak-anak dan warga yang tinggal di sekitaran pantai Marbo Kelurahan Tallo sejak dua
minggu yang lalu nampak antusias menunggu pemutaran film dokumenter “Pesisir Membaca” yang
memang selama proses pembuatan fimnya melibatkan langsung masyarakat Pantai Marbo
khususnya anak-anak. Film ini sebenarnya sudah selesai sekitar awal bulan November yang lalu
tetapi beberapa kendala seperti faktor cuaca dan kesibukan masing-masing pustakawan sehingga
pemutaran perdana film ini beberapa kali tertunda.

Dan kami putuskan setelah berdiskusi soal waktu dan konsepnya, filmnya akan diputar akhir pekan
ini (Sabtu, 2 Desember 2017) dan sekaligus dirangkaikan dengan agenda diskusi santai bersama
masyarakat yang temanya tentang bagaimana meningkatkan partispasi masyarakat Pantai Marbo
Tallo dalam gerakan literasi.

Sabtu sore, setelah memastikan semua kebutuhan untuk pemutaran film sudah lengkap, maka kami
pun bergegas menuju lokasi Pantai Marbo Tallo untuk menggelar lapak baca seperti biasa dan
malamnya nanti dilanjutkan dengan nonton bersama dan diskusi santai. Pantai Marbo ini adalah
tempat yang dulunya bekas pembuangan sampah dan kini telah menjadi ruang publik yang
diresmikan sekitar setahun yang lalu oleh Walikota Makassar. Pantai Marbo Tallo telah menjadi
hiburan bagi masyarakat khususnya anak-anak karena setiap sore hari hingga menjelang malam,
Pantai Marbo menjadi tempat bagi masyarakat untuk berkumpul, bercerita, para pedagang-
pedagang kecil menjajakan jualannya dan bagi anak-anak dimanfaatkan untuk ruang bermain. Kami
pun juga menjadikan Pantai Marbo selama tujuh bulan terakhir sebagai tempat menggelar lapak
baca dan kelas anak pesisir meskipun kondisi Pantai Marbo sudah tidak terlalu dipedulikan oleh
pemerintah termasuk soal sarana dan kebersihannya.

Bukan berarti tidak ada kendala yang kami hadapi dalam kegiatan nonton bersama ini. Alasan klasik
seperti soal kurangnya dana untuk mempersiapkan komsumsi bagi masyarakat akhirnya bisa diatasi
dengan cara klasik khas Mahasiswa Makassar yaitu “Ceka-Ceka” meskipun dengan dananya hanya
cukup untuk komsumsi sedernaha khas Mahasiswa Makassar juga yaitu “Gorengan”dan air gelas
kemasan, hehe. Memang dari awal terbentuknya Ruang Abstrak hampir setiap kegiatan-kegiatan
yang kami laksanakan lebih banyak bersumber dari “Ceka-Ceka” pustakawan meskipun masih sangat
terbatas sehingga kami mencoba untuk mendapatkan sumber pendanaan secara kreatif, seperti
iuran pustakawan setiap minggu, jualan buku, jualan stiker dan juga bagi pustakawan yang biasanya
mengikuti kegiatan seminar atau pelatihan dan menjadi narasumber, honornya hampir sebagian
disumbangkan untuk menambah keuangan komunitas. Jangan tanyakan berapa dana yang kami
kelola dari pemerintah?hehe.
***

Malamnya sehabis magrib, Pantai Marbo sudah ramai oleh kehadiran anak-anak hingga remaja yang
memang sudah sejak lama menanti film ini untuk diputar. Tak ketinggalan juga orang tua yang hadir
menonton dan mendampingi anak-anaknya sekaligus hadir untuk berdiskusi setelah pemutaran film
selesai. Fim ini sendiri dibuat bersama oleh Komunitas Green Architecture Universitas Islam Alauddin
, karena kami sendiri dari komunitas belum terlalu banyak paham tentang seluk beluk proses
pembuatan film dokumenter dan tentu alat-alatnya seperti kamera yang kami tidak miliki. Ini
semacam kerjasama yang lebih banyak menguntungkan komunitas kami, hehe.

Film pun akhirnya diputar sekitar pukul 19.30 Wita. Selama pemutaran film berlangsung, sering gelak
tawa dari penonton terdengar ketika ada momen yang lucu dan unik dalam film tersebut. Film
dokumenter “Pesisir Membaca” adalah film yang berdurasi 26 menit menceritakan tentang latar
belakang lahir Komunitas Ruang Abstrak Literasi dan aktivitas-aktivitas literasi yang kami lakukan di
Pantai Marbo Tallo. “Film ini sebenarnya dibuat bukan hanya untuk sekedar mendokumentasikan
setiap kegiatan dari Ruang abstrak Literasi tetapi film ini juga adalah salah satu bukti
pertanggungjawaban visual kami kepada masyarakat Pantai Marbo, bahwa kehadiran kami disini
sebagai bentuk upaya untuk meningkatkan minat baca masyarakat dan semoga saja setelah film ini
ditonton masyarakat bisa lebih partisipatif lagi untuk terlibat dalam gerakan-gerakan literasi di
lingkungan sekitar Pantai Marbo,” kata Nur Ihsan, salah satu Pustakawan Komunitas.

Setelah film berakhir, agenda selanjutnya adalah diskusi dengan masyarakat. “Kami tentunya
berharap dalam diskusi ini akan ada ide ataupun masukan dari masyarakat untuk menjalankan segala
aktivitas literasi yang akan dilakukan kedepannya, “ ujar Sofyan, yang juga merupakan Pustakawan
Ruang Abstrak Literasi.

Diskusi pun dimulai, semua yang hadir duduk melingkar dengan suguhan sederhana gorengan yang
nikmat dan cuaca yang bersahabat malam itu. Dimulai dari kami dari beberapa pustakawan
menjelaskan kepada masyarakat terkait dengan kegiatan literasi yang sudah dilaksanakan di Pantai
Marbo selama tujuh bulan, apa yang menjadi capai dan kendala yang dihadapi. Poin penting yang
kami sampaikan juga adalah bagaimana mendorong lahirnya Taman Baca Masyarakat yang dikelola
langsung oleh masyarakat Pantai Marbo sehingga kedepannya kami dari komunitas berharap
masyarakat Pantai Marbo sendiri yang secara langsung aktif terdepan mengambil peranan mulai dari
menyusun konsep sampai pada implementasi gerakan-gerakan literasi di wilayah Kecamatan Tallo.
Kami dari komunitas berkesimpulan bahwa komunitas literasi yang aktif berkegiatan di masyarakat
harus mendorong lahirnya komunitas literasi yang dikelola langsung oleh masyarakat sendiri.

Ibu Mia salah seorang warga yang hadir juga memberikan pendapatnya terutama mendorong anak-
anak muda di Pantai Marbo Tallo lebih terlibat aktif lagi dan bekerjasama dengan Ruang Abstrak
Literasi. “Saya yakin semua anak muda yan hadir pada malam ini tidak hanya sekedar mampu
membaca dan menulis tetapi hampir sebagian anak-anak muda disini adalah alumni pesantren yang
ilmu agamanya seperti baca tulis Al-Qur’an bisa ditularkan kepada anak-anak kita yang masih kecil,”
tutur Ibu Mia.

Setelah mendengarkan apa yang menjadi kritikan dan saran dari masyarakat Pantai Marbo, akhirnya
selama sekitar kurang lebih satu jam diskusi kita pun secara bersama menyepakati dua hal, yaitu
pertama dalam waktu dekat ini masyarakat Pantai Marbo akan membentuk sendiri Komunitas
Literasinya dan yang kedua, saran kegiatan yang masuk dari masyarakat untuk Ruang Abstrak Literasi
adalah menggelar berbagai penyuluhan atau pelatihan kepada masyarakat seperi penyuluhan
kesehatan, hukum dan pelatihan ekonomi kreatif. Nonton bersama dan diskusi pun selesai sekitar
pukul 22.00 dan telah tersusun agenda-agenda yang kami jalankan bersama dengan masyarakat
Pantai Marbo Tallo.

Penulis:

Muh Ferdhiyadi N
*Pustakawan Ruang Abstrak Literasi*
*Penggemar PSM Makassar*

Anda mungkin juga menyukai