Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Amanat undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan


Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (KKBPK), menyatakan bahwa Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memiliki tugas dalam
melaksanakan Pengendalian Penduduk dan menyelenggarakan Keluarga Berencana. Upaya
pengendalian pertumbuhan penduduk dilakukan melalui Program Kependudukan,
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga dalam rangka mewujudkan norma
keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera, serta diharapkan juga dapat memberikan kontribusi
terhadap perubahan kuantitas penduduk yang ditandai dengan perubahan jumlah, struktur,
komposisi dan persebaran penduduk yang seimbang sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup.

Pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari tingginya angka fertilitas
dapat menjadi sumber kemiskinan dan menghambat pertumbuhan ekonomi. Kondisi
tersebut berdampak kepada meningkatnya beban pemerintah, baik pusat maupun daerah,
dalam penyediaan pemenuhan kebutuhan dasar penduduk seperti pangan, kesehatan,
pendidikan, lapangan kerja, transportasi, energi, dan lain sebagainya. Untuk mendukung
pelaksanaan Program KKBPK, maka BKKBN memperkuat pelaksanaan pembangunan
melalui pengendalian kuantitas dan peningkatan kualitas penduduk dan mengarahkan
persebaran penduduk. Program KKBPK juga merupakan upaya untuk mewujudkan
keserasian kondisi yang berhubungan dengan perubahan keadaan penduduk yang dapat
berpengaruh dan dipengaruhi oleh keberhasilan pembangunan berkelanjutan.

Berdasarkan hasil proyeksi penduduk tahun 2010, pada tahun 2016 diperkirakan
jumlah penduduk Indonesia sebesar 253,7 juta jiwa dengan dengan Total Fertility Rate (TFR)
sebesar 2,37. Berkaitanjuga dengan tingkat ketergantungan (Dependency Ratio) atau rasio
yang menyatakan jumlah penduduk usia nonproduktif yang ditanggung oleh usia
produktif. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk diatas, diperkirakan pada tahun 2016
tingkat ketergantungan di Indonesia sebesar 0.49 dan tingkat ketergantungan ini akan
semakin menurun memasuki periode 2020-2025. Indonesia akan mencapai bonus demografi
yang kerap diinterpretasikan sebagai jendela peluang (window of opportunity) pada periode
2020-2025, bila pertumbuhan ekonomi signifikan, SDM berkualitas dan pelaksanaan
Program KKBPK diimplementasikan semaksimal mungkin.

Laporan Program KKBPK Pengendalian Lapangan 2017


Dalam rangka memperkuat implementasi Program KKBPK, diperlukan penguatan
program dan kegiatan melalui penyediaan data dan informasi BKKBN yang akurat, valid,
relevan dan dapat dipertanggung jawabkan (Peraturan Pemerintah No.87 Tahun 2014
tentang Perkembangan Penduduk dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana dan
Sistem Informasi Keluarga). Data dan informasi memegang peranan penting dalam
penyusunan rencana, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan bidang Kependudukan, KB
dan Pembangunan Keluarga. Untuk tersedianya data dan informasi akurat, valid, relevan
dan dapat dipertanggung jawabkan perlu dukungan dan peran serta pihak terkait mulai
dari tingkat lini lapangan sampai penentu kebijakan baik di tingkat Pusat, Provinsi,
Kabupaten dan Kota.

Perkembangan Program KKBPK dapat diketahui melalui Laporan Data Statistik


Rutin dan Pendataan Keluarga yang dilaksanakan secara berkala. Evaluasi dilakukan
melalui pemantauan sasaran kinerja berdasarkan Kontrak Kinerja Provinsi (KKP) yang telah
disepakati, untuk membandingkan dengan sasaran, kebijakan, strategi dan program
kegiatan yang direncanakan. Evaluasi perkembangan program KKBPK dilakukan dengan
metode Desk DescriptiveAnalysisuntuk memperoleh gambaran tentang data dan informasi
yang dianalisis. Analisis terhadap wilayah pencapaian program KKBPK dengan hasil
yang sangat ekstrim/tidak rasional perlu ditindaklanjuti melalui survei/studi
kasus/pengawasan terpadu (antar komponen terkait) pada wilayah yang dimaksud.

BAB II

Laporan Program KKBPK Pengendalian Lapangan 2017


HASIL PENCAPAIAN PROGRAM
KEPENDUDUKAN, KELUARGA BERENCANA DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

A. Cakupan Laporan Program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga

1. Laporan Pengendalian Lapangan

a. Cakupan Laporan Kecamatan

Perkembangan situasi cakupan laporan pengendalian lapangan juga dilakukan


melalui Aplikasi Statistik Rutin Online. Untuk cakupan laporan Kecamatan pada
bulan Januari 2017, dari 232kecamatan yang ada216 diantaranya mengirimkan
laporan atau 93,10%. Walaupun cakupan laporan provinsi kurang dari 100,0%,
namun terdapat 11 (sebelas) Kab/kota dengan cakupan laporannya sudah 100%.
Sedangkan6 (enam)Kab/kotalainnya dengan rentang cakupan 52,63% (Banyuasin)
sampai dengan 95,00% (OKU Selatan).

b. Cakupan laporan Desa/Kelurahan

Desa/Kelurahan yang melapor sebanyak 3.008 atau91,93% dari 3.272


desa/kelurahan yang ada. Terdapat 12(dua belas) Kab/Kota yang cakupan laporan
desa/kelurahanmencapai 100,0% yaitu Muara Enim, Lahat, Musi Rawas, OKU
Timur, OKU Selatan, Ogan Ilir, PALI, Musi Rawas Utara, Palembang, Pagar Alam,
Lubuk Linggau, dan Prabumulih. Sedangkan 5 (lima)Kab/kotalainnya berada pada
rentang cakupan antara 51,96% (Banyuasin) sampai dengan 92,86% (Empat Lawang).

c. Cakupan Laporan PPKBD

PPKBD yang melapor sebanyak 2.948 atau 91,35% dari 3.227 PPKBD yang ada.
Terdapat 12 (dua belas) Kab/Kotadengan cakupan laporan PPKBDmencapai 100%,
yaitu Muara Enim, Lahat, Musi Rawas,Musi Banyuasin,OKU Timur, OKU
Selatan,Empat Lawang, Musi Rawas Utara, Palembang, Pagar Alam, Lubuk Linggau,
dan Prabumulih. Sedangkan 5 (lima) Kab/kota lainnya berada pada rentang cakupan
antara 54,93% (Banyuasin) sampai dengan 94,82% (Ogan Ilir).

d. Cakupan laporan Sub PPKBD

Sub PPKBD melapor sebanyak 13.623 atau 91,33% dari 14.916 sub PPKBD yang ada.
Terdapat 8(delapan) Kab/Kota yang cakupan laporan sub PPKBDmencapai 100,0%,
yaitu Muara Enim, Lahat, OKU Timur,OKU Selatan, Musi Rawas Utara, Palembang,
Pagar Alam, dan Prabumulih.Sedangkan 9 (sembilan) Kab/kota lainnya berada pada
rentang cakupan antara 45,49% (Banyuasin) sampai dengan 99,34% (Musi
Banyuasin).
Grafik3 : Cakupan Laporan Kecamatan, Desa/Kelurahan, PPKBD dan sub PPKBD

Laporan Program KKBPK Pengendalian Lapangan 2017


Seperti halnya laporan pelayanan kontrasepsi, tidak maksimalnya cakupan laporan
pengendalian lapangan
dari semua tingkatan wilayah
administrasi akan
mempengaruhi cakupan
laporan perkembangan
atau pencapaian program
secara keseluruhan.
Adanya kabupaten/kota,
kecamatan, ataupun
desa/kelurahan yang
tidak melapor bisa
mengindikasikan belum
adanya kegiatan yang
dilakukan oleh
kabupaten/kota,
kecamatan, dan
desa/kelurahan
bersangkutan atau ada kegiatan yang dilakukan tapi frekuensinya terlalu kecil
sehingga tidak dilaporkan atau terlambat mengirimkan laporan dari jadwal yang
telah ditentukan.Untuk lebih jelasnya lihat Tabel.1.

e. Cakupan Laporan Kegiatan BKB

Cakupan laporan untuk kelompokkegiatanBKB pada bulan Januari 2017tercatat


kelompok kegiatan BKB yang ada sejumlah 2.381kelompok. Dari jumlah tersebut,
yang melapor sebanyak 1.927kelompok atau 80,93%. Terdapat 7(tujuh) Kab/kota
yang cakupan laporannya sudah 100%, yaituMuara Enim, OKU Timur,OKU Selatan,
PALI, Musi Rawas Utara, Palembang, dan Prabumulih. Sedangkan 10 (sepuluh)
Kab/kota lainnya dengan rentang cakupan antara 46,98% (Banyuasin) sampai
dengan 99,23% (Lahat).

f. Cakupan Laporan Kegiatan BKR

Untuk kelompok BKR yang melapor pada bulan ini sebanyak1.451 kelompok atau
74,56% dari 1.946kelompok yang ada. Terdapat 9 (sembilan)kab/kota dengan
cakupan 100%, yaitu Muara Enim, Lahat, Musi Banyuasin, OKU Timur, OKU
Selatan,PALI, Musi Rawas Utara, Palembang,dan Prabumulih. Sedangkan 8
(delapan)Kab/Kota dengan rentang cakupan antara33,90% (Ogan Komering Ulu)
sampai dengan84,82% (Musi Rawas).

g. Cakupan Laporan Kegiatan BKL

Jumlah kelompok BKL yang melapor pada bulanJanuari 2017 sebanyak 1.605atau
76,72% dari 2.092kelompok yang ada.Terdapat9 (sembilan) Kab/kotadengan

Laporan Program KKBPK Pengendalian Lapangan 2017


cakupan laporan100%, yaituMuara Enim, Lahat, Musi Banyuasin,OKU Timur,OKU
Selatan, PALI, Musi Rawas Utara, Palembang, dan Prabumulih. Sedangkan8
(delapan) Kab/kota lainnya dengan rentang cakupan dari35,06% (Ogan Komering
Ulu) sampai dengan 86,74% (Musi Rawas).

h. Cakupan Laporan Kegiatan UPPKS

Berdasarkan laporan Pengendalian Lapangan pada bulan Januari 2017, cakupan


laporan kelompok UPPKS sebesar 1.326 atau 71,99% kelompok dari 1.842 kelompok
yang ada.Terdapat 9 (sembilan) kab/kota yaituMuara Enim, Lahat, Musi Rawas,
Musi Banyuasin, OKU Timur, OKU Selatan, PALI, Musi Rawas Utara, dan
Palembang.Sedangkan8(delapan) kab/kota dengan rentang cakupan antara 38,66%
(Banyuasin) sampai dengan 91,03% (Prabumulih).

Tidak seluruhnya kelompok kegiatan BKB, BKR, BKL dan UPPKS yang ada di
masing-masing kab/kotamengirimkan laporan, bisa disebabkan memang tidak
adanya kegiatan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok dimaksud atau jumlah
kelompok kegiatan BKB, BKR, BKL dan UPPKSyang ada tidak sebanyak yang
terdaftar dalam data basis. Perkembangan kelompok-kelompok kegiatan (BKB, BKR,
BKL, UPPKS) yang melapor dari tiap kab/kota dapat dilihat pada Tabel 3.

Grafik 4: Cakupan Kelompok Kegiatan BKB, BKR, BKL, dan UPPKS

2381

2092
1927 1946
1842

1605
1451
1326
YANG ADA
YANG LAPOR

BKB BKR BKL PPKS

1. Peserta KB Aktif

Pada PPM 2016, jumlah peserta KB aktif (PA) yang menjadi target ditetapkan
sejumlah 1.096.494 peserta. Pencapaian Provinsi pada bulan Januari 2017adalah
108,81% dari PPM atau tercatat jumlah PA sebesar 1.193.096akseptor. Terdapat 14

Laporan Program KKBPK Pengendalian Lapangan 2017


(empat belas) kab/kota dengan capaian di atas 100%. Sedangkan 3 (tiga) kab/kota
belum tercapai 100% yaituOKI (97,97%), Banyuasin (82,40%) dan Lahat (86,47%).
Perkembangan PA di masing-masing provinsi dapat dilihat pada Tabel 25.
Peserta KB Aktifterhadap PUS secara provinsi pada bulan Januari 2017tercapai
76,20%.Kab/kota yang capaian PA terhadap Total PUS diatas capaian provinsi
terdapat 6 (enam) kab/kota yaitu OKI (78,27%), Muara Enim (81,31%),Musi Rawas
(76,93%), Musi Banyuasin (79,35%), Banyuasin (82,13%), PALI (81,88%), dan Lubuk
Linggau (80,78%).
Pencapaian Peserta KB Aktif MKJP pada tahun 2016 menjadi salah satu fokus
utama dalam peningkatan pelaksanaan program KKBPK,secara provinsi yang
tentunya harus didukung oleh kab/kota. Target PPM perserta KB Aktif MKJP pada
tahun 2016 ditetapkan sebesar219.267yang merupakan penjumlahan dari PPM
peserta KB aktif IUD (23.944), MOW (15.010), Implant (177.857), dan MOP (2.456).
pencapaian provinsi PA MKJP pada bulan ini sebesar356.465atau 162,57% terhadap
PPM yang ditetapkan. Pada tingkat kab/kotahampir seluruh Kab/Kota telah
tercapai diatas 100% dengan rentang data capaian antara 107,88% (OKI) sampai
dengan 308,17% (PALI).
Peserta KB Aktif Pria, target yang ditetapkan pada PPM 2016sebesar 34.539
peserta, yang merupakan penjumlahan dari masing-masing jenis kontrasepsi, yaitu
PA MOP (2.456) dan Kondom (32.083). PA Kondom dengan PA MOP digunakan
sebagai indikator tingkat partisipasi pria dalam ber-KB.Pencapaian PA Pria pada
bulan Januari 2017 sebesar 64.932 akseptor atau 188,0% terhadap PPM. Pada tingkat
kab/kota seluruh Kab/Kota telah tercapai diatas 100%, kecuali Banyuasin dan
EmpatLawang, dengan rentang data capaian antara 105,7% (Musi Banyuasin) sampai
dengan 628,6% (PALI). Untuk lebih jelasnya lihat Tabel 9.

2. Unmet Need

Upaya memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB menjangkau


pula kelompok yang selama ini kebutuhannya belum terpenuhi, yaitu PUS yang
sudah Tidak Ingin Anak Lagi (TIAL) dan atau masih ingin mempunyai anak tetapi
ditunda (IAT) dan tidak menggunakan salah satu cara kontrasepsi
(unmetneed).Selengkapnya lihat Grafik 1: Persentase unmetneed terhadap total PUS
per kab/kotadibawah ini.

Laporan Program KKBPK Pengendalian Lapangan 2017


SUMSEL 12.4
MURATARA 17.5
PRABUMULIH 17.3
OKU 16.8
OGAN ILIR 16.4
OKUS 15.9
P ALAM 15.4
MURA 14.2
PALEMBANG 13.7
OKI 13.3
MUBA 13.3
4 LAWANG 11.6
PALI 11.0
B ASIN 10.0
L LINGGAU 9.5
LAHAT 9.1
M ENIM 8.9
OKUT 5.3
Pencapaian Unmetneed pada Januari
2017secara provinsisebesar 12,4%. Sedangkan PPM Unmetneed yang telah ditetapkan tahun
2017 sebesar 7,22%. Hal ini menunjukkan bahwa masih sangat diperlukan upaya yang lebih
optimal pada satu bulan berikutnya.
Rentang Unmetneed Kab/Kota antara 5,3% (OKU Timur) sampai dengan 17,5% (Muratara).
Jika dilihat berdasarkan tingkat kab/kota, terdapat 10(sepuluh)kab/kota dengan
pencapaian unmet need lebih tinggi dari provinsi (12,4%) yaitu OKU (16,8%), OKI
(13,3%), Musi Rawas (14,2%), Musi Banyuasin (13,3%), OKU Selatan (15,9%), Ogan
Ilir (16,4%),Muratara (17,5%), Palembang (13,7%), Pagar Alam (15,4%), dan
Prabumulih (17,3%). Sedangkan kab/kota dengan Unmetneed dibawah 12,4%
terdapat 7(tujuh) kab/kota yaitu Muara Enim (8,9%), Lahat (9,1%), Banyuasin
(10,0%), OKU Timur (5,3%), Empat Lawang (11,6%), PALI (11,0%), dan Lubuk
Linggau (9,5%).Diperlukan upaya-upaya yang mempunyai daya ungkit yang tinggi
dalam meningkatkan pelayanan KB bagi calon akseptor didaerah khusus (DAS,
terpencil, bantaran rel kereta api, kumuh miskin maupun daerah talang-talang)
dengan peningkatan akses informasi dan akses pelayanan KB Mobile (bergerak),
sehingga unmet need dapat diturunkan hingga 7,22% di tahun mendatang, terutama
di kab/kota yang unmetneednya tinggi.

3. Pembangunan Keluarga

a. Kelompok Ketahanan Keluarga

Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan ketahanan


keluarga adalah melalui pembentukan dan penggerakan kelompok-kelompok
kegiatan seperti Bina Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I dalam
kelompok Upaya Peningkatan Keluarga Balita dan Anak (BKB), Bina Keluarga
Remaja (BKR), Bina Keluarga Lansia dan Rentan (BKL), dan pengikutsertaan
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS).

Laporan Program KKBPK Pengendalian Lapangan 2017


Kegiatan kelompok BKB, BKR, dan BKL melalui pertemuan, dimaksudkan untuk
meningkatkan ketahanan dan pemberdayaan keluarga dalam mewujudkan
keluarga berkualitas. Asumsi yang digunakan untuk jumlah pertemuan adalah
pertemuan dilakukan minimal sekali dalam sebulan dan tidak lebih dari 2 kali
dalam sebulan. Pertemuan dianggap ekstrim apabila rasio pertemuan <1 atau >2.
Untuk mengetahui perkembangan kelompok-kelompok kegiatan yang melapor
di masing-masing kab/kota dapat dilihat pada Lampiran 9.A.

1) Kelompok Bina Keluarga Balita dan Anak (BKB)

Kelompok BKB merupakan suatu kelompok kegiatan untuk meningkatkan


pengetahuan dan keterampilan kepada orang tua dan anggota keluarga
lainnya tentang cara pengasuhan tumbuh kembang anak balita. Salah satu
hal yang penting untuk diperhatikan dalam kelompok BKB adalah jumlah
keluarga yang aktif mengikuti pertemuan Kelompok BKB.Dalam hal ini
keluarga yang aktif mengikuti pertemuan Kelompok BKB didefinisikan
sebagai keluarga dimana orang tua dan atau anggota keluarga lainnya hadir
dalam pertemuan yang dilakukan oleh kader kelompok BKB dalam rangka
peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam pembinaan tumbuh
kembang balita.

Secara provinsi, pada bulan Januari 2017, jumlah kelompok BKB yang
melaporsebanyak1.927 atau 80,9% dari 2.381 kelompok yang ada. Sedangkan
jumlah pertemuan sebanyak 1.414 kali.Dengan demikian rasio atau rata-rata
pertemuan dalam sebulan sebanyak 1,6 atau 1 sampai dengan 2 kali. Untuk
lebih jelas lihat Tabel 6.
Jumlah keluarga yang mempunyai anak dan balita menjadi anggota
kelompok kegiatan BKB adalah 101.146keluarga, sedangkan jumlah keluarga
yang aktif atau hadir dalam pertemuan sebanyak 76.570keluarga. Dengan
demikian, apabila dibandingkan dengan jumlah keluarga yang mempunyai
anak balita menjadi anggota kelompok kegiatan BKB maka persentase
keluarga punya anak dan balita yang aktif dalam BKB secara provinsi75,70%.
lihat Tabel 6.
Kesertaan ber-KB dari anggota kelompok ketahanan keluarga menjadi bagian
penting dalam program KKBPK. Anggota kelompok BKB menjadi target
yang sangat tepat untuk mendapatkan peserta KB karena kemungkinan
anggota kelompok BKB masih berstatus PUS sangat besar.
Pada bulan Januari 2017anggota kelompok BKB yang ber KB telah
mencapai64.581 PUS atau 78,15% dari jumlah PUS anggotaBKB yang
berjumlah 82.638.Sedangkanjumlah PUS anggota kelompok BKB KPS dan KS
I pada bulan ini mencapai 43.632 atau 43,14% dari total jumlah keluarga
anggota BKB yang berjumlah 101.146. Sedangkan anggota BKB tahapan KPS
dan KS I berstatus PUS dan ber KB mencapai 31.390 atau 71,94%.

2) Kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR)

Laporan Program KKBPK Pengendalian Lapangan 2017


Kelompok BKR merupakan suatu kelompok kegiatan untuk meningkatkan
kepedulian, kesadaran dan tanggung jawab orang tua terhadap kewajibannya
membimbing, meningkatkan pengetahuan, kesadaran anak dan remaja dalam
rangka meningkatkan ketahanan fisik, non fisik melalui inter ekstra
komunikasi yang sehat dan harmonis dalam suasana kehidupan rumah
tangga yang bahagia dan sejahtera. Sedangkan keluarga punya remaja aktif
dalam BKR didefinisikan sebagai keluarga dimana orangtua dan atau
anggota keluarga lainnya hadir dalam pertemuan yang dilakukan oleh kader
kelompok BKR untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam
melakukan bimbingan dan pembinaan tumbuh kembang remaja secara
terarah.

Pada bulan ini jumlah kelompok kegiatan BKR yang melapor sejumlah
1.451kelompok atau 74,56% dari jumlah kelompok yang ada sejumlah
1.946dengan jumlah pertemuan tercatat sebanyak 1.013 kali. Rasio atau rata-
rata pertemuan dalam sebulannya berlangsung sebanyak 1,8 atau 1-2 kali.
Jumlah keluarga yang mempunyai remaja dan menjadi anggota kelompok
kegiatan BKR adalah 69.949keluarga, sedangkan jumlah keluarga yang aktif
atau hadir dalam pertemuan pada bulan ini sebanyak 53.094 atau 75,90%.
Kesertaan ber-KB dari anggota kelompok ketahanan keluarga menjadi bagian
penting dalam program KKBPK. Anggota kelompok BKR menjadi target
yang sangat tepat untuk mendapatkan peserta KB karena kemungkinan
anggota kelompok BKR masih berstatus PUS sangat besar. Pada bulan Januari
2017anggota kelompok BKR PUS yang ber KB mencapai 39.310atau 74,90%
dari jumlah PUS anggota BKB yang berjumlah52.484.
Sedangkan jumlah PUS anggota kelompok BKR KPS dan KS I pada bulan ini
mencapai 25.675atau 36,71% dari total jumlah keluarga anggota BKR yang
berjumlah69.949. Sedangkan anggota BKR tahapan KPS dan KS I berstatus
PUS dan ber KB mencapai 18.425atau 71,76%. Untuk lebih jelasnya lihat
Lampiran Tabel 9.

3) Kelompok Bina Keluarga Lansia dan Rentan (BKL dan Rentan)

Kelompok BKL adalah suatu kelompok kegiatan untuk membina keluarga


lansia. Keluarga lansia adalah keluarga dimana anggota keluarganya ada
yang sudah memasuki usia lanjut, mereka harus menyesuaikan di masa
depan adanya kemunduran fisik, mental dan juga kemungkinan ekonomi.
Sedangkan keluarga punya lansia aktif dalam BKL didefinisikan sebagai
keluarga dimana orangtua dan atau anggota keluarga lainnya hadir dalam
pertemuan yang dilakukan oleh kader kelompok BKL dalam rangka
peningkatan pengetahuan dan ketrampilan dalam meningkatkan kualitas
hidup anggota keluarga lanjut usia.

Pada bulan ini jumlah kelompok kegiatan BKL yang melapor sejumlah
1.605atau 76,72% dari 2.092 kelompok yang ada, dengan jumlah pertemuan

Laporan Program KKBPK Pengendalian Lapangan 2017


tercatat sebanyak 1.063kali. Rasio atau rata-rata pertemuan dalam sebulannya
berlangsung sebanyak 1,8 atau 1-2 kali.
Jumlah keluarga yang memiliki lansia dan menjadi anggota kelompok
kegiatan BKL adalah 55.236 keluargaatau 47,18% dari jumlah keluarga
sasaran sebanyak 117.083, sedangkan jumlah keluarga yang aktif atau hadir
dalam pertemuan pada bulan ini sebanyak 43.477keluarga atau 78,71%.

Kesertaan ber-KB dari anggota kelompok ketahanan keluarga menjadi bagian


penting dalam program KKBPK. Anggota kelompok BKL menjadi target yang
sangat tepat untuk mendapatkan peserta KB karena kemungkinan anggota
kelompok BKL masih berstatus PUS sangat besar. Pada bulan Januari
2017anggota kelompok BKL yang berstatus PUS sebanyak 36.684atau 67,80%
terhadap jumlah keluarga anggota BKL.
Anggota BKL PUS yang ber KB mencapai 28.022atau76,39% dari total anggota
BKL berstatus PUS yang berjumlah 36.684.
Sedangkan jumlah PUS anggota kelompok BKL KPS dan KS I pada bulan ini
mencapai 20.877 atau 38,59% dari total jumlah keluarga anggota BKL yang
berjumlah54.106. Sedangkan anggota BKR tahapan KPS dan KS I berstatus
PUS dan ber KB mencapai 15.324 atau 73,40% terhadap jumlah PUS anggota
kelompok BKL KPS dan KS I.

Secara keseluruhan keluarga yang aktif dalam masing-masing kelompok


digambarkan sebagai berikut.

Grafik 11: Persentase Pencapaian Keluarga Aktif Kelompok Kegiatan


Ketahanan Keluarga Bulan Januari 2017
99,031

76,659
66,599

50,069 52,572
41,303

BKB BKR BKL


Anggota Klp Anggota Klp Aktif

Laporan Program KKBPK Pengendalian Lapangan 2017


75,83% 70,80% 78,00%

b. Kelompok Pusat Informasi dan Konseling Remaja/Mahasiswa (PIK R/M)

Kelompok PIK Remaja/Mahasiswamerupakan perwujudan dari program GenRe


yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, serta sikap dan
perilaku positif remaja tentang kesehatan dan hak-hak reproduksi, guna
meningkatkan derajat kesehatan reproduksi, guna meningkatkan derajat
kesehatan reproduksinya dan mempersiapkan kehidupan berkeluarga dalam
upaya peningkatan kualitas generasi mendatang. Tujuan di atas semakin penting
artinya terutama bagi daerah-daerah dengan usia kawin pertama yang rendah,
angka fertilitas ibu-ibu remaja yang tinggi, serta daerah dengan angka prevalensi
HIV/AIDS yang tinggi.

Menurut klasifikasinya, PIKRemaja/Mahasiswa dibentuk menjadi 3 tahapan


kelompok, yaitu PIKRemaja/Mahasiswa Tahap Tumbuh,
PIKRemaja/MahasiswaTahap Tegak, dan PIKRemaja/MahasiswaTahap
Tegar.Sampai saat ini, jumlah kelompok PIKRemaja/Mahasiswayang terbesar
adalah pada Tahapan Tumbuh. Dalam pembentukan kelompok tahapan
PIKRemaja/Mahasiswaterdapat beberapa persyaratan, salah satunya adalah
jumlah tenaga Pendidik Sebaya (PS) dan Konselor Sebaya (KS) di masing-masing
tahapan kelompok. Persyaratan untuk jumlah tenaga PS dan KS adalah sebagai
berikut: 2 tenaga PS di Tahapan Tumbuh; 4 tenaga PS dan 2 KS di Tahapan
Tegak; serta 4 tenaga PS dan 4 KS di Tahapan Tegar.

Berdasarkan data statistik rutin Perwakilan BKKBN Sumatera Selatanpadabulan


ini, jumlah PIKRemaja/Mahasiswa yang telah melaporsebanyak676kelompok
atau sebesar 78,88% dari 857 kelompok yang ada. Pencapaian provinsi masing-
masing kelompok berdasarkan tahapan, yaitu Tumbuh yang melapor
526kelompok atau 79,46% dari 662 PIK Remaja Tumbuh yang ada. Tegak yang
melapor 93 kelompok atau 75,61% dari 123 PIK Remaja Tegak yang ada. Tegar
yang melapor 57 kelompok atau 79,17% dari 72 PIK Tegar yang ada.

c. Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS)

Berdasarkan data dari laporan Pengendalian Lapangan pada statistik rutin pada
bulan Januari 2017, kelompok UPPKS secara provinsi yang melapor sebanyak
1.326Kelompok atau 71,99% dari jumlah kelompok UPPKS yang ada sebanyak
1.842kelompok. Jumlah keluarga yang menjadi anggota kelompok UPPKS
sebanyak 24.653 sedangkan jumlah anggota kelompok UPPKS KPS dan KS I
sebanyak 15.025 atau 60,95%. Jumlah anggota kelompok UPPKS yang berstatus
PUS sebanyak 17.620 atau 71,47% dari jumlah anggota UPPKS yang ada.

Laporan Program KKBPK Pengendalian Lapangan 2017


Jumlah anggota kelompok UPPKS yang berstatus PUS dan ber-KB sebanyak
14.919 atau 84,67% dari anggota kelompok UPPKS yang berstatus PUS sebanyak
17.620 PUS.
Jumlah anggota kelompok UPPKS KPS dan KS I yang status PUS sebanyak 10.860
atau 44,05% dari jumlah anggota kelompok UPPKS KPS dan KS I. Jumlah
anggota kelompok UPPKS KPS dan/KS I yang status PUS ber-KB sebanyak
9.324atau 85,86% dari jumlah anggota kelompok UPPKS KPS dan KS I yang
status PUS. Sedangkan jumlah pertemuan yang dilakukan kelompok UPPKS
sebanyak 866 atau 65,31%.

Laporan Program KKBPK Pengendalian Lapangan 2017

Anda mungkin juga menyukai