Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Metode Pliometrik Terhadap Kecepatan Tendangan Sabit Pada

Atlet Pencak Silat Unit Kegiatan Mahasiswa


Universitas Islam Riau

(The Influence of Plyometric Method towards the speed of “Tendangan Sabit”


Pencak Silat of Students Community Unit
Riau Islamic University

Oleh: Kamarudin*)
*) Dosen FKIP Universitas Islam Riau

ABSTRACT

Based on the writer’s observations in the field shows that Student Activities
still low in speed of Tendangan Sabit of Pencak Silat from Students
Community Unit of Riau Islamic University. This research aims to know
the influence of Plyometric Method towards the speed of Tendangan Sabit
of Pencak Silat from Students Community Unit of Riau Islamic
University.This research method is an experiment Research (a quasi-
experimental). This research population totally 13 athletes, whereas the
samples taken through total sampling so that the sample got 13 people's
athlete. Test used to find out the speed of Tendangan Sabit of Pencak Silat
from Students community Unit of Riau Islamic University. The Data
obtained were analyzed using t-test. The Results of the analysis of the data
indicates that: Plyometric gives a significant influence toward the speed of
Tendangan Sabit of Students Community Unit Of Riau Islamic University
knowing that T-obs (13,30) is bigger than T-table (2.16). (3) It can be seen
that Plyometric influence the speed of Tendangan Sabit toward Students
Community Unit of Riau Islamic University.

1
2

PENDAHULUAN

Keberhasilan pembangunan di suatu negara tidak terlepas dari kualitas


sumber daya manusia yang dimilikinya. Pembangunan tidak akan berjalan dengan
baik apabila tenaga penggeraknya yaitu masyarakat tidak memiliki kesehatan
yang baik dalam menjalankan pembangunan tersebut. Untuk itu dalam menunjang
pembangunan nasional termasuk pembangunan pada sektor olahraga saat ini
diarahkan untuk mendukung peningkatan sumber daya manusia agar menjadi
tenaga yang terampil, cerdas, berkepribadian serta sehat jasmani dan rohani.
Melalui olahraga dapat dibentuk manusia yang sehat jasmani, dan rohani serta
mempunyai kepribadian, disiplin, sportivitas yang tinggi sehingga pada akhirnya
akan terbentuk manusia yang berkualitas. Dalam olahraga terdapat berbagai aspek
yang bisa mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, maju dan mandiri
serta mengangkat harkat dan martabat bangsa. Pada saat ini olahraga menjadi
suatu kebutuhan tidak hanya untuk mencapai kebugaran jasmani tetapi juga
dikembangkan untuk pencapaian prestasi masing-masing cabang olahraga. yang
dibina dan dikembangkan.Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi banyak
menghasilkan penemuan-penemuan baru, baik dari segi teori-teori olahraga,
teknik-teknik latihan maupun penemuan peralatan yang sangat menunjang untuk
meningkatkan prestasi olahraga.
Sehubungan dengan hal di atas, pemerintah mengeluarkan Undang –
undang Sistem Keolahragaan Nasional No. 3 tahun 2005 pada pasal 27 ayat 2
“Pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi dilakukan dengan
memberdayakan perkumpulan olahraga, menumbuh kembangkan sentra
pembinaan olahraga yang bersifat nasional dan daerah, serta menyelengarakan
kompetisi secara berjenjang dan berkelanjutan”. Untuk mencapai tujuan tersebut,
maka perlu ditingkatkan usaha-usaha seperti, mengadakan latihan secara
kontinyu, pertandingan maupun perlombaan olahraga yang dapat di ikuti oleh
seluruh lapisan masyarakat.
Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya perguruan pencak silat yang
berkembang diseluruh nusantara bahkan sudah berkembang diberbagai pelosok
dunia.Pencak silat merupakan olahraga beladiri yang berfungsi sebagaipembelaan
diri dari bahaya yang mengancam. Berkenaan dengan hal tersebut, Hariyadi
(2003:2) menjelaskan sebagai berikut: “pencak silat lebih berfungsi pada upaya
mempertahankan diri dari berbagai ancaman, khusus yang datang dari sesama
manusia”
Mengacu dari pendapat di atas, dapat di pahami bahwa pencak silat
merupakan gerak bela diri yang bertujuan untuk menjaga diri dari hal-hal yang
membahayakan dan dapat mengancam keselamatan.Pencak silat juga berfungsi
sebagai seni pertunjukan, sebagai olahraga untuk kesegaran jasmani, pertandingan
dan prestasi dan pengendalian diri, yaitu pembentukan kepribadian, akhlak, budi
pekerti, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Di Indonesia, Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (PB
IPSI) terus berupaya meningkatan prestasi pencak silat dengan mengadakan
kejuaraan baik itu tingkat daerah maupun di tingkat nasional, berkaitan dengan
pembinaan dan perkembangan olahraga prestasi di tanah air, sudah sepatutnya
3

pembinaan prestasi olahraga pencak silat ditumbuhkembangkan sesuai dengan


kemajuan teknologi di bidang olahraga. Seperti halnya seorang pelatih yang
berkualitas dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan secara ilmiah di bidang
olahraga Pencak Silat yang pada akhirnya dapat melahirkan seorang atlet Pencak
Silat yang berprestasi tinggi.
Untuk mencapai prestasi dalam olahraga beladiri pencak silat tidaklah mudah,
Keberhasilan itu bisa dipengaruhi oleh faktor Internal seperti kondisi fisik, teknik,
taktik, mental (pisikis). Kondisi fisik merupakan unsur atau kemampuan dasar
yang harus dimiliki oleh setiap atlet untuk meraih suatu prestasi olahraga. Karena
kondisi fisik merupakakan keadaan atau kemampuan fungsi faal tubuh secara
menyeluruh seperti kemampuan fungsi jantung, paru, sistem peredaran darah,
otot, sendi, pernapasan dan lain sebagainya. Selain kondisi fisik penguasaan
teknik juga memerlukan latihan secara berulang terhadap teknik yang dipelajari.
Pengulangan dalam latihan teknik selain bertujuan untuk memantapkan dan
menstabilkan keterampilan teknik yang dimiliki, tapi juga dapat memperbaiki
kualitas kondisi fisik. Kondisi fisik dan teknik merupakan unsur yang sangat
dibutuhkan untuk menerapkan dan meralisasikan komponen taktik dan strategi. Di
samping itu, penerapan taktik/strategi juga membutuhkan kemampuan mental
yang baik, karena faktor mental sangat menentukan dan mempengaruhi
keberasilan aksi takti baik secara individu maupun kelompok. Hal ini sesuai
dengan menurut Syafruddin (2011:76);
“Prestasi seseorang atlet pada dasarnya ditentukan oleh kondisi fisik, teknik,
taktik dan strategi, mental (phisikis), karena prestasi yang
ditampilkan/diperagakan oleh atlet baik secara perorangan maupun berkelompok
(tim) dalam suatu pertandingan merupakan perpaduan dari kemampuan fisik,
teknik, taktik dan mental yang dimiliki oleh atlet tersebut. Karena empat unsur
tersebut menyatu dalam satu bingkai (frame) yang dikenal dengan kinerja
olahraga (sport performance)”
Berdasarkan kutipan di atas, jelaslah bahwa kondisi fisik sangatlah berperan
terhadap prestasi seorang atlet, tanpa kondisi fisik yang baik tidak mungkin atlet
bisa bersaing dengan yang lain. Menurut Mutohir (2007;54-55) “komponen-
komponen kondisi fisik diantaranya adalah strength, agility accuracy, dan
reaction”. Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen
yang tidak dapat dipisahkan, baik peningkatannya, maupun pemeliharaannya.
Artinya bahwa setiap usaha peningkatan kondisi fisik, maka harus
mengembangkan semua komponen tersebut walaupun perlu di lakukan dengan
sistem prioritas.
Komponen kondisi fisik di atas, penting dalam olahraga beladiri pencak silat,
misalnya saja dayatahan (endurance) seorang pesilat harus sanggup bertanding
dalam waktu dua menit kali tiga babak dengan teknik yang sempurna. Di samping
daya tahan dalam pertandingan silat, komponen kondisifisiklainnya yang takkalah
pentinga dalah kecepatan (speed), kekuatan (strength), daya ledak (power),
kelentukan (flexibility) dan kelincahan (agility). Hal ini berguna untuk bergerak
ke seluruh penjuru gelanggang untuk menyerang dalam gerakan memukul,
menendang, menangkis dan mengelak.
4

Mengingat pentingnya aspek kondisi fisik, teknik dan metal atlet, maka
pelatih harus mampu membuat program latihan yang benar dengan memahami
tahap-tahap latihan sehingga mengetahui berapa besar porsi latihan yang
dibutuhkan, karena latihan merupakan faktor utama dalam meningkatkan kualitas
otot dan kekuatan otot merupakan modal untuk mempermudah mempelajari
teknik dan mencegah terjadinya cedra dan meperolehprestasi yang maksimal.
Harsono (1988;101) mendefinisikan “latihan sebagai proses yang sistematis dari
berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari
bertambah jumlah beban latihan atau pekerjaan”. Jadi bahwa proses pencapaian
jenjang prestasi puncak melakukan waktu yang panjang dan perjuangan yang
berat sesuai dengan tuntutan cabang olahraga yang telah ditentukan.
Dari peryataan di atas, bahwa latihan yang dilaksanakan dengan tujuan
mencapai prestasi haruslah dilaksanakan secara berkesinambungan terencana dan
dilaksanakan menurut program latihan yang telah di tentukan. Hal ini memerlukan
waktu yang lama dan panjang karena dalam latihan menciptakan berbagai
perubahan baik di dalam fisiologis maupun anatomis dalam setiap individu.
Dalam olahraga pencak silat selain dibutuhkan teknik yang baik juga
membutuhkan fisik baik juga. Selain daya tahan, kemampuan fisik yang
dibutuhkan dalam pencak silat adalah kecepatan (speed), kelentukan (flexibility),
daya ledak (power), dan kelincahan (agility), terutama dalam melakukan
tendangan. Tanpa ada kecepatan, kelentukan, daya ledak dan kelincahan yang
baik tidak akan menghasilkan tendangan yang baik, tapi sebaliknya apabila
seorang pesilat mempunyai kecepatan, kelentukan, daya ledak dan kelincahan
yang baik akan menghasilkan kemampuan tendangan yang baik pula. Selain itu
ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi diantaranya adalah kekuatan,
koordinasi gerak, keseimbangan dan kuda-kuda. Di samping itu tendangan harus
dilakukan dengan gerakan yang mempunyai speed, strength, power, dan agility
sehingga lawan tidak dapat menangkis atau mengelakkanya.
Berdasarkan observasi di lapangan pada Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
pencak silat Universitas Islam Riau, penulis menemukan masalah sewaktu laga,
sering para mahasiswa melakukan tendangan sabit kurang tepat sasaran dan juga
tendangan sabit ini dilakukan kurang sempurna koordinasinya, kurang antisipasi
atlet melalukan tendangan sabit, tidak mempunyai power sehingga tendangan ini
memberikan hasil kurang sempurna dan mudah terbaca olehlawan dan mudah
ditangkis dan dielak lawan. Dari hasil pengamatan tersebut peneliti mencoba
memperbaiki kemampuan tendangan sabit dengan salah satu cara meningkatkan
kecepatanten dangan sabit dengan metode Pliometrik.
Metode latihan pliometrik merupakan suatu bentuk latihan yang merangsang
otot untuk melalukan aktivitas kerja dengan cepat. Kegiatan latiahan pliometrik
ini terdiri dari latihan-latihan,Quick leap, Lompat ke atas Box (Box Jump), latihan
melompat dengan kedua kaki menaiki tangga (Double Leg Stair Bound), Leteral
Cone Hops, Single Leg Hops, Double Leg Hops.
Dari paparan latar belakang masalah di atas, dan kebenarannya perlu diuji
secara ilmiah, objektif dan sistematis. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
meningkatkan kecepatan tendangan sabit atlet pencak silat pada Unit Kegiatan
Mahasiswa Universitas Islam Riau dengan mengunakan metode pliometrik.
5

METODOLOGI PENELITIAN

Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengungkapkan pengaruh


latihan metode Pliometrik terhadap kecepatan tendangan sabit, maka jenis
penelitian ini termasuk Eksperimen Semu (quasi eksperimen) dengan desain
penelitian pretest-postest randomized design. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah metode Pliometrik. Variabel terikatnya adalah kecepatan tendangan sabit
atlet pencak silat.Teknik yang digunakan dalam penarikan sampel pada penelitian
ini adalah dengan teknik Total Sampling, semua populasi dijadikan sampel
(Arikunto, 2006:134). Jumlah sampel penelitian ini adalah 13 atlet putra pencak
silat unit kegiatan mahasiswa Universitas islam Riau.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis terhadap data tes awal, maka Pengaruh Metode


Pliometrik terhadap kemampuan kecepatan tendangan sabit dalam olahraga
pencak silat di Unit kegiatan mahasiswa Universitas Islam Riau yaitu dengan
jumlah sampel 13 orang diperoleh skor tertinggi 20, skor terendah 14, rata-rata
(mean) 17,69 dari semua jumlah nilai sampel, median 18, modus 18 dan,
simpangan baku (SD) 2,743.
Persentasi dari 13 orang sampel ternyata sebanyak 3 orang sampel
(23,08%) memiliki hasil peningkatan kemampuan kecepatan tendangan sabit
dengan kelas interval 14-16, kemudian sebanyak 4 orang sampel (30,77%)
memiliki hasil peningkatan kemampuan kecepatan tendangan sabit dengan kelas
interval 17-19, selanjutnya ada sebanyak 6 orang sampel (46,15%) memiliki hasil
peningkatan kemampuan kecepatan tendangan sabit dengan kelas interval 20-22.
Berdasarkan analisis terhadap tes akhir peningkatan kemampuan
kecepatan tendangan setelah 16 kali perlakuan (post test), maka Pengaruh Metode
Pliometrik peningkatan kemampuan kecepatan tendangan sabit dalam olahraga
pencak silat di UKM Universitas Islam Riau yaitu dengan jumlah sampel 13 orang
diperoleh skor tertinggi 23, skor terendah 18, rata-rata (mean) 2,46 median 20,
modus 20 dan, simpangan baku (SD) 1,54.
Persentasi dari 13 orang sampel ternyata sebanyak 8 orang sampel
(61.54%) memiliki hasil kemampuan kecepatan tendangan sabit dengan kelas
interval 18-20, kemudian sebanyak 4 orang sampel (30,77%) memiliki hasil
kemampuan kecepatan tendangan sabit dengan kelas interval 21-23, selanjutnya
sebanyak 1 orang sampel (7,69%) memiliki hasil kemampuan kecepatan
tendangan sabit dengan kelas interval 24-26.
Dari hasil pengolahan data uji Normalitas dengan Uji Lilliefors diperoleh
angka normalitas distribusi data seperti pada Tabel 2 berikut:
6

Tabel 1. Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas

Data N Lo Ltabel Ket


Pliometrik (pre test) 13 0,1586 0,2340 Normal
Pliometrik (post test) 13 0,1424 0,2340 Normal

Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah data penelitian memiliki


varians yang sama (homogen) atau tidak. Hasil analisis data diperoleh
homogenitas data sebagai berikut:

Tabel 2. Uji Homogenitas Data Peningkatan Kemampuan Kecepatan


Tendangan sabit Pre Test dan Post Test Dengan Metode Pliometrik

Harga
No Uji Homogenitas Kesimpulan
 2 tabel (
 2
hitung
  0,05 )
1,04
1 Pliometrik 2,97 Homogen

Uji statistik yang digunakan adalah t-test yaitu melihat pengaruh rata-rata
hitung dalam satu kelompok yang sama pada taraf signifikan 0,05. Hasil tes awal
(pre test) kemampuan kecepatan tendangan sabit dalam olahraga pencak silat di
UKM Universitas Islam Riau yaitu dengan Metode Pliometrik. Adapun Hasil
pengujian Hipotesis disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 3. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis

Metode thitung ttabel


Pliometrik Mean SD Α Hasil Uji Keterangan

Pre Test 17,69 1.62 Ho ditolak


13,30 0,05 2,16 Signifikan
Pos Test 20,46 1.54 Ha diterima

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa thitung (13,30) > ttabel (2,16).
Hal ini berarti bahwa hipotesis penelitian dapat diterima kebenarannya. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa Metode Pliometrik memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap kemampuan kecepatan tendangan sabit dalam olahraga pencak
silat di UKM Universitas Islam Riau. Peningkatan kemampuan kecepatan
tendangan sabit ini adalah sebesar 2,77, yaitu dari skor rata-rata 17,69 pada pre
test menjadi 20,46 pada post test.
7

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dipaparkan


terdahulu, maka dapat dikemukakan kesimpulan bahwa Terdapat pengaruh
signifikan metode Pliometrik terhadap kecepatan tendangan sabit pada atlet
pencak silat unit kegiatan mahasiswa Universitas Islam Riau.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.


Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arsil. 1999. Pembinaan Kondisi Fisik. Padang: Fakultas Ilmu Keolahragaan


Universitas Negeri Padang.
Chu, Donald.A. 1992. Jumping Into Plymetrics, California: Leisure Press
Depdiknas, 2004. Instrumen Pemanduan Bakat Pencak Silat. Jakarta
Hariyadi, Slamet, R.Kotot. 2003. Teknik Dasar Pencak Silat Tanding. Jakarta:
Dian Rakyat
Haryono & Siswantoyo. 2008. Pencak Silat Untuk Usia Dini. Yogyakarta: FIK
UNY
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologi Dalam Coaching. Jakarta:
Depdikbud
Harsono. 2001. Latihan Kondisi Fisik. Jakarta: CV.Tambak Kusuma
Harzuki, 2002. Perkembangan Olahraga Terkini. Jakarta: PT Raja Grafindo
Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: PT.Bumi
Aksara
Jonath, Ulrich und Rolf Krempel, 1981. Konditions Training. Hamburg: Rowohlt
Taschenbuch Verlag GmbH.
Lutan, Rusli. 2002. Menuju Sehat dan Bugar. Jakarta: Direktorat Jendral Olahraga
Lubis, Johansyah. 2004. Pencak Silat Panduan Praktis. Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada
Musyawarah Nasional PB IPSI, 2007. Peraturan Pertandingan Pencak Silat.
Jakarta.
Radcliffe, James C & Farentionos, Rober. C.1999. High Powered Plyoometrics.
Canada. Human Kinetics
Rӧthig dan Grossing. 2004. Pengetahuan Training Olahraga. (terjemahan oleh
Syafruddin). Padang. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Padang
Sajoto. 1995. Peningkatan dan Pebinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam
Olahraga. Semarang:Dahara prize
Sugiono. 2009. Statistik untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suharno. 1993. Seri Bahan Penataran Pelatih Tingkat Dasar. Jakarta: KONI
Pusat. Pusat Pendidikan dan Penataran
Syafruddin. 2011. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Padang: UNP Press
Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 (2005). Sistem Keolahragaan
Nasional. Bandung: Citra Umbara

Anda mungkin juga menyukai