Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH JAWA TIMUR


Jawa Timur adalah sebuah provinsi yang terletak di Pulau Jawa bagian timur atau paling timur
dengan Ibukotanya adalah Surabaya. Luas wilayah Jatim kurang lebih 47.922 km², dengan
jumlah penduduk menurut data sensus pada tahun 2015 sebanyak 42.030.633 jiwa. Dari enam
provinsi di Pulau Jawa, Jawa Timur merupakan provinsi yang paling luas wilayahnya. Karena
luasnya, jumlah penduduknya juga banyak, menempati urutan kedua di Indonesia setelah
Provinsi Jawa Barat.

Bagian utara Jawa Timur berbatasan langsung dengan Laut Jawa, bagian timur berbatasan
dengan Selat Bali, sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Hindia, dan bagian barat
berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah.

Beberapa pulau yang termasuk dalam wilayah Jawa Timur antara lain Pulau Madura, P. Bawean,
P. Kangean dan beberapa pulau kecil di Laut Jawa seperti Kepulauan Masalembu. Sedangkan di
Samudera Hindia ada Pulau Sempu, dan Nusa Barung.
Lebih jelas mengenai Jatim silahkan baca: Peta Jawa Timur lengkap dengan 29 nama
kabupaten dan 9 kota
Jawa Timur termasuk memiliki perekonomian yang cukup tinggi, mampu berkontribusi sebesar
14,85% terhadap Produk Domestik Bruto nasional. Mungkin karena itulah mengapa kerajaan
besar seperti Majapahit mampu tumbuh besar. Di Jawa Timur banyak ditemukan sisa-sisa dari
kehidupan zaman prasejarah. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya fosil manusia purba,
seperti: fosil Pithecanthropus Mojokertensis di Kepuhlagen, Mojokerto; Pithecanthropus erectus
di Trinil, Ngawi; dan Homo Wajakensis di Wajak, Tulungagung.

B. Suku Bangsa di Jawa Timur

Menurut data pemerintah, suku-suku bangsa yang hidup di Provinsi Jawa Timur yaitu sebagai
berikut:

 Suku Jawa: 78,68%


 Suku Madura: 18,07%
 Suku Osing: 0,86%
 Tionghoa: 0,55%
 Suku Bawean: 0,17%
 Suku Sunda: 0,11%
 Suku Tengger: 0,10%
 Arab: 0,07%
 Suku Bugis: 0,05%
 Suku Banjar: 0,04%
 Suku Betawi: 0,02%
 Suku Minangkabau: 0,02%
 Suku Banten: 0,00%
 Lain-lain: 1,26%

C. Bahasa
- Bahasa Jawa
- Bahasa Madura
- Bahasa Tengger
- Bahasa Osing
- Bahasa Kangean
D. Kebudayaan
E. Rumah Adat

Rumah adat Jawa Timur dinamakan Rumah Situbondo. Rumah Situbondo merupakan
model rumah adat Jawa Timur yang mendapat pengaruh dari rumah Madura. Rumah itu
tidak mempunyai pintu belakang dan tanpa kamar-kamar pula. Serambi depan tempat
menerima tamu laki-laki dan tamu perempuan diterima di serambi belakang. Mereka
masuk dari samping rumah.

Rumah Adat Jawa Timur

Tari-tarian Daerah Jawa Timur

a. Tari Remo, sebuah tarian dari Surabaya yang melambangkan jiwa kepahlawanan. Ditarikan
pada waktu menyambut tamu agung.
b. Reog Ponorogo, merupakan tari daerah Jawa Timur yang menunjukkan keperkasaan,
kejantanan, dan kegagahan.
c. Tari Tandakan, adalah jenis tari pergaulan yang digali dan digarap berdasarkan tari tradisional
yang berkembang didaerah Jombang, dan sekitarnya. Sebagai tari pergaulan maka tari ini
bersuasana gembira dan berkesan akrab.

Tari Remo

F. Pakaian Adat
Baju Mantenan Sesuai dengan namanya, baju ini umumnya hanya dikenakan pada saat
resepsi pernikahan adat Jawa Timuran oleh para mempelai. Baik untuk mempelai laki-
laki maupun untuk mempelai wanita, baju mantenan ini memiliki corak warna yang
sama, yaitu warna hitam sebagai dasar dan warna merah sebagai motif hiasannya.
Penggunaan pakaian ini juga dilengkapi dengan penutup kepala dan rangkaian bunga
melati yang dikalungkan di leher untuk mempelai pria dan digantungkan pada sanggul
untuk mempelai wanitanya. Sabuk emas dan gelang tangan juga dipakai sebagai
pelengkap bersama dengan terompah, selendang yang diselempangkan bahu, serta
aksesoris tambahan lainnya. Secara sederhana, kenampakan baju mantenan dapat dilihat
pada gambar paling kanan di bawah ini.
2. Baju Cak dan Baju Ning Di Surabaya, Jawa Timur, setiap tahun diadakan sebuah kontes
pemilihan bujang gadis yang bernama Kontes Cak dan Ning. Dalam kontes ini, para bujang dan
gadis mengenakan pakaian khas Surabaya yang sempat tenar pada tempo dulu dan masih kerap
digunakan hingga saat ini dalam acara-acara besar di kantor dan kediaman walikota atau di balai
kota. Baju Adat Jawa Timur Surabaya Cak dan Ning Pakaian adat Jawa Timur Cak digunakan
oleh para pria. Pakaian ini berupa perpaduan beskap atau jas tutup sebagai atasan, jarik sebagai
bawahan, kuku macan sebagai hiasan yang digantung pada saku beskap, sapu tangan merah, dan
terompah. Sementara pakaian adat Jawa Timur Ning dikenakan oleh para wanita. Pakaian ini
berupa perpaduan kebaya sebagai atasan, jarik sebagai bawahan, kerudung dengan renda, dan
beragam aksesoris tambahan lainnya seperti anting, selendang, selop, dan gelang.
G. Senjata

1. Senjata Tradisional Jawa Timur- Keris

Sejarah munculnya keris memang tidak diketahui secara pasti. Tapi pada zaman kerajaan
Padjajaran dan Majapahit, senjata keris sudah dikenal dikalangan masyarakat luas. Terkhusus di
Pulau Jawa dan Madura. Menurut sumber dari buku Babad disebutkan bahwa pada zaman dulu
sudah ada beberapa orang Empu di Pulau Jawa dan Madura.

Nama Empu yang dipopulerkan dari Pulau Madura; Empu Keleng, Empu Pandhewu, Empu
Luwih dan Empu Sanung. Senjata keris ini digunakan sebagai alat pertahanan diri dan untuk
menyerang musuh.

Keris yang merupakan senjata tikam yang memiliki ujung runcing ini pada kedua sisinya
bermata tajam. Keris ini salah satu senjata tradisional dari Desa Lenteng Barat, Kec. Lenteng,
Kab. Sumenep, Jawa Timur. Untuk sejarah kemunculannya belum diketahui secara pasti, akan
tetapi senjata keris ini kategorikan merupakan senjata untuk menyerang dan membela diri.

Dalam pembuatannya, terdapat beberapa aturan dan persiapan khusus. Seperti hari yang dipilih
yakni hari Jumat Pon, Sabtu Wage atau Minggu Kliwon. Pantangannya yaitu tiga hari setelah
kelahiran orang yang membuat senjata tersebut merupakan hari naas.

Bulan Muharam dan bulan Maulud juga dipercaya sebagai pantangan. Dalam pembuatan keris
juga dilengkapi dengan sesaji. Keris mempunyai fungsi sosial sebagai alat bertahan, menyerang,
membela hingga berburu.
Senjata Tradisional Jawa Timur – Clurit

Bagi masyarakat Madura, clurit merupakan senjata yang tidak dapat dipisahkan dari tradisi dan
budaya mereka sampai saat ini. Senjata clurit ini mempunyai bilah yang berbentuk melengkung
dan bentuk inilah yang menjadi ciri khasnya. Senjat clurit ini dijadikan sebagai senjata khas dari
suku Madura yang biasa dipakai sebagai senjata carok.

Senjata merupakan senjata yang melegenda karena pada zaman dulu biasa digunakan oleh
seorang tokoh yang bernama Sakera. Masyarakat Madura biasanya memasukan makhluk gaib
atau khadam untuk menempati suatu benda, ke dalam clurit dengan dirapalkan do’a-do’a
sebelum carok. Kalaupun begitu, fungsi utama clurit ini adalah salah satu senjata pertanian.

Senjata Tradisional Jawa Timur – Buding

Buding yang merupakan senjata tradisional dari Jawa Timur ini berfungsi sebagai alat untuk
membantu aktivitas sehari-hari untuk suku Using di Banyiwangi. Selain itu buding ini juga
digunakan untuk menjaga diri dari musuh dan berbagai ancaman lainnya. senjata buding ini juga
dilengkapi dengan sarung pelindung.

Ukuran Buding
Lengkap dengan sarung pelindungnya yaitu 46,5 cm
Pegangan 18 cm
Sarung 29 cm
Hiasan sarung 10 cm

Senjata Tradisional Jawa Timur – Bionet

Bionet merupakan senjata tradisional yang juga berasal dari Jawa Timur, Indonesia. Senjata ini
mempunyai bentuk yang lurus. Kedua sisinya tidak terlalu tajam dan panjangnya bisa
menyerupai pedang. Akan tetapi bionet ini mempunyai ujung yang sangat runcing dibanding
senjata lainnya.

Sejarah awalnya, bionet digunakan sebagai senjata tradisional untuk berperang, menusuk,
membabat dan yang paling utama yaitu untuk menjaga diri dari berbagai serangan musuh. Akan
tetapi dalam perkembangannya, bionet ini juga mempunyai fungsi sosial oleh masyarakat Jawa
Timur.

H. Upacra Adat

I. 1. Selametan

J.
K. Upacara adat Jawa sering disebut “selametan”. Upacara ini dilakukan secara turun
temurun sebagai peringatan doa. Upacara ini dilakukan untuk mendoakan para leluhur
agar diberinya ketentraman.
L. 2. Ruwatan

M. Upacara ruwatan adalah upacara adat Jawa yang dilakukan dengan tujuan untuk meruwat
atau menyucikan seseorang dari segala kesialan, nasib buruk, dan memberikan
keselamatan dalam menjalani hidup. Biasanya upacara ini dilakukan di dataran Tinggi
Dieng. Anak-anak yang berambut gimbal dianggap sebagai keturunan buto atau raksasa
harus dapat segera diruwat agar terbebas dari segala marabahaya.
N.3. Tradisi Nikahan
O.
P. Dalam pernikahan adat Jawa ada yang dikenal juga upacara perkawinan yang sangat unik
dan sakral. Banyak tahapan yang harus dilalui dalam upacara adat Jawa yang satu ini,
mulai dari siraman, siraman, upacara ngerik, midodareni, srah-srahan atau peningsetan,
nyantri, upacara panggih atau temu penganten, balangan suruh, ritual wiji dadi, ritual
kacar kucur atau tampa kaya, ritual dhahar klimah atau dhahar kembul, upacara
sungkeman dan lain sebagainya.
Q. 4. Tradisi Tedak Siten

R.
S. Bayi yang di masukan kedalam sangkar ayam ini merupakan upacara adat Jawa yang
digelar ketika mereka mulai belajar berjalan. Upacara ini dibeberapa wilayah lain juga
dikenal dengan sebutan upacara turun tanah atau tedak siten. Tujuan dari
diselenggarakannya upacara ini adalah sebagai ungkapan rasa syukur orang tuanya atas
kesehatan anaknya yang sudah mulai bisa menapaki alam sekitarnya.
T. 5. Tingkeban

U.
Photo by Pengetahuan
V. Upacara tingkeban (mitoni) adalah upacara adat Jawa yang dilakukan saat seorang wanita
tengah hamil 7 bulan. Pada upacara ini, wanita tersebut akan dimandikan air kembang
setaman diiringi panjatan doa dari sesepuh, agar kehamilannya selamat hingga proses
persalinannya nanti.
W. 6. Kebo-Keboan
X.
Y. Keboan Masyarakat Jawa yang mayoritas bekerja sebagai petani juga memiliki ritual
upacara tersendiri. Kebo-keboan merupakan upacara adat Jawa yang dilakukan untuk
menolak segala bala dan musibah pada tanaman yang mereka tanam, sehingga tanaman
tersebut dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan panen yang memuaskan. Dalam
upacara ini, 30 orang yang didandani menyerupai kerbau akan diarak keliling kampung.
Mereka akan didandani dan berjalan seperti halnya kerbau yang lagi membajak sawah.
Z. 7. Larung Sesaji
AA.
Photo by Berita
BB. Upacara larung sesaji adalah upacara yang digelar orang Jawa yang hidup di
pesisir pantai utara dan Selatan Jawa. Upacara ini digelar sebagai perwujudan rasa syukur
atas hasil tangkapan ikan selama mereka melaut dan sebagai permohonan agar mereka
selalu diberi keselamatan ketika dalam usaha. Berbagai bahan pangan dan hewan yang
telah disembelih akan dilarung atau dihanyutkan ke laut setiap tanggal 1 Muharam dalam
upacara adat Jawa yang satu ini.
CC. Lagu Daerah
- Tanduk Majeng,
- Kerapan Sapi.

DD. Makanan Khas

1. Pecel
hellobogor.com

Bahan utama makanan ini adalah beberapa jenis sayur rebus yakni kangkung, kacang panjang,
kol, irisan timun, dan tauge. Semua bahan dicampur dengan sambal kacang, makin nikmat
dinikmati dengan rempeyek.

Ada beberapa kota yang mempunyai nasi pecel yang enak dengan ciri khasnya masing-masing
seperti Kediri, Madiun, dan Blitar. Biasanya kamu lebih suka makan nasi pecel saat sarapan atau
makan malam, nih?

2. Rawon
kooliner.com

Ciri khas masakan ini adalah kuahnya berwarna hitam pekat yang didapat dari penggunaan
kluwek. Beberapa bahan bumbu yang dipakai adalah bawang merah, bawang putih, lengkuas,
ketumbar, serai, kunir, lombok, kluwek, garam, dan lain-lain.

Selain terkenal di Surabaya, rawon Pasuruan pun tak kalah enaknya dengan sate komoh sebagai
pelengkap.

3. Rujak Cingur
infomakan.com

Salah satu kuliner khas Surabaya ini memang mantap untuk dijadikan menu makan siang. Nama
rujak Cingur ini adalah menggunakan salah satu bahan utama pada rujaknya yakni irisan daging
mulut (cingur) sapi.

Rujak cingur biasanya terdiri dari irisan beberapa jenis buah seperti timun, bengkuang, nanas,
yang dipadukan dengan lontong atau nasi, tahu, tempe, cingur, sayuran, dan terakhir disiram saus
dari olahan petis udang dan bumbu lainnya.
Baca juga: 11 Makanan Barat yang Ternyata Kembar Sama Kuliner Indonesia

4. Rujak Soto

siloka.com

EE. Peta

Anda mungkin juga menyukai