Anda di halaman 1dari 9

Hubungan Emosi Positif dengan Kepuasan Hidup

Pada Lanjut Usia (LANSIA) di Kota Padang Provinsi Sumatera


Barat
Fitra Yenia
a
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
E-mail : fitra.yeni@rocketmail.com

Abstract: The aim of this study is to examine whether there was relation between positive emotion and life
satisfaction of elderly people. The data was collected by using two measuring tools : positive emotion scale and
life satisfaction scale. The samples of this study were 120 elderly people from 20 Public Health Center in
Padang municipality. The sampling technique which is used is quota sampling by considering the criteria: 1)
Listed as patients of Public Health Center on 2010; 2) Either male or female 3) Has background culture of
Minangkabau; and 4) 60 years old or more. The collected data then was analyzed by using correlation analysis
technique. Based on correlation test can be concluded that there was strength relation between positive emotion
scale and life satisfaction of elderly people. (p=0,000;r=0,630).

Key words: life satisfaction, positive emotion, lanjut usia

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan emosi positif dengan kepuasan hidup
pada lanjut usia (lansia). Data penelitian ini dikumpulkan melalui 2 alat ukur, yaitu skala emosi positif dan skala
kepuasan hidup. Sampel penelitian berjumlah 120 lansia yang diambil dari 20 puskesmas yang ada di Kota
Padang. Teknik sampling yang digunakan adalah cara kuota (quota sampling) dengan kriteria: 1) terdaftar
sebagai pasien yang berkunjung ke puskesmas tahun 2010; 2) laki-laki atau perempuan; 3) memiliki latar
budaya Minangkabau; dan 4) berusia 60 tahun atau lebih. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis
dengan menggunakan teknik analisis korelasi. Uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan kuat dan
positif antara emosi positif dan kepuasan hidup pada lansia(p=0,000;r=0,630).

Kata Kunci : kepuasan hidup, emosi positif, lanjut usia

7
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 9, No1 Maret 2013: 10-21

PENDAHULUAN 13,52 yang menunjukkan bahwa setiap 100


Angka Usia Harapan Hidup (UHH) orang penduduk produktif harus menanggung
pada lanjut usia (lansia) diperkirakan sekitar 13 orang lansia, sedangkan yang
meningkat dari 66,2 pada tahun 2006 menjadi diharapkan adalah setiap 100 orang penduduk
71,1 pada tahun 2010. Menurut Cencus produktif menanggung sekitar 4 orang lansia.
Bureau International Data Base, jumlah Angka ketergantungan ini akan meningkat
penduduk lansia sebesar 18,96 juta jiwa pada seiring kenaikan UHH. Angka keterlantaran
tahun 2007 dan meningkat menjadi 20,55 juta penduduk lansia juga masih tinggi, sekitar
jiwa pada tahun 2009. Jumlah ini 2,7 pada tahun 2006 (15% dari total
menempatkan Indonesia dengan lansia penduduk lansia) yang memerlukan perhatian
terbesar setelah China, India dan Jepang. dan jaminan sosial. Masalah lainnya adalah
Badan Kesehatan Dunia atau WHO tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi yang
memperkirakan penduduk lansia di Indonesia rendah. Menurut Santrock (2002), berbagai
pada tahun 2020 mendatang akan mencapai permasalahan yang dialami lansia merupakan
28,8 juta jiwa yang menempatkan Indonesia dampak dari proses penuaan yang
dengan jumlah penduduk lansia terbesar di menyebabkan perubahan-perubahan dan
dunia (Kementrian Komunikasi dan penurunan pada fungsi fisik, kognitif, sosial
Informatika RI, 2010). dan emosional.
Menurut UU No 13 tahun 1998 tentang Banyaknya permasalahan yang terjadi
kesejahteraan lansia, yang dimaksud dengan pada lansia menuntut adanya dukungan
lanjut usia adalah penduduk yang telah penuh baik dari negara maupun keluarga dan
mencapai usia 60 tahun keatas. Perubahan masyarakat. Kebijakan dan program
proporsi penduduk lansia merupakan indikasi penduduk lansia tidak hanya memberikan
bahwa Indonesia adalah termasuk negara perhatian pada penduduk lansia yang
yang memasuki era penduduk berstruktur bermasalah melainkan untuk seluruh lansia.
lanjut usia (aging structured population) Kebijakan dan program penduduk lansia
karena persentase lanjut usianya lebih dari perlu diperluas sasarannya untuk mendorong
7%. Propinsi dengan UHH yang lebih tinggi terwujudnya penduduk lansia yang sehat,
juga mempunyai jumlah penduduk lanjut usia mandiri dan produktif. Semua program ini
yang lebih banyak. Terdapat 11 propinsi yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
berstruktur lansia (aging structured meningkatkan kesejahteraan pada lansia yang
population) dengan jumlah penduduk lansia pada akhirnya akan meningkatkan kualitas
lebih dari 7%, salah satunya adalah Propinsi hidup lansia (Departemen Sosial RI, 2007).
Sumatera Barat (Departemen Sosial RI, Menurut Santrock (2002), salah satu
2007). indikator kesejahteraan psikologis pada
Data dari Komisi Nasional (Komnas) orang-orang dewasa lanjut adalah kepuasan
Lansia (2009) menyebutkan bahwa secara hidup. Secara eksplisit kepuasan hidup
umum derajat kesehatan penduduk lansia tercermin dalam kondisi kehidupan yang
masih rendah. Keluhan kesehatan pada lansia diwarnai oleh berbagai perasaan. Neugarten
cenderung naik dari 48,95% pada tahun 2003 (1968) menjelaskan bahwa kepuasan hidup
menjadi 54,25% pada tahun 2007. Angka lansia ditunjukkan oleh perasaan bahagia
kesakitan juga cenderung naik dari 28,48% yang mencerminkan kesesuaian antara cita-
pada tahun 2003 menjadi 31,11% pada tahun cita masa lalu dengan kondisi kehidupan
2005. Rasio ketergantungan cukup tinggi dan sekarang.
cenderung naik setiap tahun. Angka Organization for Economic Co-
ketergantungan pada tahun 2007 tercatat operation and Development (OECD)

8
Fitra, Hubungan Emosi Positif Dengan Kepuasan Hidup....

melakukan penelitian tentang kepuasan hidup (2006) menyebutkan bahwa emosi positif
pada lansia di beberapa negara di dunia dari adalah sebuah kombinasi dari kepuasan yang
tahun 2006-2009. Kepuasan hidup diukur tinggi dan perasaan emosi yang tinggi.
dengan menggunakan LSI-A (Life Pengalaman emosional yang menyenangkan
Satisfaction Index-A) yang dikembangkan atau menggembirakan dianggap sebagai
oleh Neugarten dengan menambahkan emosi positif. Menurut Diener (dikutip oleh
analisis data lainnya seperti kesehatan, Berg 2008), penilaian terhadap kepuasan
pendidikan, income, pemenuhan kebutuhan hidup sebagai sebuah penilaian global secara
personal dan kondisi sosial. Hasil penelitian kognisi dari hidup seseorang kemungkinan
menunjukkan bahwa Indonesia memiliki dipengaruhi oleh afeksi (pengalaman
tingkat kepuasan hidup sedang dengan nilai emosional).
5,7 (Organization for Economic Co-operation Kuppens, Diener dan Realo (2008)
and Development, 2009). melakukan penelitian tentang peran emosi
Banyak faktor yang dihubungkan positif dan emosi negatif dalam penilaian
dengan kepuasan hidup pada lansia. kepuasan hidup di 46 negara. Penelitian ini
Pendapatan, kesehatan, suatu gaya hidup menemukan bahwa baik dinegara barat
yang aktif, serta jaringan pertemanan maupun negara non-barat, pengalaman emosi
keluarga dikaitkan dengan kepuasan hidup positif lebih berperan dalam meningkatkan
orang-orang dewasa lanjut (Santrock, 2002). kepuasan hidup dibandingkan dengan yang
Hubungan antara pendapatan dengan semata-mata hanya menghindari pengalaman
kesejahteraan relatif kecil, namun pendapatan emosi negatif. Penelitian ini juga
yang memadai merupakan komponen penting menunjukkan bahwa di banyak negara
dari kepuasan hidup pada lansia (Berg, pengalaman emosi positif berkaitan dengan
2008). Kepuasan hidup lansia secara penilaian kepuasan hidup dua kali lebih kuat
signifikan dipengaruhi oleh status kesehatan dibanding pengalaman emosi negatif.
(Wang dkk, 2002). Lansia yang memiliki Menurut Fredickson (2000), emosi
jaringan sosial pertemanan dan keluarga yang positif dapat berfungsi sebagai koping dalam
luas memiliki tingkat kepuasan hidup yang tiga hal. Pertama, bahwa emosi positif akan
lebih tinggi dibanding lansia yang terisolasi membantu seseorang menghadapi
secara sosial (Borg, Hallberg & Blomquist, permasalahan karena emosi positif membantu
2005). Dukungan sosial, religiusitas, jenis seseorang agar lebih berpikir objektif. Kedua,
aktivitas dan pemikiran positif juga terbukti emosi positif dan dukungan sosial sangat
berhubungan dengan kepuasan hidup pada berhubungan, dimana dukungan sosial akan
lansia (Wang, et.al, 2002; Indriana, 2003; sangat membantu meningkatkan keadaan
Triado, Villar, Sole, Celdran, & Osuna, 2009; kestabilan emosi seseorang. Ketiga, emosi
Jung, et.al, 2007). positif akan meningkatkan kemampuan
Mengacu pada hasil penelitian di atas dalam menangani dampak fisik karena stress.
dan dikaitkan dengan kepuasan hidup pada Koping dapat diartikan sebagai mekanisme
lansia, maka ada dugaan bahwa periode penyesuaian diri secara psikologis terhadap
lansia merupakan periode dengan tingkat stimulus yang dinilai sebagai ancaman
kepuasan hidup yang paling rendah. Namun ataupun tantangan.
beberapa penelitian gerontologi terbaru Menurut Kuntjoro (2002), sayangnya
memberikan kesimpulan yang lebih lansia kadang-kadang menunjukkan emosi
menggembirakan, diantaranya adalah bahwa yang kurang stabil, seperti gampang marah,
emosi positif berhubungan dengan kepuasan sedih atau tidak bahagia. Ketidakstabilan
hidup pada lansia. Lucas, Diener & Larsen emosi ini dapat diungkap sebagai tanda

9
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 9, No1 Maret 2013: 10-21

bahwa terdapat masalah atau ada hal-hal Lucas, et.al (Larsen, 2009). Kondisi emosi
yang sifatnya patologis. Hal senada juga positif diperoleh dari skor total skala emosi
diungkapkan oleh Akhmadi (2009), bahwa positif yang telah diisi oleh responden
gangguan emosional identik dengan lansia. penelitian. Semakin tinggi skor yang
Hal ini menyebabkan lansia rentan diperoleh responden, maka semakin tinggi
mengalami ganggauan mental seperti depresi, tingkat emosi positifnya, sebaliknya semakin
kecemasan, psikosis atau kecanduan obat. rendah skor yang diperoleh maka semakin
Bahkan gangguan emosi dapat menyebabkan rendah pula tingkat emosi positif responden.
gangguan pada organ-organ tubuh yang Kepuasan hidup adalah kondisi
menyebabkan berbagai penyakit fisik sejahtera yang direfleksikan oleh lansia
(Gutomo, 2007). Menurut Akhmadi (2009), dengan perasaan bahagia terhadap kehidupan
ketidakstabilan emosi terutama muncul yang mereka jalani meliputi kesenangan,
apabila lansia tidak berhasil menemukan keteguhan hati, keselarasan, konsep diri dan
jalan keluar dari masalah yang mereka suasana hati. Kepuasan hidup diukur dengan
hadapi, yang sebagian besar disebabkan menggunakan The Life Satisfaction Index-Z
karena proses menua. yang dikembangkan oleh Neugarten, et.al.
(Neugarten, et.al, 1961). Tingkat kepuasan
METODE hidup diperoleh dari skor total skala
Penelitian ini menggunakan desain kepuasan hidup yang telah diisi oleh
penelitian korelasi. Sampel dalam penelitian responden penelitian. Semakin tinggi skor
ini berjumlah 120 orang yang diambil dari yang diperoleh responden, maka semakin
masing-masing puskesmas sebanyak 6 lansia. tinggi tingkat kepuasan hidup, sebaliknya
Teknik pengambilan sampel yang digunakan semakin rendah skor yang diperoleh maka
adalah pengambilan sampel cara kuota (quota semakin rendah pula tingkat kepuasan hidup
sampling), yang tujuannya adalah mengambil responden.
sampel sebanyak jumlah tertentu yang
dianggap dapat merefleksikan ciri populasi HASIL DAN PEMBAHASAN
(Azwar, 2010). Teknik quota sampling tetap Hasil uji korelasi menunjukan bahwa
dapat digunakan dalam penelitian apabila terdapat hubungan kuat dan positif antara
tujuan utama penelitian untuk menguji emosi positif dan kepuasan hidup pada lansia
hipotesis-hipotesis dalam penelitian awal (r=0,630, p<0,00). Artinya bahwa semakin
(Azwar, 2010). tinggi emosi positif lansia maka akan
Emosi positif diukur dengan semakin tinggi kepuasan hidup lansia. Hasil
menggunakan Intensity Time Affect and uji korelasi dapat dilihat pada table 1.
Survey (ITAS) yang dikembangkan oleh

Tabel 1. Hasil Uji Korelasi

Emosi Positif Kepuasan Hidup


Emosi Positif: Correlation Coefficient Sig. (2- 1000 630”
tailed) .000
N 120 120
Kepuasan Hidup: Correlation Coefficient Sig. (2- 630” 1.000
tailed) .000
N 120 120
Correlation significant at the 0,01 level (2-tailed)

10
Menurut Lucas, et.al (2006), emosi efeknya adalah peningkatan sumber daya
positif merupakan pengalaman emosional pribadi seseorang. Sumber daya ini dapat
yang menyenangkan atau menggembirakan. digunakan dalam keadaan emosi yang
Menurut Diener (dikutip oleh Berg 2008), berbeda.
penilaian terhadap kepuasan hidup sebagai Chon, et.al., (2009), menguji teori
sebuah penilaian global secara kognisi dari broaden-and-build, bahwa kebahagian
hidup seseorang kemungkinan dipengaruhi (meliputi kepuasan hidup, sumber-sumber
oleh afeksi (pengalaman emosional). koping dan emosi positif) merupakan
Hasil penelitian ini sejalan dengan prediktor tujuan hidup dalam berbagai
hasil penelitian yang dilakukan oleh bidang. Peneliti mengukur emosi setiap hari
Kuppens, et.al., (2008), tentang peran emosi untuk satu bulan pada 86 pelajar dan
positif dan emosi negatif dalam penilaian kepuasan dinilai dan resilensi selama satu
kepuasan hidup di 46 negara. Penelitian ini bulan. Emosi positif diperkirakan
menemukan bahwa baik dinegara barat meningkatkan resiliensi dan kepuasan hidup.
maupun negara non-barat, pengalaman. Emosi negatif tidak mengurangi keuntungan
Emosi positif lebih berperan dalam emosi positif. Emosi positif menjadi
meningkatkan kepuasan hidup dibandingkan mediator yang berhubungan dengan resilensi
dengan yang semata-mata hanya sebelum dan sesudah pengukuran tetapi
menghindari pengalaman emosi negatif. tidak dengan kepuasan hidup. Perubahan
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa di dalam resilensi kaitannya antara emosi
banyak negara pengalaman emosi positif positif dan peningkatan kepuasan hidup
berkaitan dengan penilaian kepuasan hidup adalah dengan mengembangkan sumber-
dua kali lebih kuat dibanding pengalaman sumber untuk hidup lebih baik. Menurut
emosi negatif. Penelitian yang dilakukan Tugade, et.al., (2004), melalui pengalaman
Singh & Jha (2008) juga menemukan bahwa emosi positif maka individu dapat
pengalaman emosi positif berkorelasi positif mengubah diri, menjadi lebih kreatif,
dengan kepuasan hidup dan pengalaman berpengalaman, ulet, sosial dan menjadi
emosi negatif berkorelasi negatif dengan individu yang sehat.
kepuasan hidup. Hal ini dapat diartikan Menurut Kuntjoro (2002), sayangnya
bahwa semakin tinggi pengalaman emosi lansia kadang-kadang menunjukkan emosi
positif maka semakin tinggi kepuasan hidup yang kurang stabil, seperti gampang marah,
seseorang dan semakin tinggi pengalaman sedih atau tidak bahagia. Ketidakstabilan
emosi negatif maka semakin rendah emosi ini dapat diungkap sebagai tanda
kepuasan hidup seseorang. bahwa terdapat masalah atau ada hal-hal
Menurut Fredickson (2000), pola pikir yang sifatnya patologis. Hal senada juga
yang menyertai emosi positif pada diungkapkan oleh Akhmadi (2009), bahwa
gilirannya membawa keuntungan adaptif gangguan emosional identik dengan lansia.
jangka panjang karena memperluas sumber Hal ini menyebabkan lansia rentan
daya pribadi. Sumber daya ini mencakup; mengalami ganggauan mental seperti
sumber daya fisik, misalnya perbaikan depresi, kecemasan, psikosis atau kecanduan
kesehatan, umur panjang; sumber daya obat. Bahkan gangguan emosi dapat
sosial, misalnya persahabatan, dukungan menyebabkan gangguan pada organ-organ
sosial; sumber inteletual, misalnya tubuh yang menyebabkan berbagai penyakit
menguasai pengetahuan; dan sumber daya fisik (Gutomo, 2007). Menurut Akhmadi
psikologis, misalnya resiliensi, optimis dan (2009), ketidakstabilan emosi terutama
kreatif. Sumber daya ini bertahan lama, muncul apabila lansia tidak berhasil

11
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 9, No1 Maret 2013: 10-21

menemukan jalan keluar dari masalah yang dapat ditingkatkan seiring dengan proses
mereka hadapi, yang sebagian besar penuaan. Contohnya adalah keterampilan
disebabkan karena proses menua (aging membaca dan menulis, keterampilan-
process). keterampilan profesional, dan keterampilan-
Proses menua (aging process) juga keterampilan hidup. Hal ini memungkinkan
menyebabkan penurunan pada beberapa lansia untuk mencapai kearifan atau
aspek yang dapat mempengaruhi kepuasan kebijaksanaan (wisdom) seiring dengan
hidup pada lansia. Penurunan fungsi fisik bertambahnya usia. Kearifan akan
mengakibatkan lansia mengalami masalah memungkinkan lansia untuk melaksanakan
kesehatan karena berbagai penyakit kronis kewajiban-kewajibannya antara lain adalah:
maupun degeneratif yang dialami oleh memberikan bimbingan dan nasehat yang
lansia. Lansia mengalami penurunan didasarkan pengetahuan, keahlian,
pendapatan tidak saja karena memasuki ketrampilan, dan kearifannya;
masa pensiun tetapi juga karena masalah mentransformasikan dan mengamalkan ilmu
kesehatan. Akibatnya lansia tidak dapat pengetahuan dan pengalamannya; dan
melakukan aktivitas produktif lainnya yang memberikan keteladanan (Departemen
dapat dilakukan ketika memasuki masa Sosial RI, 2007).
pensiun. Jaringan sosial juga menurun Menurut peneliti, kearifan ini semakin
karena kehilangan teman-teman, baik karena kuat dimiliki perempuan Minang apabila
pensiun atau meninggal, bahkan kehilangan dikaitkan dengan budaya minang yang
pasangan hidup. memiliki pola matrilineal, yaitu pola
Menurut Kuntjoro (2002) ada hal lain kekerabatan samade/saparuik (satu ibu atau
yang tetap berfungsi dengan baik pada lansia satu nenek). Dalam budaya Minang, seorang
yaitu afeksi. Fungsi afeksi (emosi atau perempuan paroh baya memiliki pengaruh
perasaan) adalah fenomena kejiwaan yang yang sangat besar dalam lingkungan
dihayati secara subjektif sebagai sesuatu domestik sehingga menjadi orang yang
yang menimbulkan kesenangan atau penting dalam rumah dan keluarganya.
kesedihan. Afeksi pada dasarnya dibedakan Mereka dapat menyatakan sanggahan atau
atas afeksi bilogis dan afeksi psikologis. pendapat meskipun tidak terlibat langsung
Afeksi biologis seringkali menurun sebagai dalam suatu diskusi, dan biasanya pendapat
akibat dari penurunan fungsi organ tubuh, ini akan dibahas dalam diskusi tersebut
namun afeksi psikologis relatif tetap bahkan (Jendrius, 2007). Pendapat ini diperkuat oleh
makin stabil kecuali bagi lansia yang Zainuddin (2008), kekerabatan Matrilineal
mempunyai masalah fisik atau mental. yang dianut masyarakat Minang telah
Menurut pendekatan life span, masa menempatkan posisi perempuan pada tempat
lanjut usia merupakan masa penurunan yang sangat terhormat dan dapat disebut
sekaligus masa pertumbuhan (Santrock, dengan superior.
2002). Contohnya pada perkembangan Laki-laki sementara dihadapkan pada
kognitif tentang penalaran mekanik dan posisi dualistik yakni sebagai mamak
penalaran pragmatis. Penalaran mekanik (paman) dalam kelompok kerabatnya dan
merupakan perangkat keras dari pikiran dan sebagai sumando (tamu) dalam kerabat
menurun seiring penuaan, contohnya istrinya atau dalam keluarganya sendiri.
kecepatan dan ketepatan masukan sensoris, Sebagai mamak, laki-laki dituntut untuk
serta ingatan visual dan motorik. Penalaran bertanggung jawab pada keluarga ibu dan
pragmatis merupakan perangkat lunak dari kaum kerabatnya yang sesuku dan
pikiran dan tampaknya tidak menurun atau sekampung. Sebagai sumando, laki-laki

12
Fitra, Hubungan Emosi Positif Dengan Kepuasan Hidup....

tidak terlalu dibebankan tanggung jawab KESIMPULAN DAN SARAN


dalam pengurusan rumah tangganya, seperti Berdasarkan hasil penelitian dapat
menafkahi keluarga, mendidik anak-anak disimpulakan bahwa terdapat hubungan kuat
dan persoalan lainnya. Konsekuensinya dan positif antara emosi positif pada lansia
menempatkan ayah pada tanggung jawab (p<0,00;r=0,630). Artinya semakin tinggi
dan hak yang sangat terbatas atas emosi positif lansia maka semakin tinggi
keluarganya sendiri (Mardianto, 2009). kepuasan hidup lansia.
Berdasarkan uraian di atas, perlu Berdasarkan pembahasan yang telah
kiranya mempertimbangkan emosi positif disampaikan di atas, peneliti menyampaikan
sebagai bagian dari program-program yang saran kepada lansia agar mencari informasi
terkait dengan lansia karena terbukti emosi dan mengikuti penyuluhan atau pelatihan
positif dan koping proaktif dapat terutama terkait dengan emosi positif karena
meningkatkan kepuasan hidup pada lansia. terbukti dapat meningkatkan kepuasan
Penelitian yang dilakukan oleh Organisation hidup. Saran untuk puskesmas agar
for Economic Co-operation and mensosialisasikan tentang emosi positif pada
Development (OECD) tentang kepuasan instansi yang terkait dengan lansia, seperti
hidup di beberapa negara dari tahun 2006- Departemen Sosial dan Departemen
2009, juga menunjukkan hal yang sama, Agama, agar materi ini dapat dimasukkan
bahwa Indonesia memiliki tingkat kepuasan dalam program lansia yang ada di institusi
hidup sedang dengan nilai 5,7 (Organization tersebut. Penyusunan materi ini dapat
for Economic Co-operation and melibatkan institusi pendidikan seperti
Development, 2009). psikologi, kedokteran dan keperawatan
Penelitian lanjutan perlu dilakukan sehingga bersifat komprehensif dan
tentang emosi positif agar program yang aplikatif. Untuk peneliti selanjutnya,
terkait dengan emosi positif lebih sebaiknya mengembangkan instrument
komprehensif dan aplikatif karena penelitian penelitian dengan memperluas domain dan
terbaru tentang emosi positif memberikan dimensi pengukurannya serta
banyak perubahan dalam metode penelitian mempertimbangkan kondisi responden yang
dan hasil penelitian. Misalnya dalam metode diteliti. Misalnya dengan menambahkan
penelitian, alat ukur yang digunakan lebih skala self-report pada pengukuran emosi
kompleks, tidak hanya menggunakan skala positif dan memperkecil jumlah butir pada
non-self report seperti yang peneliti lakukan pengukuran koping proaktif dan kepuasan
tetapi juga menggunakan skala self report. hidup.
Lucas, et.al. (2003) berpendapat bahwa
dalam pengukuran emosi, mungkin saja DAFTAR PUSTAKA
partisipan tidak sanggup atau tidak mau
diajak untuk menceritakan pengalaman Akhmadi. (2009). Permasalahan usia lanjut.
emosional mereka sesungguhnya. Mereka Diakses dari
menyarankan untuk menggabungkan skala www.waspadamedan.com pada
emosi self report dengan skala yang non- tanggal 25 Juli 2010.
self report jika itu memungkinkan, sehingga
dapat mengarahkan pemahaman mengenai Azwar, S. (2010). Penyusunan Skala
pengalaman emosional secara mendalam. Psikologi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Berg, A.I. (2008). Life Satisfaction in Late


Life. Sweden: Gothenburg.

13
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 9, No1 Maret 2013: 10-21

Borg, C., Hallberg, I.R., & Blomquist. Kementrian Komunikasi dan Informatika
(2005). Life satisfaction among older RI. (2010). Penduduk lanjut usia.
people with reduced self-care Diakses dari www.depkominfo.go.id.
capacity the relationship to social, pada tanggal 18 Juni 2010.
health & financial aspects. Journal of
Clinical Nursing, 15, 607-618. Komisi Nasional Lanjut Usia. (2009).
Kondisi lansia dan permasalahan
Chon, M.A., Fredrickson, B.L., Brown, S.L., penduduk lansia. Diakses dari
Mikels, J.A., & Conway, A.M. www.komnaslansia.or.id pada
(2009). Happiness unpacked: tanggal 18 Juni 2010.
positive emotions increase life
satisfaction by building resilience. Kuntjoro, Z.S. (2002). Pendekatan dalam
Emotion, 9(3), 361-368. pelayanan psikogeriatri. Diakses dari
www.e-psikologi.com pada tanggal
Departemen Sosial RI. (2007). Dukungan 25 Juli 2010.
bagi kesejahteraan penduduk lanjut
usia. Diakses dari www.depsos.go.id Kuppens, P., Diener, E., & Realo, A. (2008).
pada tanggal 18 April 2008. The role of positive and negative
emotion in life satisfaction judgment.
Gutomo, P. (2007). Emosi adalah penyebab Journal of Personality and Social
penyakit yang tersembunyi. Diakses Psychology, 95(1), 66-75.
dari www.komnaslansia.or.id pada
tanggal 25 Juli 2010. Larsen, R.J. (2009). Affect Intensity. In
Leary, M.R., Hoyle, R.H. (ed).
Indriana, Y. (2003). Kepuasan hidup orang Handbook of Individual Differences
lanjut usia dalam hubungannya In Social Behavior. New York.
dengan jenis aktivitas, jenis kelamin, Guilford Publication, Inc. diakses
religiositas, status perkawinan, dari www.google.book.com pada
tingkat bkemandirian, tingkat tanggal 25 Januari 2010.
pendidikan dan daerah tempat
tinggal. Disertasi (tidak diterbitkan). Lucas, R.E., Diener, E., & Larsen, R.J.
Yogyakarta: Universitas Gadjah (2006). Measuring Positive Emotion.
Mada. In Shane J. Lopez & C.R. Snyder
(ed). Positive psychological
Jendrius. (2007). Perempuan dan kerabat assessment: a Handbook of Models
perempuan dalam masyarakat and Measure. Washington: American
matrilineal Minangkabau Psychological Association.
kontemporer. Jurnal Pembangunan
dan perubahan Sosial Budaya, 3(4), Mardianto. (2009). Konsep diri laki-laki
1-15. Minang. Diakses dari
www.konselingindonesia.com. pada
Jung, J.Y., Oh, Y.H., Oh, K.S., Suh, D.W., tanggal 15 Juni 2011
Shin, Y.C., & Kim, J.H. (2007).
Positive-thinking and life satisfaction Neugarten, B.L., Havighurst, R.J., & Tobin,
amongst korean. Yonsei Medical S.S. (1961). The measurement of life
Journal, 48(3), 371-378.

14
Fitra, Hubungan Emosi Positif Dengan Kepuasan Hidup....

satisfaction. Journals of Zainuddin, M. (2008). Implementasi


Gerontology, 16, 134-143. Pemerintah Nagari Berdasarkan
Hak Asal-usul Adat Minangkabau.
Neugarten, B.L. (1968). Middle Age & Yogyakarta: Penerbit Ombak
Aging, A Reader In Social
Psychology. Chicago: The University
of Chicago.

Organization for Economic Co-operation


and Development. (2009). Life
satisfaction index. Diakses dari
www.happynetindex.org pada
tanggal 27 Desember 2011.

Santrock, J.W. (2002). Life-Span


Development. (Terjemahan Achmad
Chusairi & Juda Damanik). Jakarta:
Penerbit Erlangga.

Singh, H., & Jha, S.D. (2008). Positive and


negative affect, and grit as predictor
of happines and life satifaction.
Journal of The Indian Academy of
Applied Psychology 34, 40-45.

Triado, C., Villar, F., Sole, C., Celdran, M.,


& Osuna, M.J. (2009). Daily activity
and life satisfaction in older people
living in rural contexts. The Spanish
Journal of Psychology, 12(1), 236-
245.

Tugade, M.M. , Fredrickson, B.L. & Barrett,


L.F. (2004). Psyichological
resilience and positive emotional
granularity: examining the benefits
of positive emotion on coping and
health. Journal of Personality 72(6),
1175-1182

Wang, C.W., Iwaya, T., Kumano, H.,


Suzukamo, Y., Tobimatsu, Y., &
Fukudoo, S. (2002). Relationship of
health status and social support to the
life satisfaction of older adult.
Tohoku J Exp, 198, 144-149.

15

Anda mungkin juga menyukai