PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah umum
kesehatan masyarakat di Indonesia, sejak tahun 1968 jumlah kasusnya cenderung meningkat
dan penyebarannya bertambah luas.Keadaan ini erat kaitannya dengan peningkatan mobilitas
penduduk sejalan dengan semakin lancarnya hubungan transportasi serta tersebar luasnya
virus Dengue dan nyamuk penularnya di berbagai wilayah di Indonesia (Depkes RI, 2015).
Penyakit ini termasuk salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah, maka
sesuai dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 1984 tentang wabah penyakit menular serta
Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tahun 1989, setiap penderita termasuk tersangka DBD
harus segera dilaporkan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 24 jam oleh unit pelayanan
kesehatan (rumah sakit, puskesmas, poliklinik, balai pengobatan, dokter praktik swasta, dan
lain-lain) (Depkes RI, 2015).
Indonesia mempunyai resiko besar untuk terjangkit penyakit demam berdarah dengue
karena virus Dengue dan nyamuk penularnya yaitu Aedes aegypti tersebar luas di seluruh
daerah-daerah pedesaan maupun perkotaan, baik di rumah-rumah maupun di tempat-tempat
umum, kecuali daerah yang ketinggiannya lebih dari 1.000 meter dari permukaan air laut.
Iklim tropis juga mendukung berkembangnya penyakit ini, lingkungan fisik (curah hujan)
yang menyebabkan tingkat kelembaban tinggi, merupakan tepat potensial berkembangnya
penyakit ini Nyamuk ini berkembangbiak di tempat-tempat penampungan air atau tandon,
seperti bak kamar mandi, drum, tempayan dan barang bekas yang dapat menampung air
hujan baik di rumah, sekolah, dan tempat umum lainnya (Depkes RI, 2015).
Kasus Demam Berdarah Dengue di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012 tercatat dan
dilaporkan sebanyak 19.739 orang, dengan 167 diantaranya meninggal dunia (Case Fatality
Rate 0.85%). Ini berarti terjadi peningkatan CFR 2 kali lipat dibanding dengan tingkat
fatalitas tahun 2011, yaitu dari 0.42 % tahun 2011 menjadi 0.85% tahun 2012. Begitu pula
dengan angka kejadian DBD tahun 2012, bila dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi
peningkatan sebesar 13.3, yaitu dari 31.9/100 ribu menjadi 45/100 ribu.Meskipun angka
kejadian DBD tahun 2012 mempunyai kecenderungan meningkat, namun angka tersebut
masih lebih rendah dari standar 50/100.000.Demikian pula hanya dengan CFR yang masih
berada di bawah 1%.
Di Jawa Barat tahun 2012 ini terdapat tujuh kabupaten kota yang angka kejadiannya
melebihi 50 per 100.000, yaitu Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kota Bogor,
Kota Tasikmalaya dan Kota Banjar serta di satu Kabupaten yaitu Kabupaten Bandung
Barat.Terdapat 11 kabupaten kota yang mempunyai angka fatalitas diatas standar
50/100.000, yaitu Kab. Majalengka, Kab. Cirebon, Kab. Indramayu, Kab. Cianjur, Kab,
Ciamis, Kab. Bogor, Kab. Kuningan, Kab. Tasikmalaya dan Kab.Bekasi dan Kota Bekasi
dan Kota Banjar.
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) merupakan cara pengendalian vektor sebagai
salah satu upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit DBD.
Kampanye PSN sudah digalakkan pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan dengan
semboyan 3M, yakni menguras tempat penampungan air secara teratur, menutup tempat-
tempat penampungan air dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang
nyamuk (Depkes RI, 2015).
Kegiatan tersebut sekarang berkembang menjadi 3M plus yaitu kegiatan 3M diperluas
dengan mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat lainnya yang sejenis
seminggu sekali, memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar, menutup lubang
lubang pada potongan bambu/pohon, menaburkan bubuk larvasida, memelihara ikan
pemakan jentik, memasang kawat kassa, mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruangan
yang memadai. Kegiatan 3M plus juga diperluas dengan upaya meningkatkan kebiasaan pada
masyarakat untuk menggunakan kelambu pada saat tidur siang, memakai obat yang dapat
mencegah gigitan nyamuk, dan menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam ruangan
rumah.
Dalam setiap persoalan kesehatan, termasuk dalam upaya penanggulangan DBD, faktor
perilaku yang mencangkup pemberantasan sarang nyamuk senantiasa berperan penting.
Perhatian terhadap pemberantasan sarang nyamuksama pentingnya dengan perhatian
terhadap faktor lingkungan, khususnya dalam hal upaya pencegahan penyakit. Pencegahan
ini dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor pemberantasan sarang nyamukdengan cara
3M plus diantaranya kebiasaan menutup tempat penampungan air, kebiasaan menguras
tempat penampungan air, kebiasaan mengubur barang-barang bekas, penggunaan kelambu,
pemakaian anti nyamuk dan kebiasaan menggantung pakaian bekas pakai yang dapat diubah
atau disesuaikan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kasus DBD terhadap salah satu
anggota keluarga.
B. Rumusan Masalah
Masalah umum dalam penelitian ini adalah: Bagaimana gambaran Perilaku Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja
Puskesmas Pataruman 1 Kecamatan Pataruman Kota Banjar tahun 2017?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana gambaran Perilaku
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas
Pataruman 1 Kecamatan Pataruman Kota Banjar tahun 2017.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin disampaikan dalam penelitian ini adalah:
1. Puskesmas Pataruman 1 dan Dinas Kesehatan Kota Banjar
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pengelola program
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit di Puskesmas Pataruman 1 maupun Dinas
Kesehatan Kota banjar khususnya sebagai pertimbangan dalam penentuan strategi
pencegahan dan pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD).
2. Masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Puskesmas Pataruman 1 dan Dinas Kesehatan
Kota Banjar
3. Memberikan tambahan informasi dan wawasan tentang pencegahan dan pemberantasan
demam berdarah dengue (DBD).
E. Ruang Lingkup Tempat
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Pataruman 1 Kecamatan
Pataruman Kota Banjar
F. Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2017.
II. LANDASAN TEORI
A. Kerangka Konsep
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebanyak 40% responden pernah mengalami DBD dan
sebanyak 60% tidak mengalami DBD.
Tabel 4.4 Karakteristik Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk di RW 13 Dusun
Cikabuyutan Timur, Kelurahan Hegarsari Tahun 2017
Aktivitas Baik Persentase Buruk Persentase Total
Menutup tempat 5 50% 5 50% 10
penampungan air
Menguras tempat 7 70% 3 30% 10
penampungan air
Mengubur barang-barang 4 40% 6 60% 10
bekas
Menggantung pakaian 6 60% 4 40% 10
Memakai kelambu 2 20% 8 80% 10
Memakai obat anti nyamuk 5 50% 5 50% 10
Menabur bubuk abate pada 3 30% 7 70% 10
tempat penampungan air
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai kebiasaan menutup
rapat tempat penampungan air yaitu sekitar 5 orang (50%) dan kebiasaan menguras tempat
penampungan air yaitu sekitar 7 orang (70%). Responden yang mengubur barang bekas 4
orang (40%), artinya sebagian kecil responden yang mengubur barang-barang bekas yang
dapat menjadi tempat genangan air.
V. PEMBAHASAN
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ada hubungan antara menutup tempat penampungan air dengan kejadian Demam
Berdarah Dengue.
2. Ada hubungan antara kebiasaan menguras tempat penampungan air dengan kejadian
Demam Berdarah Dengue.
3. Ada hubungan antara kebiasaan mengubur barang-barang bekas dengan kejadian Demam
Berdarah Dengue
4. Ada hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian Demam Berdarah
Dengue
5. Ada hubungan antara kebiasaan memakai kelambu dengan kejadian Demam Berdarah
Dengue
6. Ada hubungan antara kebiasaan memakai lotion anti nyamuk dengan kejadian Demam
Berdarah Dengue
7. Ada hubungan antara kebiasaan menabur bubuk abate pada tempat penampungan air
dengan kejadian Demam Berdarah Dengue
B. Saran
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan dapat ikut berpartisipasi aktif secara bersamasama dalam
pemberantasan sarang nyamuk, dan diharapkan kepada masyarakat dapat meningkatkan
perilaku PSN dengan gerakan 3M Plus seperti, menguras TPA minimal satu minggu
sekali, menutup rapat tempat penampungan air, menyingkirkan/mendaur ulang barang
bekas, memelihara ikan pemakan jentik, memasang kawat kasa, tidak menggantung
pakaian di dalam rumah, menggunakan kelambu saat tidur, dan kebiasaan menggunakan
obat anti nyamuk.
2. Bagi Puskesmas dan Pemerintah Desa
Puskesmas dapat melakukan program-program yang dibutuhkan untuk meningkatkan
peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan PSN, seperti mengaktifkan kembali
petugas pencacat jentik di RT 03 dan RT 04 RW 13 Cikabuyutan Timur, Kelurahan
Hegarsari, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar, sehingga lebih efektif dalam deteksi dini
adanya nyamuk penyebab DBD. Bagi Pemerintah Desa diharapkan ikut mengambil
langkah-langkah konkrit dalam menggerakkan kegiatan PSN secara rutin dan
berkelanjutan.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Peneliti dapat melakukan penelitian lanjutan dengan variabel lain yang memungkinkan
sebagai faktor penyebab terjadinya DBD.
DAFTAR PUSTAKA