Anda di halaman 1dari 3

Ultrasonografi

Saat ini, ultrasonografi merupakan modalitas pencitraan utama untuk diagnosis klinis dari kanker
payudara. Beberapa tahun terakhir, USG telah melalui beberapa perbaikan yang signifikan yang telah
memperluas penggunaannya untuk pencitraan payudara. Keuntungan klinis yang penting dari USG
payudara adalah dapat membedakan diferensiasi jinak/ganas pada lesi payudara yang solid. Selain itu
penggunaan USG juga penting dalam mengarahkan prosedur intervensi seperti aspirasi (needle
aspiration), core-needle biopsies, dan pre-biopsy needle localizations pada massa payudara ataupun
kalsifikasi.

Potongan pencitraan yang luas menyediakan gambaran panoramik resolusi tinggi dari keseluruhan
payudara. Pencitraan jaringan dapat menyediakan kontras latar belakang lesi dan resolusi proksimal baik
untuk lesi payudara dan untuk bagian aksila, yang dapat menghasilkan perbaikan dari keseluruhan kualitas
gambar, sekalipun tetap terdapat beberapa masalah dengan posterior acoustic shadow. Level lain dari
perbaikan analisis ultrasound pada massa payudara dihasilkan dari color Doppler yang lebih sensitif dan
mesin power Doppler ultrasound, yang dapat mendeteksi aliran massa solid dan membedakan aliran
tersebut.

Teknologi pencitraan elastisitas jaringan diharapkan dapat menjadi modalitas baru bagi diagnosis
payudara, didasari pada kekasaran karakteristik jaringan yang dipengaruhi oleh penyakit jaringan seperti
kanker. Pendekatan yang berbeda dari pencitraan elastisitas telah dipelajari, dan saat ini telah sampai
pada tahap pembentukan system praktikal. Beberapa tahun terakhir, Kruoskop et al mengukur elastisitas
pada beberapa jaringan yang sakit pada payudara dan prostat secara in vitro, hasilnya menunjukkan
bahwa elastisitas (modulus Young) pada sebagian besar jaringan ganas lebih besar dari jaringan normal.
Oleh karena itu, pengukuran elastisitas jaringan secara kuantitatif dapat menghasilkan diagnosis jaringan
yang didasari oleh efek mekanik jaringan. Sonoelastografi (SE) menunjukkan kekakuan relatif dari lesi
dibandingkan dengan kekakuan jaringan sekitarnya. Berdasarkan tipe alat yang digunakan, warna yang
berbeda (256 warna) atau bayangan abu-abu terlihat tumpeng tindih pada gambar 2D. Area yang kaku
dikode dengan tinta biru atau abu-abu gelap, sementara area yang lebih halus dikode dengan tinta merah,
hijau atau abu-abu terang. Area yang lebih kaku sulit berubah bentuk dibandingkan dengan area
sekitarnya dan digambarkan sebagai warna gelap pada pencitraan strain, sementara area yang lebih halus
mudah berubah bentuk dan digambarkan sebagai warna terang. Massa ganas biasanya terlihat gelap dan
memiliki kontras yang tinggi dengan latar belakang jaringan payudara yang sedang berubah bentuk. Massa
jinak biasanya terlihat lebih terang dan memiliki kontras yang lebih kecil dengan latar belakang jaringan
payudara yang sedang berubah bentuk.

Rasio tegangan didapatkan dengan membandingkan kemampuan lesi berubah bentuk dengan tekanan
dari jaringan normal disekitarnya, rasio diatas 5 dikategorikan mencurigakan.

Sebagai tambahan, lesi ganas cenderung tampak lebih besar pada USG strain dibandingkan pada USG B-
mode yang sesuai. Kemungkinan disebabkan oleh reaksi desmoplastic yang sering diasosiasikan dengan
keganasan.
Beberapa kanker payudara dapat menunjukkan gambaran jinak (skor 1-3) pada pencitraan elastisitas,
seperti pada karsinoma ductus papillary (DCI), DCI medular, karsinoma inflamatori, hiperselular, tumor
pseudo-kista ganas atau nekrotik, lesi perdarahan post-biopsy atau nodul neoplastic kecil. Kanker yang
besar, berdiameter lebih dari 2.5 cm, terkadang memiliki elastisitas jinak.

Hasil positif palsu dari elastografi dimungkinkan terjadi pada lesi dengan komponen yang lebih keras yang
dapat menyebabkan skor lebih tinggi, diantaranya: adenosis sclerosis, mastopati fibrosa, fibroadenoma
hialin atau kalsifikasi.

Hasil negative palsu dari elastografi dihubungkan dengan karsinoma ductal in situ dan karsinoma
nonscirrhous invasive; namun, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada skor elastografi antara
karsinoma scirrhous dan non-scirrhous invasif.

Pada literature ini, sensitifitas dan spesifisitas sonoelastografi bervariasi antara 77.6% dan 86.5%, atau
antara 84.7% dan 89.8%. Lesi jinak memiliki skor 1-3 sementara lesi ganas memiliki skor 4-5.

Magnetic Resonance Imaging

MRI memiliki sensitivitas tersendiri untuk mendeteksi kanker payudara dan dapat menggambarkan
kanker yang tidak dapat digambarkan oleh pencitraan konvensional. Sensitifitas untuk deteksi kanker
yang invasive menggunakan dynamic intravenous gadolinium-based contrast agents secara konsisten
lebih dari 90%. Dynamic contrast enhanced breast MRI secara klinik digunakan untuk menggambarkan
anatomi volume tiga dimensi dan informasi fisiologi yang dapat menunjukkan peningkatan densitas
vascular dan perubahan permeabilitas vascular terkait angiogenesis. Tiga pola yang berbeda pada
dynamic contrast enhancement telah dijelaskan. Tipe I menunjukkan serapan kontras yang lambat dan
progresif, yang mengindikasikan kejinakan. Tipe II pola kontras (plateu) menunjukkan serapan yang cepat
dan kemudian mendatar, yang mengindikasikan keganasan. Kurva tipe III menunjukkan serapan yang
cepat dari kontras dan secara tiba-tiba terjadi wash-out kontras. Pola tipe III (wash-out) merupakan
indikasi keganasan. Salah satu indikasi yang paling sering digunakan untuk pencitraan adalah untuk
melakukan evaluasi pra operasi dari tumor untuk mengetahui ukuran tumor, penyebarannya,
multisentrisitas dan multifokalitasnya.

Teknik pencitraan perfusi dan difusi dapat membantu membedaka antara massa jinak dan ganas.
Koefisien difusi (apparent diffusion coefficient), sebuah marker untuk selularitas, lebih rendah untuk
keganasan invasive. Tumor malignan terlihat memiliki volume darah yang lebih besar dibandingkan
dengan jaringan payudara normal dan tumor yang jinak.

Beberapa keuntungan MRI pada payudara adalah bahwa MRI dapat digunakan pada wanita dengan
payudara yang lebih kecil, dan sifatnya non-ionisasi. MRI dapat menentukan kanker multifocal dan
berguna untuk menentukan apakah kanker telah menyebar ke dinding thoraks. MRI juga dapat digunakan
untuk menilai rekurensi kanker pada wanita yang telah menjalani lumpektomi.

MRI dapat memperlihatkan implant payudara dan rupture. MRI dapat membedakan bekas luka matur
pada lokasi lumpektomi dan rekurensi dengan sensitifitas 93% sampai 100% dan spesifitas 88% sampai
100%. MRI payudara telah digunakan secara lebih luas sebagai alat pemecah masalah pada pasien dengan
risiko tinggi terjangkit kanker payudara seperti wanita denga BRCA mutase atau pada temuan
pemeriksaan mammografi.

Kerugiannya adalah biaya yang mahal, mengharuskan adanya injeksi agen kontras untuk pencitraan
fungsional. Spesifisitas dapat terbatas; sangat sensitive pada abnomalitas kecil, tidak dapat
menggambarkan kalsifikasi, dapat menginduksi klaustrofobia dan memakan waktu lama dibandingkan
dengan mamografi X-Ray.

Teknik menjanjikan lain pada diagnosis kanker payudara adalah proton magnetic resonance spectroscopy
(MRS). Teknik ini memungkinkan karakterisasi kuantitatif dari konsentrasi kolin total atau campuran yang
diperlihatkan meningkat pada tumor malignan dibandingkan dengan jaringan payudara normal. MRS
merupakan teknik yang non-invasif yang tidak memerlukan injeksi kontras dan memperlihatkan perbaikan
sensitivitas dan spesifisitas ketika digunakan sebagai pemeriksaan tambahan untuk MRI payudara. MRS
telah dipelajari dan menentukan efektivitas kemoterapi neoadjuvant pada kanker payudara terlokalisasi.
Beberapa penelitian dari MR spektroskopoi menunjukkan perbaikan spesifisitas pada modalitas
pencitraan baru ini.

Positron-Emission Tomography atau Positron-Emission Mammography

Positron emission tomography (PET) merupakan satu dari teknik pencitraan yang baru. Sebuah substansi
radioaktif diinjeksi kedalam vena di lengan dan menuju organ tubuh yang memiliki sel yang paling aktif,
terutama pada jaringan kanker. Substansi ini memberikan sedikit radiasi yang dideteksi oleh PET scanner
untuk membentuk gambar. PET scan dapat dikombinasikan dengan computed tomography (CT) untuk
memperlihatkan baik gambaran anatomi maupun fungsional dari sel suspek. Densitas payudara, riwayat
pembedahan sebelumnya atau radioterapi tidak mempengaruhi hasil dari PET, namun tidak seperti MRI,
kelainan jinak payudara akan terlihat negatif pada PET.

Banyak yang telah meneliti peran PET dalam evaluasi suspek lesi payudara, dengan sensitivitas sebesar
80-90% dan spesifisitas sebesar 71-95%. Pada kasus 117 pasien dengan kanker payudara primer,
Schirrmeister dan kolega menunjukkan bahwa PET memiliki 2 kali lipat sensitivitas dibandingkan
gabungan mamografi dan USG untuk mendeteksi keterlibatan tumor multifocal pada payudara. PET
memiliki sensitifitas yang rendah pada deteksi beberapa tumor berukuran kecil, mengukur aktivitas
metabolic, subtype histologis dan pola pertumbuhan dan proliferasi mikroskopis tumor.

PET dapat digunakan untuk mengidentifikasi nodul aksila dan metastase jauh. Status nodul aksila
merupakan indikasi penting dalam menentukan prognosis pasien dengan kanker payudara.

Pemeriksaan PET lebih akurat dibandingkan pemeriksaan klinis dan dapat menunjukkan nodul yang jauh.
PET dapat memberikan informasi metastasis jauh yang tidak diprediksi, lebih sensitive pada deketksi
metastase tulang dibandingkan scan tulang, khususnya pada tahap osteolitik. PET lebih akurat
dibandingkan pencitraan konvensional ketika kecurigaan klinis dan rekurensi tinggi, serta dapat menilai
respons tumor terhadap kemoterapi dan terapi hormonal pada permulaan terapi.

Walaupun PET berguna untuk pemeriksaan tambahan bagi mamografi, teknik ini dibatasi oleh sensitivitas
yang rendah untuk mendeteksi tumor kecil dan karsinoma lobuler.

Anda mungkin juga menyukai