Anda di halaman 1dari 42

REFERAT RADIOLOGI

GAMBARAN RADIOLOGI PADA


TUMOR PAYUDARA

DISUSUN OLEH : Rine Rahmatia Safitri (106105118)

PEMBIMBING : dr. Yvonne N. J. Palijama, Sp.Rad, MARS

KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI


PERIODE 26 Februari – 31 Maret 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
Patologi anatomi atau kelainan anatomi payudara yang paling sering terjadi
disebabkan oleh tumor.

• Tumor terdiri dari tumor jinak dan


tumor ganas.
– Tumor jinak memiliki karakter
sel yang sangat mirip dengan
jaringan asalnya dan relatif tidak
berbahaya karena umumnya
tumor jinak tetap dilokalisasi.
– Tumor dikatakan ganas apabila
dapat menembus dan
menghancurkan struktur yang
berdekatan dan menyebar ke
tempat yang jauh (metastasis)
• Dengan pemeriksaan radiologi dapat membantu menegakan diagnosis jenis
tumor pada payudara
a. Mammography
b. Ultrasonography
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jenis – Jenis
Anatomi
Tumor Jinak

Jenis – jenis Pemeriksaan


Tumor Ganas Fisik

Pemeriksaan
Penunjang
Anatomi
• Terletak antara iga 2 di superior
dan iga 6 di inferior
• Antara taut sternokostal di medial
dan line aksilaris anterior di lateral
• Dua pertiga bagian atas mamma
terletak di atas otot pektoralis
mayor
• Sepertiga bawahnya terletak di
atas otot seratus anterior, otot
oblikus eksternus abdominis dan
otot rektus abdominis.
• Setiap payudara terdiri
dari
– 12-20 lobulus kelenjar,
– masing-masing
mempunyai saluran
bernama duktus laktiferus
yang akan bermuara ke
papilla mamma.
• Diantara kelenjar susu
dan fascia pectoralis
terdapat jaringan lemak.
• Diantara lobulus, terdapat
jaringan ikat yang disebut
ligamentum Cooper yang
memberi kerangka untuk
payudara
• Terdapat 7 kelenjar limfatik vena
aksilaris :
– Vena aksilaris
– Mammaria eksterna
– Mammaria interna
– Skapular
– Sentral
– Subclavicular
– interpectoral
Pemeriksaan Klinis
• ANAMNESIS
• PEMERIKSAAN FISIK
– Inspeksi
– Palpasi
Pemeriksaan Penunjang

FNAB

Triplet test Mammografi

USG
FNAB (Fine Needle Aspiration
Biopsy)
Prosedur pemeriksaan ini
dengan cara menyuntikkan
jarum berukuran 22–25
gauge melewati kulit atau
secara percutaneous untuk
mengambil contoh cairan
dari kista payudara atau
mengambil sekelompok sel
dari massa yang solid pada
payudara.
Sebelum dilakukan pengambilan jaringan, terlebih dulu dilakukan pembersihan
pada kulit payudara yang akan diperiksa. Apabila benjolan dapat diraba maka
jarum halus tersebut di masukan ke daerah benjolan seperti pada gambar

Apabila benjolan tidak dapat diraba, prosedur FNAB akan dilakukan


dengan panduan dari sistem pencitraan yang lain seperti mammografi
atau USG.
Mammography
• Screen-film Mammography (FSM) telah
lama dianggap sebagai "gold standard"
untuk skrining keganasan pada payudara.
– Mampu menyediakan visualisasi kelainan
jaringan lunak yang memadai
– mampu menggambarkan kalsifikasi halus.
indikasi
• Pemeriksaan mamografi dilakukan apabila
terdapat satu atau lebih keadaan berikut:
– adanya benjolan pada payudara,
– adanya rasa tidak enak pada payudara,
– pembesaran kelenjar aksiler yang
meragukan,
– penyakit paget pada puting susu, adanya
penyebab metastasis tanpa diketahui asal
tumor primer
– pada penderita dengan cancer-phobia.
Medio lateral oblique
• diarahkan dari superomedial ke
inferolateral, biasanya pada
sudut 30-60°, dengan kompresi
yang diterapkan miring di
dinding dada, tegak lurus
dengan sumbu panjang dari
otot pectoralis mayor
• posisi yang baik harus
menunjukkan:
• sudut inframammary,
• puting diposisikan pada
level batas bawah dari otot
pectoralis major
• otot melintasi batas
posterior dari film pada
sudut 25-30 ° ke vertikal.
Cranio caudal
• diarahkan dari superior ke inferior.
• Posisi dicapai dengan menarik
payudara ke atas dan ke depan
menjauh dari dinding dada,
dengan kompresi yang diterapkan
dari atas.
• Proyeksi CC dengan posisi yang
baik harus menunjukkan hampir
semua jaringan medial dan
mayoritas dari jaringan lateral
dengan pengecualian ekor aksiler
payudara.
• Dalam pemeriksaan mammografi, 3 hal
utama yang harus dilaporkan adalah
Densitas Payudara berdasarkan ACR-
BIRADS, Lesi ataupun Massa yang
ditemukan, serta Kalsifikasi.
American College of Radiology
Breast Imaging Reporting and Data System

A. ACR-BIRADS 1 : Almost entirely fat (< 25% glandular)


B. ACR-BIRADS 2 : Scattered fibroglandular density (25% - 50%
glandular)
C. ACR-BIRADS 3 : Heterogeneously dense (50% - 75%
glandular)
D. ACR-BIRADS 4 : Extremely dense (>75% glandular)
Lesi
Kalsifikasi
berdasarkan distribusi
Kalsifikasi
berdasarkan bentuk
USG
• Teknik pemeriksaan
– Linear scanner dengan transducer
berfrekuensi 5MHz
– Posisi pasien adalah supine, lengan ipsilateral
– Scanning secara sistematis mulai dari
kuadran medial atas dan bawah dilanjutkan
ke kuadran lateral atas dan bawah
– Potongan tranversal dan longitudinal atau
oblique
– Lama pemeriksaan berkisar antara 10-15
menit
MRI
Magnetic Resonance Imaging
• Dynamic contrast enhanced breast MRI secara klinik digunakan
untuk
– menggambarkan anatomi volume tiga dimensi
– informasi fisiologi yang dapat menunjukkan peningkatan densitas vascular
– perubahan permeabilitas vascular terkait angiogenesis.
• Tiga pola yang berbeda pada dynamic contrast enhancement
– Tipe I menunjukkan serapan kontras yang lambat dan progresif, yang
mengindikasikan kejinakan.
– Tipe II pola kontras (plateu) menunjukkan serapan yang cepat dan kemudian
mendatar, yang mengindikasikan keganasan.
– Kurva tipe III menunjukkan serapan yang cepat dari kontras dan secara tiba-tiba
terjadi wash-out kontras. Pola tipe III (wash-out) merupakan indikasi keganasan.
Cara kerja MRI
• Pasien berbaring di atas meja pemeriksaan kemudian masuk ke
medan magnet.
• Pada MRI payudara, papan khusus dengan bukaan pada bagian
payudara digunakan untuk memungkinkan pasien berbaring
telungkup di atasnya, dan membuat pemindai dapat menjangkau
payudara.
• MRI payudara menggunakan gelombang radio yang mengalihkan
keselarasan atom hydrogen  atom hidrogen kembali pada
keselarasan normalnya  energi akan terpancar  pemindai MRI
menggunakan energi ini untuk menciptakan gambar dari jaringan
• Teknik pencitraan perfusi dan difusi dapat membantu
membedakan antara massa jinak dan ganas.
• Koefisien difusi (apparent diffusion coefficient), sebuah
marker untuk selularitas, lebih rendah untuk keganasan
invasive.
• Tumor malignan terlihat memiliki volume darah yang
lebih besar dibandingkan dengan jaringan payudara
normal dan tumor yang jinak
Jenis – Jenis Tumor Jinak Payudara
Kista

FAM

Perubahan Fibrokistik

Tumor Filoides

Galaktokel

Papiloma Intraduktus

Duktus ektasia
Kista
• Gambaran USG pada kista
adalah lesi dengan bentuk
bundar atau oval dengan
batas tegas dan teratur, an-
ekoik, dan adanya
penyengatan akustik
posterior ( PAS )
Fibroadenoma Mammae
Pada USG payudara
akan terlihat massa
yang homogen,
berbatas tegas
dengan halo sign,
dengan internal echo
yang normo atau
hiper.

Pada pemeriksaan mammogram, fibroadenoma dapat


tersamarkan dan mungkin terlihat seperti suatu massa bundar
atau oval dengan batas yang kurang tegas dengan ukuran 4
hingga 100 mm. Biasanya tumor mengandung kalsifikasi yang
kasar yang menandakan adanya infark atau involusi
Tumor Phyllodes

• tumor filoides akan memiliki tepi


yang berbatas jelas dan
radioopak.
• biasanya tidak ditemukan di
dekat mikro kalsifikasi.
Mastitis

tampak massa yang


sedikit hiperdense
dengan batas yang
undefined, tidak jarang di
diagnosis banding
dengan proses
keganasan.
Jenis- jenis Tumor Ganas Payudara
Ductal Carcinoma In-Situ (DCIS)

Infiltrating Ductal Carcinoma

Medullary Carcinoma

Infiltrating Lobular Carcinoma (ILC)

Tubular Carcinoma

Mucinous Carcinoma (Colloid)

Inflammatory Breast Cancer (IBC)


Ductal Carcinoma Insitu (DCIS)
Ductal Carcinoma Invasif

. Right Craniocaudal mammogram (A) ; Ultra Sonography of the right breast (B)

Memiliki jumlah nodul atau tumor yang lebih dari satu


Tubular Carcinoma

• massa yang kecil tak beraturan dengan kepadatan sentral dan berbatas bertanduk
• Batas yang berbentuk tanduk tersebut lebih panjang dari diameter lesi sentral,
• Radial Scar Mikrokalsifikasi
Invasif Lobular Carcinoma

pada mamografi biasanya sangat halus dan sering tidak tampak


massnya fokal maupun mikrokalsifikasi
Mucinus Carcinoma
(Colloid Carcinoma)

Perubahan yang terjadi pada produksi mucus dan gambaran sel yang sulit
ditentukan. Secara makroskopik konsistensi tumor sangat lunak seperti
gelatin dan berwarna pucat biru keabuan. Sel tumor tampak berkelompok
dan memiliki pulau-pulau sel yang kecil dalam sel musin yang besar dan
mendorong ke stroma terdekat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
• Secara klinis tumor payudara dapat dideteksi secara dini
melalui tanda dan gejala yang timbul.
• Dalam melakukan diagnosis klinis, secara umum 2 hal
yang harus dilakukan ialah Anamnesis dan Pemeriksaan
Fisik.
• Pemeriksaan radiologis, dalam hal ini Mammografi dan
Ultra Sonography , berperan dalam mendiagnosis
keganasan payudara, namun sekarang sudah mulai
digunakan MRI sebagai sarana yang lebih modern
dalam melakukan diagnosis, sedangkan diagnosis pasti
kanker payudara ialah dengan pemeriksaan patologi-
anatomi.
BAB IV
Daftar Pustaka
• Cohen S.M, Aft R.L, and Eberlein T.J. 2002. Breast Surgery. In: Doherty
G.M et all, ed. The Washington Manual of Surgery. Third edition.
Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. p 40.
• Fadjari, H. 2012. Pendekatan Diagnosis Benjolan di Payudara. Jakarta.
• De jong, Syamsuhadi. Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. 2010.
• National Cancer Institute. SEER 1973–2001 public-use data. Accessed
online at: http://seer.cancer.gov/publicdata/.
• Leichter I, Buchbinder S, Bamberger P, Novak B, Fields S, Lederman R.
Quantitative characterization of mass lesions on digitized mammograms for
computer-assisted diagnosis. Invest Radiol 2000; 35:366–372.
• Karellas A, Vedantham S. Breast cancer imaging: a perspective for the next
decade Med Phys. 2008; 35:4878-4897.
• Berman CG. Recent advances in breast-specific imaging.Cancer Control.
2007;14:338-349.
• Pisano ED, Chandramouli J, Hemminger BM et al. Does intensity
windowing improve the detection of simulated calcifications in dense
• Obenauer S, Luftner-Nagel S, von Heyden D. Screen film versus full field
digital mammography: image quality, detectability and characterisation of
lesions. Eur Radiol 2002; 12:1697–1702.
• Pisano ED, Gatsonis C, Hendrick E, et al. Diagnostic performance of
digital versus film mammography for breast-cancer screening. N Engl
JMed. 2005; 353:1773-1783.
• 10. Baum F, Fischer U, Obenauer S, et al. Computer-aided detection in
direct digital full-field mammography: initial results. Eur Radiol. 2002;
12:3015-3017.
• Kukustoyo, Priadi. Radiologi Tumor Mammae. Journal Report, Universitas
Muhammadiyah Malang, 2014.
• Andrea, Gheonea at al. The Role of Imaging Techniques in Diagnosis of
Breast Cancer. Current Health Science Journal. Volume 43 Issue 4 2017
October – December.
• Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta: 2013.

Anda mungkin juga menyukai