Anamnesis
Pencatatan identitas pasien secara lengkap.
o Usia?
o Sudah menikah atau belum?
o Punyak anak atau tidak?
o Menarche saat usia berapa tahun?
Keluhan utama penderita:
Riwayat penyakit sekarang
o Perlu juga ditanyakan sejak berapa lama benjolan tersebut muncul?
o Cepat atau tidak membesar?
1
o disertai sakit atau tidak? Setiap kelainan pada payudara harus dipikirkan ganas
Pemeriksaan Fisik
aksila;
subskapularis di posterior aksila;
sentral di bagian pusat aksila;
apikal di ujung atas fossa aksilaris.
Pada perabaan ditentukan besar, konsistensi, jumlah; apakah berfiksasi
satu sama lain atau tidak.
Payudara
Karena organ payudara dipengaruhi oleh faktor hormonal antara lain
estrogen dan progesteron, maka sebaiknya pemeriksaan payudara dilakukan
pada saat pengaruh dari hormon-hormon ini seminimal mungkin, yaitu
setelah menstruasi hari ketujuh sampai hari kesepuluh dari hari pertama
haid. Dengan pemeriksaan fisik yang baik dan teliti, ketepatan pemeriksaan
untuk kanker payudara secara klinis cukup tinggi.
Teknik pemeriksaan :
Pasien diperiksa dengan badan bagian atas terbuka.
a. Posisi duduk
2
juga
tegas.
Mobilitas tumor terhadap kulit dan m. pektoralis atau dinding
dada. Apabila lengket pada kulit akan kelihatan adanya
cekungan pada posisi diam dalam posisi mengkontraksikan m.
pektoralis diperiksa dengan menekankan tangan pada krista
iliaka; jika tumor itu terfiksasi pada pektoral yang berkontraksi
3
Pemeriksaan Penunjang
Tujuannya untuk diagnostik, antara lain :
1. Pemeriksaan laboratorium
Pada pasien FAM, biasanya ditemukan adanya peningkatan LED, serum alkali
fosfatase meningkat dan hiperkalsemia.2
2. Mammografi
Apabila adanya proses keganasan akan memberikan tanda-tanda primer dan
sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign, adanya perbedaan
yang nyata ukuran klinik dan rontgenologik dan adanya mikrokalsifikasi. Tandatanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi,
perubahan posisi papilla dan aerola, infiltrasi dalam jaringan lunak di belakang
glandula mamae.2
Mammografi dapat mendeteksi tumor-tumor payudara yang secara palpasi tidak
teraba, jadi sangat baik untuk diagnosis dini dan screening. Pemeriksaan dengan
mammografi mempunyai ketepatan diagnosis sekitar 83-95 %. Mammografi
merupakan indikasi pemeriksaan pada wanita yang memiliki tanda-tanda atau
gejala kanker payudara. Namun cara ini kurang praktis dan biayanya relatif
mahal, dan tidak dianjurkan untuk usia 30 tahun ke bawah.2
Pada pemeriksaan mammogram, fibroadenoma dapat tersamarkan dan mungkin
terlihat seperti suatu massa bundar atau oval dengan batas yang kurang tegas
dengan ukuran 4 hingga 100 mm. Biasanya tumor mengandung kalsifikasi yang
kasar yang menandakan adanya infark atau involusi. Kalsifikasi berguna untuk
mendiagnosis massa ini, namun biasanya, kalsifikasi ini menyerupai suatu
keganasan mikrokalsifikasi.2
3. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini hanya dapat dibedakan lesi solid dan kistik. Kista
dibedakan dengan lesi berbatas tegas anekoik, berdinding licin, serta posterior
acoustic enhancement, tapi metode ini tidak dapat mendeteksi mikrokalsifikasi.
Pada fibroadenoma ditemukan lesi berbatas tegas, ukuran bula hingga oval,
macrolobulated mass yang secara keseluruhan berupa massa hipoekoik.
4. MSCT SCAN
4
Merupakan low dose CT, dimana radiasinya sama seperti mammografi 2 views.
Mendeteksi mikrokalsifikasi dan lesi stelata.
5. PET
Merupakan FDG (F18-2deoxy-2fluoro-Dglucose) tracer dengan cara kerja
mendeteksi glikolisis yang meningkat pada tumor dibanding normal.
Pemeriksaan ini kurang sensitif dan memiliki spatial resolution rendah serta
radiation exposure yang tinggi.
6. MRI
MRI memiliki sifat akurat dan memiliki sensitivitas yang tinggi.MRI lebih
efektif daripada mammography sebagai screening pada wanita <50 tahun yang
memiliki risiko tinggi terhadap ca mammae yang terdapat riwayat keluarga.
7. Pemeriksaan histopatologi
Digunakan untuk mendiagnosa secara pasti
Bahan pemeriksaan diambil secara :
i. FINE NEEDLE ASPIRATION CYTOLOGI / FNAC
Dengan jarum yang kecil ukuran 21-23. Dapat membedakan antara
ii.
iii.
iv.
local/general anestesi
FROZEN SECTION / FS
Pemeriksaan rutin FS untuk mendiagnosis ca mammae sudah tidak
praktis lagi, FS dapat dipakai untuk melihat kelenjar limpa tapi
sensitivitasnya hanya 80%
2. Abses payudara
Benjolan nyeri,
Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah.
Benjolan terasa lunak karena berisi nanah
suhu lokal panas,
fisura/luka pada puting,
demam,
pembesaran limfonodi
Infeksi ini paling sering terjadi selama menyusui
3. Papiloma intraduktal
pertumbuhan bukan kanker, berukuran kecil, pada saluran air susu.
Benjolan kecil ini biasanya ditemukan di belakang atau di pinggir puting
susu (areola).
keluarnya cairan dari puting susu, baik secara spontan maupun jika
benjolan ditekan
4. Tumor phylloides
Lesi ini dapat bersifat ganas (jarang) atau jinak (sering).
Tumor phylloides ganas dapat bermetastasis secara hematogen, biasanya
ke paru-paru, hanya memperlihatkan komponen stroma, dan dapat
menyebabkan kematian.
pertumbuhannya sangat cepat dan ukurannya yang besar.
5. Ca mammae
Tumor ganas
Hamil pertama > 30 th
Benjolan yang keras dengan bentuk tidak teratur
kulit payudara atau puting yang memerah, tebal dan bersisik.
Meski jarang, pertumbuhan sel kanker payudara di sekitar areola juga bisa
Epidemiologi
Fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada wanita usia muda, yaitu pada usia
sekitar remaja atau sekitar 20 tahun. Tumor ini lebih sering dan cenderung terjadi pada umur
lebih awal pada kulit hitam dibanding kulit putih atau oriental. Tumor multiple ditemukan
pada 10-15% pasien. Berdasarkan laporan dari NSW Breast Cancer Institute, fibroadenoma
umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di
atas 50, sedangkan prevalensinya lebih dari 9% populasi wanita terkena fibroadenoma.
Sedangkan laporan dari Western Breast Services Alliance, fibroadenoma terjadi pada wanita
dengan umur antara 15 dan 25 tahun, dan lebih dari satu dari enam (15%) wanita mengalami
fibroadenoma dalam hidupnya.4
Etiologi
Penelitian saat ini belum dapat mengungkap secara pasti apa penyebab sesungguhnya dari
fibroadenoma mammae, namun diketahui bahwa pengaruh hormonal (hormon estrogen)
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dari fibroadenoma mammae.
1) Peningkatan aktivitas Estrogen yang absolut atau relatif.
2) Genetik
3) Faktor-faktor predisposisi :
Usia
Jenis kelamin
Geografi
Pekerjaan5
Gejala Klinis
Patofisiologi
Dua jenis stroma di payudara, intralobulus dan antarlobulus, menghasilkan jenis
neoplasma yang berbeda. Tumor bifasik khas payudara, yaitu fibroadenoma dan tumor
phylloides, berasal dari stroma antarlobulus. Stroma khusus ini dapat mengeluarkan faktorfaktor pertumbuhan untuk sel epitel, menyebabkan proliferasi komponen epitel nonneoplastik tumor-tumor ini.
sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan terhadap estrogen sehingga kelainan ini sering
digolongkan dalam displasia mammaria, dan selama setiap fase akhir siklus haid, ukuran lesi
ini mungkin sedikit membesar. Peningkatan ukuran akibat perubahan laktasional atau akibat
infark dan inflamasi juga tak jarang terjadi, dapat menyebabkan fibroadenoma yang mirip
dengan karsinoma selama kehamilan. Setelah menopause, biasanya fibroadenoma terjadi
regresi. Stroma sering mengalami hialinisasi padat dan mungkin kalsifikasi. Kalsifikasi
berlobus-lobus memiliki gambaran mammografik yang khas, sedangkan kalsifikasi kecil
dapat tampak berkelompok dan memerlukan biopsi untuk menyingkirkan kemungkinan
karsinoma. Sebagian fibroadenoma memiliki asal poliklonal, kemungkinan akibat adanya
fokus-fokus hiperplasia stroma lobulus. Di sisi lain, terdapat subset fibroadenoma yang
merupakan neoplasma jinak sel stroma.6
Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa disebagian tumor, komponen fibrosa
(stroma) bersifat klonal dan bisa mengalami gangguan sitogenetik, tetapi komponen epitelnya
bersifat poliklonal. Belum ditemukan adanya kelainan sitogenetik yang konsisten.
Fibroadenoma awalnya dikelompokkan sebagai kelainan proliferatif tanpa atipia,
sehingga menyebabkan peningkatan ringan risiko timbulnya kanker. Namun, dalam sebuah
studi, hanya fibroadenoma dengan kista yang lebih besar dibandingkan dengan 3 cm,
adenosis sklerotikans, kalsifikasi epitel, atau perubahan apokrin papilaris (fibroadenoma
kompleks) yang menyebabkan peningkatan ringan risiko kanker payudara.
Diharapkan
penelitian-penelitian di masa mendatang dapat mendefinisikan secara lebih akurat risiko yang
berkaitan dengan lesi-lesi tersebut.6
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medikamentosa hanya diberikan jika pasien mengeluh gejala-gejala
simptomatik, seperti :
Nyeri: Analgesik
Bila dipengaruhi oleh peningkatan kadar hormon estrogen, bisa diberikan AntiEstrogen (Tamoxifen), untuk menurunkan kadar estrogen yang berlebihan.
Sedangkan penatalaksanaan non-medikamentosa dapat berupa:
Biopsi eksisi/ekstirpasi/lumpectomy
Suatu tindakan pembedahan dengan anestesi umum, yang bertujuan untuk mengangkat seluruh
jaringan tumor pada mammae beserta sedikit jaringan sehat. Setelah dilakukan tindakan ini akan
meninggalkan bekas jaringan parut, namun lama-kelamaan akan menjadi jaringan normal
kembali. Tindakan ini bertujuan sebagai diagnostic dan terapi pada pasien Fibroadenoma.
Biopsi insisi
Suatu tindakan pembedahan yang dilakukan dengan cara pengangkatan sebagian kecil
jaringan tumor dan sedikit jaringan sehat. Tujuan dari tindakan ini :
Untuk menegakan diagnosis pasien
Untuk memperkecil penyebaran tumor
Untuk mengetahui sifat tumor melalui pemeriksaan PA
Ultrasound-Cryotherapy atau Cryoblation
Suatu tindakan terapi yang menggunakan metode pembekuan jaringan tumor dengan
mengaliri cairan super dingin seperti N2O dan gas Argon yang bersuhu -40C kedalam
10
organ target menggunakan alat seperti jarum suntikan, sehingga menyebabkan kematian
sel tumor. Tindakan ini meniggalkan bekas luka yang cukup minimal.
Tindakan mastectomy atau pengangkatan mammae tidak perlu dilakukan pada pasien
Fibroadenoma mammae karena merupakan tumor jinak. Tindakan mastectomy dilakukan
jika ukuran dan lokasi tumor menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman pada pasien.1,4
Komplikasi
Simple Fibroadenoma
Kebanyakan jenis fibroadenoma adalah simple fibroadenoma. Massa ini memiliki tepi yang
berbeda dan sel tampak sama.
payudara, terutama jika tidak memiliki riwayat keluarga pengidap keganasan payudara.7
Complex Fibroadenoma
Fibroadenoma ini berisi kista, pembesaran lobulus-lobulus (adenosis) atau sedikit padat,
jaringan opak (kalsifikasi). Complex fibroadenoma juga tidak berubah menjadi ganas, tetapi
dapat meningkatkan risiko kanker payudara.7,8
Pencegahan
Tidak ada pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya tumor, tetapi dapat
dilakukan langkah-langkah preventif dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri serta
deteksi dini.
Pemeriksaan Payudara Sendiri
11
Deteksi Dini
Deteksi dini baik dilakukan untuk individu dengan resiko, dengan cara:
Deteksi dini skrining dengan mamografi
tanpa resiko: setiap 2 tahun lakukan pemeriksaan
12
Prognosis
Prognosis fibroadenoma mammae biasanya baik, walaupun pasien-pasien dengan
fibroadenoma memiliki resiko lebih besar untuk mengidap kanker payudara nantinya.
Benjolan yang tidak dibuang harus diperiksakan secara teratur.9
Kesimpulan
Fibroadenoma merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat pada wanita muda.
Setelah menopause, tumor tersebut tidak lagi ditemukan. Fibroadenoma teraba sebagai
benjolan bulat atau berbenjol-benjol, dengan simpai licin dan konsistensi kenyal padat.
Tumor ini tidak melekat ke jaringan sekitarnya dan amat mudah digerakkan. Biasanya
fibroadenoma tidak nyeri, tapi kadang dirasakan nyeri bila ditekan. Kadang-kadang
fibroadenoma tumbuh multipel. Fibroadenoma harus diekstirpasi bila tumor jinak terus
membesar.
Daftar Pustaka
1. De Jong Wim, Sjamsuhidajat R, Editor. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta.
Penerbit buku kedokteran EGC. 2005;p. 392.
2. Norwitz Errol R, Schorge John O. At a Glance Obstetri dan Ginekologi. Jakarta.
Erlangga. 2008; p 35.
3. Ramli HM; Kanker Payudara. Dalam : Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta.
Binarupa Aksara. 1995; p 342-62.
4. Sabiston C David jr. Buku Ajar Bedah. Edisi II. Jakarta. Penerbit buku kedokteran
EGC. 1995; p. 383-384.
5. Benson Ralph C, Pernoll Martin L. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Edisi IX.
Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC. 2009; p 487-91.
13
6. Kumar, Vinay. Robbins dan Cotran: dasar patologi penyakit. Edisi 7. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010. H.1172-4.
7. Towsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, et al. Benign breast tumor and related
disease in Sabiston textbook of surgery. 18th ed. Philadelphia: Elsevier; 2008. P.
234-7.
8. Price, Anderson S. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.
9. Anonymous.
17
Desember
2009.
Fibroadenoma
Breast.
Diunduh
dari
14