Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS CA MAMAE DI

RUANGAN OK UPT RSUD UNDATA PROVINSI


SULAWESI TENGAH

DISUSUN OLEH :
NAMA: FIRSA

CI LAHAN CI INSTITUSI

Nurvia, S.Kep., Ns Ns. Sri Marnianti Irnawan, S.Kep., M.Kep


NIP: 19101041999032002 NIK: 20220901140

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
PALU 2023
LAPORAN PENDAHULUAN CA MAMAE

A. PENGERTIAN

Tumor mammae merupakan kelainan mammae yang sering terjadi


pada wanita. Tumor terbagi memjadi dua, tumor jinak dan tumor ganas.
Tumor jinak memiliki ciri-ciri tumbuh secara terbatas, memiliki selubung,
tidak menyebar dan bila dioperasi dapat dikeluarkan secara utuh sehingga
dapat sembuh sempurna, sedangkan tumor ganas memiliki ciri-ciri yaitu
dapat menyusup ke jaringan sekitarnya, dan sel kanker dapat ditemukan
pada pertumbuhan tumor tersebut. Fibroadenoma merupakan tumor
jinakyang sering ditemukan, pada kelainan ini terjadi pertumbuhan jaringan
ikat maupun kelenjar, yang banyak ditemukan pada wanita usia muda 10-30
tahun (depkes, 2021)
Kanker payudara (Carcinoma mammaee) dalam bahasa inggrisnya
disebut breast cancer merupakan kanker pada jaringan payudara. Kanker ini
paling umum menyerang wanita, walaupun laki-laki juga punya potensi
terkena akan tetapi kemungkinan sangat kecil dengan perbandingan 1
diantara 1000. Kanker ini terjadi karena pada kondisi dimana sel telah
kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami
pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali, atau kanker
payudara sering didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma yang ganas
yang berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh World Health Organization
(WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases (ICD)
dengan kode nomor 17.
Tumor mammae adalah adalah karsinoma yang berasal dari
parenkim, stroma, areola dan papilla mammae (Lab. UPF Bedah RSDS,
2010).Tumor mammae adalah gangguan dalam pertumbuhan sel normal
mammae di mana sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembangbiak
dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah. (Kusuma, 2022).

B. ANATOMI
Pada wanita nullipara mamma biasanya berbentuk discus(cakram),
setengah bola atau kerucut. Terletak pada dinding ventralthorax, meluas dari
costa II sampai VI (VII), disebelah medial dibatasi olehparasternum dan
disebelah lateral mencapai linea axillaris anterior. Mamma menonjol 3-5 cm
dari dinding ventral thorax, mempunyaidiameter cranio-caudal sebesar 10-12
cm, ukuran transversal sedikit lebihkecil. Berat 150-200 gr dan pada masa
laktasi mencapai 400-500 gr.
Biasanya mamma sinistra sedikit lebih besar dari dexter. Mamma
terdiri dari kelenjar, jaringan lemak, dan jaringan ikat,dibungkus oleh kulit.
Kelenjar mamma tersusun dalam 15-20 lobi yangterletak radial melingkari
papilla mammae, dan setiap lobus mempunyaisaluran keluarnya sendiri.
Diantara lobus ini terdapat jaringan lemak, yangdominan dibagian perifer
(kelenjar dominan dibagian sinistra). Jaringanikat pada mamma membentuk
ligamentum suspensorium disebut ligamentum Cooperi
C. FISIOLOGI

Payudara mengalami perkembangan dalam tiga tahap, yaitu pubertas,


kehamilan, dan menopause. Perkembangan payudara pada setiap anak
dimulai pada usia yang berbeda, diperkirakan pada usia 8-12 tahun. Pada usia
tersebut, ovarium mulai melepaskan hormon estrogen. Pembesaran ukuran
payudara disebabkan peningkatan jaringan adiposa (lemak). mengandung
duktus lactiferus tanpa memiliki alveoli. Duktus mulai terjadi proliferasi dan
membentuk massa padat yang di masa depan akan menjadi lobula (Ellis &
Mahadevan, 2013; Geddes, 2019)
Estrogen merupakan hormon utama pada wanita yang salah satu
fungsinya untuk perkembangan organ payudara. Estrogen tersusun dari lipid
yang diproduksi oleh ovarium. Produksi estrogen dapat dihambat oleh
kelenjar adrenal. Fungsi dari hormon estrogen adalah untuk menstimulasi
hormon- hormon lain seperti hidrokortison, hormon pertumbuhan dan
perkembangan,
serta terlibat dalam mekanisme insuline-like growth factors.
Progesteron merupakan hormon yang diproduksi oleh ovarium.
Progesteron memicu perkembangan terminal duct dan lobulo-alveolar.
Sama seperti estrogen, progesteron berpengaruh pada hormon lain seperti
hormon pertumbuhan dan insulin. Estrogen dan progesteron dapat
meningkatkan jaringan pengikat dan lemak pada payudara sehingga
payudara menjadi padat (Bistoni & Farhadi, 2019).

D. PERUBAHAN FUNGSI
Stadium awal kanker payudara umumnya tidak dirasakan oleh
penderita. Tanda awal yang biasanya muncul adalah adanya massa atau
benjolan di payudara (American Cancer Society, 2019).
1. Adanya benjolan di payudara yang tidak dapat digerakkan dari jaringan
sekitar.
2. Bentuk benjolan mirip bunga kubis dan dapat berdarah.
3. Rasa nyeri pada payudara, meskipun biasanya dihiraukan penderita.
4. Benjolan membesar terus-menerus.
5. Terjadi metastasis ke kelenjar getah bening atau ke sekitar
tubuh lain.
6. entuk payudara mengalami perubahan, ukuran membesar
(bengkak).
7. Benjolan jinak mengeluarkan cairan berwarna hijau,
bernanah, dan berbau amis (disebabkan infeksi).
8. Puting susu muncul eksim, retraksi, serta mulai timbul luka
yang susah sembuh meskipun sudah diberikan pengobatan.
9. Kulit payudara mengkerut seperti kulit jeruk.

E. PEMERIKSAAN FISIK
Payudara dibagi dalam empat kuadran oleh garis horisontal dan
vertikal yang melalui papilla mamae (kuadran kanan atas, kanan bawah,
kiri atas dan kiri bawah). Untuk menunjukkan lokasi lesi pada payudara
dapat ditunjuk dengan jam dan dengan jarak tertentu dalam sentimeter dari
papila mamae
Pada wanita
1. Inspeksi
a. Posisi duduk tegak, kedua lengan menggantung di samping
badan. Amati payudara secara keseluruhan :
- Bentuk kedua payudara
- Ukuran dan simetrinya, apakah terdapat perbedaan ukuran
mamae, areola mamae dan papila mamae.
- Warna kulit, adakah penebalan atau udem, adanya kulit
berbintik seperti kulit jeruk, ulkus, gambaran pembuluh
darah vena.
- Adakah tampak massa, retraksi/lekukan,
tonjolan/benjolan. Papila mamae diamati :
- Ukuran dan bentuk
- Arahnya
- Ujud kelainan kulit atau ulserasi
- Discharge
b. Posisi mengangkat kedua lengan di atas kepala.
c. Posisi kedua tangan di pinggang.
Kedua posisi ini adalah untuk melihat lebih jelas adanya kelainan
retraksi atau benjolan. Amati sekali lagi bentuk payudara, perubahan
posisi dari papila mamae, lokasi retraksi, benjolan
d. Posisi duduk/berdiri dengan membungkukkan badan ke depan,
bersandar pada punggung kursi atau lengan pemeriksa. Posisi ini
diperlukan jika payudara besar atau pendular. Payudara akan bebas
dari dinding dada, perhatikan adakah retraksi atau massa.
2. palpasi
Penderita disuruh berbaring, jika payudara tidak mengecil,
tempatkan bantal tipis di punggung, sehingga payudara terbentang rata,
dan lebih memudahkan menemukan suatu nodul. Palpasi dilakukan
menggunakan permukaan volar tiga jari yang ditengah, dengan gerakan
perlahan-lahan, Lab. Ketrampilan Medik PPD Unsoed Modul SkillabA-
JILID I 4 memutar menekan secara halus jaringan mamae terhadap
dinding dada. Lakukan palpasi pada setiap kuadran, payudara bagian
perifer, kauda aksilaris dan areola mamae, bandingkan payudara kanan
dan kiri.
Bila ditemukan adanya nodul perhatikan dan catat :
- Lokasi, dengan cara menggunakan kuadran atau jam dengan
jarak berapa centimeter dari papila mamae.
- Ukuran (cm)
- Bentuk, bulat/pipih, halus/berbenjol-benjol
- Konsistensi, kenyal/keras
- Batas dengan jaringan sekitar, jelas atau tidak
- Nyeri tekan atau tidak
- Mobilitas terhadap kulit, fascia pektoralis dan dinding dada
di sebelah bawahnya.
Palpasi papila mamae, tekan papila dan areola mamae sekitar
dengan ibu jari dan telunjuk, perhatikan adakah pengeluaran discharge.
Jika dijumpai discharge, atau riwayat mengeluarkan discharge, coba cari
asalnya dengan menekan areola mamae dengan ibu jari dan telunjuk dan
pada sebelah radial sekitar papila mamae. Perhatikan adakah discharge
yang keluar dari salah satu duktus papila mamae.
Pada pria
Karena rudimenter, pemeriksaan payudara pada pria lebih mudah
daripada wanita. Prinsip pemeriksaannya sama dengan wanita.
Pembesaran payudara bisa terjadi pada laki-laki mulai dari usia muda
sampai tua, yang biasanya disebabkan karena pengaruh hormonal.
Pemeriksaan :
1. Inspeksi Inspeksi papila mamae dan areola mamae, adakah
ulserasi, nodul, atau pembengkakan.
2. Palpasi areola mamae, adakah nodul.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
1. Laboratorium meliputi:
a) Morfologi sel darah
b) Laju endap darah
c) Tes faal hati
d) Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA)
dalamserum atau plasma
e) Pemeriksaan sitologis
2. Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairanyang
keluarspontan dari putting mammae, cairan kista atau cairanyang keluar
dari ekskoriasi.
3. Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi
secara dini. Memperlihatkan struktur internal mammae untuk
mendeteksi kanker yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap
awal. Mammografi pada masa menopause kurang bermanfaat karean
gambaran kanker di antara jaringan kelenjar kurang tampak.
4. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mendeteksi luka-luka pada daerah padat
pada mammae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit
dengan kista. Kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.
5. Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal dari mammae atau
mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena
peningkatan suplaydarah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.
6. Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara
pembuluh-pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan
peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
7. Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas,
dengancara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap
massa dan berguna sebagai klasifikasi histologi, pentahapan dan seleksi
terapi .
8. CT-Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma mammae pada

organ lain.

9. Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran

darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.

G. TINDAKAN PENANGANAN

Ada beberapa penanganan tumor mammae, antara lain:

1. Mastektomi

Mastektomi adalah operasi pengangkatan mammae. Ada 3 jenis

mastektomi, yaitu:

1) Modified radical mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh

mammae, jaringan mammae di tulang dada, tulang selangka dan

tulang iga serta benjolan di sekitar ketiak.

2) Total (simple) mastectomy, yaitu pengangkatan di seluruh mammae


saja, tetapi bukan kelenjar ketiak.

3) Radical mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian

darimammae. Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan

hanya pada bagian yang mengandung sel kanker, bukan seluruh

mammae.

4) Radiasi

5) Kemoterapi

H. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya

benjolan yang menekan mammae, adanya ulkus, kulit berwarna

merahdan mengeras, bengkak dan nyeri.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Adanya riwayat tumor mammae sebelumnya atau ada kelainan pada

mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit

pada bagian dada sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada

bagian dada, ataupun mengidap penyakit kanker lainnya, seperti

kanker ovarium atau kanker serviks.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada

kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien

pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium

atau kanker serviks.

d. Pemeriksaan Fisik
• Kepala : Normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat

dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian

posterior.

• Rambut : Biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak

terlalu berminyak.

• Mata : Biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi

mata. Mata anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.

• Telinga : Normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada

tanda-tanda infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.

• Hidung : Bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan

nyeri tekan.

• Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.

• Leher : Biasanya terjadi pembesaran KGB.

• Dada : Adanya kelainan kulit berupa peau d’orange,

dumpling, ulserasi atau tanda-tanda radang.

• Hepar : Biasanya tidak ada pembesaran hepar.

• Ekstremitas: Biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.

2. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon

a. Persepsi dan Manajemen

Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa

pada mammaenya kerumah sakit karena menganggap itu hanya

benjolan biasa.

1. Nutrisi – Metabolik

Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia,

muntah dan terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat
mengkonsumsi makanan mengandung MSG.

2. Eliminasi

Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami

melena, nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.

3. Aktivitas dan Latihan

Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan lathan

klien terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri.

4. Kognitif dan Persepsi

Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga

kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun

motorik.

5. Istirahat dan Tidur

Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.

6. Persepsi dan Konsep Diri

Mammae merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau

kehilangan akibat operasi akan membuat klien tidak percaya diri,

malu, dan kehilangan haknya sebagai wanita normal.

7. Peran dan Hubungan

Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan

dalam melakukan perannya dalam berinteraksi social.

8. Reproduksi dan Seksual

Biasanya akan ada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada

tingkat kepuasan.

9. Koping dan Toleransi Stress

Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan


keputus asaan.

10. Nilai dan Keyakinan

Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya

dengan lapang dada.

b. Diagnosa

1. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional.

2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan

informasi.

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisiologis.

4. Risiko infeksi.

5. Risiko perdarahan.
c. Rencana Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan
Kecemasan Setelah dilakukan 1. Gunakan pendekatan yang
berhubungan asuhan keperawatan ... menenangkan
dengan x ....... jam tingkat 2. Jelaskan semua tindakan dan
krisi kecemasan klien dapat apa yang akan dirasakan
ssituasional menurun, selama tindakan
denga 3. Berikan informasi yang aktual
nkriteria hasil : tentang diagnosa, tindakan dan
prognosis
a. Tidak mengatakan
4. Dorong secara tepat kepda
terjadi kecemasan.
keluarga untuk mendampingi
b. Tidak terjadi
klien
gangguan tidur.
5. Dukung perilaku klien secara
c. Tidak terjadi
tepat
serangan panik.
6. Dengarkan klien dengan penuh
d. Tangan
perhatian
tidakgemetaran.
7. Ciptakan suasana saling
e. Tidak marah yang
percaya dengan klien
berlebihan
8. Dorong klien
untukmengungkapkan perasaan,
persepsi dan ketakutan
9. Anjurkan klien untuk
menggunakan teknik relaksasi
10. Kaji tanda-tanda cemas secara
verbal dan nonverbal
Kurang Setelah dilakukan 1. Nilai tingkat pengetahuan klien
pengetahuan asuhan keperawatan tentang penyakitnya
berhubungan …..x……..jam, klien 2. Jelaskan secara obyektif
dengan akan mengetahui pendidikan kesehatan yang
kurangnya tindakan yang akan diberikan pada klien
paparan dilakukan, dengan 3. Dorong keluarga untuk
informasi. kriteria hasil: membantu klien dalammerubah
a. Klien mengetahui perilaku kesehatan
informasi 4. Berikan informasi yang tepat
kesehatan kepada keluarga tentang
b. Klien berperilaku kemajuan klien
sesuai dengan 5. Hindari memberikan harapan
kondisinya kosong
c. Klien mampu 6. Hindari taktik menakut-nakuti
menghindari klien dalam merubah pola
perilaku yang perilaku klien
7. Diskusikan dengan klien
tentang perubahan gaya
8. Jelaskan secara tepat
kemungkinan komplikasi
kronis
9. Berikan informasi secara tepat
tentang kondisi kliensaat ini

Nyeri Setelah dilakuka 1. Lakukan pengkajian nyeri


akut asuhan keperawatan secara komprehensif termasuk
berhubungan .... x 24 jam klien lokasi , karakteristik, durasi,
dengan dapat menurunkan frekuensi, kualitas, intensitas
agen nyeri dengan kriteria dan faktor pencetus nyeri
injuri hasil : 2. Kontrol lingkungan yang dapat
fisiologis. a. Tidak melaporkan mempengaruhi nyeri (misal :
nyeri suhu ruangan, pencahayaan ,
b. Tidak menunjukan dan kebisingan)
ekspresi nyeri 3. Observasi reaksi nonverbal dari
c. Tidak nyeri
mengerangdan 4. Ajarkan
menangis tekniknonfarmakologis (misal :
d. Tidak meringis hipnosis, relaksasi, akupresur,
e. Tidak pijatan, sensasi dingin/panas,
menggosok area distraksi, terapi bermain, terapi
nyeri
aktivitas, terapi musik, ) baik
sebelum, setelah, bahkan
selama terjadi nyeri bila
memungkinkan
5. Berikan medikasi untuk
mengurangi nyeri
6. Tingkatkan istirahat
7. Dorong klien
untuk mengungkapkan
pengalamannyerinya
8. Berikan infoirmasi tentang
nyeri, termasuk penyebab
nyeri, berapa lama akan terjadi,
antisipasi ketidaknyamanan
dari prosedur
9. Turunkan faktor –faktor yang
dapat mencetuskan atau
meningkatkan nyeri

Risiko Setelah dilakukan .... 3. Ajarkan teknik cuci tangan


infeksi. x 24 jam klien tidak pada klien dan keluarga
terjadi peningkatan 4. Cuci tangan sebelum dan
infeksi dengan kriteria setelah melakukan tindakan di
hasil: tempat klien
a. Tidak 5. Terapkan universal precaution
adakemerahan 6. Pakai sarung tangan steril
b. Tidak sesuai indikasi
ada discharge 7. Pertahankan lingkungan
yang berbau aseptik selama pemasangan
busuk alat (tindakan invasif)
c. Tidak ada 8. Pastikan menggunakan teknik
sputumpurulen perawatan luka secara tepat
d. Tidak ada demam 9. Dorong klien untuk
e. Ada nafsu makan meningkatkan pemasukan
nutrisi
10. Berikan antibiotik bila perlu
11. Ajarkan kepada klien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
Risiko Setelah dilakukan 1. Monitor ketat tanda-tanda
perdarahan. asuhan keperawatan perdarahan
….. x 24 jam klien 2. Monitor tanda dan gejala dari
tidak terjadi perdarahan yang menetap
penurunan (catat berapa darah yang
kehilangan keluar)
dar 3. Pertahankan bedrest selama
ah dengan kriteria perdarahan aktif
hasil: 4. Berikan medikasi secara tepat
a. Tidak 5. Sarankan untuk tidak
terjadiperdarahan mengkonsumsi aspirin atau
b. Tidak obat antikoagulan lainnya
ada perdarahan 6. Monitor tanda-tanda vital
post operasi 7. Berika tranfusi darah
c. Tidak (WB,PRC
terjadi kepucatan 8. Lindungi klien dari trauma,
di kulit dan terutama yang bias
membrane menyebabkan perdarahan.
mukosa
d. Tidak
terjadipenurunan
haemoglobin
(Hb)dan
hematokrit(Hmt)
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo Sulistyo. 2020. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Balitbang kemenkes RI. 2021. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: BalitbangKemenkes RI

Eva Agustina, Fariani Syahrul. 2022. Pengaruh Prosedur Operasi Terhadap Infeksi

pada Klien Operasi Bersih Terkontaminasi. Fakultas kesehatanmasyarakat

Grece Frida Rasubala, Lucky Tommy Kumaat, Mulyadi. 2019. Pengaruh Teknik

Relaksasi Benson Terhadap Skala Nyeri Pada Klien Post Operasi di RSUP

Prof. Dr. D. Kandau dan RS TK III R. W. Mongisidi Teling

Kementrian Kesehatan RI. 2021. Pusat Data dan Informasi. Jakarta Selatan

Kusuma Amin. 2021-2022. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis

Medis dan NANDA NIC NOC. Penerbit Mediaction

Mawei, Nikita Mayumi. 2019. Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Perubahan

Intensitas Nyeri pada Klien Post Operasi Apendiktomi. Skripsi Manado:

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sam Ratulangi

Anda mungkin juga menyukai