OLEH :
CI LAHAN CI INSTITUSI
2. Etiologi
Etiologi post partum dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Post partum dini
Post partum dini adalah atonia uteri, laserasi jalan lahir, robekan
jalan lahir dan hematoma.
b. Post partum lambat
Post partum lambat adalah tertinggalnya sebagian plasenta,
ubinvolusi didaerah insersi plasenta dari luka bekas sectio
caesaria.
3. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti
keadaaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetalia ini
dalam keseluruhan disebut “involusi”. Di samping involusi terjadi
perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsetrasi dan
timbilnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh laktogenik hormon
dari kelenjar hipofisis terhadapkelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-
pembuluh darah yang ada antara anyaman otot-otot uterus akan
terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta
lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera
post partum bentuk serviks ialah segera post partum bentuk serviks
agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus
uteri terbentul semacam cincin. Perubahan-perubahan yang terdapat
pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degerasi dan nekrosis
ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang
kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat
pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi
dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3
minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan setelah janin lahir berangsur-
angsur kembali seperti sedia kala.
Ada beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi
cephalo pelvic, rupture uteri, partus lama, partus tidak maju, pre-
eklamsia, distorsia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan, yaitu Sectio
Caesarea.
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan
menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan
sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri
sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan,
penyembuhan, dan perawatan post operasi akan menimbulkan ansietas
pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan
dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah,
dan saraf-saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang
pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa
nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi
akan ditutup dan menimbulkan luka post operasi yang bila tidak
dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi.
4. Pathway
Post Partum
Gangguan Eliminasi
Ibu takut berkemih
Urine
5. Fisiologi Masa Nifas
a. Involusi uterus
Involusi adalah proses kembalinya uterus kedalam keadaan
sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini segera setelah
pascapartum, berat uterus menjadi 1.000 gram. Selama masa
nifas, dua hari setelah pelahiran uterus mulai berinvolusi. Sekitar
4 minggu setelah pelahiran uterus kembali ke ukuran sebelum
hamil.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
1) Iskemia miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus.
2) Autolisis
Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi didalam otot uterus.
3) Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi oto
uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus.
Proses involusi Uteri
Involusi Tinggi Fundus Berat uterus
1 2 3
Plasenta lahir Sepusat 1000 gram
7 hari (1 Minggu) Pertengahan pusat simfisis 500 gram
14 hari (2 Minggu) Tak teraba 350 gram
42 hari (6 Minggu) Sebesar hamil 2 minggu 50 gram
56 hari (8 Minggu) Normal 20 gram
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Darah Lengkap
Memberikan informasi tentang jumlah dari sel-sel darah
merah (RBC), sel-sel darah putih (WBC), nilai hematokrit (Ht)
dan haemoglobin (Hb).
b. Pemeriksaan Pap Smear
Mencari kemungkinan kelainan sitologi sel serviks atau sel
endometrium.
c. Pemeriksaan Urine: Urine lengkap (UL)
Pemeriksaan ini mencari kemungkinan terdapatnya bakteri
dalam urine seperti streptokokus.
8. Komplikasi
a. Perdarahan post partum (apabila kehilangan darah lebih dari 500
mL selama 24 jam pertama setelah kelahiran bayi)
b. Infeksi
1) Endometritis (randang endometrium)
2) Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
3) Perimetritis (radang peritoneum disekitar uterus)
4) Caked breast/bendungan ASI (payudara mengalami distensi,
menjadi keras dan berbenjol-benjol)
5) Mastitis (mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat,
kulit merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan.
Jika tidak ada pengobatan bisa terjadi abses)
6) Trombophlebiti (terbentuknya permbekuan darah dalam vena
varicose superficial yang menyebabkan statis dan
hiperkoagulasi pada kehamilan dan nifas, yang ditandai
dengan kemerahan atau nyeri).
7) Luka perineum (ditandai dengan: nyeri local, disuria,
temperatur naik 38,3oC, nadi < 100 x/menit, edema,
peradangan dan kemerahan pada tepi, pus atau nanah warna
kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya meluas)
c. Gangguan Psikologis
1) Depresi post partum
2) Post partum blues
3) Post partum psikosa
d. Gangguan involusi uterus
9. Penatalaksanaan
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi
perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan
miring kanan kiri
c. Hari ke 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri,cara menyusui
yang benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang
terjadi pada masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke-2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke-3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik.
b. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurang
pengetahuan orang tua tentang pentingnya pemberian ASI.
c. Hambatan eliminasi urine berhubungan dengan kebiasaan
toileting tidak efektif.
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan lingkungan.
e. Resiko defisien volume cairan, faktor risiko kesulitan memenuhi
peningkatan kebutuhan volume cairan.
f. Resiko infeksi, faktor risiko kurang pengetahuan untuk
menghindari pajanan patogen.
3. Intervensi & Rasional
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan