Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS POST

NATAL CARE DI RUANG POLI KIA


RSUD ANUTAPURA PALU

OLEH :

NAMA: INTAN ANGELINA DOMBO


NIM: 10323016

CI LAHAN CI INSTITUSI

Nuraela, S.Kep.,Ns Ns. Ni Nyoman Elfiyunai, S.Kep., M.Kes


NIP. 197803132005012019 NIK. 20210901130

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
2024
LAPORAN PENDAHULUAN
POST NATAL CARE (PNC)/ NIFAS

A. KONSEP DASAR NIFAS


1. Definisi
Post partum adalah waktu dimana proses penyembuhan dan
perubahan, waktu sesudah melahirkan sampai sebelum hamil, serta
penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru (Mitayani,
2018).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berahir ketika alat–alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas atau puerpenium dimulai 2 jam setelah melahirkan
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.
Jadi, post partum atau masa nifas atau puerperium adalah masa
pulih kembali mulai dari persalinan sampai alat-alat kandungan
kembali seperti sebelum hamil dan dimulai setelah 2 jam melahirkan
plasenta dan 6 minggu setelahnya.

2. Etiologi
Etiologi post partum dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Post partum dini
Post partum dini adalah atonia uteri, laserasi jalan lahir, robekan
jalan lahir dan hematoma.
b. Post partum lambat
Post partum lambat adalah tertinggalnya sebagian plasenta,
ubinvolusi didaerah insersi plasenta dari luka bekas sectio
caesaria.

3. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti
keadaaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetalia ini
dalam keseluruhan disebut “involusi”. Di samping involusi terjadi
perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsetrasi dan
timbilnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh laktogenik hormon
dari kelenjar hipofisis terhadapkelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-
pembuluh darah yang ada antara anyaman otot-otot uterus akan
terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta
lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera
post partum bentuk serviks ialah segera post partum bentuk serviks
agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus
uteri terbentul semacam cincin. Perubahan-perubahan yang terdapat
pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degerasi dan nekrosis
ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang
kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat
pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi
dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3
minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan setelah janin lahir berangsur-
angsur kembali seperti sedia kala.
Ada beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi
cephalo pelvic, rupture uteri, partus lama, partus tidak maju, pre-
eklamsia, distorsia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan, yaitu Sectio
Caesarea.
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan
menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan
sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri
sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan,
penyembuhan, dan perawatan post operasi akan menimbulkan ansietas
pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan
dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah,
dan saraf-saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang
pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa
nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi
akan ditutup dan menimbulkan luka post operasi yang bila tidak
dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi.
4. Pathway
Post Partum

Perubahan anggota Luka episiotomi Perubahan status Laktasi Luka episiotomi


keluarga peran

Terputusnya kontinuitas Perdarahan


jaringan Kurang informasi
Dukungan keluarga
kurang Volume sirkulasi
Pengeluaran mediator Kesalahan interpretasi berkurang
kimia (bradikinin)

Menyusui tidak Resiko


Reseptor nyeri Ketidakseimbangan
efektif
Volume Cairan
Kuman pathogen dari Diteruskan ke thalamus
luar
Aktivitas RAS terangsang
Korteks serebri
Reaksi jaringan terhadap
infiltrasi kuman patogen
Nyeri dipersepsikan Klien terganggu
Kurang pengetahuan
perawatan luka Nyeri Akut Gangguan Pola
Sulit tidur Tidur

Resiko Infeksi
5. Fisiologi Masa Nifas
a. Involusi uterus
Involusi adalah proses kembalinya uterus kedalam keadaan
sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini segera setelah
pascapartum, berat uterus menjadi 1.000 gram. Selama masa
nifas, dua hari setelah pelahiran uterus mulai berinvolusi. Sekitar
4 minggu setelah pelahiran uterus kembali ke ukuran sebelum
hamil.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
1) Iskemia miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus.
2) Autolisis
Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi didalam otot uterus.
3) Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi oto
uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus.
Proses involusi Uteri
Involusi Tinggi Fundus Berat uterus
1 2 3
Plasenta lahir Sepusat 1000 gram
7 hari (1 Minggu) Pertengahan pusat simfisis 500 gram
14 hari (2 Minggu) Tak teraba 350 gram
42 hari (6 Minggu) Sebesar hamil 2 minggu 50 gram
56 hari (8 Minggu) Normal 20 gram

b. Involusi tempat plasenta


Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan
permukaan kasar, tidak rata, dan kira-kira sebesar telapak tangan.
Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya
sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka
bekas plasenta khas. Pada permulaan nifas bekas plasenta
mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh
trombus.
Pengeluaran lengkap tempat perlekatan plasenta memerlukan
waktu sampai 6 minggu. Jika terjadi gangguan pada proses ini,
dapat terjadi perdarahan pada puerperal awitan lambat. Segera
setelah pelahiran, kemudian ukurannya mengecil secara cepat
dalam waktu satu jam.
c. Perubahan servik dan vagina
Perubahan serviks terbentuk sel-sel otot terbaru, karena adanya
kontraksi dan retraksi, segera setelah lahir terjadi edema, bentuk
distensi untuk beberapa hari, struktur internal kembali dalam 2
minggu, struktur eksternal melebar dan tampak bercelah. Vagina
teregang pada waktu persalinan namun lambat laun akan
mencapai ukuran yang normal. Nampak berubah kembali pada 3
minggu, kembali mendekati ukuran seperti tidak hamil, dalam 6-8
minggu bernuk ramping lebar, produksi mukus normal dengan
ovulasi.
d. Lochea
Lochea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas dan
mempunyai reaksi basa dan lochea mempunyai bau yang amis
meskipun tidak terlalu menyengat dan volume nya berbeda-eda
pada setiap wanita. Komposisi lochea adalah jaringan
endometrial, darah dan limfe. Loceha mengalami perubahan
karena proses involusi. Tahap lochea yaitu:
1) Rubra (merah)
Lochea ini muncul pada hari pertama hingga hari ketiga masa
post partum. Warnanya merah dan mengandung darah dari
luka pada plasenta dan serabut.
2) Sanguinolenta (merah kuning)
Lochea ini berwarna merah kuning berisi darah dan lendir,
pengeluaran pada hari ketiga sampai kelima post partum.
3) Serosa (pink kecoklatan)
Lochea ini muncul pada hari kelima sampai kesembilan.
Warnanya kekuningan atau kecokalatan, terdiri atas sedikit
darah dan lebih banyak serum.
4) Alba (kuning-putih)
Lochea ini muncul lebih dari hari ke-10. Warnanya lebih
pucat, putih kekuningan, lebih banyak mengandung leukosit,
selaput lendir servik, dan serabut jaringan mati.
Lochea terus keluar sampai 3 minggu. Bau normal seperti
menstruasi, jumlah meningkat saat berdiri. Jumlah keluaran rata-
rata 240-270 ml.
e. Siklus mestruasi
Siklus mestruasi pada ibu menyusui dimulai 12 minggu rata-rata
18 minggu post partum. Menstruasi pada ibu post partum
tergantung dari hormon prolaktin. Apabila ibu tidak menyusui
menstruasi mulai pada minggu ke-6 sampai dengan minggu ke-8.
Menstruasi mungkin tidak terlambat, dibutuhkan slah satu jenis
kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.
f. Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan uterus mempunyai pembuluh-pembuluh darah
yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan bagi
peredaran darah yang banyak maka arteri tersebut harus mengecil
lagi saat nifas.
g. Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut menjadi longgar karena teregang
begitu lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu.
h. Nyeri setelah pelahiran
Setelah melahirkan uterus tetap berkontraksi dengan kuat pada
interval tertentu dan menimbulkan nyeri, yang mirip dengan pada
saat persalinan namun lebih ringan.
i. Saluran kencing
Dinding kandung kemih terlihat edema, sehingga menimbulkan
obstruksi dan menyebabkan retraksi urine, dilatasi ureter dan
pyelum kembali normal dalam 2 minggu.
j. Laktasi
Keadaan buah dada pada dua hari pertama nifas sama dengan
keadaan dalam kehamilan npada waktu ini. Buah dada belum
mengandung susu melainkan colostrum. Colostrum adalah cairan
kuning yang mengandung banyak protein dan garam.

6. Adaptasi Psikologis Ibu


Banyak wanita merasa tertekan pada saat setelah melahirkan,
sebenarnya hal tersebut adalah wajar. Perubahan peran seorang ibu
memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Tanggung jawab menjadi
seorang ibu semakin besar dengan lahirnya bayi yang baru lahir.
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan ibu mengalami fase-fase
sebagai berikut:
a. Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung
pada hari pertama sampaihari kedua setelah melahirkan. Pada saat
itu fokus perhatian pada diri sendiri. Gangguan psikologis yang
mungkin dirasakan ibu pada fase ini antara lain:
1) Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang di inginkan
tentang bayinya.
2) Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik. Misalnya
rasa mulas, payudara bengkak dll.
3) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.
4) Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara
merawat bayinya dan cenderung melihat saja tanpa
membantu.
b. Fase taking hold
Fase taking hold adalah periode yang berlangsung antara 3-10
hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir atas
ketidak mampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam
merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif
sehingga mudah tersinggung dan gampang marah.
Tugas sebagai tenaga kesehatan misalnya dengan cara
mengajarkan cara merawat bayi, cara menyusui yang benar, cara
merawat luka jahitan, mengajarkan senam nifas, memberikan
pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu.
c. Fase letting go
Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan
peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan.
Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya,
serta kepercayaan dirinya meningkat. Pendidikan yang kita
berikan pada fase sebelumnya akan bermanfaat bagi ibu. Ibu lebih
mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya.
Dukungan dari suami dan keluarga masih sangat diperlukan ibu.
Suami dan keluarga dapat membantu dalam merawat bayi,
mengerjakan urusan rumah tangga sehingga tidak perlu terbebani.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Darah Lengkap
Memberikan informasi tentang jumlah dari sel-sel darah
merah (RBC), sel-sel darah putih (WBC), nilai hematokrit (Ht)
dan haemoglobin (Hb).
b. Pemeriksaan Pap Smear
Mencari kemungkinan kelainan sitologi sel serviks atau sel
endometrium.
c. Pemeriksaan Urine: Urine lengkap (UL)
Pemeriksaan ini mencari kemungkinan terdapatnya bakteri
dalam urine seperti streptokokus.
8. Komplikasi
a. Perdarahan post partum (apabila kehilangan darah lebih dari 500
mL selama 24 jam pertama setelah kelahiran bayi)
b. Infeksi
1) Endometritis (randang endometrium)
2) Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
3) Perimetritis (radang peritoneum disekitar uterus)
4) Caked breast/bendungan ASI (payudara mengalami distensi,
menjadi keras dan berbenjol-benjol)
5) Mastitis (mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat,
kulit merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan.
Jika tidak ada pengobatan bisa terjadi abses)
6) Trombophlebiti (terbentuknya permbekuan darah dalam vena
varicose superficial yang menyebabkan statis dan
hiperkoagulasi pada kehamilan dan nifas, yang ditandai
dengan kemerahan atau nyeri).
7) Luka perineum (ditandai dengan: nyeri local, disuria,
temperatur naik 38,3oC, nadi < 100 x/menit, edema,
peradangan dan kemerahan pada tepi, pus atau nanah warna
kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya meluas)
c. Gangguan Psikologis
1) Depresi post partum
2) Post partum blues
3) Post partum psikosa
d. Gangguan involusi uterus

9. Penatalaksanaan
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi
perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan
miring kanan kiri
c. Hari ke 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri,cara menyusui
yang benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang
terjadi pada masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke-2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke-3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN (TEORI)


1. Pengkajian
a. Data Umum Klien meliputi: nama klien, usia, agama, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan terakhir, nama suami, umur
suami, agama, pekerjaan suami, pendidikan terakhir suami, dan
alamat
b. Anamnesa meliputi: keluhan utama, keluhan saat pengkajian,
riwayat penyakit sekarang, riwayat menstruasi (menarchea, siklus,
jumlah, lamanya, keteraturan, dan apakah mengalami
dismenorhea), riwayat perkawinan, riwayat kehamilan dan
persalinan yang lalu, riwayat kehamilan sekarang (ANC).
c. Riwayat persalinan sekarang meliputi:
1) Jenis persalinan apakah spontan atau operasi SC
2) Tanggal/jam persalinan
3) Jenis kelamin bayi
4) Jumlah perdarahanPenyulit dalam persalinan baik dari ibu
maupun bayi
5) Keadaan air ketuban meliputi warna dan jumlah
d. Riwayat genekologi kesehatan masa lalu apakah ibu pernah
mengalami operasi atau tidak
e. Riwayat KB baik jenis maupun lama penggunaan
f. Riwayat kesehatan keluarga apakah ada penyakit menurun atau
menular dari keluarga
g. Pola aktivitas sehari-hari meliputi Eliminasi, nutrisi, istirahat.
Kebersihan
h. Riwayat psikososial
Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam 3
periode yaitu sebagai berikut:
1) Periode Taking In
a) Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan
b) Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu
menjaga komunikasi yang baik.
c) Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain,
mengharapkan segala sesuatru kebutuhan dapat dipenuhi
orang lain.
d) Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan
tubuhnya
e) Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika
melahirkan secara berulang-ulang
f) Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur
dengan tenang untuk memulihkan keadaan tubuhnya seperti
sediakala.
g) Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan
nutrisi, dan kurangnya nafsu makan menandakan
ketidaknormalan proses pemulihan.
2) Periode Taking Hold
a) Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan
b) Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya
dalam merawat bayi
c) Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung.
Oleh karena itu, ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang-
orang terdekat
d) Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima
berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya. Dengan
begitu ibu dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya
e) Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi
tubuhnya, misalkan buang air kecil atau buang air besar, mulai
belajar untuk mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta
belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya
3) Periode Letting Go
a) Berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
b) Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah
c) Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya
d) Keinginan untuk merawat bayi meningkat
e) Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan
dengan bayinya, keadaan ini disebut baby blues
i. Pemeriksaan Fisik meliputi:
1) Status Obstetri
2) TTV: nadi, suhu, tekanan darah, dan pernapasan
3) Pemeriksaan mata: konjungtiva, sclera pucat atau tidak.
4) Pemeriksaan mulut: mukosa bibir kering atau tidak.
5) Pemeriksaan thorax: retraksi otot dada, bunyi nafas, bunyi
jantung.
6) Pemeriksaan abdomen: luka jaritan operasi, keadaan luka,
bising usus.
7) Pemeriksaan ekstremitas: pergerakan, edema, sianosis,
terpasang infus IVFD atau tidak, akral dingin.
8) Pemeriksaan genetalia: pengeluaran lochea, kebersihan.
9) Obat-obatan yang dikonsumsi
10) Pemeriksaan penunjang seperti darah lengakap: WBC, HCT,
HGB
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pancedera fisik
b. Menyusui tidak efektif berhubungan ketidakadekuatan suplai ASI
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
d. Resiko ketidakseimbangan volume cairan di tandai dengan
Prosedur pembedahan mayor
e. Resiko infeksi di tandai dengan efek prosedur invasif
3. Intervensi & Rasional
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1. Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen nyeri 1. Untuk mengetahui


berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi karakteristik lokasi, dan
agen pancedera fisik keperawatan 3x24 jam diharapkan durasi nyeri pada pasien
1. Identifikasi karakteristik lokasi, 2. Untuk mengetahui
nyeri akut teratasi dengan kriteria dan durasi nyeri
hasil : berapa skala nyeri pada
2. Identifikasi skala nyeri pasien
- Keluhan nyeri 3. Indentifikasi respon nyeri non 3. Untuk mengetahui
- menurun (5) verbal respon nyeri non verbal
- Skala nyeri menurun (5) Terapeutik 4. Untuk meminimalisir
- Meringis menurun (5) nyeri pada pasien
4. Berikan terapi non farmakologi
(tehnik relaksasi nafas dalam dan 5. Agar pasien dan
distraksi) keluarga paham
5. Jelaskan priode, penyebab, dan penyebab dan pemicu
pemicu nyeri nyeri
6. Untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian analgetik
2. Menyusui tidak efektif Status menyusui Edukasi menyusui 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi kesiapan ibu dan
ketidakadekuatan keperawatan 3x24 jam diharapkan kemampuan menerima
suplai ASI 1. Identifikasi kesiapan dan informasi
kemampuan memberi ASI secara
langsung dari payudara kepasa kemampuan menerima informasi 2. Untuk mengetahui tujuan
bayi dan anak untuk memenuhi 2. Identifikasi tujuan atau keinginan atau keinginan menyusui
kebutuhan nutrisi membaik menyusui 3. Untuk memudahkan para
dengan kriteria hasil : Terapeutik audiens menerima
1. Perlekatan bayi pada payudara informasi dengan
3. Sediakan materi dan media menggunakan media
ibu meningkat Pendidikan Kesehatan atau leflet
2. Kemampuan ibu memposisikan 4. Jadwalkan Pendidikan Kesehatan 4. Agar para audiens bisa
bayi dengan benar meningkat sesuai kesepakatan menepati janji mereka
3. Miksi bayi lebih dari 8 kali/24 5. Berikan kesempatan untuk 5. Agar terdapat feadbek
jam meningkat bertanya antara perawat dan
6. Dukung ibu meningkatkan pasien
4. Berat badan bayi meningkat kepercayaan diri dalam menyusui 6. Agar ibu tetap percaya
5. Tetesan/pancaran ASI 7. Libatkan sistem pendukung: suami, diri dalam menyusui
meningkat keluarga, tenaga Kesehatan, dan anaknya
6. Suplai ASI adekuat meningkat masyarakat 7. Agar ibu merasa lebih di
7. Puting tidak lecet setelah 2 perhatikan
minggu melahirkan meningkat Edukasi 8. Agar ibu mengetahui
cara menyusui yang
8. Kepercayaan diri ibu meningkat 8. Berikan konseling menyusui
9. Jelaskan manfaat menyusui bagi benar
9. Lecet pada puting menurun 9. Agar ibu mengetahui
ibu dan bayi
10. Kelelahan maternal menurun 10. Ajarkan perawatan payudara manfaat menyusui
11. Kecemasan maternal menurun antepartum dengan mengkompres 10. Agar ibu dapat
dengan kapas yang telah diberikan melakukan perawatan
minyak kelapa payudara secara mandiri

3. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Dukungan tidur 1. Untuk mengetahui pola
berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam diharapkan Observasi aktivitas dan tidur
nyeri pola tidur membaik dengan pasien
kriteria hasil : 1. Identifikasi pola aktivitas dan 2. Untuk mengetahui
tidur faktor pengganggu tidur
1. Keluhan sulit tidur menurun (5) 2. Identifikasi faktor pengganggu
(fisik dan/atau
2. Keluhan sering terjaga menurun tidur (fisik dan/atau psikologis) psikologis)
(5) 3. Identifikasi obat tidur yang
3. Untuk mengetahui obat
3. Keluhan tidak puas tidur dikonsumsi tidur yang dikomsumsi
menurun (5) Terapeutik pasien
4. Keluhan pola tidur berubah 4. Modifikasi lingkungan (mis: 4. Agar pasien merasa
menurun (5) pencahayaan, kebisingan, suhu, lebih nyaman
matras, dan tempat tidur) 5. Agar pasien tidak sulit
5. Keluhan istirahat tidak cukup
5. Batasi waktu tidur siang, jika tidur malam
menurun (5)
perlu 6. Agar pasien tidur lebih
6. Fasilitasi menghilangkan stress rileks
sebelum tidur 7. Agar pasien merasa
7. Lakukan prosedur untuk lebih nyaman dengan
meningkatkan kenyamanan (mis: pengaturan posisi
pijat, pengaturan posisi, terapi 8. Agar pasien paham
pentingnya tidur cukup
akupresur) selama sakit
Edukasi
8. Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit

4. Resiko Setelah dilakukan tindakan Manajemen cairan 1. Untuk mengetahui


ketidakseimbangan keperawatan 3x24 jam di Observasi status hidrasi pasien
volume cairan harapkan keseimbangan cairan 2. Untuk mengetahui
meningkat dengan kriteria hasil: 1. Monitor status hidrasi (mis: berat badan pasien
Ditandai dengan: frekuensi nadi, kekuatan nadi, 3. Untuk mengetahui hasil
1. Prosedur pembedahan 1. Asupan cairan meningkat akral, pengisian kapiler, pemeriksaan
mayor 2. Output urin meningkat kelembaban mukosa, turgor kulit, laboratorium (mis:
2. Trauma/perdarahan 3. Membrane mukosa lembab tekanan darah) hematokrit, Na, K, Cl,
2. Monitor berat badan harian
3. Luka bakar meningkat berat jenis urin, BUN)
3. Monitor hasil pemeriksaan
4. Edema menurun 4. Untuk mengetahui
4. Aferesis laboratorium (mis: hematokrit, intake dan output
5. Asites 5. Dehidrasi menurun Na, K, Cl, berat jenis urin, BUN) cairan pasien selama 24
6. Obstruksi intestinal 6. Tekanan darah membaik Terapeutik jam
7. Frekuensi nadi membaik 4. Catat intake-output dan hitung 5. Agar terpenuhi asupan
7. Peradangan pancreas
balans cairan 24 jam cairan pasien
8. Penyakit ginjal dan 8. Kekuatan nadi membaik
5. Berikan asupan cairan, sesuai 6. Untuk memenuhi
kelenjar 9. Tekanan arteri rata-rata cairan tubuh yang
kebutuhan
membaik hilang
6. Berikan cairan intravena, jika
9. Disfungsi intestinal 10. Mata cekung membaik perlu 7. Untuk membuang
11. Turgor kulit membaik Kolaborasi kelebihan garam dan
air dari dalam tubuh
7. Kolaborasi pemberian diuretik, melalui urine
jika perlu
5. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi 1. Untuk mengetahui
Ditandai dengan keperawatan 3x24 jam diharapkan Observasi tanda dan gejala infeksi
risiko infeksi teratasi dengan 2. Agar terhindar dari
1. Penyakit kronis (mis: kriteria hasil : 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
diabetes melitus) lokal dan sistemik penyakit lain atau
1. Demam menurun (5) infeki yang lain
2. Efek prosedur invasif Terapeutik
2. Kemerahan menurun (5) 3. Untuk menghindari
3. Malnutrisi 2. Batasi jumlah pengunjung virus dan bakteri
3. Nyeri menurun (5) 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
4. Peningkatan paparan 4. Agar tetap terlindungi
organisme patogen 4. Bengkak menurun (5) kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien dan terhindar dari
lingkungan 5. Kadar sel darah putih membaik bakteri dan virus
(5) 4. Pertahankan teknik aseptic pada
5. Ketidakadekuatan pasien berisiko tinggi 5. Agar pasien dan
pertahanan tubuh keluarga paham tanda
primer (gangguan Edukasi
dan gejala infeksi
peristaltik; kerusakan  Jelaskan tanda dan gejala infeksi
integritas kulit; 6. Agar pasien dan
 Ajarkan cara mencuci tangan keluarga paham cara
perubahan sekresi pH; dengan benar
penurunan kerja mencuci tangan dengan
siliaris; ketuban pecah Kolaborasi benar
lama; ketuban pecah  Kolaborasi pemberian imunisasi,
sebelum waktunya; jika perlu 7. Untuk tetap menjaga
merokok; statis cairan tubuh tetap sehat dan
tubuh) terhidar dari infeksi dan
6. Ketidakadekuatan bakteri
pertahanan tubuh
sekunder (penurunan
hemoglobin;
imunosupresi;
leukopenia; supresi
respon inflamasi;
vaksinasi tidak
adekuat)
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heather, dkk 2022. Diagnosa keperawatan. Definisi klasifikasi


( 2022/2023 Ed. 12. Alih bahasa, keliat anna budi, dkk. EGC: Jakarta.
Alden K.R, 2018. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Dialihbahasakan oleh
Maria A. Jakarta: EGC.
Dewi V.N, 2017. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Hutahean, Serri. 2018. Asuhan Keperawatan dalam Maternitas dan Ginekologi.
Jakarta. TIM
Mitayani, 2018. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Defnisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1 Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Defnisi dan TindakanKeperawatan Edisi 1 Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Defnisi dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat

Anda mungkin juga menyukai