Oleh :
Ketut Dian Wahyuni
Program Profesi Ners
P07120319089
Risiko episiotomy
Kelelahan ketidakseimba diaforesis
ngan cairan ↓ reflek
berkemih
Terputusnya
↓ mobilisasi inkontinuitas
jaringan
Distensi
kandung kemih
↓ tonus usus
Luka jahitan
perineum Disuria
konstipasi
Intoleransi
Aktivitas
III. KLASIFIKASI
Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu:
1. Puerperium dini adalah kondisi kepulihan dimana seorang ibu sudah
diperbolehkan berdiri dan berjalan.
2. Puerperium Intermedial adalah kondisi kepulihan organ genital secara
menyeluruh dengan lama 6-8 minggu.
3. Remote Puerperium waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila saat hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi. Waktu yang
diperlukan untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan ataupun
tahunan.
c. System kardiovaskuler
1) Tekanan darah
Tekanan darah sedikit berubah atau tetap. Hipotensi ortostatik,
yang diindikasikan oleh rasa pusing dan seakan ingin pingsan segera
berdiri, dapat timbul dalam 48 jam pertama.
2) Denyut nadi
Nadi umumnya 60 – 80 denyut permenit dan segera setelah partus
dapat terjadi takikardi.Bila terdapat takikardi dan badan tidak panas
mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada penyakit jantung.Pada masa
nifas umumnya denyut nadi lebih labil dibanding suhu.Pada minggu ke 8
sampai ke 10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi
sebelum hamil.
3) Komponen darah
Hemoglobin, hematokrit dan eritrosit akan kembali kekeadaan
semula sebelum melahirkan.
d. System endokrin
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormone –
hormone yang diproduksi oleh organ tersebut. Kadar estrogen dan
progesterone menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, kadar
terendahnya tercapai kira – kira satu minggu pascapartum. Pada wanita yang
tidak menyusui kadar estrogen mulai meningkat pada minggu kedua setelah
melahirkan dan lebih tinggi dari pada wanita yang menyusui pada
pascapartum hari ke 17 (Bowes,1991).
Kadar prolaktin meningkat secara progresif sepanjang masa hamil.
Pada wanita menyusui, kadar prolaktin tetap meningkat sampai minggu
keenam setelah melahirkan (Bowes, 1991). Kadar prolaktin serum dipengaruhi
oleh kekerapan menyusui, lama setiap kali menyusui, dan banyak makanan
tambahan yang diberikan.
e. System perkemihan
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut
menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid
setelah wanita melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan fungsi
ginjal selama masa pascapartum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu
satu bulan setelah wanita melahirkan.Diperlukan kira – kira 2 sampai 8
minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal
kembali kekeadaan sebelum hamil (Cunningham, dkk; 1993).Pada sebagian
kecil wanita, dilatasi traktus urinarius bisa menetap selama tiga bulan.
f. System gastrointestinal
Ibu biasanya lapar setelah melahirkan, sehingga ia boleh
mengkonsumsi makan – makanan ringan. penurunan tonus dan mortilitas otot
traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan
analgesia dan anestesi bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas
keadaan normal.Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua
sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena
tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa
pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang
makan atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defekasi
karena nyeri yang dirasakannya diperineum akibat episiotomy, laserasi atau
hemoroid.
g. Sistem muskuloskletal
Adaptasi ini mencakup hal – hal yang membantu relaksasi dan
hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran
rahim.Stabilisasi sendi lengkap pada minggu keenam sampai ke 8 setelah
wanita melahirkan.
h. Sistem integumen
Kloasma yang muncul pada masa kehamilan biasanya menghilang saat
kehamilan berakhir.Hiperpigmentasi diareola dan linea nigra tidak menghilang
seluruhnya.Kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha dan panggul
mungkin memudar tapi tidak hilang seluruhnya.
1) Adaptasi psikologis
Rubin (1961) membagi menjadi 3 fase:
a) Fase taking in yaitu fase ketergantungan, hari pertama sampai dengan
hari ketiga post partum, fokus pada diri sendiri, berperilaku pasif dan
ketergantungan, menyatakan ingin makan dan tidur, sulit membuat
keputusan.
b) Fase taking hold yaitu fase transisi dari ketergantungan kemandiri, dari
ketiga sampai dengan kesepuluh post partum, fokus sudah ke bayi,
mandiri dalam perawatan diri, mulai memperhatikan fungsi tubuh
sendiri dan bayi, mulai terbuka dalam menerima pendidikan kesehatan.
c) Fase letting go yaitu fase dimana sudah mengambil tanggung jawab
peran yang baru, hari kesepuluh sampai dengan enam minggu post
partum, ibu sudah melaksanakan fungsinya, ayah berperan sebagai
ayah dan berinteraksi dengan bayi.
Perubahan trias nifas:
a. Involusi
Involusi uterius adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat
kandungan atau uterius dan jalan lahir setelah bayi lahir hingga mencapai keadaan
sebelum hamil.proses involusi terjadi karena adanya proses autolisis aktifitas otot-
otot dan iskhemia dimana protein dindig rahim di pecah, diaborsi dan kemudian di
buang melalui urine.
b. Lokhea
Lokhea adalah sekret luka yang berasal dari luka dalam rahim terutama luka
plasenta dan keluar melalui vagina. Lokhea di bedakan sesuai tingkat
penyembuhan luka yaitu:
Lokhea Rubra
Lokhea ini berwarna merah segar seperti darah haid karena banyak
mengandung darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel decidua, vernix
caseosa, lanugo meconium. Pengeluarannya segera setelah persalinan sampai 2
hari post partum jumlah makin sedikit.
Lokhea Sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kuning berisi darah dan lendir karena
pengaruh plasma darah, penggeluarannya pada hari ke 3-7 hari post partum
Lokhea Serosa
Lokhea ini berwarnah kuning kecoklatan atau serum, pengeluarnnya
pada hari 7-14 post Partum.
Lokhea Alba
Berupa cairan putih kekuningan pengeluran setelah 2 minggu hari post
partum. Kadang-kadang bila lokhea tetap berwarna merah setelah 2 minggu post
partum kemungkinan tertinggal sisa plasenta atau selaput amnion.
c. Laktasi
Laktasi adalah proses pembentukan dan pengeluaran ASI.fisiologi laktasi
itu sendiri adalah pada saat persalinan hormone estrogen dan progesteronmenurun
sedangkan prolaktin meningkat.hisapan bayi pada putting susu memacu atau
merangsang kelenjar hipofise anterior untuk mempruduksi atau melepaskan
proklatin sehingga terjadi sekreksi ASI
Involusi Uterus:
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus
kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Proses involusio
uterus adalah sebagai berikut:
a. Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot
uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur
hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar
sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan.Proses proteolitik adalah pemecahan
protein yang akan dikeluarkan melalui urin. Dengan penimbunan air saat hamil
akan terjadi pengeluaran urin setelah persalinan. Sehingga hasil pemecahan protein
dapat dikeluarkan.
b. Terdapat polymorph phagolitik dan macrophages di dalam system vascular dan
system limphatik.
c. Efek oksitosin (cara bekerjanya oksitosin)
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga
akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke
uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi
plasenta serta mengurangi perdarahan.
V. KOMPLIKASI
a. Pembengkakan payudara
b. Mastitis (peradangan pada payudara)
c. Endometritis (peradangan pada endometrium)
d. Post partum blues
e. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri, kemerahan pada
jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari jalan lahir selam persalinan
atau sesudah persalinan.
h. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
a. GCS
b. Tingkat Kesadaran
c. Tanda-Tanda Vital
d. Berat Badan
e. Tinggi Badan
2. Head to toe
Pemantauan Cairan
Observasi
a. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
b. Monitor frekuensi napas
c. Monitor tekanan darah
d. Monitor berat badan
e. Monitor waktu pengisian kapiler
f. Monitor elastisitas atau turgor kulit
g. Monitor jumlah, warna, dan berat jenis urine
h. Monitor kadar albumin dan protein total
i. Monitor hasil pemeriksaan serum
j. Monitor intake-output cairan
k. Identifiikasi faktor risiko ketidakseimbangan cairan
Terapeutik
a. Atur intervensi waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
b. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Gangguan eliminasi urin b.d efek Setelah dilakukan tindakan Manajemen Eliminasi Urine
tindakan medis dan diagnostik keperawatan selama 3x24 jam Observasi
(persalinan) diharapkan gangguan eliminasi urin a. Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine
pada pasien dapat berkurang dengan b. Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia
kriteria hasil: urine
a. Tidak ada distensi kandung c. Monitor eliminasi urine (mis, frekuensi, konsistensi, aroma,
kemih volume, dan warna)
b. Berkemih tuntas Terapeutik
c. Urin tidak menetes a. Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
d. Tidak ada nokturia b. Batasi asupan cairan, jika perlu
c. Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur
Edukasi
a. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
b. Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
c. Ajarkan mengambil spesimen urine midstream
d. Anjurkan minum yang cukup
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu
Inkontinensia Fekal b.d gangguan Setelah dilakukan tindakan Latihan Eliminasi Fekal
kognitif pasca melahirkan keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan inkontinensia fekal pada a. Monitor peristaltik usus secara teratur
pasien dapat berkurang dengan kriteria Terapeutik
hasil: a. Berikan privasi, kenyamanan dan posisi yang meningkatkan
a. Mampu mengontrol pengeluaran proses defekasi
feses b. Gunakan enema rendah, jika perlu
b. Penggunaan laksatif menurun c. Anjurkan dilatasi rektal digital, jika perlu
d. Ubah program latihan eliminasi fekal, jika perlu
Edukasi
a. Anjurkan mengkonsumsi makanan tertentu, sesuai program atau
hasil konsultasi
b. Anjurkan asupan cairan yang adekuat sesuai kebutuhan
c. Anjurkan olah raga sesuai toleransi
Kolaborasi
a. Kolaborasi penggunaan supositoria, jika perlu
Nyeri akut b.d agens pencedera Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
fisik (trauma, prosedur operasi) keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan nyeri akut pada pasien dapat a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
berkurang dengan kriteria hasil: intensitas nyeri
a. Keluhan nyeri menurun b. Identifikasi skala nyeri
b. Tidak meringis c. Identifikasi respons nyeri non verbal
c. Tidak gelisah d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
d. Tidak mengalami susah tidur e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
e. Frekuensi nadi dalam batas f. Monitor efek samping penggunaan analgesik
normal (80-100 x/menit) Terapeutik
a. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
b. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
c. Fasilitasi istirahat tidur
Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Promosi Perlekatan
Observasi
a. Monitor kegiatan menyusui
b. Identifikasi kemampuan bayi menghisap dan menelan ASI
c. Identifikasi payudara ibu
d. Monitor perlekatan saat menyusui
Terapeutik
a. Hindari memegang kepala bayi
b. Diskusikan dengan ibu masalah selama proses menyusui
Edukasi
a. Ajarkan ibu menopang seluruh bayi
b. Anjurkan ibu melepas pakaian bagian atas agar bayi dapat
menyentuh payudara ibu
c. Anjurkan bayi yang mendekati ke arah payudara ibu dari bagian
bawah
d. Anjurkan ibu untuk memegang payudara menggunakan jarinya
seperti huruf “C” pada posisi jam 12-6 atau 3-9 saat
mengarahkan ke mulut bayi
e. Anjurkan ibu untuk menyusui menunggu mulut bayi terbuka
lebar sehingga areola bagian bawah dapat masuk sempurna
f. Ajarkan ibu mengenali tanda bayi siap menyusui
IV. IMPLEMENTASI
Menurut Doenges (2000) implementasi adalah perawat mengimplementasikan
intervensi-intervensi yang terdapat dalam rencana perawatan. Menurut Allen (1998)
komponen dalam tahap implementasi meliputi tindakan keperawatann mandiri,
kolaboratif, dokumentasi, dan respon pasien terhadap asuhan keperawatan.
V. EVALUASI
Evaluasi didasarkan pada kemajuan pasien dalam mencapai hasil akhir yang
ditetapkan yaitu meliputi: kesejahteraan fisik ibu dan bayi akan dipertahankan. Ibu
dan keluarga akan mengembangkan koping yang efektif. Setiap anggota keluarga
akan melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Perawat dapat yakin
bahwa perawatan berlangsung efektif jika kesejahteraan fisik ibu dan bayi dapat
dipertahankan, ibu dan keluarganya dapat mengatasi masalahnya secara efektif, dan
setiap anggota keluarga dapat meneruskan pola pertumbuhan dan perkembangan yang
sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari Sayfuddin. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono.
Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2004. Buku Ajar: Keperawatan Maternitas Edisi IV. Jakarta:
EGC.
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Hadijanto B, 2008. Pendarahan pada Kehamilan Muda In: Ilmu Kebidanan. Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta , PT Bina Pustaka Sarwono.
……………………………………
Mengetahui,
(……………………………..………………) (……………………………………………)
NIP. NIM.
Mengetahui,
Pembimbing Akademik/CT
(……………………………..………………)
NIP.