Pembimbing Pembimbing
CI Ruangan
Hasniati Romy
Masa Nifas merupakan masa yang kritis bagi seorang ibu pasca melahirkan. Ketidaksiapan
secara fisik, psikis, mental dan spiritual dalam meng- hadapi masa ini akan membuat ibu
mengalami permasalahan terkait involusi dan nyeri postpartum. Banyak hal yang menjadi
faktor resiko terjadinya kegagalan involusi dan laktasi. Faktor tersebut antara lain
mobilisasi, nutrisi, laktasi, faktor lingkungan, budaya dan keluarga. Beberapa treatment
dapat dilakukan agar proses tersebut berjalan dengan baik antara lain senam nifas, pijat
oksitosin dan postnatal massage (Wahyuni & Nurlatifah, 2017)
Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat kandungan kembali semula seperti sebelum hamil, yang berlangsung selama 6
minggu atau 42 hari. Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami
banyak perubahan fisik yang bersifat fisiologis dan banyak memberikan ketidak nyamanan
pada awal postpartum, yang tidak menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila
tidak diikuti dengan perawatan yang baik (Yuliana & Hakim, 2020).
2. Etiologi
a. Post partum dini Post partum dini adalah atonia uteri, laserasi jalan lahir, robekan jalan
lahir dan hematoma.
b. Post partum lambat Post partum lambat adalah tertinggalnya sebagian plasenta,
ubinvolusi didaerah insersi plasenta dari luka bekas secsio sesaria.
c. Penyebab persalinan belum pasti di ketahui, namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim,
pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi
3. Patofisiologi
Pada kasus post partus spontan akan terjadi perubahan fisiologis dan
pesikologis, pada perubahan fisiologis terjadi proses involusi menyebabkan terjadi
peningkatan kadar ocytosis, peningkatan kontraks uterus sehingga
muncul masalah keperawatan nyeri akut, dan perubahan pada vagina dan
perineum terjadi ruptur jaringan terjadi trauma mekanis, personal hygine yang
kurang baik, pembulu darah rusak menyebabkan genetalia menjadi kotor dan
terjadi juga pendarahan sehingga muncul masalah keperawatan resiko infeksi.
Perubahan laktasi akan muncul struktur dan karakter payudara. Laktasi di
pengaruhi oleh hormon estrogen dan peningkatan prolaktin, sehingga terjadi
pembentukan asi, tetapi terkadang terjadi juga aliran darah di payudara berurai
dari uterus (involusi) dan refensi darah di pembuluh payudara maka akan terjadi bengkak
dan penyempitan pada duktus intiverus. Sehingga asi tidak
keluar dan muncul masalah keperawatan menyusui tidakefektif. Pada perubahan
psikologis akan muncul taking in (ketergantungan), taking hold ( ketergantungan
kemandirian), letting go (kemandirian). Pada perubahan taking in pasien akan
membutuhkan perlindungan dan pelayanan, ibu akan cenderung berfokus pada
diri sendiri dan lemas, sehingga muncul maslah keperawatan gangguan pola
tidur, taking hold pasien akan belajar mengenai perawatan diri dan bayi , akan
cenderrung informasi karena mengalami masalah keperawatan kurang
pengetahuan.
4. Pathway
Post Partum
adaptasi post partum anestesi MOW
Laksasi involusi
mengenal mengalami
dan bayi
Lochea
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan dimulai dari wawancara kondisi ibu nifas secara umum,
mengukur tekanan darah, suhu tubuh, pernapasan, dan nadi, memeriksa lokhia dan
perdarahan, kondisi jalan lahir dan tanda infeksi, payudara, kontraksi rahim, memberikan
Vitamin A, konseling, pelayanan kontrasepsi dan pemberian nasihat.
8. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada masa nifas, yaitu (Bidan dan Dosen
Kebidanan Indonesia, 2018) :
a. Perdarahan Pasca Melahirkan
Perdarahan ini ditandai dengan keluarnya darah lebih dari 500 ml atau jumlah
perdarahan melebihi normal setelah melahirkan bayi. Hal ini akan memengaruhi
tanda-tanda vital, kesadaran menurun, pasien lemah, menggigil, berkeringat dingin,
hiperkapnia, dan Hb <8g%.
b. Infeksi pada Masa Nifas
Infeksi pada masa nifas ditandai dengan meningkatnya suhu tubuh ibu
sampai 38oC atau lebih. Hal ini disebabkan oleh infeksi bakteri pada traktus
genitalia pada saat proses persalinan.
c. Keadaan abnormal pada Payudara
Payudara yang abnormal ditandai seperti puting susu lecet, payudara
bengkak, dan puting susu datar atau tertanam.
d. Eklampsia dan Preeklampsia
Eklampsia merupakan serangan kejang secara tiba-tiba pada wanita hamil,
bersalin, atau nifas yang sebelumnya sudah menunjukkan gejala preeklampsia
(Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2018). Eklampsia postpartum adalah
serangan kejang secara tiba-tiba pada ibu postpartum. Preeklampsia berat ditandai
dengan tekanan darah >160 mmHg, proteinuria ≥2+, dan adanya edema pada
ekstremitas.
e. Disfungsi Simfisis Pubis
Disfungsi simfisis pubis adalah kelainan dasar panggul dari simfisis ossis
pubis hingga os coccygeus. Hal ini disebabkan oleh persalinan yang membuat otot
dasar panggul lemah dan menurunkan fungsi otot dasar panggul.
f. Nyeri Perineum
Ibu yang memiliki luka perineum saat proses persalinan akan merasakan
nyeri perineum. Nyeri yang dirasakan ini akan menyebabkan ibu takut untuk
bergerak pasca melahirkan. Hal ini akan menyebabkan subinvolusi uteri,
pengeluaran lokhea menjadi tidak lancar, dan perdarahan postpartum.
g. Inkontinensia Urine
Menurut International Continence Society (ICS) dalam Bidan dan Dosen
Kebidanan Indonesia (2018), inkontinensia urine adalah pengeluaran urine yang
tidak dapat dikendalikan. Hal ini akan menyebabkan rasa tidak nyaman.
h. Nyeri Punggung
Nyeri punggung pasca melahirkan adalah gejala postpartum jangka panjang
yang disebabkan karena tegangnya postural pada sistem muskuloskeletal akibat
persalinan.
i. Koksidinia
Koksidinia adalah nyeri kronis pada tulang ekor atau ujung tulang punggung
yang berdekatan dengan anus. Nyeri ini bisa dirasakan Ketika adanya tekanan
secara langsung pada tulang tersebut seperti saat duduk
9. Penatalaksaan
Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan
yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara
komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.
Tujuan penatalaksanaan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal
mungkin dan mempertahankan kesejahteraanya (Kemenkes RI, 2017).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang di peroleh untuk post partum normal menurut Nanda, 2015-
2017 adalah :
a. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.
b. Resiko tinggi infeksi dibuktikan dengan laserasi dan proses persalinan.
c. Resiko menyusui tidak efektif dibuktikan dengan kurang pengetahuan cara perawatan
payudara bagi ibu menyusui.
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit dibuktikan dengan kehilangan
darah dan intake ke oral.
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis,proses
persalinan dan proses melelahkan.
f. Defisiensi pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang
sumber informasi
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim, E. A., & Asiah, N. (2018). Massage Postpartum dan Status Fungsional Ibu
Pascasalin di Medan. Buletin Farmatera, 3(1), 24–32. http://jurnal. umsu.ac.id/index.
php/buletin_farmatera/article/view/1317
Wulandari, A. S. (2017). Hubungan Umur Ibu Dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Dengan Involusi
Uteri Di Rsu Pku Muhammadiyah. Naskah Publikasi, 1(1), 1–12
Diani, A. 2020. Pentingnya Perawatan Selama Masa Nifas. Diakses dari kenal
pengetahuan.fk.ugm.ac.id, tanggal 13 Desember 2020.
Digilib.unimus.ac.id. 2017. Masa Nifas. Diakses dari http:// digilib. unimus. ac. Id
/files//disk1/131/jtptunimus-gdl-sumiatinim-6550- 3-babii. pdf, diakses tanggal 18
Desember 2020
Idriyani, R dan Salat, S.Y.S. 2019. Pengaruh Stres Post Partum Terhadap Pembengkakan
Payudara Pada Ibu Menyusui Di Desa Matanair. Jurnal ilmu kesehatan. Vol 4 (No 1).
33-37.
Laili, U dan Nisa, F. 2019. Pencegahan Konstipasi pada Ibu Nifas dengan Early Exercise. Jurnal
bidan cerdas. Vol 2 (No 2). 72-76.
Mangeke. I.P. 2019. Asuhan Keperawatan Post Partum. Diakses dari eprint.
Polttekkesjogja.ac.id, diakses tanggal 9 November 2020.