Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM (NIFAS) HARI I


DI PUSKESMAS SANGURARA ( DUYU)

Nama : Frisky Prathamy Putry


Nim : 202101010

Pembimbing Pembimbing

Ns. Nyoman Elviyunai,S.Kep., M.Kes. Hadidjah Bando.SST.Keb., M.Kes

CI Ruangan

Hasniati Romy

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
2022
POSTPARTUM CARE (NIFAS)
A. Konsep dasar nifas
1. Definisi
Nifas merupakan darah yang keluar dari rahim akibat melahirkan atau
setelah melahirkan. Masa nifas terhitung setelah plasenta keluar dan selesai ketika
alat-alat kandungan kembali ke keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira
6 minggu atau 42 hari. Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan
seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu. Pada masa nifas akan
mengalami perubahan baik fisik maupun psikis. Asuhan masa nifas diperlukan karena
merupakan masa kritis baik untuk ibu maupun bayi, apabila tidak ditangani segera dengan
efektif dapat membahayakan kesehatan atau kematian bayi ibu ( Rasumawati, 2018 ).

Masa Nifas merupakan masa yang kritis bagi seorang ibu pasca melahirkan. Ketidaksiapan
secara fisik, psikis, mental dan spiritual dalam meng- hadapi masa ini akan membuat ibu
mengalami permasalahan terkait involusi dan nyeri postpartum. Banyak hal yang menjadi
faktor resiko terjadinya kegagalan involusi dan laktasi. Faktor tersebut antara lain
mobilisasi, nutrisi, laktasi, faktor lingkungan, budaya dan keluarga. Beberapa treatment
dapat dilakukan agar proses tersebut berjalan dengan baik antara lain senam nifas, pijat
oksitosin dan postnatal massage (Wahyuni & Nurlatifah, 2017)

Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat kandungan kembali semula seperti sebelum hamil, yang berlangsung selama 6
minggu atau 42 hari. Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami
banyak perubahan fisik yang bersifat fisiologis dan banyak memberikan ketidak nyamanan
pada awal postpartum, yang tidak menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila
tidak diikuti dengan perawatan yang baik (Yuliana & Hakim, 2020).

2. Etiologi
a. Post partum dini Post partum dini adalah atonia uteri, laserasi jalan lahir, robekan jalan
lahir dan hematoma.
b. Post partum lambat Post partum lambat adalah tertinggalnya sebagian plasenta,
ubinvolusi didaerah insersi plasenta dari luka bekas secsio sesaria.
c. Penyebab persalinan belum pasti di ketahui, namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim,
pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi

3. Patofisiologi
Pada kasus post partus spontan akan terjadi perubahan fisiologis dan
pesikologis, pada perubahan fisiologis terjadi proses involusi menyebabkan terjadi
peningkatan kadar ocytosis, peningkatan kontraks uterus sehingga
muncul masalah keperawatan nyeri akut, dan perubahan pada vagina dan
perineum terjadi ruptur jaringan terjadi trauma mekanis, personal hygine yang
kurang baik, pembulu darah rusak menyebabkan genetalia menjadi kotor dan
terjadi juga pendarahan sehingga muncul masalah keperawatan resiko infeksi.
Perubahan laktasi akan muncul struktur dan karakter payudara. Laktasi di
pengaruhi oleh hormon estrogen dan peningkatan prolaktin, sehingga terjadi
pembentukan asi, tetapi terkadang terjadi juga aliran darah di payudara berurai
dari uterus (involusi) dan refensi darah di pembuluh payudara maka akan terjadi bengkak
dan penyempitan pada duktus intiverus. Sehingga asi tidak
keluar dan muncul masalah keperawatan menyusui tidakefektif. Pada perubahan
psikologis akan muncul taking in (ketergantungan), taking hold ( ketergantungan
kemandirian), letting go (kemandirian). Pada perubahan taking in pasien akan
membutuhkan perlindungan dan pelayanan, ibu akan cenderung berfokus pada
diri sendiri dan lemas, sehingga muncul maslah keperawatan gangguan pola
tidur, taking hold pasien akan belajar mengenai perawatan diri dan bayi , akan
cenderrung informasi karena mengalami masalah keperawatan kurang
pengetahuan.

4. Pathway
Post Partum
adaptasi post partum anestesi MOW

Psikologi fisiologi bed rest insisi

Laksasi involusi

Takingin takinghold letting go penurunan


MK MK
nyeri resiko
akut insfeksi
Prolektin pelepasan pristatik

belajar kondisi tubuh meningkat desi dua

mengenal mengalami

perawatan diri perubahan obstipas MK gangguan pola


tidur

dan bayi

butuh informasi MK Defisiensi produksi ASI Konstruksi MK Konstipasi


pengetahuan

meningkat MK Ketidakefektifas pemberian ASI meningkat

Lochea

5. Fisiologi masa nifas


a. Perubahan Sistem Reproduksi
Selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna berangsur-angsur
kembali keadaan sebelum hamil.Perubahan keseluruhan alat genitalia ini disebut
involusi. Pada masa ini terjadi juga perubahan penting lainnya, perubahan-
perubahan yang terjadi antara lain sebagai berikut. Involusi alat-alat kandungan :
1. Involusi
Involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu dengan memeriksa fundus uteri
dengan cara :
a. Segera setelah persalinan, TFU 2 cm dibawah pusat, 12 jam kemudian
kembali 1 cm di atas pusat dan menurun kira-kira 1 cm setiap hari.
b. Pada hari ke dua setelah persalinan TFU 1 cm di bawah pusat. Pada hari
ke 3-4 TFU 2 cm dibawah pusat. Pada hari ke 5-7 TFU setengah pusat
sympisis. Pada hari ke 10 TFU tidak teraba.
Bila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan dalam proses involusi
disebut dengan subinvolusi. Subinvolusi dapat disebabkan oleh infeksi dan
tertinggalnya sisa plasenta/perdarahan lanjut.
b. Tahapan Perubahan Lochea
Lochea merupakan ekskresi cairan rahim selama masa nifas.Lochea
berupa darah dimana di dalamnya mengandung trombosit, sel-sel tua, sisa
jaringan desidua yang nekrotik (sel-sel mati) dari uterus.
Proses keluarnya lochea terdiri atas 4 tahapan :
1. Lochea lubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa - sisa selaput ketuban, sel -sel
desidua, yaitu selaput lendir rahim dalam keadaan hamil), vernix
caseosa (yaitu palit bayi, zat seperti salep terdiri atas palit atau semacam noda
dan sel - sel epitel, yang menyelimuti kulit janin), lanugo(yaitu bulu halus
pada anak yang baru lahir), dan meconium (yaitu isi usus janin cukup bulan
yang terdiri atas getah kelenjar usus dan air ketuban, berwarna hijau
kehitaman), selama 2 hari pasca persalinan.
2. Locha sanguinolenta : warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini
terjadi pada hari ke 3 -7 pasca persalinan.
3. Lochea serosa : berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari
ke 7 - 14 pasca persalinan.
4. Lochea alba: cairan putih yang terjadi pada hari setelah 2 minggu. Lochea
mempunyai bau yang khas, tidak seperti bau menstruasi. Bau ini lebih terasa
tercium pada lokia serosa, bau ini juga akan semakin lebih keras jika
bercampur dengan keringat dan harus cermat membedakannya dengan bau
busuk yang menandakan adanya infeksi. Selain itu, kita juga harus bisa mengenali
jika terjadi tanda ketidaknormalan pada lochea yaitu berupa keluarnyacairan seperti
nanah dan berbau
busuk, lochea yang seperti ini disebut lochea purulenta.Locheapurulenta ini
muncul jika terjadi infeksi. Di samping lochea purulenta dapat juga terjadi suatu
keadaan dimana pengeluaran lochea tidak lancar.Lochea ini disebut lochea statis.
6. Adaptasi psikologis ibu Proses
Adaptasi Psikologis Masa Nifas (Post Partum) Berikut ini 3 tahap penyesuaian psikologi
ibu dalam masa post partum Menurut Sutanto (2019) :
a. Fase Talking In (Setelah melahirkan sampai hari ke dua)
1. Perasaan ibu berfokus pada dirinya.
2. Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain.
3. Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya.
4. Ibu akan mengulangi pengalaman pengalaman waktu melahirkan.
5. Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan tubuh
kekondisi normal.
6. Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan peningkatan nutrisi.
7. Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh tidak
berlangsung normal.
8. Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase ini adalah sebagai
berikut:
b. Fase Taking Hold (Hari ke-3 sampai 10)
1. Ibu merasa merasa khawatir akan ketidakmampuan merawat bayi, muncul perasaan
sedih (baby blues).
2. Ibu memperhatikan kemampuan men jadi orang tua dan meningkatkan teng gung
jawab akan bayinya.
3. Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK, BAB dan daya
tahan tubuh
4. Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti menggen dong,
menyusui, memandikan, dan mengganti popok.
5. Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan pribadi.
6. Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak mampu
membesarkan bayinya.
7. Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak mampu
membesarkan bayinya.
8. Wanita pada masa ini sangat sensitif akan ketidakmampuannya, cepat tersinggung,
dan cenderung menganggap pemberi tahuan bidan sebagai teguran. Dianjur kan
untuk berhati-hati dalam berko munikasi dengan wanita ini dan perlu memberi
support.
c. Fase Letting Go (Hari ke-10sampai akhir masa nifas)
1. Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya. Setelah ibu pulang ke
rumah dan dipengaruhi oleh dukungan serta perhatian keluarga.
2. Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan memahami
kebutuhan bayi

7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan dimulai dari wawancara kondisi ibu nifas secara umum,
mengukur tekanan darah, suhu tubuh, pernapasan, dan nadi, memeriksa lokhia dan
perdarahan, kondisi jalan lahir dan tanda infeksi, payudara, kontraksi rahim, memberikan
Vitamin A, konseling, pelayanan kontrasepsi dan pemberian nasihat.

8. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada masa nifas, yaitu (Bidan dan Dosen
Kebidanan Indonesia, 2018) :
a. Perdarahan Pasca Melahirkan
Perdarahan ini ditandai dengan keluarnya darah lebih dari 500 ml atau jumlah
perdarahan melebihi normal setelah melahirkan bayi. Hal ini akan memengaruhi
tanda-tanda vital, kesadaran menurun, pasien lemah, menggigil, berkeringat dingin,
hiperkapnia, dan Hb <8g%.
b. Infeksi pada Masa Nifas
Infeksi pada masa nifas ditandai dengan meningkatnya suhu tubuh ibu
sampai 38oC atau lebih. Hal ini disebabkan oleh infeksi bakteri pada traktus
genitalia pada saat proses persalinan.
c. Keadaan abnormal pada Payudara
Payudara yang abnormal ditandai seperti puting susu lecet, payudara
bengkak, dan puting susu datar atau tertanam.
d. Eklampsia dan Preeklampsia
Eklampsia merupakan serangan kejang secara tiba-tiba pada wanita hamil,
bersalin, atau nifas yang sebelumnya sudah menunjukkan gejala preeklampsia
(Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2018). Eklampsia postpartum adalah
serangan kejang secara tiba-tiba pada ibu postpartum. Preeklampsia berat ditandai
dengan tekanan darah >160 mmHg, proteinuria ≥2+, dan adanya edema pada
ekstremitas.
e. Disfungsi Simfisis Pubis
Disfungsi simfisis pubis adalah kelainan dasar panggul dari simfisis ossis
pubis hingga os coccygeus. Hal ini disebabkan oleh persalinan yang membuat otot
dasar panggul lemah dan menurunkan fungsi otot dasar panggul.
f. Nyeri Perineum
Ibu yang memiliki luka perineum saat proses persalinan akan merasakan
nyeri perineum. Nyeri yang dirasakan ini akan menyebabkan ibu takut untuk
bergerak pasca melahirkan. Hal ini akan menyebabkan subinvolusi uteri,
pengeluaran lokhea menjadi tidak lancar, dan perdarahan postpartum.
g. Inkontinensia Urine
Menurut International Continence Society (ICS) dalam Bidan dan Dosen
Kebidanan Indonesia (2018), inkontinensia urine adalah pengeluaran urine yang
tidak dapat dikendalikan. Hal ini akan menyebabkan rasa tidak nyaman.
h. Nyeri Punggung
Nyeri punggung pasca melahirkan adalah gejala postpartum jangka panjang
yang disebabkan karena tegangnya postural pada sistem muskuloskeletal akibat
persalinan.
i. Koksidinia
Koksidinia adalah nyeri kronis pada tulang ekor atau ujung tulang punggung
yang berdekatan dengan anus. Nyeri ini bisa dirasakan Ketika adanya tekanan
secara langsung pada tulang tersebut seperti saat duduk

9. Penatalaksaan
Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan
yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara
komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.
Tujuan penatalaksanaan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal
mungkin dan mempertahankan kesejahteraanya (Kemenkes RI, 2017).

B. Konsep asuhan keperawatan (masih secara teori)


1. Pengkajian
a. Identitas pasien (nama, umur, alamat, agama, pekerjaan, suku,bangsa suami/istri).
b. Riwayat Haid (apakah haid teratur, siklusnya berapa haari, apakah ada keluhan selama
haid, HPHT/HPMT).
c. Riwayat perkawinan (menikah, belum menikah, berapa lama menikah, beraapa kali).
d. Riwaya obsterti
1. Riwayat kehamilan Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, Hasil laboratorium;
USG,Darah, Urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi, emosional dan
impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobaatan yang diperoleh.
2. Riwayat Persalinan
a. Riwayat persalinan lalu : Jumlah Gravida, jumlah partal, dan jumlah abortus,
umur kehamilan, saat bersalin, jenis persalinan , penolong persalinan, BB bayi,
kelaianan fisik, kondisi anak saat ini.
b. Riwayaat nifas pada persalinan lau (masalah nifas dan laktasi yang pernah
dialami, masalah bayi yang pernah dialami, keaadaan aanak.0
c. Riwayat KB; Jenis kontsepsi yang pernah digunakan setelah persalinan, jumlah
anak yang direncanakaan.
e. Riwayat penyakit daahulu Penyakit yang pernah diderita paada masa lalu , bagaimana
cara pengobatan yang dijalani, dimana mendapat pertolongan,. Apakahpenyakit tersebut
pernaah diderita sampai saat ini ataau kambuh berulang-ulang.
f. Riwayat kesehatan keluarga Apakah anggota keluarga yang menderitaa penyakit yang
diturunkn secara genetic, menular, kelaianan, congenital aatau gangguan kejiwaan yang
pernah diderita olh keluarga.
g. Profil Keluarga.
h. Pola Nutrisi Pola menu maakanan yang di komsumsi, jumlah, jenis makanan, dan
frekuensi.
i. Pola istirahat tidur Lamanya, kapan, (malam, siang), rasa tidak nyaman yang
mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remaang aatau gelaap,
apakah mudah tergaanggu dengaan suara- suara.
j. Pola eliminasi Apakah terjadi dieresis setelah melahirkan, setelah melahirkan adakaah
inkontinesia, hilangnya control blas,Pola BAK, frekuensi dan warnah. Pola BAB,
frekuensi, konsitensi, rasaa takut BAB karena luka perineum.
k. Personal Higine Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan
kebersihan genetalia, pola berpakian, tata rias rambut dan wajah.
l. Aktifitas
m. Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melaahirkan, kemampuan merawat diri
dan melakukan eliminasi , kemampuan bekerja dan menyusui.
n. Konsep Diri
o. Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui, persepsi ibu tentang
tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama kehamilan.
p. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Tingkat kesadaran
2. BB,TB,LL,Tanda- tanda vital : TD,S,RR,N.
3. Kepala : Rambut, Wajah, mata (Conjungtiva), hidung, mulut, fungsi pengecapan,
pendengaran dan leher.
4. Breast : Kebesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan arieola, dan putting
susu.Kepenuhan atau pembengkakan, benjolan, nyeri, produksi, laktasi,/ kolostrum.
Perabaan pembesaran getah bening di ketiak.
5. Abdomen ; Teraba lembut, Tekstur Doughi (kenyal), musculas rectus, abdominal
utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi fundus uterus,
konsistensi (keras lunak, boggy), lokasi, kontraksi, uterus, nyeri, perabaan distensi
bilas.
6. Anogenital : Lihat struktur, ragangan, udema vagina, keadaan liang vagina, (licin,
kendur lemah) adakah hematom, nyeri, tegang perineum ; Keadaan luka
episiotomy, ochimosis, edema, kemerahan, eritema, drainage. Lochia (Warna,
jumlah, bau, bekuan daraah atau konsistensi,1-3 hr rubra, 4-10 hr serosa ≥ 10 hr
alba), Anus: Hemoroid dan thrombosis padaa anus.
7. Muskuloskeletal : Tanda human, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi,,
kekuatan otot.
q. Pemeriksaan Laboratorium 38 1) Darah : Hemoglobin dan hematocrit 12-24 jam post
partum (jika Hb ≤ 10 g% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit. 2)
Klien dengan Dower kateter diperlukan culture urine.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang di peroleh untuk post partum normal menurut Nanda, 2015-
2017 adalah :
a. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.
b. Resiko tinggi infeksi dibuktikan dengan laserasi dan proses persalinan.
c. Resiko menyusui tidak efektif dibuktikan dengan kurang pengetahuan cara perawatan
payudara bagi ibu menyusui.
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit dibuktikan dengan kehilangan
darah dan intake ke oral.
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis,proses
persalinan dan proses melelahkan.
f. Defisiensi pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang
sumber informasi

3. Intervensi dan Rasional


Intervensi
Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil
No Keperawatan Rasional
Keperawatan (Nanda) (NOC)
(NIC)
1 Nyeri akut berhubungan tingkatan nyeri , control 1. lakukan 1. Untuk
dengan agen injuri nyeri, tingkat kenyamanan pengkajian mengetahui
(biologi, kimia, setelah dilakukan tindakan nyeri secara tingkat nyeri
fisik,psikologis), keperawatan selama 1x24 komprehensif 2. Untuk
kerusakan jaringan jam pasien tidak mengalami termasuk lokasi, mengetaui
nyeri, dengan kriteria karakteristik, ketidaknyam
hasil :Mampu mengontrol durasi, anan yang
nyeri (tahu penyebab nyeri, frekuensi, dirasakan
mampu menggunakan kualitas dan pasien
tehnik non farmakologi faktor 3. Untuk
untuk mengurangi nyeri, prespitasi, mengetahui
mencari bantuan) 2. Observasi reaksi pengaru
Melaporkan bahwa nyeri nonverbal dari lingkungan
berkurang dengan ketidaknyamana terhadap
menggunakan manajemen n nyeri
nyeri, Mampu mengenali 3. Kontrol 4. Untuk
nyeri (skala, intensitas, lingkungan meringankan
frekuensi dan tanda nyeri), yang dapat rasa nyeri
Tanda vital dalam batas mempengaruhi 5. Untuk
normal, Tidak mengalami nyeri seperti mengetahui
gangguan tidur. suhu ruangan, teknik
pencahayaan farmakologi
dan kebisingan, 6. pemberian
4. Kurangi faktor analgetik
prespitasi nyeri, untuk
5. Ajarkan teknik mengurangi
non farmakologi nyeri
( napas dalam,
relaksasi
distraksi,
kompres
hangat/dingin )
6. Berikan
analgesik untuk
mengurangi
nyeri dan
Monitor vital
sig

Resiko infeksi status imun, pengetahuan 1. pertahankan 1. Meningkatka


2 dibuktikan dengan tentang kontrol infeksi dan aseptif batasi n personal
dengan kurang kontrol resiko, Setelah di pengunjung bila hygine
pengetahuan tentang lakukan tindakan perlu 2. Memberikan
cara perawatan vulva keperawatan selama 1x 24 2. Cuci tangan pengetahuan
jam pasien tidak mengalai sebelum dan tentang
infeksi dengan kriteria hasil sesudah perawatan
:Klien bebas dari tanda tindakan vulva agar
gejala infeksi, Menunjukan keperawatan, tidak terjadi
kemampuan untuk 3. Gunakan alat infeksi
mencegah timbulnya gejala pelindung diri, 3. Memakai
infeksi,Menunjukan 4. Berikan terapi APD
perilaku hidup sehat. antibiotik, 4. Mengajarkan
Rencana tindakan yang 5. Monitor tanda cara minum
akan di lakukan dan gejala antibiotic
berdasarkan. infeksi sistemik 5. Memeriksa t
dan lokal, anda dan
6. Monitor adanya gejala
luka. Ajarkan infeksi
pasien dan 6. Memberikan
keluarga tanda pengetahuan
dan gejala tentang
infeksi. bahaya infek
Resiko tinggi keseimbangan cairan, 1. timbang popok/ 1. Cara
3 kekurangan volume hidrasi, Status gizi : intake pembalut bila di pemakaian
cairan dan elektrolit makanan dan cairan Kriteria perlukan, pembalut
dibuktikan dengan hasil : Mempertahankan 2. Monitor status 2. Untuk
kehilangan darah dan urin output dengan usia dan dehidrasi, mengetahui
intake ke oral BB, tekanan darah, nadi, 3. Monitor tanda dehidrasi
suhu dalam batas normal, vital, 3. Pemeriksaa
Tidak ada tanda-tanda 4. Monitor status n TTV
dehidrasi, Elastisitas turgor cairan yang 4. Untuk
kulit baik, membran mukosa masuk dan mengetahui
lembab, tidak ada rasa haus keluar, tingkat
yang berlebihan. Rencana 5. Pemberian cairan yang
tindakan berdadarkan. cairan IV masuk dan
monitor adanya keluar agar
tanda gejala tidak ada
kelebihan tanda-tanda
volume cairan. dehidrasi
5. Mengecek
apabila ada
kelebihan
cairan

Gangguan pola tidur tingkatkan kenyamanan, 1. jelaskan 1. Untuk


4 berhubungan dengan tingkatkan pola istirahat dan pentingnya tidur mengetahui
respon hormonal tidur kriteria hasil yang yang adekuat, tingkat
psikologis,proses akan di capai : Jumlah jam 2. Ciptakan kenyamana
persalinan dan proses tidur dalam batas normal, lingkungan n tidur
melelahkan Perasaan segar sesudah yang nyaman, pasien
tidur atau istirahat, 3. Kolaborasikan 2. Suasan
Mengidentifikasikan hal-hal pemberian obat lingkungan
yang meningkatkan tidur. tidur, yang
Rencana tindakan 4. Diskusikan kondusif
berdasarkan. dengan pasien 3. Bimbingan
dan keluarga cara
teknik tidur pemakaian
pasien, obat tidur
5. Monitor atau 4. Melakukan
catat kebutuhan Tanya
tidur pasien jawab
setiap hari dan antara
jam. pasien dan
keluarga
tentang
cara tidur
yang benar
5. Untuk
mengetahui
kebutuhan
tidur
pasien

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, E. A., & Asiah, N. (2018). Massage Postpartum dan Status Fungsional Ibu
Pascasalin di Medan. Buletin Farmatera, 3(1), 24–32. http://jurnal. umsu.ac.id/index.
php/buletin_farmatera/article/view/1317

Wulandari, A. S. (2017). Hubungan Umur Ibu Dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Dengan Involusi
Uteri Di Rsu Pku Muhammadiyah. Naskah Publikasi, 1(1), 1–12

Diani, A. 2020. Pentingnya Perawatan Selama Masa Nifas. Diakses dari kenal
pengetahuan.fk.ugm.ac.id, tanggal 13 Desember 2020.
Digilib.unimus.ac.id. 2017. Masa Nifas. Diakses dari http:// digilib. unimus. ac. Id
/files//disk1/131/jtptunimus-gdl-sumiatinim-6550- 3-babii. pdf, diakses tanggal 18
Desember 2020

Idriyani, R dan Salat, S.Y.S. 2019. Pengaruh Stres Post Partum Terhadap Pembengkakan
Payudara Pada Ibu Menyusui Di Desa Matanair. Jurnal ilmu kesehatan. Vol 4 (No 1).
33-37.

Lidya. 2019. Analisis Pelaksanaan Pencegahan Komplikasi Nifas di Wilayah Kerja


Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2018. Scientia Journal. Vol 8 (No 1). 197- 204.

Laili, U dan Nisa, F. 2019. Pencegahan Konstipasi pada Ibu Nifas dengan Early Exercise. Jurnal
bidan cerdas. Vol 2 (No 2). 72-76.

Mangeke. I.P. 2019. Asuhan Keperawatan Post Partum. Diakses dari eprint.
Polttekkesjogja.ac.id, diakses tanggal 9 November 2020.

Herdman, T. Hether. 2020. Dignosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2021-


2023. Ed 12. Jakarta. EGC
Butcher, Howard K. Et al. 2017. Nursing Interventions Classification (NIC). Ed
7. Jakarta. Elsevier.

Moorhead, Sue. Et al. 2018. Nursing Outcome Classification (NOC). Ed 6.


Jakarta. Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai