Anda di halaman 1dari 23

Tumor Mammae Jinak pada Wanita Muda serta Penatalaksanaannya

Grace Melania Liaturi/ D9/ 102017147


Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061


Fax : (021)563-1731
grace.2017fk147@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Tumor jinak yang paling umum ditemukan adalah fibroadenoma. Etiologi penyakit ini
belum diketahui secara pasti. Namun diperkirakan berkaitan dengan aktivitas estrogen.
Fibroadenoma pertama kali terbentuk setelah aktivitas ovarium dimulai dan terjadi terutama
pada remaja muda. Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan adalah USG payudara dan
juga biopsi eksisi. Fibroadenoma mammae merupakan suatu neoplasma jinak berbatas tegas,
padat kenyal, berkapsul dan lesi payudara dalam wanita muda (biasa berusia dibawah 25
tahun). Gejala klinis terdapat benjolan dengan pertumbuhan lambat, konsistensi padat, batas
tegas, permukaan rata, sangat mobile, circular, dan tidak nyeri. Tatalaksana yang dilakukan
adalah biopsy eksisi, dikarenakan tumor jinak ini dapat membesar. Pencegahan tumor jinak
mammae adalah dengan melakukan pola hidup sehat, dan sebagai deteksi dini dapat
dilakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri).

Kata Kunci: tumor jinak mammae, pemeriksaan SADARI, fibroadenoma mammae, biopsy
eksisi

Abstract

The most common benign tumor found is fibroadenoma. The etiology of this disease is not
known with certainty. But it is thought to be related to estrogen activity. Fibroadenomas first
form after ovarian activity begins and occur mainly in young adolescents. Investigations
commonly performed are breast ultrasound and excisional biopsy. Mammary fibroadenoma
is a benign neoplasm of well-defined, dense chewy, encapsulated and breast lesions in young
women (usually under 25 years old). Clinical symptoms include lumps with slow growth,
solid consistency, firm boundaries, flat surfaces, highly mobile, circular, and painless. The
treatment is an excisional biopsy, because this benign tumor can enlarge. Prevention of

1
benign mammary tumors is to do a healthy lifestyle, and as early detection can be done with
breast self-examination.

Keywords: benign mammae tumor, breast self-examination, fibroadenoma mammae,


excisional biopsy

Pendahuluan

Mayoritas kelainan dipayudara adalah lesi jinak, lesi maligna hanyalah 20% dari
semua kelainan pada payudara. Kejadian kelainan jinak ini dimulai usia dekade ke-2 dan
puncaknya adalah pada dekade keempat dan kelima kehidupan.

Tumor jinak yang paling umum ditemukan adalah fibroadenoma. Etiologi penyakit ini
belum diketahui secara pasti. Namun diperkirakan berkaitan dengan aktivitas estrogen.
Fibroadenoma pertama kali terbentuk setelah aktivitas ovarium dimulai dan terjadi terutama
pada remaja muda.1 Fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita muda, terutama dengan usia
di bawah 30 tahun dan relatif jarang ditemukan pada payudara wanita postmenopause.
Fibroadenoma sering disebut dengan breast mouse, dikarenakan mobilitasnya yang tinggi.
Tumor ini dapat tumbuh di seluruh bagian payudara, namun tersering pada quadran atas
lateral. Penyakit ini bersifat asimptomatik atau hanya menunjukkan gejala ringan berupa
benjolan pada payudara yang dapat digerakkan, sehingga pada beberapa kasus, penyakit ini
terdeteksi secara tidak sengaja pada saat pemeriksaan fisik. Penanganan fibroadenoma adalah
melalui pembedahan pengangkatan tumor.1

Anamnesis

Anamnesis merupakan tahap awal dalam pemeriksaan untuk mengetahui riwayat


penyakit dan untuk menegakkan diagnosis. Anamnesis dapat langsung dilakukan pada pasien
(autoanamnesis) atau terhadap keluarga atau pengantarnya (alloanamnesis) bila keadaan
pasien tidak memungkinkan untuk diwawancarai, misalnya dalam keadaan gawat-darurat,
afasia akibat stroke dan lain sebagainya. Anamnesis yang baik terdiri dari identitas,
keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat obstetri dan
ginekologi (khusus wanita), riwayat penyakit dalam keluarga, riwayat sosial ekonomi dan
riwayat pengobatan.2

Anamnesis dibagi menjadi Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) yaitu lokasinya, sejak
kapan, dimana letak benjolan, bagaimana bentuk dan konsistensi benjolan, bentuk
payudaranya (simetris atau asimetris), apakah ada sekret yang keluar dari puting?, apakah ada

2
gejala penyerta lainnya? Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) ditanyakan apakah sebelumnya
pernah menderita keluhan yang sama?, apakah pernah terpapar sinar radiasi pada daerah
payudara?, apakah pernah memakai terapi hormonal? Riwayat Penyakit Keluarga juga
ditanyakan seperti apakah dalam keluarga ada yang mengalami gejala yang serupa? Pada
riwayat pribadi dapat ditanyakan keadaan social ekonomi, kebiasaan, obat-obatan, dan
lingkungan.

Pada scenario ini, didapatkan keluhan utama dengan benjolan di payudara kanan.
Benjolan dirasakan sejak 1 tahun yang lalu yang awalnya sebesar kelereng dan sekarang
sebesar telur ayam kampung. Keluhan ini kadang disertai dengan nyeri. Pasien belum
menikah dan tidak memiliki riwayat operasi di payudara sebelumya, serta tidak ada anggota
keluarga dengan keluhan serupa. Riwayat kebiasaaan merokok disangkal, makan di mall 2x/
minggu.

Pemeriksaan Fisik

 Pemeriksaan Fisik Payudara (Teknik SADARI):3

o Inspeksi (pengamatan)
o Bentuk payudara, berdasarakan perkembangan payudara.3
o Masa prapubertas
Payudara belum berkembang, hanya ada puting susu berukuran kecil.
Pada masa ini antara payudara anak laki-laki dan perempuan hampir sama.
o Mulai pubertas
Pada anak perempuan, payudara mulai tumbuh, makin lama makin besar,
disertai juga puting susu bertambah besar.
o Sewaktu dewasa dan keadaan hamil
Pada masa ini kelenjar mammae mulai mempersiapkan diri menjadi
lebih banyak dan besar. Dalam rangka memproduksi ASI puting susu dan
areola bertambah gelap warnanya.
o Setelah masa laktasi
Pada masa ini payudara akan kembali mengecil tetapi tidak bisa kembali
keukuran semula dan tampak megendur.
o Sesudah menopause

3
Pada masa ini ukuran payudara akan lebih kecil lagi dan menjadi
kendur ini disebut atrofi mammae.

a. Ukuran payudara3
Tidak ada ukuran payudara yang 100% sama bentuk maupun ukurannya,
biasanya kiri lebih besar. Bila ukuran berbeda jauh, dinamakan asimetris
payudara.

b. Warna kulit payudara3


Warna kulit payudara biasanya sama dengan warna kulit tubuh lainnya,
kecuali di daerah areola mammae. Kulit sekitar puting susu berwarna lebih
gelap dan makin jelas pada saat kehamilan. Kulit payudara yang berwarna
kemerahan dan tegang akan dijumpai bila terjadi peradangan. Kulit
payudara dengan pori-pori yang besar seperti kulit jeruk (Peau d`orange)
terjadi akibat pembendungan limfe dalam payudara.

o Palpasi (perabaan)3
 Pada pemeriksaan ini, posisi duduk atau lebih baik dalam posisi tidur
terlentang dengan diganjal bantal kecil pada bahunya.
 Palpasi dilakukan dengan menggunakan jari II sampai ke V tangan kanan,
tetapi jangan memakai ujung-ujung jari. Gunakan bagian volar dari ruas jari
yang paling ujung dan rabalah dengan tenaga yang lembut.
 Bila pada palpasi teraba benjolan yang terletak lebih dalam, dapat menekan
lebih keras sewaktu meraba.
 Rabalah payudara secara sistematis dengan mengikuti pola jarum jam dimulai
dari jam 12, jam 1, jam 2 dan seterusnya. Rabalah dari perifer kearah sentral

yaitu kearah puting susu dan sebaliknya atau meraba secara melingkar dari
puting susu kearah perifer.

Gambar 1. Palpasi pada payudara (teknik SADARI)

4
Bila ditemukan kelainan berupa benjolan maka harus dicatat:3
 Pada posisi jam berapa benjolan ditemukan.
 Ukuran benjolan disebutkan dan dicatat diameter terbesar dan diameter
terkecil dalam cm.
 Jarak letak benjolan dari putting susu yang dinyatakan dalam cm.
 Bagaimana bentuk benjolan (bulat, lonjong), bagaimana tepinya (rata atau
tak rata).
 Bagaimana konsistensi benjolan (keras, kenyal, lunak atau kistik).
 Bagaimana keadaan benjolan terhadap jaringan sekitarnya. Apakah mudah
digerakkan atau tidak dapat bergerak.
 Adakah rasa nyeri bila ditekan.
 Pemeriksaan Axilla dan kelenjar infra serta supraclavicular:
o Pakailah tangan kanan untuk memeriksa axilla kiri.
o Pemeriksaan axilla/ketiak kanan dilakukan dengan tangan kiri, jadi kebalikan
dengan pemeriksaan ketiak kiri.
o Hasil pemeriksaan, apakah teraba kelenjar dan berapa cm ukurannya, apakah
kelenjar saling melekat atau tidak, adakah rasa nyeri.
o Setelah itu, pemeriksaan dilanjutkan pada daerah infraclavicular dan
supraclavicular kanan dan kiri.

 Pemeriksaan paling akhir adalah memijit puting susu . Perhatikan apakah ada cairan
yang keluar, warnanya, konsistensinya (encer atau kental atau berdarah).3
 Pemeriksaan payudara sebaiknya dilakukan sebulan sekali. Para wanita yang sedang
haid sebaiknya melakukan pemeriksaan pada hari ke 5-7 setelah masa haid bermula,
ketika payudara sedang mengendur dan terasa lebih lunak. Para wanita yang telah
berusia 20 tahun dianjurkan untuk mulai melakukan SADARI bulanan, dan harus
melakukan pemeriksaan mamografi setahun sekali bila mereka telah memasuki usia
40 tahun.4

Pada skenario, hasil pemeriksaaan fisik ditemukan kesan sakit ringan, kesadaran
compos mentis, tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi: 80x/ menit, respirasi: 20x/ menit, suhu:
36,8 C, berat badan: 67 kg, tinggi badan: 155 cm. Status lokalis at regio mammae dextra right
upper outer quadran teraba massa lunak diameter 3 cm batas tegas, mobile, tanpa nyeri tekan.
Tidak ada secret dari papilla mammae. Dilakukan USG payudara didapatkan hasil massa

5
hipoekoik batas tegas diameter 3,2 cm pada mammae dextra. Tidak ada hipervaskularisasi
dan kalsifikasi.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Radiologi

1. Mammografi
Pemeriksaan mammografi adalah pemeriksaan yang sensitif untuk mendeteksi lesi
yang tidak teraba, sehingga baik untuk diagnosis dini dan screening. Mamografi
dilakukan pada wanita dengan gejala kanker payudara. Namun pemeriksaan ini tidak
dianjurkan pada wanita dengan usia dibawah 30 tahun. Lesi ganas memperlihatkan
gambaran stelata dan batas irreguler, serta sering berisi kelompokan-kelompokan
mikrokalsifikasi yang berspikula. Lesi jinak mempunyai batas tegas dan bulat, bila ada
kalsifikasi berbentuk bulat dan jarang berkelompok.5 Beberapa faktor yang
mempengaruhi gambaran mammografi :

 Usia
Bila usia di bawah 30 tahun, struktur fibroglandular yang padat akan
memberikan gambaran densitas yang tinggi sehingga sulit mendeteksi
mikrokalsifikasi atau distorsi parenkim. Dengan meningkatnya usia, struktur
fibroglandular akan berkurang kepadatannya sehingga gambaran mammografi lebih
lusen dan memudahkan untuk mendeteksi kelainan pada payudara.5

 Siklus haid/laktasi
Kompresi pada payudara akan memberikan rasa tidak nyaman bahkan nyeri
pada payudara. Oleh karena itu pemeriksaan mammografi dianjurkan dilakukan
setelah haid dan sekaligus memastikan tidak ada kehamilan.
 Terapi hormonal
Penggunaan terapi hormonal akan meningkatkan densitas fibroglandular pada
mammografi, sehingga informasi penggunaan terapi hormonal dan lamanya
penggunaan penting diketahui agar interpretasi gambaran mammografi menjadi lebih
akurat.

6
Mammografi juga dilakukan bila terjadi kelainan pada payudara, seperti munculnya
benjolan pada payudara, nyeri pada payudara, penebalan pada puting, keluar cairan pada
puting, dan perubahan pada kulit payudara.

Gambar 2. Pemeriksaan Mammografi

Gambar 3. Hasil pemeriksaan Mammografi

Gambar 4. Benjolan yang tidak teraba saat palpasi.

2. Ultrasonografi

7
Dengan pemeriksaan ini hanya dapat dibedakan lesi solid dan kistik. Pada
pemeriksaan ini, dokter menganalisa apakah benjolan payudara bertekstur padat atau
berisi cairan. Kista dibedakan dari lesi pada ultrasonografi, tapi metode ini tidak dapat
mendeteksi mikrokalsifikasi (keganasan). Akan tetapi pada pasien dengan usia
dibawah 30 tahun dapat dilakukan pemeriksaan USG dibandingkan dengan
pemeriksaan mammografi. Ultrasonografi dapat melengkapi untuk mendiagnosis
kanker payudara.5

Gambar 5. Gambaran USG Fibroadenoma, Tampak massa hipoechoic dengan batas


tegas.

3. MRI
MRI memiliki sifat akurat dan memiliki sensitivitas yang tinggi. MRI lebih
efektif daripada mammografi sebagai screening pada wanita <50 tahun yang memiliki
risiko tinggi terhadap kanker mammae yang terdapat riwayat keluarga. MRI
dilakukan pada pasien usia muda, karena gambaran mamografi yang kurang jelas
pada payudara wanita muda. Tapi pemeriksaan ini cukup mahal, sulit digunakan
meluas, hanya menjadi suatu pilihan dalam diagnosis banding terhadap mikrotumor.

Gambar 6. breast MRI


8
Pemeriksaan Patologi - Biopsi

 Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)


Merupakan suatu metode atau tindakan pengambilan sebagian jaringan tubuh
manusia dengan suatu alat aspirator berupa jarum suntik yang bertujuan untuk
membantu diagnosis berbagai penyakit tumor. Dokter spesialis patologi anatomi akan
memeriksa, menentukan target yang akan ditusuk / puncture, melakukan puncture dan
aspirasi sampel benjolan. Foto sinar X dilakukan pada jaringan yang didapat, untuk
memastikan bahwa lesi mamografi memang terdapat disana, dan sediaan kemudian
diserahkan pada ahli patologi. Teknik lokalisasi dengan jarum ini dapat digunakan
untuk biopsi-biopsi yang diadakan dibawah anestesi lokal atau umum. 4 Hasil dapat
dibaca dalam 30 menit.

Gambar 7. Fine Needle Aspiration Biopsy

 Core Biopsi
adalah prosedur pengambilan sampel padat dari jaringan pada benjolan yang
dicurigai di payudara. Merupakan prosedur yang aman dan efektif untuk
mengambil sampel jaringan dalam jumlah yang lebih besar. Dengan jarum yang
lebih besar, ukuran 14, beberapa inti diambil dari massa atau area
mikrokalsifikasi.
 Open Biopsi
Open biopsi hanya dapat dilakukan pada pasien yang telah diperiksa dengan
imaging, FNAC, dan core biopsy. Biopsi dapat dilakukan dengan lokal/general

9
anestesi. Biopsi bedah terbuka berarti massa yang besar atau benjolan akan
dikeluarkan selama prosedur operasi. Bedah biopsi memerlukan sayatan sekitar 3
sampai 5 cm dan biasanya dilakukan di ruang operasi dalam kondisi steril.5

Diagnosis Kerja

Tumor Mammae Jinak Dextra

Fibroadenoma mammae merupakan suatu neoplasma jinak berbatas tegas, padat


kenyal, berkapsul dan lesi payudara dalam wanita muda (biasa berusia dibawah 25 tahun).
Pada masa remaja, fibroadenoma dapat dijumpai dalam ukuran yang besar. Sebagian besar
(80%) tunggal. Biasanya neoplasma tampil sebagai massa payudara mobile, lobulasi tidak
nyeri tekan, kenyal seperti karet berukuran 1-4 cm. Ia tergantung hormon dan bisa
berfluktuasi dalam diameter sebanyak 1 cm dibawah pengaruh estrogen haid normal,
kehamilan, laktasi atau penggunaan kontrasepsi oral. Pertumbuhan cepat bisa jelas selama
kehamilan atau laktasi. Secara histologi, ada susunan lobulus perikanalikular yang
mengandung stroma padat dan epitel proliferative.6

Diagnosis Banding

Kista Payudara

Merupakan kondisi dimana munculnya rasa nyeri pada payudara dan rasa sakit yang
hebat, saat diraba seperti adanya benjolan lunak. Kista disebabkan oleh distensi berlebih unit
lobular duktus terminal dikarenakan pengisian progresif oleh cairan, fibrosklerosis jaringan
ikat longgar intralobular dan penyatuan duktus-duktus yang melebar dalam massa
polilobular. Kista terbentuk dari cairan yang berasal dari kelenjar payudara. Kista payudara
dapat berasal dari adenosis, ketika lamina duktus dan asinus mengalami dilatasi dan dibatasi
oleh jaringan epitel. Gambaran mamografinya berupa massa bulat atau oval yang berbatas
tegas. Gambaran mamografi kista payudara dengan kompresi nodul menunjukkan massa
berbatas tegas. Gambaran USG pada kista adalah lesi dengan bentuk bulat atau oval,
mempunyai batas tegas dan teratur, anekoik dan adanya penyangatan akustik posterior.
Gejala dari kista payudara adalah terasa nyeri bila dipalpasi, massa berbatas jelas, mobile,
berisi cairan (keruh dan debris).7

10
Gambar 8. Gambaran Mamografi Kista Payudara dengan Kompresi Nodul Menunjukkan
Massa Berbatas Tegas.

Tumor Filoides

Merupakan sebuah tumor dengan benjolan keras pada jaringan stroma payudara.
Secara histologis ada ditandai pertumbuhan intraductal dari stroma intralobular dengan
gambaran mirip daun yang patognomonik dari lesi ini. Tumor filodes adalah tumor
fibroepitelial yang ditandai dengan hiperselular stroma dikombinasikan dengan komponen
epitel. Beberapa menjadi lobus dan kista. Perubahan mikroskopik paling merugikan ialah
peningkatan selularitas stromal dengan anaplasia dan aktivitas miosis yang tinggi, diikuti
dengan pertumbuhan cepat tumor, biasanya dengan invasi dari jaringan payudara yang
berdampingan oleh stroma ganas.7 Tumor ini mungkin kecil (berdiameter 3-4 cm), tetapi
kebanyakan tumbuh besar, sehingga payudara ikut membesar. Kebanyakan tumor ini tetap
terlokalisasi dan disembuhkan dengan eksisi. Lesi maligna mungkin kambuh, tetapi lesi ini
juga cenderung terlokalisasi. Gambaran mamografi dari tumor ini berupa massa berbentuk
bulat dan berbatas tegas. Gambaran USG tumor ini (lihat gambar 3), pada umumnya hipoekik
ringan dengan batas yang masih tegas, sering dijumpai adanya pseudokapsul tanpa bayangan
akustik posterior. Untuk mendiagnosis tumor ini harus. 8

11
Gambar 7. Gambaran USG Tumor Filodes Memperlihatkan Lesi Bulat Hipoekoik Berbatas
Tegas.

Kanker Payudara

Adanya hiperplasia epitel, terutama hiperplasia atipikal dalam penyakit fibrokistik,


berkaitan dengan peningkatan resiko berkembangnya kanker payudara. Kanker payudara
mengenai 1 dari 8 perempuan dengan lama hidup 85 tahun dan merupakan penyebab utama
kedua kematian akibat kanker di AS. Satu dari sejumlah indikator prognostik kanker
payudara yang paling penting adalah ada tidaknya metastasis kelenjar getah bening aksilar.
Pengobatan pembedahan kanker payudara meliputi berbagai derajat eksisi terapi tambahan
(terapi radiasi, kemoterapi, atau terapi hormonal) bila terdapat resiko rekurensi yang tinggi.
Faktor-faktor yang berkaitan dengan meningkatnya resiko kanker payudara adalah letak
geografis, kanker payudara familial (terutama memiliki gen BRCA-1 atau BRCA-2),
penyakit payudara proliferatif, awitan dini menarke, kelahiran anak pertama yang lama,
menopause lambat, hormon estrogen, dan faktor diet (obesitas dan asupan alkohol tinggi). 7
Gejala yang dapat ditimbulkan berupa massa multiple bilateral, fluktuatif, nyeri, dan gejala
memburuk muncul saat siklus menstruasi. Pada histologi akan ditemukan lapisan epitel pada
kista dapat lebih besar atau bahkan sangat atrofik. Seringkali, epitel yang lebih besar,
polygonal dengan banyak sitoplasma eosinofilik yang granuler, inti kecil bulat, kromatin
padat menunjukan adanya metaplasia apokrin dan seringkali jinak.

12
Anatomi

Payudara terletak pada hemitoraks kanan kiri, dengan batas-batas: superior di iga 2 atau
3, inferior pada iga 6 atau iga 7, medial di linea sternalis dan lateral di linea axillaris anterior.
Pada bagian lateral atas, kelenjar mammae meluas ke dalam lipatan axillaris anterior yang
disebut : “axillary tail of spence”. Dua pertiga bagian atas mammae terletak di atas
m.pectoralis mayor, sedangkan sepertiga bagian bawahnya terletak di atas m.serratus anterior,
m.obliqus externus abdominis dan m.rectus abdominis. Setiap payudara terdiri atas 12 - 20
lobulus kelenjar, masing-masing mempunyai saluran bernama duktus laktiferus yang akan
bermuara ke papilla mammae (nipple-areola complex, NAC). Kelenjar acini terletak radier
dengan papilla mammae sebagai pusatnya dan ductus lactiferus sebagai saluran keluarnya.
Papilla mammae dikelilingi oleh areola mammae yang berisi sejumlah kelenjar sebacea
(areolar glands of Montgomery).

Di antara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga di antara kulit dan kelenjar tersebut,
terdapat jaringan lemak, disebut retromammary space. Di antara lobulus terdapat jaringan
ikat yang disebut ligamentum Cooper yang memberi kerangka untuk payudara.9

Gambar 8. Anatomi Payudara

Histopatologi

Struktur histologi kelenjar payudara bervariasi sesuai dengan jenis kelamin, usia dan
status fisiologis. Setiap kelenjar payudara terdiri dari 15−25 lobus yang tersusun radier di
sekitar puting, yang berfungsi menyekresi air susu bagi neonatus. Setiap lobus, dipisahkan
oleh jaringan ikat dan jaringan lemak, yang merupakan kelenjar ductus ekskretorius

13
lactiferus. Ductus ini bermuara ke papilla mammae. Jaringan ikat akan memadat membentuk
pita fibrosa yang tegak lurus terhadap substansi lemak. Pita ini mengikat lapisan dalam dari
fascia subkutan payudara pada kulit. Pita tersebut disebut dengan ligamentum cooper atau
ligamentum suspensorium payudara. Setiap lobus berbeda– beda, sehingga penyakit yang
menyerang satu lobus tidak menyerang lobus lainnya.10
Sebelum pubertas, kelenjar payudara terdiri atas sinus laktiferus dan beberapa cabang
sinus ini, yaitu duktus laktiferus. Struktur khas kelenjar dan lobus pada wanita dewasa
berkembang pada ujung duktus terkecil. Sebuah lobus terdiri atas sejumlah duktus yang
bermuara ke dalam satu duktus terminal dan terdapat dalam jaringan ikat longgar. Duktus
laktiferus menjadi lebar dan membentuk sinus laktiferus di dekat papilla mammae. Sinus
laktiferus dilapisi epitel berlapis gepeng pada muara luarnya yang kemudian berubah menjadi
epitel berlapis silindris atau berlapis kuboid. Lapisan duktus laktiferus dan duktus terminal
merupakan epitel selapis kuboid dan dibungkus sel mioepitel yang berhimpitan.

Gambar 9. Histologi Payudara

Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran luar atas, merupakan lobul yang
berbatas jelas, mudah digerakkan dari jaringan sekitarnya. Makroskopik akan tampak suatu
tumor yang bersimpai, berwarna putih keabu-abuan, pada penampang tampak jaringan ikat
yang berwarna putih, kenyal serta tampak bagian-bagian yang menonjol ke permukaan
berwarna kekuning – kuningan jernih. Gambaran histologik menunjukkan stroma dengan
proliferasi fibroblas yang mengelilingi kelenjar dan rongga kistik yang dilapisi epitel.
Jaringan ikat dapat menunjukkan gambaran miksomatosa.11

14
Menurut gambaran histologinya fibroadenoma dibagi atas:

1. Fibroadenoma pericanalicular
Kelenjar berbentuk bulat atau lonjong dilapisi epitel selapis atau beberapa lapis. 12

Gambar10. Fibroadenoma pericanaliculare

2. Fibroadenoma intracalicular
Jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak, sehingga kelenjar berbentuk panjang-
panjang atau tidak teratur dengan lumen yang sempit atau menghilang. Berbentuk
lobulus-lobulus stroma miksoid berwarna biru pucat. Tampak hanya kelenjar-kelenjar
yang saling berdesakan. Gambaran tersebut sering ditemukan pada mammae lactans dan
disebut lactating adenoma.12

Gambar 11. Fibroadenoma intracanalicular

Etiologi

Penelitian saat ini belum dapat mengungkap secara pasti apa penyebab sesungguhnya dari
fibroadenoma mammae, namun diketahui bahwa pengaruh hormonal sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dari fibroadenoma mammae, hal ini diketahui karena ukuran
fibroadenoma dapat berubah pada siklus menstruasi atau pada saat kehamilan. Perlu diingat

15
bahwa tumor ini adalah tumor jinak, dan fibroadenoma ini sangat jarang atau bahkan sama
sekali tidak dapat menjadi kanker atau tumor ganas.13

 Jenis Kelamin
Wanita memiliki resiko lebih tinggi terhadap tumor payudara dibandingkan pria.
Prevalensi tumor payudara pada pria hanya sekitar 1% dari seluruh tumor payudara.
 Faktor genetika
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor payudara beresiko tiga kali
lebih besar untuk menderita tumor payudara.
 Pengaruh hormon
Fibroadenoma mammae umumnya pada wanita, biasanya ukuran akan meningkat pada
saat menstruasi atau pada saat hamil karena produksi hormon estrogen meningkat. Pada
laki-laki kemungkinannya sangat rendah. Pengobatan hormonal banyak yang
memberikan hasil pada kanker.
 Radiasi daerah dada
Radiasi dapat menyebabkan mutasi gen.

 Usia saat kehamilan pertama


Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat dibandingkan dengan hamil
pada usia kurang dari 20 tahun.
 Kontrasepsi oral
Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko tumor payudara. Penggunaan pada
usia kurang dari 20 tahun beresiko lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan pada
usia lebih tua.

Epidemiologi

Fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada wanita usia muda, yaitu pada usia
sekitar remaja atau sekitar 20 tahun. Berdasarkan laporan dari NSW Breats Cancer Institute,
fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi
pada usia di atas 50 tahun, sedangkan prevalensinya lebih dari 9% populasi wanita terkena
fibroadenoma. Sedangkan laporan dari Western Breast Services Alliance, fibroadenoma
terjadi pada wanita dengan umur antara 15 dan 25 tahun, dan lebih dari 1 dari 6 (15%) wanita

16
mengalami fibroadenoma dalam hidupnya. Namun, kejadian fibroadenoma dapat terjadi pula
wanita dengan usia yang lebih tua atau bahkan setelah menopause, tentunya dengan jumlah
kejadian yang lebih kecil dibanding pada usia muda.13

Gejala Klinis

Terdapat benjolan dengan pertumbuhan lambat, konsistensi kenyal, batas tegas, permukaan
rata, sangat mobile, circular, dan tidak nyeri.8

Secara klinis jinak dan ganas memberikan gambaran sebagai berikut:


Klinis jinak memberikan gambaran:
 Bentuk bulat, teratur atau lonjong.

 Permukaan rata

 Konsistensi kenyal, lunak

 Mudah digerakkan terhadap sekitar

 Tidak nyeri tekan.

Klinis ganas memberikan gambaran:


 Permukaan tidak rata dan berbenjol-benjol

 Tepi tidak rata

 Bentuk tidak teratur

 Konsistensi keras, padat

 Batas tidak tegas

 Sulit digerakkan terhadap jaringan sekitar

 Kadang nyerti tekan

Tipe-Tipe Fibroadenoma14,15

1. Complex Fibroadenomas

17
Fibroadenoma yang mengalami perubahan, seperti pertumbuhan sel berlebihan
(hyperplasia) yang tumbuh dengan cepat. Diagnosis ini dapat ditegakkan dari ahli
patologis setelah mendapatkan jaringan dari biopsi.
2. Juvenile Fibroadenoma
Merupakan tipe yang paling sering pada anak perempuan dan remaja antara usia 10-
18 tahun. Fibroadenoma dapat tumbuh membesar, tetapi akan mengecil bahkan hilang.
3. Giant Fibroadenoma
Fibroadenoma tumbuh lebih besar dari 5 cm. Tipe ini membutuhkan pembedahan
dikarenakan tumor dapat menekan atau menggantikan jaringan payudara lainnya.
4. Phyllodes tumor
Meskipun biasanya jinak, sebagian dari tumor phyllodes dapat menjadi ganas.
Biasanya, dokter merekomendasi untuk mengangkat tumor tersebut.

Patofisiologi

Tumor dapat terjadi karena mutasi dalam DNA sel. Penimbunan mutasi merupakan
pemicu munculnya tumor. Penimbunan mutasi di jaringan fibrosa dan jaringan epitel dapat
menyebabkan proliferasi sel yang abnormal sehingga akan tampak tumor yang membentuk
lobus-lobus, hal ini dikarenakan terjadi gangguan pada nukleus sel yang menyebabkan sel
kehilangan fungsi deferensiasi yang disebut anaplasia. Dengan rangsangan estrogen,
fibroadenoma mammae ukurannya akan lebih meningkat, hal ini dapat terlihat saat
menstruasi dan hamil. Nyeri pada payudara disebabkan karena ukuran dan tempat
pertumbuhan fibroadenoma mammae. Karena fibroadenoma mammae tumor jinak maka
pengobatan yang dilakukan adalah dengan mengangkat tumor tersebut, untuk mengetahui
apakah tumor itu ganas atau tidak tumor yang sudah diambil akan dibawa ke laboratorium
patologi untuk pemeriksaan lebih lanjut.6

Penatalaksanaan

 Biopsi exisi/eksterpasi/lumpectomy
Suatu tindakan pembedahan dengan anestesi umum, yang bertujuan untuk
mengangkat seluruh jaringan tumor pada mammae beserta sedikit jaringan sehat. Setelah
dilakukan tindakan ini akan meninggalkan bekas jaringan parut, namun lama-kelamanan
akan menjadi jaringan normal kembali. Tindakan ini bertujuan sebagai diagnostik dan
terapi pada pasien Fibroadenoma.
 Biopsi insisi

18
Suatu tindakan pembedahan yang dilakukan dengan cara pengangkatan sebagian kecil
jaringan tumor dan sedikit jaringan sehat. Tujuan dari tindakan ini :
 Untuk menegakan diagnosis pasien
 Untuk memperkecil penyebaran tumor
 Untuk mengetahui sifat tumor melalui pemeriksaan PA
 Ultrasound-Cryotherapy atau Cryoblation
Suatu tindakan terapi yang menggunakan metode pembekuan jaringan tumor dengan
mengaliri cairan dingin seperti N2O dan gas Argon yang bersuhu -40°C kedalam organ
target menggunakan alat seperti jarum suntikan, sehingga menyebabkan kematian sel
tumor. Tindakan ini meniggalkan bekas luka yang cukup minimal. 14 Hasil cryoablation
telah diikuti selama empat tahun dan menunjukkan prosedur aman, berkhasiat, dan tahan
lama.
American Society of Breast Surgeons merekomendasikan kriteria berikut untuk
menentukan pasien sebagai kandidat potensial untuk cryoablation atau eksisi
percutaneous dari fibroadenoma:
1. Lesi harus terlihat melalui USG
2. Diagnosis fibroadenoma harus dikonfirmasi secara histologis
3. Lesi harus kurang dari 4 cm dari diameter terbesar
Tindakan mastectomy atau pengangkatan mammae tidak perlu dilakukan pada pasien
Fibroadenoma mammae karena merupakan tumor jinak. Tindakan mastectomy dilakukan
jika ukuran dan lokasi tumor menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman pada pasien.16

Komplikasi

Biasanya fibroadenoma tidak mempengaruhi resiko terhadap kanker payudara, tetapi


dengan adanya complex fibroadenoma atau tumor phyllodes dapat meningkatkan resiko
kanker payudara.15 Complex Fibroadenoma merupakan fibroadenoma yang berisi kista,
pembesaran lobulus–lobulus (adenosis) atau sedikit padat, jaringan opak (kalsifikasi).

Pencegahan

1. Pencegahan Primer6
 Promosi kesehatan untuk orang “sehat”  untuk mewaspadai dan menghindari
berbagai faktor resiko.
 Melaksanakan pola hidup sehat

19
 Melakukan pemeriksaan “SADARI” ( Pemeriksaan Payudara Sendiri ), dengan
segera laporkan ke dokter atau tenaga medis lain kalau menemukan benjolan atau
tanda-tanda tumor. Langkah-langkah pemeriksaan “SADARI”:
1. Berdiri didepan cermin, perhatikan payudara. Dalam keadaan normal, ukuran
payudara kiri dan kanan sedikit berbeda. Perhatikan perubahan perbedaan ukuran
antara payudara kiri dan kanan dan perubahan pada putting susu, misalnya
tertarik ke dalam atau keluar cairan dari puting susu. Perhatikan apakah kulit
puting susu berkerut.
2. Masih berdiri didepan cermin, kedua telapak tangan diletakkan dibelakang
kepala dan kedua tangan ditarik ke belakang. Dengan posisi seperti ini akan
lebih mudah untuk menemukan perubahan kecil akibat kanker. Perhatikan
perubahan bentuk dan kontur payudara.
3. Kedua tangan di pinggang dan badan agak condong ke arah cermin , tekan bahu
dan sikut ke arah depan. Perhatikan perubahan ukuran dan kontur payudara.
4. Angkat lengan kiri, dengan menggunakan 3 atau 4 jari tangan kanan telusuri
payudara kiri. Gerakkan jari-jari tangan secara memutar di sekeliling payudara,
mulai tepi luar payudara lalu bergerak ke arah dalam sampai puting susu. Tekan
secara perlahan dan rasakan setiap benjolan atau massa di bawah kulit. Lakukan
hal yang sama pada payudara sebelah kanan.
5. Tekan puting susu secara perlahan dan perhatikan apakah keluar cairan dari
puting susu. Lakukan hal ini secara bergantian pada payudara kiri dan kanan
6. Berbaring terlentang dengan bantal yang diletakkan di bawah bahu kiri dan
lengan kiri di tarik ke atas. Telusuri payudara kiri dengan mengguankan jari-jari
tangan kanan, dengan posisi seperti ini, payudara akan mendatar dan
memudahkan pemeriksaan. Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan.

20
7. Pemeriksaan no.4 dan 5 akan lebih mudah dilakukan ketika mandi karena dalam
keadaan basah tangan lebih mudah di gerakan dan kulit lebih licin.

Gambar 12. Pemeriksaan SADARI

2. Pencegahan Sekunder6
Dilakukan untuk individu dengan resiko, dilakukan dengan :

 Deteksi dini  skrinning dengan mammografi


 Tanpa resiko : setiap 2 tahun lakukan pemeriksaan
 Resiko : setiap tahun lakukan pemeriksaan
 Lakukan pemeriksaan SADARI
Prognosis

Prognosis dari fibroadenoma baik. Hal ini dikarenakan banyaknya kasus dengan
tumor jinak ini akan mengecil dengan sendirinya.17

21
Kesimpulan

Pada scenario ini, seorang perempuan berusia 25 tahun didiagnosa tumor jinak
mammae (fibroadenoma mammae). Berdasarkan keluhan dan pemeriksaan fisik didapatkan
benjolan di payudara sebelah kanan, teraba massa lunak batas tegas, tanpa nyeri tekan. Hasil
USG didapatkan massa hipoekoik batas tegas pada mammae dextra. Hal ini menunjukkan
gejala klinis dari fibroadenoma mammae seperti terdapat benjolan dengan pertumbuhan
lambat, konsistensi padat, batas tegas, permukaan rata, sangat mobile, circular, dan tidak
nyeri. Tatalaksana yang dapat dilakukan adalah biopsi eksisi untuk mencegah lesi semakin
besar. Pencegahan yang paling penting dilakukan adalah dilakukannya teknik SADARI
secara bulanan. Pemeriksaaan mammografi dilakukan setahun sekali bila sudah memasuki
usia diatas 40 tahun.

Daftar Pustaka

1. Kuijper Arno., Mommers Ellen C.M., Van der Wall Elsken., Van Diest Paul J.
Histopathology of Fibroadenoma of The Breast. [cite: 11 April 2020]. Diunduh dari
http://ajcp.ascpjournals.org/
2. Supartondo. Setiyohadi B. Anamnesis. In: Aru W.S, Bambang S, Idrus A, Marcellus SK,
Siti S, editors. Ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta: Interna publishing. 2009:25-8.
3. Bickley CS, Szilagyi PG. Buku Ajar Bates. Teknik Pemeriksaan Payudara Wanita. Edisi
8. Jakarta: EGC. 2009;311.
4. King T. Pathology. Philadelphia: Mobsby Elsevier. 2010;329.
5. Ryan Stephanie, McNicholas Michelle, Eustace Stephen. In: Anatomy for diagnostic
imaging. Philadephia: Elsevier Health: 2010:308-10
6. Sabiston DC. Buku Ajar Bedah. Payudara. Bagian 1. Jakarta EGC. 2009;365-414.

7. Putri NPY, Hudoyono J. Diagnosis dan Penatalaksanaan Fibroadenoma Payudara.


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana. Jurnal Kedokteran Meditek. Vol.
20 No. 53;2014.
8. Mansel RE, Webster DJT, Sweetland HM. Benign Disorders and Bisease of the Breast.
3rd . Saunders Elsevier. 2010.
9. Pearce, E. C. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
2014.
10. Mescher, L. A. Junqueira's Basic Histology Text and Atlas. English: McGrawHill
Medical. 2010

22
11. Crum Christoper P., Lester Susan C., Cotran Ramzi S. Sistem Genitalia Perempuan dan
Payudara. Dalam : Robbins, Stanley L., Kumar Vinay., Cotran Ramzi S. Robbins Buku
Ajar Patologi. Volume 2. Edisi 7. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2007;793–94
12. Mangunkusumo R. Patologi. Alat Kelamin Wanita dan Payudara. Jakarta: Bagian
Patologi Anatomi FKUI. 2004;332.
13. Henderson C. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Kanker Payudara. Volume
4 Edisi 13. Jakarta: EGC. 2010; 2045-46.
14. Huang IC, Li PC, Ding DC. Recurrent juvenile fibroadenoma of the breast in an
adolescent: A case report. Medicine (Baltimore). 2018.
15. Giannos A, Stavrou S, Gkali C, Chra E, Marinopoulos S, Chalazonitis A, Dimitrakakis C,
Drakakis P. A prepubertal giant juvenile fibroadenoma in a 12-year-old girl: Case report
and brief literature review. Int J Surg Case Rep. 2017;427-430.
16. Abdul muthalib. Prinsip dasar terapi sistemik pada kanker. Dalam: Buku ilmu penyakit
dalam. Jakarta: FKUI; 2007.387-8.
17. Ajmal M, Fossen KV. Breast Fibroadenoma. StatPearls Publishing. 2019.

23

Anda mungkin juga menyukai