Anda di halaman 1dari 11

Tugas Onkologi Nama: Jessieca Liusen NIM: 0708112138 A.

Cara Pemeriksaan Fisik Payudara dan Axilla: Pemeriksaan payudara terdiri dari: 1. Inspeksi 2. Palpasi 3. Pemeriksaan axilla

Payudara dibagi menjadi 4 kuadran: 1. Lateral superior 2. Lateral inferior 3. Medial superior 4. Medial inferior Wanita yang diperiksa harus duduk menghadap pasien. Pemeriksa harus memeriksa wanita tersebut untuk membuka pakaiannya sampai batas pinggang. I. INSPEKSI PAYUDARA Awalnya dilakukan inspeksi dengan lengan di samping tubuh pasien, seperti gambar di bawah ini:

Yang dinilai pada inspeksi: 1. Payudara : ukuran, bentuk, simetrisitas, kontur, warna, edema 2. Putting susu: ukuran, bentuk, simetrisitas, retraksi, discharge Untuk menilai kulit pada payudara pasien diminta meletakkan tangan ke atas sehingga payudaranya tergantung bebas, kemudian angkat mammae dengan tangan pemeriksa, untuk melihat adanya dimpling pada kulit.

Pada kulit payudara yang dinilai adalah: Apakah terdapat udema, merah, atau terdapat perubahan warna? Apakah pada perabaan kulit terasa lebih panas daripada biasanya? Apakah terdapat massa yang jelas kelihatan? Apakah kelihatan peau de orange artinya tumor telah infiltratif ke kulit sekitarnya? Apakah terlihat adanya benjolan di payudara? Jika terlihat dilihat apakah ada perubahan warna pada kulit di sekitarnya?

II.

Palpasi payudara

Pada palpasi payudara, pemeriksa memakai bagian datar telapak tangan dan ujung jari seperti pada gambar, palpasi harus dilakukan melingkar dengan cara jari-jari roda atau lingkaran konsentris. Metode jari-jari roda mulai dari putting susu. Pemeriksa memulai dengan palpasi dengan bergerak kea rah luar mulai dari putting susu ke posisi jam 12. Kemudian bergerak kembali ke putting susu dan bergerak sepanjang posisi jam 1. Cara lingkaran konsentris juga mulai dari putting susu tetapi pemeriksa bergerak dari putting susu dengan gerak sirkuler kontinu di sekitar payudara. Setiap lesi yang ditemukan dengan salah satu teknik ini diuraikan jaraknya dari putting susu menurut posisi jam misalnya: 3 cm dari putting susu sepanjang garis jam 1.

Jika mempalpasi massa uraikan hal berikut ini: 1. Ukuran tumor: harus diuraikan dalam sentimeter dan diukur dengan jangka sorong 2. Bentuk massa 3. Batas massa tersebut: tegas atau tidak 4. Permukaan massa tersebut: licin atau berbenjol-benjol 5. Konsistensi massa: mulai dari lunak, kenyal, padat, keras 6. Fiksasi massa terhadap kulit maupun terhadap M. pectoralis di dasarnya 7. Nyeri tekan

Tes fiksasi kulit dengan melakukan imobilisasi massa dengan satu tangan dan mencubit kulit di atasnya dengan tangan lain. Bila kulit terfiksasi, pemeriksa tidak dapat menggerakkan kulit di atas massa dengan bebas. Tes fiksasi massa ke M.pectoralis dengan menyuruh pasien berkacak pinggang, dan dorong ke dalam. Tindakan ini akan menegangkan M.pectoralis dan massa yang menginvasi akan menjadi imobil selama anda melakukan palpasi.

Keterangan gambar: A, inspeksi payudara; B: tes fiksasi ke M.pectoralis; C: pemeriksaan axillan Palpasi area subareola dilakukan ketika pasien berbaring. Di subareala jaringan payudara kurang padat. Jika terdapat nyeri tekan di daerah ini menandakan adanya abses kelenjar Montgomery. Palpasi pada putting dilakukan dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk. Tekan, jika keluar cairan perhatikan cairan yang keluar tersebut. Warnanya apa, bercampur lendir atau tidak.

III. Pemeriksaan Aksila Pemeriksaan aksila dilakukan dengan menyuruh pasien mengangkat tangannya ke atas kepala. Letakkan ujung jari tangan kanan pada aksila kiri dan sebaliknya. Turunkan tangannya ke bawah, letakkan lengan bawahnya di atas lengan bawah pemeriksa. Tindakan ini memungkinkan untuk palpasi jauh ke dalam aksila. Bila pemeriksa menekan dinding dada, perlahan-lahan gerakkan tangan ke bawah, kelenjar limfe akan ditemukan. Sekarang letakkan

ibu jari pada aksila dan tekan kaput humeri untuk menemukan kelenjar limfe lainnya. Perhatikan gambar:

B. Kegunaan, indikasi, dan cara melakukan mamografi Mamografi adalah pemeriksaan radiografi dengan sinar X kadar rendah dan bantuan media kontras positif pada payudara.

Mamografi digunakan untuk : 1. Skrining kanker payudara 2. Diagnosis Mamografi skrining memiliki akurasi 70-80%, dan dapat mendeteksi lesi ukuran 2 mm. skrining mamografi biasanya dilakukan pada wanita yang asimtomatik, setiap 1-2 tahun untuk wanita usia 40 tahun dan setiap tahun untuk usia > 50 tahun. Pada kondisi tertentu, misalnya dengan riwayat keluarga dengan kanker payudara, direkomendasikan mamografi sebelum usia 40 tahun. Untuk skrining mamografi dilakukan dengan posisi craniocaudal, dan mediolateral oblik. Mamografi diagnostic biasanya dilakukan pada wanita dengan simtomatik, tipe ini lebih rumit, dan waktunya lebih lama dibandingkan mamografi skrining dan digunakan untuk menentukan

ukuran yang tepat, lokasi abnormalitas payudara, untuk mengevaluasi jaringan sekitar dan KGB sekitar payudara. Untuk diagnosis dilakukan dengan posisi craniocaudal, mediolateral oblik, dan ditambah dengan lateromedial, atau mediolateral. Proyeksi pemeriksaan: 1. Mediolateral Posisi pasien: recumbent dan sedikit oblik ke posterior Posisi obyek: - Bagian mamae difoto dekat kaset - Mammae diletakkan di atas kaset dengan posisi horizontal. - Lengan posisi yang difoto di atas sebagai ganjal kepala. - Lengan lain menarik mamae yang tidak difoto ke arah mediolateral agar tidak superposisi dengan lobus lain.

2. Superoinferior/ craniocaudal Posisi Pasien: Duduk/erect Posisi Obyek: - Mammae diletakkan diatas kaset. - Film diatur horizontal. - Tangan sebelah mammae yang difoto menekan kaset kearah dalam posterior dan tangan lain di belakang tubuh - Sebaiknya dengan sistem kompresi (mengurangi ketebalan mamae agar rata & tipis) - Kepala menoleh kearah yang berlawanan

3. Aksila Tujuan : untuk melihat penyebaran tumor pada kelenjar aksila. Posisi Pasien: Erect Posisi Obyek - Dari posisi AP tubuh yang tidak difoto dirotasikan posterior 15 300 sehingga sedikit oblique. - Obyek diatur ditengah film. - Film vertikal pada tepi posterior. - Batas atas film pada costae 11-12. - Lengan sisi yang difoto diangkat ke atas dan fleksi dengan tangan di belakang kepala, lengan yang tidak difoto di samping tubuh.

PERABOI merekomendasikan mamografi dilakukan hanya untuk tumor yang berukuran kurang dari 3 cm, tapi Anderson MD Cancer Centre menganjurkan mamografi dilakukan untuk ukuran berapapun dengan tujuan skrining adanya lesi non palpable pada kedua payudara. Gambaran mamografi untuk lesi ganas terdiri dari tanda primer dan sekunder. Tanda primer yakni: 1. Densitas yang meninggi pada tumor 2. Batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses infiltrasi ke jaringan sekitarnya atau batas yang tidak jelas (comet sign)

3. Gambaran translusen sekitar tumor 4. Gambaran stelata 5. Adanya mikrokalsifikasi sesuai criteria Egan: kalsifikasi dengan lokasi di parenkim payudara, ukuran kurang dari 0,5 mm, jumlah lebih dari 5 dan bentuk stelata. 6. Ukuran klinis tumor lebih besar dari radiologis Tanda sekunder: 1. Retraksi kulit atau penebalan kulit 2. Bertambahnya vaskularisasi 3. Perubahan posisi putting 4. KGB aksila (+) 5. Keadaan daerah tumor dan jaringan fibrograndular tidak teratur 6. Kepadatan jaringan subareolar yang berbentuk utas C. Kegunaan dan indikasi USG pada mamae USG mamae digunakan untuk membedakan apakah lesi pada mamae tersebut merupakan lesi jinak ataupun ganas. Gambaran lesi maligna adalah lesi hipoekoik dengan margin irregular dan shadowing disertasi orientasi vertical. Lesi benigna menunjukkan gambaran batas regular, tegas, lobulated yang terlihat sebagai lesi hipoekoik homogeny dan orientasi horizontal diduga sebagai FAM. USG biasanya digunakan untuk pemeriksaan pada pasien muda < 30 tahun. Peran USG selain untuk mamae adalah untuk evaluasi metastasis ke organ visceral lainnya. PERABOI menganjurkan pemeriksaan USG abdomen (hepar) rutin untuk penentuan stadium. D. Karsinoma Mammae metastasis kontralateral Terjadinya malignitas secara sinkron atau metakron di payudara lainnya tidak mengherankan, karena payudara merupakan organ berpasangan yang harus dilihat sebagai satu sistem dan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama. Kemungkinan terjadinya malignitas baru jika orang telah mendapat karsinoma payudara sebelumnya adalah 5 kali lebih besar. Ini merupakan alasan untuk pada prinsipnya menjalankan kontrol mamografik tahunan seumur hidup.

Daftar Pustaka Copeland EM, Bland KI. Payudara. In: Oswari J, editor. Sabiston Buku Ajar Bedah. Bagian I. Jakarta: EGC; 1995. Glynn M, Burnside. Adams Diagnosis Fisik. 17th ed. Jakarta: EGC; 1995. Manning, Delp. Major Diagnosis Fisik. Jakarta: EGC; 1996. Morton PG. Panduan Pemeriksaan Kesehatan. 2nd th. Jakarta: EGC; 2003. Suyatno, Pasaribu ET. Bedah Onkologi Diagnostik dan Terapi. Jakarta: Sagung Seto; 2009. Swartz WH. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta: EGC; 1995.

Anda mungkin juga menyukai