LP DM Yang Sip
LP DM Yang Sip
Oleh :
Agung Nugroho
462008041
Patofisiologi
1. Diabetes Tipe I
Pada diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan untuk menghasilkan
insulin karena sel-sel beta pan-kreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiper-glikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak
terukur oleh hati. Di samping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak
dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia post prandial (sesudah makan). Jika
konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut
muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlabihan
diekskresikan ke urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan pula. Keadaan ini dinamakan dieresis osmotik.
Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan
mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus
(polidipsia). Defisiensi insulin juga mengganggu metabolis -me protein
dan lemak yang menyebabkan penu-runan berat badan. Pasien dapat
mengalami peningkatan seera makan (Polifagia), akibat menurunnya
simpanan kalori, gejala lainnya mencakup kelelahan dan kele-mahan.
2. Diabetes Tipe II
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yaitu yang
berhubungan dengan insulin, yaitu : resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus
pada permukaan sel sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi sel resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intra sel ini. Dengan demikian insuliin menjadi tidak
efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk
mengatasi resistensi insulin dan mence -gah terbentuknya glukosa dalam
darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan pada
penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini ter-jadi akibat sekresi
insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada
tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun untuk mengimbangi
pe-ningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat
dan terjadi diabetes tipe II.
Pathway
Defisiensi Insulin
glukoneogenesis hiperglikemia
Kelelahan
lemak protein glycosuria
Asidosis Trombosis
Ggn Nutrisi
Kurang dari Aterosklerosis
Koma
kebutuhan Kematian
Makrovaskuler Mikrovaskuler
Retina Ginjal
Jantung Serebral Ekstremitas
Retinopati Nefropati
diabetik
Miokard Infark Stroke Gangren
(Suddarth, Brunner, 2002)
Ggn. Penglihatan Gagal
Ggn Integritas Kulit Ginjal
Manifestasi Klinik
Resiko cidera
Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan :
Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
klien mengeluh banyak kencing.
Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan
banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak
minum.
Polifagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan.
Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya
akan berada sampai pada pembuluh darah.
Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini
disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka
tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain
yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh
selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk
yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM
walaupun banyak makan akan tetap kurus
Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi)
yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan
sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
D. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk
mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronik.
Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari
hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada
ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi
farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Pada penderita dengan diabetes mellitus harus pantang gula dan makanan
yang manis untuk selamanya. Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada
penderita diabetes mellitus adalah tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan)
yaitu :
J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis)
Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara
lain :
a. Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak
30 %, protein 20 %.
b. Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.
c. Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
d. Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal
ginjal.
Indikasi diet A
Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya.
Indikasi diet B
Diberikan pada penderita diabetes terutama yang :
Kurang tahan lapan dengan dietnya.
Mempunyai hyperkolestonemia.
Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah mengalami
Cerobrovaskuler acident (cva) penyakit jantung koroner.
Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya terdapat retinopati diabetik
tetapi
Belum ada nefropati yang nyata.
Telah menderita diabetes dari 15 tahun
Indikasi diet B1
Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein tinggi, yaitu
penderita diabetes terutama yang :
Mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi normalip idemia.
Kurus (underweight) dengan relatif body weight kurang dari 90 %.
Masih muda perlu pertumbuhan.
Mengalami patah tulang.
Hamil dan menyusui.
Menderita hepatitis kronis atau sirosis hepatitis.
Menderita tuberkulosis paru.
Menderita penyakit graves (morbus basedou).
Menderita selulitis.
Dalam keadaan pasca bedah.
Indikasi tersebut di atas selama tidak ada kontra indikasi penggunaan
protein kadar tinggi.
Indikasi B2 dan B3
Diet B2
Diberikan pada penderita nefropati dengan gagal ginjal kronik yang klirens
kreatininnya masih lebar dari 25 ml/mt.
Sifat-sifat diet B2
Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari tetapi mengandung protein
kurang.
Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat arang, 12 % protein dan 20
% lemak) hanya saja diet B2 kaya asam amino esensial.
Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan diet 2100 – 2300 kalori /
hari.
Karena bila tidak maka jumlah perhari akan berubah.
Diet B3
Diberikan pada penderita nefropati diabetik dengan gagal ginjal kronik yang
klibers kreatininnya kurang dari 25 MI/mt
Sifat diet B3
Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari)
Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah protein 40 gram/hari.
Hanya dapat disusun diet B3 2100 kalori dan 2300 / hari. (bila tidak akan
merubah jumlah protein)
Tinggi karbohidrat dan rendah lemak
Dipilih lemak yang tidak jenuh
Semua penderita diabetes mellitus dianjurkan untuk latihan ringan yang
dilaksanakan secara teratur tiap hari pada saat setengah jam sesudah
makan. Juga dianjurkan untuk melakukan latihan ringan setiap hari, pagi
dan sore hari dengan maksud untuk menurunkan BB.
Penyuluhan kesehatan.
Untuk meningkatkan pemahaman maka dilakukan penyuluhan melalui
perorangan antara dokter dengan penderita yang datang. Selain itu juga
dilakukan melalui media-media cetak dan elektronik. (Suddarth, Brunner,
2002)
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic ditandai
dengan turgor kulit buruk, takikardi, pengisian kapiler lambat
2. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan
masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak
ditandai dengan tonus otot lemah, penurunan berat badan
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik ditandai dengan ketidakmampuan melakukan rutinitas
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik
(neuropati perifer).
F. INTERVENSI
No. Diagnosa Keperawatan dan Tujuan Intervensi Keperawatan Rasional
1. Kekurangan volume cairan berhubungan - Pantau tanda-tanda vital. - Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh
dengan diuresis osmotic ditandai dengan hipotensi dan takikardia.
- Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor
- Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi,
turgor kulit buruk, takikardi, pengisian
kulit, dan membran mukosa.
atau volume sirkulasi yang adekuat.
kapiler lambat - Kaji suhu, warna dan kelembaban kulit.
- Demam, menggigil, dan diaferesis
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan merupakan hal umum terjadi pada proses
selama 3 x 24 jam, kebutuhan cairan atau infeksi. Demam dengan kulit yang
hidrasi pasien terpenuhi - Pantau masukan dan keluaran, catat berat kemerahan, kering, mungkin gambaran dari
Kriteria Hasil
jenis urine. dehidrasi.
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat
- Memberikan perkiraan kebutuhan akan
dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi - Timbang berat badan setiap hari.
cairan pengganti, fungsi ginjal, dan
perifer dapat diraba, turgor kulit dan
keefektifan dari terapi yang diberikan.
pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat - Memberikan hasil pengkajian yang terbaik
secara individu dan kadar elektrolit dalam dari status cairan yang sedang berlangsung
- Kolaborasi pemberian terapi cairan sesuai
batas normal. dan selanjutnya dalam memberikan cairan
indikasi
pengganti.
- Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada
derajat kekurangan cairan dan respons pasien
2 Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan - Timbang berat badan setiap hari atau sesuai - Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat
berhubungan dengan penurunan masukan indikasi. (termasuk absorbsi dan utilisasinya).
- Identifikasi makanan yang - Jika makanan yang disukai pasien dapat
oral, anoreksia, mual, peningkatan
metabolisme protein, lemak ditandai disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan dimasukkan dalam perencanaan makan,
dengan tonus otot lemah, penurunan etnik/kultural. kerjasama ini dapat diupayakan setelah
berat badan pulang.
- Libatkan keluarga pasien pada perencanaan
Tujuan - Meningkatkan rasa keterlibatannya;
Setelah dilakukan tindakan keperawatan makan sesuai indikasi.
memberikan informasi pada keluarga untuk
selama 3 x 24 jam, masalah gangguan
- Tentukan program diet dan pola makan memahami nutrisi pasien.
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan - Mengidentifikasi kekurangan dan
pasien dan bandingkan dengan makanan
teratasi, dengan kriteria hasil : penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
yang dapat dihabiskan oleh pasien.
Kriteria Hasil
- Observasi tanda-tanda hipoglikemia,
Pasien dapat mencerna - Secara potensial dapat mengancam
seperti perubahan tingkat kesadaran,
jumlah kalori atau nutrien yang tepat kehidupan, yang harus dikali dan ditangani
Berat badan stabil atau dingin/lembab, denyut nadi cepat, lapar dan
secara tepat.
penambahan ke arah rentang pusing.
- Kolaborsi dalam memerikan pengobatan - Insulin reguler memiliki awitan cepat dan
biasanya
insulin secara teratur sesuai indikasi. karenanya dengan cepat pula dapat
membantu memindahkan glukosa ke dalam
sel.
3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan - Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan - Pendidikan dapat memberikan motivasi
penurunan produksi energi metabolic aktivitas. untuk meningkatkan tingkat aktivitas
ditandai dengan ketidakmampuan meskipun pasien mungkin sangat lemah.
- Berikan aktivitas alternatif dengan periode - Mencegah kelelahan yang berlebihan.
melakukan rutinitas
Tujuan : istirahat yang cukup.
- Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat
Setelah dilakukan asuhan keperawatan - Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan
ditoleransi secara fisiologis
selama 3 x 24 jam, pasien dapat tekanan darah sebelum/sesudah melakukan
melakukan aktivitas sesuai dengan tingkat aktivitas.
- Tingkatkan partisipasi pasien dalam - Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri
kemampuannya secara optimal
Kriteria Hasil: melakukan aktivitas sehari-hari sesuai yang positif sesuai tingkat aktivitas yang
Mengungkapkan peningkatan tingkat
toleransi. dapat ditoleransi.
energi.
Menunjukkan perbaikan kemampuan
untuk berpartisipasi dalam aktivitas
yang diinginkan.
4 Gangguan integritas kulit berhubungan - Observasi tanda-tanda infeksi dan - Pasien masuk mungkin dengan infeksi yang
dengan perubahan status metabolik peradangan seperti demam, kemerahan, biasanya telah mencetus keadaan ketosidosis
(neuropati perifer) adanya pus pada luka , sputum purulen, atau dapat mengalami infeksi nosokomial.
Tujuan :
urin warna keruh dan berkabut.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan - Mencegah timbulnya infeksi nosokomial.
- Tingkatkan upaya pencegahan dengan
selama 3 x 24 jam angguan integritas
melakukan cuci tangan yang baik, setiap
kulit dapat berkurang atau
kontak pada semua barang yang
menunjukkan penyembuhan.
berhubungan dengan pasien termasuk - Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan
Kriteria Hasil
Kondisi luka menunjukkan adanya pasien nya sendiri. menjadi media terbaik bagi pertumbuhan
- Pertahankan teknik aseptik pada prosedur
perbaikan jaringan dan tidak kuman.
invasif (seperti pemasangan infus, kateter - Sirkulasi perifer bisa terganggu yang
terinfeksi
folley, dsb). menempatkan pasien pada penigkatan risiko
- Berikan perawatan kulit dengan teratur dan
terjadinya kerusakan pada kulit / iritasi dan
sungguh-sungguh. Masase daerah tulang
infeksi.
yang tertekan, jaga kulit tetap kering, linen - Memberikan kemudahan bagi paru untuk
kering dantetap kencang (tidak berkerut). berkembang, menurunkan terjadinya risiko
- Posisikan pasien pada posisi semi fowler.
hipoventilasi.
- Mengurangi risiko terjadinya infeksi saluran
- Pasang kateter / lakukan perawatan kemih
perineal dengan baik.
- Penanganan awal dapat membantu mencegah
.
- Kolaborasi antibiotik sesuai indikasi. timbulnya sepsis
DAFTAR PUSTAKA