Anda di halaman 1dari 25

Perbedaan Pengaruh Pemberian Ultrasound dan Manual Longitudinal Muscle Stretching dengan Ultrasound dan Auto

Stretching Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kondisi Sindroma Miofasial Otot Upper Trapezius

PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN ULTRASOUND DAN MANUAL


LONGITUDINAL MUSCLE STRETCHING DENGAN ULTRASOUND DAN
AUTO STRETCHING TERHADAP PENGURANGAN NYERI PADA
KONDISI SINDROMA MIOFASIAL OTOT UPPER TRAPEZIUS

Sugijanto, Ardhi Bimantoro


Fisioterapi – Universitas INDONUSA Esa Unggul,
Jakarta Fisioterapi – Universitas INDONUSA Esa
Unggul, Jakarta Jl. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun
Jeruk, Jakarta 11510 sugijanto@indonusa.ac.id

Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan pengaruh pemberian intervensi
Ultrasound dan Manual Longitudinal Muscle Stretching dengan Ultrasound dan Auto
Stretching terhadap pengurangan nyeri pada kondisi sindroma miofasial otot upper tra-
pezius. Penelitian dilakukan dengan jumlah keseluruhan sampel 30 orang, bersifat kuasi
eksperimental dimana penurunan nyeri miofasial otot upper trapezius di ukur dan
dievaluasi dengan menggunakan VAS (Visual Analogue Scale). Pada penelitian ini dibagi
menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan I diberikan intervensi Ultrasound dan
Manual Longitudinal Muscle Stretching sedangkan kelompok perlakuan II diberikan
intervensi Ultrasound dan Auto Stretching. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
purposive sampling sedangkan teknik analisa data dilakukan dengan uji kolmogorov-
smirnov sebagai uji normalitas data, uji t-test related untuk mengetahui efek terapi
terhadap sampel penelitian pada kelompok perlakuan yang sama, dan uji t-tes
independent sebagai uji beda untuk membandingkan antara kelompok perlakuan I dan II.
Hasil penelitian menyatakan terdapat pengurangan nyeri yang sangat signifikan pada
pemberian intervensi Ultrasound dan Manual Longitudinal Muscle Stretching maupun
pemberian intervensi Ultrasound dan Auto Stretching pada kondisi sindroma miofasial
otot upper trapezius. Hal ini dapat dilihat dari uji t-tes related dengan nilai P = 0,00
(P<0,05). Berdasarkan hasil uji t-test independent didapatkan bahwa tidak ada
perbedaan pengaruh antara pemberian intervensi Ultrasound dan Manual Longitudinal
Muscle Stretching dengan Ultrasound dan Auto Stretching pada kondisi sindroma
miofasial otot upper trapezius dengan nilai P = 0,051 (P>0.05). Pemberian intervensi
Ultrasound dan Manual Longitudinal Muscle Stretching maupun Ultrasound dan Auto
Stretching telah terbukti dapat mengurangi nyeri akibat sindroma miofasial otot upper
trapezius, sehingga dapat digunakan sebagai suatu intervensi terpilih yang efektif yang
dapat diterapkan dan dikembangkan pada kondisi sindroma miofasial otot upper
trapezius.

Kata Kunci: Ultra Sound, Manual Longitudinal Muscle Stretching, Sindroma Miofasial
Otot Upper Trapezius

Pendahuluan nah mempedulikan apa dampak negatif dari


Pada era globalisasi saat ini kemajuan penggunaan komputer yang berkepanjangan.
di segala bidang sudah semakin pesat. Salah Dampaknya adalah dapat mempengaruhi kese-
satunya adalah dalam bidang ilmu penge- hatan kita, bukan hanya kelelahan pada mata
tahuan dan teknologi. Komputer adalah satu melainkan juga akan terjadi nyeri pada daerah
diantara sekian alat teknologi yang sudah biasa leher dan pundak.
digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk Nyeri merupakan suatu ungkapan emosi
mempermudah dalam setiap pekerjaan. Sela- terkait dengan tanda adanya kerusakan jari-
ma ini, kita menggunakan komputer tidak per- ngan atau cenderung kerusakan jaringan.
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 1
Perbedaan Pengaruh Pemberian Ultrasound dan Manual Longitudinal Muscle Stretching dengan Ultrasound dan Auto
Stretching Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kondisi Sindroma Miofasial Otot Upper Trapezius

Pengertian nyeri juga merupakan perasaan (hyperirritable spot) atau “trigger point” de-ngan
yang subjektif bagi seseorang terhadap apa taut band dari otot skeletal atau fasia yang
yang dirasakan, baik itu sesuatu yang tidak akan terasa nyeri saat dikompresi dan dapat
menyenangkan maupun menyakitkan baginya. meningkat dengan karakteristik yang menjalar
Adapun sifat nyeri yang sering dirasa- (referred), tenderness, dan disertai adanya
kan pasien adalah nyeri tertusuk -tusuk, ber- keluhan sistem saraf otonom. Nyeri dari
denyut, teriris-iris, pegal, dan lain sebagainya. sindroma miofasial biasanya dirasakan sebagai
Salah satu kondisi yang sering menimbulkan nyeri dalam (deep), sakit (achy), dan kadang-
rasa nyeri adalah pada daerah leher dan kadang disertai dengan rasa seperti terbakar
pundak, yaitu sindroma miofasial. atau rasa pedih (stinging).
Penelitian yang dilakukan di Belanda Adapun faktor-faktor yang menyebab-
(Simon Strauss, 1999) terhadap 1504 sample kan sindroma miofasial diantaranya adalah
yang dipilih secara random dengan usia 30-60 trauma, strain otot, degenerasi pada otot,
tahun ditemukan 37% pria dan 65% wanita postur yang jelek (forward head posture),
mengalami nyeri sindroma miofasial yang ergonomi dan sering terkena udara dingin.
terlokalisir. Sebuah penelitian di Amerika yang Diantara faktor tersebut yang paling sering
dilakukan terhadap 100 pria dan 100 wanita menyebabkan sindroma miofasial otot upper
petugas penerbangan dengan rata-rata umur trapezius adalah trauma atau karena adanya
19 tahun, ditemukan bahwa 45% pria dan 54% pembebenan terus-menerus ketika bekerja,
wanita mengalami tenderness otot leher, seperti sering menggunakan komputer, mem-
disebut juga sebagai latent trigger point. bawa tas dengan beban yang berat, dan beker-
Pemeriksaan mahasiswa keperawatan yang ja pada meja yang terlalu rendah.
berjumlah 269 orang, ditemukan 45% menga- Pada kondisi sindroma miofasial, umum-
lami sindroma trigger point otot maseter, 35% nya pasien datang dengan keluhan nyeri yang
otot trapezius, dan 28% mengalami nyeri menjalar apabila dilakukan penekanan pada otot
sindroma miofasial. tersebut. Kondisi ini menimbulkan adanya taut
Di Indonesia sendiri hasil penelitian band, yaitu berbentuk seperti tali yang
yang khusus tentang nyeri sindroma miofasial membengkak, yang mengakibatkan pemende-kan
belum selengkap seperti yang dijelaskan di serabut otot terus-menerus, sehingga terjadi
atas. Hal ini juga yang mendasari penulis untuk peningkatan ketegangan serabut otot.
meneliti lebih lanjut tentang nyeri sindroma Peningkatan ketegangan otot atau kon-
miofasial khususnya daerah leher dengan traksi terus-menerus akan menimbulkan stress
spesifikasi otot upper trapezius. mekanis pada jaringan miofasial dalam waktu
Banyak penyebab nyeri pada otot upper lama, sehingga akan menstimulasi nociceptor
trapezius, diantaranya adalah trauma ringan. yang ada di dalam otot. Semakin sering dan kuat
Trauma ringan yang dimaksud adalah trauma nociceptor tersebut berstimulasi, maka akan
yang diakibatkan karena bekerja terus-mene-rus semakin kuat refleks ketegangan otot. Hal ini
dalam waktu yang lama, seperti mengetik dalam akan meningkatkan nyeri sehingga menim-bulkan
waktu lama, menggunakan komputer te-rus- keadaan vicious cycle. Keadaan ini akan
menerus, dan membawa tas dengan beban mengakibatkan iskemik lokal akibat dari kon-
berat. Hal tersebut akan menimbulkan strain traksi otot yang kuat dan terus-menerus atau
pada otot upper trapezius. Karena adanya nyeri, mikro sirkulasi yang tidak kuat, sehingga jari-ngan
maka sangat mengganggu aktivitas seseorang ini akan mengalami kekurangan nutrisi dan
yang melibatkan gerakan leher, berupa tidak oksigen serta menumpuknya zat-zat sisa
dapat merotasikan leher ke salah satu sisi dan metabolisme. Keadaan ini akan merangsang
menekukkan leher ke sisi kontra lateral. Hal ini ujung-ujung saraf tepi nosiseptif tipe C untuk
akan menghambat dalam mela-kukan pekerjaan melepaskan suatu neuro peptida, yaitu P Subs-
sehari-hari. Sedangkan defi-nisi dari sindroma tance. Dengan demikian, pelepasan tersebut
miofasial adalah suatu kon-disi pasien yang akan membebaskan prostagladin dan diikuti juga
mempunyai titik sangat peka dengan pembebasan bradikinin, potassium

2 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008


Perbedaan Pengaruh Pemberian Ultrasound dan Manual Longitudinal Muscle Stretching dengan Ultrasound dan Auto
Stretching Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kondisi Sindroma Miofasial Otot Upper Trapezius

ion, seratonin yang merupakan noxius atau “Fisioterapi adalah bentuk pelayanan
chemical stimuli, sehingga dapat menimbulkan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan
nyeri. atau kelompok untuk mengembangkan,
Nyeri akan mempengaruhi terhadap memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi
aktivitas sistem saraf simpatis karena adanya tubuh sepanjang daur kehidupan dengan
pelepasan “P Substance” yang akan meng- menggu-nakan penanganan secara manual,
akibatkan vasokontriksi pada pembuluh darah, pening-katan gerak, peralatan (fisik
kemudian nyeri akan bersifat menyebar apabila elektroterapeutik dan mekanik), pelatihan
aktivasi fungsi simpatis tidak terkontrol atau fungsi, dan komu-nikasi.”
disebut dengan neurovegetative disbalance. Fisioterapi bertanggung jawab terhadap
Jika pengaruh nociceptor berlangsung gangguan gerak dan fungsi akibat sindroma
lama sampai berminggu-minggu atau bahkan miofasial. Penanganan yang umum diberikan
berbulan-bulan, maka akan mengakibatkan dalam masalah-masalah yang ditimbulkan oleh
perubahan patologis dari saraf dan kulit, dian- sindroma miofasial, antara lain adalah mengu-
taranya adalah menurunnya ambang rasa rangi nyeri, mengurangi spasme otot, mening-
nyeri, sehingga akan terjadi allodynia, yaitu katkan lingkup gerak sendi, meningkatkan
nyeri yang ditimbulkan oleh stimulus non kekuatan otot dengan menggunakan modalitas-
noxius terhadap kulit normal. Adanya allodynia modalitas fisioterapi, seperti Microwave Dia-
akan menimbulkan nyeri sentuhan pada thermy (MWD), Short Wave Diathermy (SWD),
daerah lesi. InfraRed Radiation (IRR), dan Ultrasound (US).
Dengan adanya nyeri, pasien cende- Pemberian terapi menggunakan ultrasound
rung membatasi gerakan yang dapat menam- mempunyai efek mekanik dan heating. Efek
bah nyeri termasuk gerakan mengulur. Sehing- mekanik akan menimbulkan micromassage
ga pasien harus mempertahankan posisi ter- sehingga dapat mengenai taut band, meng-
tentu, yaitu posisi statik. Kenyataan ini justru hancurkan abnormal cross link yang ada pada
akan berkontribusi terhadap peningkatan keru- fasia dan serabut otot yang kemudian akan
sakan jaringan miofasial itu sendiri. Problem mengurangi iritasi serabut saraf Aδ dan C,
lain yang timbul akibat ketegangan atau kon- sehingga nyeri regang akan berkurang. Penga-
traktur jaringan miofasial dapat berupa penu- ruh mekanik tersebut juga akan menstimulasi
runan aktifitas leher, yaitu tidak bisa mero- saraf polimodal dan akan dihantarkan ke
tasikan leher ke salah satu sisi dan mene- ganglion dorsalis sehingga memicu produksi “P
kukkan leher ke sisi kontra lateral, sehingga substance” untuk selanjutnya terjadi inflamasi
dapat mengganggu ADL (Activity of Daily sekunder atau dikenal “neurogenic inflam-
Living). mation”. Namun dengan terangsangnya “P”
Istilah sindroma miofasial sering disa- substance tersebut pada prinsipnya akan
makan dengan fibromialgia, walaupun secara memacu proliferasi fibroblast sehingga mem-
patologis hal tersebut berbeda, sering menun- percepat terjadinya penyembuhan jaringan
jukkan tanda dan gejala yang hampir sama, yang mengalami kerusakan. Adanya pengaruh
sehingga akan membuat kekeliruan dalam gosokan juga membantu “venous dan lympha-
penegakan diagnosa terlebih lagi dalam hal tic”, sehingga akan menghasilkan pumping
pemberian terapi. Dalam hal ini penulis action.
memandang perlu meneliti lebih mendalam Efek heating akan memberikan panas
tentang kondisi sindroma miofasial, karena lokal pada daerah otot ataupun fasia yang dapat
dalam praktek klinis sehari-hari adanya kesa- menimbulkan vasodilatasi pembuluh daerah dan
lahan diagnosa dan kesalahan dalam pem- menghasilkan peningkatan sirkulasi darah ke
berian terapi. Harapan penulis dengan adanya daerah tersebut, sehingga zat-zat iritan penyebab
penelitian ini kesalahan-kesalahan tersebut nyeri dapat terangkat dengan baik lalu masuk
dapat dikurangi dan bahkan tidak terjadi lagi. kembali ke dalam aliran darah, baik vena dan
Sesuai dengan KEPMENKES 1363 tahun 2001 limfe, sehingga membantu da-lam mengatasi
BAB I, pasal 1, ayat 2 dicantumkan bahwa: spasme otot. Namun demikian

Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 3


Perbedaan Pengaruh Pemberian Ultrasound dan Manual Longitudinal Muscle Stretching dengan Ultrasound dan Auto
Stretching Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kondisi Sindroma Miofasial Otot Upper Trapezius

efek termal pada ultrasound pengaruhnya lebih sarkomer sehingga peregangan akan mengem-
kecil mengingat durasi panas yang diperoleh balikan elastisitas sarkomer yang terganggu.
hanya 1 (satu) menit pada tiap-tiap jaringan. Auto stretching dapat yang dapat
Mobilisasi jaringan lunak dapat dila- mencegah dan atau mengurangi kekakuan dan
kukan dengan penanganan secara manual, perasaan yang tidak nyaman. Auto stretching
seperti massage dan manual longitudinal mus- merupakan stretching yang efektif, karena ber-
cle stretching pada otot dan fasia yang meng- pengaruh terhadap semua otot upper trapezius
alami sindroma miofasial. Pemberian manual yang membatasi gerakan
longitudinal muscle stretching dapat melepas- Berdasarkan uraian tersebut di atas,
kan perlengketan fasia-myofibril dan abnormall penulis ingin meneliti dan mengetahui lebih
cros link sehingga mengurangi iritasi terhadap mendalam tentang sindroma miofasial otot
saraf Aδ dan saraf tipe C yang menimbulkan upper trapezius dan ingin membuktikan sejauh
nyeri regang. mana efektifitas kombinasi modalitas fisioterapi
Manual longitudinal muscle stretching dalam mengurangi nyeri akibat sindroma
merupakan stretching secara pasif searah miofasial otot upper trapezius. Oleh sebab itu,
serabut otot dimana panjang otot dapat dikem- peneliti akan melakukan penelitian pada kombi-
balikan dengan mengaktifasi muscle spindle. nasi terapi antara ultrasound dan manual longi-
Ketika dalam posisi terulur maka muscle spin- tudinal muscle stretching dengan ultrasound
dle akan terbiasa dengan panjang otot yang dan auto stretching terhadap pengurangan
baru dan memberikan sinyal ke medulla spi- nyeri pada sindroma miofasial otot upper
nalis untuk meneruskan informasi ini. Muscle trapezius.
spindle akan memicu stretch refleks dan secara
bertahap stretch refleks akan terlatih untuk
memberikan panjang yang lebih lagi. Nyeri Sindroma Miofasial M. Upper
Disaat terjadi kontrol seperti ini, akan Trapezius
memberikan keuntungan yang besar dalam
Definisi Nyeri Sindroma Miofasial M.
mencapai fleksibilitas. Golgi tendon organ akan Upper Trapezius
meningkatkan fleksibilitas dari serabut otot
“Menurut Simon dan Travel (2005),
sehingga menimbulkan rileksasi yang kemudian
sindroma nyeri miofasial didefinisikan dengan
akan menurunkan ketegangan pada otot.
terdapatnya trigger point yang timbul dari taut
Selain itu, terapi latihan dengan meng-
band serabut otot yang membentuk seperti
gunakan metode auto stretching dapat mengu-
jalinan tali dan lunak ketika disentuh dan ketika
rangi iritasi terhadap saraf Aδ dan saraf tipe C
dipalpasi, menimbulkan respon kejang lokal
yang menimbulkan nyeri akibat adanya abnor-
juga dikenal sebagai jump sign yang merupa-
mal cross link. Hal ini dapat terjadi karena
kan sebuah pemendekan pada serabut otot
pada saat diberikan auto stretching serabut
yang mengalami fibrous”.
otot ditarik keluar sampai panjang sarkomer
Sedangkan Simon Strauss (1990) men-
penuh. Ketika hal ini terjadi maka akan mem-
definisikan sindroma nyeri miofasial sebagai
bantu meluruskan kembali beberapa serabut
suatu sindroma yang disebabkan oleh satu atau
atau abnormal cross link akibat sindroma
banyak trigger point dan hubungan refleks
miofasial.
mereka.
Auto stretching dapat bermanfaat pada
”Janet Travell (1990), seorang peneliti
serabut otot yang mengalami nyeri miofasial.
pertama sindroma nyeri miofasial menerangkan
Serabut otot yang terganggu akan menye-
sindroma ini sebagai gangguan nyeri otot
babkan penurunan elastisitas otot akibat
adanya taut band dalam serabut otot. Sarko- regional yang ditandai dengan adanya tender
spot pada taut band pada otot yang nyerinya
mer sebagai komponen elastis di dalam sera-
menjalar pada area yang menutupi atau ke
but otot akan mengalami gangguan. Pem-
area yang jauh dari taut band.”
berian auto stretching yang dilakukan secara
“Donatelly etal juga memberikan definisi
perlahan akan menghasilkan peregangan pada
sindroma nyeri miofasial sebagai kumpulan
4 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008
Perbedaan Pengaruh Pemberian Ultrasound dan Manual Longitudinal Muscle Stretching dengan Ultrasound dan Auto
Stretching Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kondisi Sindroma Miofasial Otot Upper Trapezius

gejala dari pola nyeri spesifik dan keluhan menurunkan mobilitas dari jaringan mio-
otonom yang disebabkan oleh lokal iritasi dari fasial sehingga mudah terjadi pemendekan
otot, fasia atau ligamen.” serabut kolagen. Karena serabut kolagen
Peneliti menyimpulkan bahwa sindroma memendek, tekanan dalam jaringan mio-
nyeri miofasial m. upper trapezius adalah suatu fasial akan meningkat. Peningkatan
gangguan lokal pada otot upper trapezius yang tekanan dalam jaringan miofasial ini akan
didapatkan adanya trigger point yang timbul menekan arteri, vena, dan pembuluh darah
dari taut band yang membentuk seperti jalinan limfe yang akan menyebabkan iskemia dan
tali dan lunak ketika disentuh atau dipalpasi, tim-bul miofasial trigger point, sehingga jari-
yang menimbulkan refleks ketegangan pada ngan akan mudah mengalami kontraktur.
otot tersebut dan dirasakan nyeri yang men- Sedangkan trauma mikro adalah suatu
jalar (referred pain) dengan pola yang spesifik. cide-ra yang berulang (repetitive injury)
Nyeri miofasial otot trapezius menjalar di akibat dari suatu kerja yang terus menerus
sepanjang punggung atas dan leher, dibela- de-ngan beban yang berlebih. Adanya
kang telinga dan di pelipis. beban tegangan yang berlebih yang
diterima jari-ngan miofasial secara
intermitten dan kro-nis akan menstimulasi
fibroblast dalam fasia untuk menghasilkan
lebih banyak kolagen. Kemudian kolagen
akan banyak terkumpul dalam jaringan
tersebut sehingga akan timbul jaringan
fibrous. Ketika dipalpasi jari-ngan fibrous ini
akan dirasakan keras. Ikatan fibrous
berjalan secara longitudinal sepanjang otot
upper trapezius. Hal ini akan mencetuskan
timbulnya miofasial trig-ger point yang
mempunyai ketegangan tinggi dan lama
Sumber: www.google.com, 2007 kelamaan dapat menim-bulkan kontraktur.
2) Degenerasi pada otot
Gambar 1 Proses degenerasi pada otot akan terjadi
Reffered pain miofasial otot upper trapezius penurunan jumlah serabut otot, atrofi bebe-
rapa serabut, fibril menjadi tidak teratur,
berkurangnya 30% masa otot terutama otot
Penyebab Sindroma Miofasial Otot tipe II, degenerasi myofibril yang akan
Upper Trapezius mempengaruhi penurunan kekuatan dan
Penyebab terjadinya sindroma fleksibilitas dari otot.
miofasial otot upper trapezius disebabkan oleh 3) Ergonomi kerja yang buruk
beberapa faktor antara lain : Ergonomi kerja yang buruk yang terjadi
1) Trauma pada jaringan miofasial berulang-ulang dalam waktu yang lama
Trauma dapat dibagi menjadi dua, yaitu akan menimbulkan stress mekanik yang
trauma makro dan trauma mikro. Trauma berkepanjangan, misalnya yang terjadi pa-
makro yang dimaksud adalah suatu cidera da seorang resepsionis yang harus me-
pada otot atau fasia. Ketika jaringan mio- ngangkat gagang telepon sepanjang hari,
fasial mengalami cidera maka akan terjadi seorang pelajar yang menatap ke depan
proses inflamasi, diikuti dengan adanya untuk beberapa jam setiap hari selama
produksi dari serabut kolagen. Karena per- belajar, seorang mahasiswa yang mengetik
baikan dari proses inflamasi, maka kolagen di depan komputer dengan meja yang ren-
memutuskan ikatan bersama, dan cende- dah dalam waktu yang lama, atau pekerja
rung membuat ikatan yang tidak beraturan. mekanik yang secara konstan mengangkat
Adanya ketegangan serabut kolagen akan beban yang berat meningkatkan stress dan

Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 5


Perbedaan Pengaruh Pemberian Ultrasound dan Manual Longitudinal Muscle Stretching dengan Ultrasound dan Auto
Stretching Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kondisi Sindroma Miofasial Otot Upper Trapezius

strain yang berulang pada otot upper glenoidalis yang cekung landai
trapezius. menghadap ke lateral serong ventrocranial
4) Postur yang jelek dan caput humeri yang cembung. Memiliki
Postur yang jelek dapat mengakibatkan 3 derajat kebebasan gerak dalam 3 bidang
stress dan strain pada otot upper trapezius, gerak dan 3 sumbu utama:
misalnya forward head posture yaitu dima- a) Sumbu transversal mengontrol gerak-
na posisi kepala terus menerus jatuh ke ekstensi dalam bidang sagital.
depan. b) Sumbu antero-posterior mengontrol
gerak abduksi-adduksi dalam bidang
frontal.
Tanda dan gejala sindroma miofasial c) Sumbu vertical mengontrol gerak flek-
otot upper trapezius. si-ekstensi dalam bidang horizontal
1) Nyeri yang terlokalisir pada otot upper tra- pada posisi lengan abduk si 90°.
pezius. Gerak fisiologis fleksi-ekstensi ROM.
2) Ketika dipalpasi terdapat taut band pada Fleksi 1800 bersamaan internal rotasi :
otot dan fasia upper trapezius serta jari- 300–450 stretched end feel (elastic)
ngan ikat longgar (connective tissue). dan gerak osteokinematiknya yang
3) Referred pain di sepanjang punggung atas utama berupa rotasi spin. Gerak
dan leher, di belakang telinga dan pelipis. arthrokinematiknya yang utama spin.
4) Adanya titik sangat peka (hyperirritable Gerak fisiologis adduksi dalam bidang
spot) atau “trigger point” pada satu tempat frontal dengan ROM 900 dan elastik
di sepanjang taut band. yang menimbulkan harder end feel, gerak arthrokine-
twitch respon (respon kejang lokal) atau matiknya berupa translasi caudal.
yang dikenal sebagai jump sign. Gerak fisiologis internal rotasi dalam
5) Tightness pada otot yang terkena sehingga bidang transversal dengan ROM 900
menyebabkan keterbatasan lingkup gerak dan elastik end feel dan gerak arthro-
sendi. kinematiknya berupa dorsal translasi.
6) Spasme otot akibat sekunder dari rasa Gerak fisiologis rotasi eksternal dalam
nyeri yang timbul juga akibat iskemik pada bidang transversal dengan ROM 800
otot. dan elastik end feel serta dengan
gerak arthrokinematiknya berupa ven-
Untuk lebih memahami serta memperdalam tral translation. Gerak fisiologis adduk-
patologi sindroma miofasial otot uppertrape- si horizontal dalam bidang transversal
zius, berikut ini akan dipaparkan tentang ROM 120 0dan 300 dengan elastic end
anatomi terapan, kinesiologi dan biomekanik. feel gerak arthrokinematiknya berupa
ventral translasi dan dorsal translasi.
Seluruh komponen diatas memiliki
Anatomi dan Fisiologi Otot Upper Tra- gerak arthrokinematiknya traksi de-
ngan arah lateral serong ventrocranial.
pezius
Maximaly close pack position adalah
Shoulder Girdle
posisi dimana kekenduran kapsul
Shoulder girdle secara anatomi
ligamentairnya maksimal, yaitu fleksi,
merupakan sendi yang kompleks, terdiri dari
adduksi kurang lebih 300 dan sedikit
Glenohumeral, Acromioclavicular, Sternoclavi-
internal rotation. Close pack position
cular, dan Scapulothoracal. Hubungan dari
adalah posisi dimana terjadi pengun-
subacromial space dan jarak dari letak struktur
cian permukaan sendi atau koapsitas
yang berbeda dapat mengalami disfungsi yang yaitu posisi adduksi, fleksi penuh.
berbeda.
Capsular pattern adalah keterbatasan
1) Sendi Glenohumeral
gerak sendi sebagai akibat pemen-
Sendi glenohumeral merupakan sendi dekan seluruh capsule ligamentair, yai-
“ball and socket”, dibentuk oleh cavitas
6 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008
Perbedaan Pengaruh Pemberian Ultrasound dan Manual Longitudinal Muscle Stretching dengan Ultrasound dan Auto
Stretching Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kondisi Sindroma Miofasial Otot Upper Trapezius

tu dengan pola ROM rotasi eksternal < derajat kebebasan gerak yang memung-
abduksi < rotasi internal. kinkan adanya gerakan fleksi ekstensi
2) Sendi Acromioclavicular seba-gai gerakan utama sehingga dikenal
Sendi acromioclavicular merupakan se- sebagai sendi ”yes joint”, selain itu juga
buah sendi datar, yang dibentuk oleh terdapat gerakan lateral fleksi.
clavicula bagian lateral yang cembung 2) Sendi atlanto axialis (C1-C2)
dan acromion yang cekung menghadap Sendi ini merupakan sendi sinovial jenis
ke medial. Gerak arthrokinematik saat sendi putar yang dibentuk oleh atlas arc
elevasi terjadi translasi acromion ke arah dengan dens. Gerakan utama pada sendi
cranial dan saat depresi translasi ke arah ini adalah rotasi sehingga dikenal sebagai
caudal. Saat protraksi translasi ke ventral sendi ”no joint”, selain itu juga terdapat
dan retraksi translasi ke dorsal. gerakan fleksi ekstensi dan lateral fleksi.
3) Sendi Sternoclavicular 3) Sendi intervertebralis (C2-C7, Th1)
Sendi sternoclavicular merupakan “saddle Sendi C2-3 dikenal sebagai ”headache
joint”, yang dibentuk oleh clavicula yang joint” karena gangguan pada sendi ini akan
cekung ke arah anteroposterior dan yang menimbulkan gejala sakit kepala dan
cembung ke arah craniocaudal. Gerak spasme otot cervical. Sedangkan C5-6 dan
arthrokinematiknya saat elevasi terjadi C6-7 sering dikenal dengan ”spondylotic
caudal translasi, dan saat retraksi dorsal joint”, karena diantara sendi cervikal yang
translasi. Saat protraksi translasi ke ven- lain, sendi inilah yang sering mengalami
tral, retraksi translasi ke dorsal. Gerak spondylosis. Sendi ini juga sering hipomo-
arthrokinematik traksi selalu searah de- bile karena posisi leher anteroposisi dan
ngan tarikan sepanjang axis clavicula. ditunjang oleh gerakan minimal dalam
4) Sendi Scapulothoracal kegiatan normal. Sendi intervertebral C7-
Bukan merupakan sendi sebenarnya, Th1 (cervico thoracal junction). Berbeda
merupakan pertemuan antara skapula de- dengan segmen yang lain, arah per-
ngan dinding thorax, bersama sendi mukaaan sendi bagian atas dari Th 1
sternoclavicular merupakan tempat ber- sesuai dengan arah permukaan sendi
tumpunya extremitas atas terhadap tu- cervical, sedangkan arah permukaan sendi
buh. Di batasi oleh m. subscapularis dan bagian bawahnya sesuai dengan
m. seratus anterior, stabilisasi oleh m. permukaan sendi thoracal yaitu bidang
trapezius, m. rhomboideus major–minor, frontal dan vertebra thorakalis atas ikut
m.seratus anterior dan m. levator scapula. berpengaruh pada gerak cervical, yaitu Th
Gerakan yang terjadi pada scapulotho- 1-4. Selain itu ada keterlibatan costa 1
racal adalah elevasi-depresi sesuai dalam gerak cervical bawah.
dengan translasinya dan abduksi-adduksi
sesuai dengan translasinya. Gerak
arthrokinema-tik traksi adalah gerak Otot
scapula menjauh terhadap dinding thorax. M. Trapezius
Terdiri atas 3 bagian dengan fungsi
yang berbeda:
Cervical Spine a. Upper trapezius berasal dari 1/3 medial
Vertebra cervicalis terbagi atas tiga linea nuchalis superior, protuberantia exter-
sendi, yaitu: na occipitalis, ligamentum nuchalis, dan
1) Sendi atlanto occypitalis (C0-C1) processus spinosus vertebra C7.
Sendi ini merupakan sendi sinovial jenis Berinsersio pada sepertiga lateralis
ovoid yang dibentuk oleh inferior permu- clavicula. Berfungsi untuk gerakan elevasi
kaan sendi cembung dan superior permu- scapula, dan rotasi ke atas dari scapula.
kaan sendi atlanto occypitalis yang cekung. b. Middle trapezius berasal dari processus
Sendi ini mempunyai tiga aksis dan tiga spinosus vertebra Th1 sampai Th5 dan

Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 7


Perbedaan Pengaruh Pemberian Ultrasound dan Manual Longitudinal Muscle Stretching dengan Ultrasound dan Auto
Stretching Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kondisi Sindroma Miofasial Otot Upper Trapezius

supraspinal ligamen, berinsersio pada kondisi sindroma miofasial adalah otot rangka
medial processus acromion scapula dan dan selubung otot yaitu fasia.
spina scapula. Berfungsi pada gerakan
scapula adduksi.
c. Lower trapezius berorigo pada processus Otot Rangka
spinosus vertebra Th6 sampai Th12 dan Otot rangka tersusun dari serat-serat
supraspinal ligamen, berinsersio pada otot yang merupakan “balok penyusun”
tuberkel medial dan spina scapula. Ber- (building bloks) sistem otot dalam arti yang
fungsi terhadap gerakan scapula depresi, sama dengan neuron merupakan “balok
dan rotasi ke atas dari scapula. penyusun” sistem saraf. Hampir seluruh otot
rangka berawal dan berakhir di tendo dan
Kontraksi secara simultan dari ketiga serat-serat otot rangka tersusun sejajar dian-
ikatan menarik skapula ke medial dan ke tara ujung-ujung tendo, sehingga daya kon-
posterior. Rotasi skapula ke posterior 200, traksi setiap unit akan saling menguatkan.
membuat sedikit abduksi tetapi bagian besar Setiap serta otot merupakan satu sel otot yang
lainnya membawa berat beban, mencegah berinti banyak, memanjang, silinder dan diliputi
lengan dari kekendoran dan skapula menjauhi oleh membran sel yang dinamakan sarkolema.
dinding thorak. Antara sel-selnya tidak terdapat jembatan
sinsitium. Serat-serat otot tersusun atas mio-
fibril yang terbagi menjadi filamen-filamen.
Filamen-filamen ini tersusun dari protein-protein
kontraktil.
Mekanisme kontraktil otot rangka ter-
gantung dari protein miosin (berat molekul
460.000), aktin (berat molekul 43.000),
tropomiosin berat molekul 70.000 dan troponin
dengan berat molekul 18.000-35.000 dan terdiri
dari troponin I, T, C. Filamen yang tersusun dari
protein kontraktil dibagi dalam dua jenis, yaitu
filamen tipis (yang tersusun dari aktin,
tripomiosin, dan troponin) dan filamen tebal
yang tersusun dari miosin yang berkaitan
dengan aktin. Jenis miosin yang ter-dapat pada
otot adalah bentuk miosin II dengan dua kepala
Sumber : www.google.com, 2007 berbentuk globular serta ekor yang panjang.
Gambar 2
Otot trapezius Serabut otot dikelilingi oleh struktur yang
terbentuk dari membran yang tampak sebagai
Histologi Otot vesikel dan tubulis. Struktur ini membentuk sistem
Untuk mengetahui penyebab terjadinya sarkotubuler yang terdiri atas sistem I dan
sindroma miofasial maka terlebih dahulu seo- retikulum sarkoplasmik. Sis-tem T merupakan
rang fisioterapis harus memahami dengan kelanjutan dari membran serat otot yang
benar dari anatomi fisiologi otot, sehingga membentuk jaringan berlubang pada tiap fibril
mengetahui dimana letak dan penyebab yang berfungsi menghantar potensial aksi dengan
terjadinya sindroma miofasial. Tubuh manusia kecepatan tinggi dari membran sel keseluruh fibril
terdiri dari beberapa otot, dibagi menjadi tiga otot. Retikulum sarkoplasmik membentuk
bagian terdiri dari otot polos, otot jantung, dan substansi secara acak mengelilingi fibril dengan
otot rangka. Yang akan dibahas lebih dalam bentuk tak beraturan dan melebar pada bagian
lagi oleh penulis yang berhubungan dengan ujung yang disebut sebagai sisterna terminal dan
berfungsi dalam
8 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008
Perbedaan Pengaruh Pemberian Ultrasound dan Manual Longitudinal Muscle Stretching dengan Ultrasound dan Auto
Stretching Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kondisi Sindroma Miofasial Otot Upper Trapezius

proses perpindahan ion Ca2+ dan metabolisme adduktor panggul, group hamstring dan m.
otot. gastrocnemius dan soleus.
2. Tipe 2B (fast twitch glycolytic) atau otot
phasik
Tipe serabut otot Disebut juga white muscle karena berwarna
1. Tipe 1 (slow twitch oxidative) atau otot lebih pucat, serabut ototnya besar, sedikit
tonik. mengandung mitokondria sehingga cepat
Disebut juga red muscle karena berwarna mengalami kelelahan, metabolisme dengan
lebih gelap dari otot lainnya, serabut anaerob (glycolytic), berfungsi sebagai mo-
ototnya kecil, lebih banyak mengandung bilisasi (bergerak). Patologi pada tipe otot
mitokondria sehingga sangat lambat ini cenderung lemah dan atrofi diantaranya
mengalami kelelahan, dan memungkinkan adalah otot-otot perut, otot gastroknemius,
untuk dapat menghasilkan energi yang otot gluteus maksimus dan minimus, otot
lebih banyak, metabolisme aerobic (oxida- peroneal, otot tibialis anterior, otot extra
tive), berfungsi untuk mempertahankan ocular, dan otot-otot tangan.
sikap. Patologi pada tipe otot ini cenderung 3. Tipe 2 (fast-twitch oxidative glycolytic)
tegang dan memendek diantaranya adalah Disebut juga pink muscle karena berasal
otot-otot postural seperti m. quadratus dari dua macam serabut yaitu serabut otot
lumborum, group ekstensor trunk yang tipe 1 yang kelelahannya lambat dan sera-
terdiri diantaranya adalah m. erector spine, but tipe 2B yang kelelahannya sangat
m. longisimus thoraksis, m. rotatores, m. cepat. Otot tipe 2 memiliki kelelahan rata-
multifidus, group fleksor panggul yang rata intermediate (sedang), serabut ototnya
meliputi : m. illiopsoas, m. tensor fascia kecil-besar, metabolisme dengan aerobik-
latae, m. rektus femoris, group eksorotasi anaerobik (oxidative glycolytic), kekuatan
panggul yang meliputi m. piriformis, m. motor unit tinggi, dan myofibril ATPase
tinggi

Tabel 1
Klasifikasi serabut otot
Serabut otot I II IIB
SO FOG FG
(Slow O) (Fast O & G) (Fast G)
Motor unit tipe S FR FF
Histochemical profiles :
Myofibril ATPase Low High High
NADH dehydro High Medium-High Low
SDH High Medium-High Low
Glycogen Low High High
Phosphorylase Low High High
Capillary supply Rich Rich Sparse
Fiber diameter Small Medium-Small Large
Sumber : Byong-yong Hwang, Basic Bobath Course, 3-23 Juli 2006 Universitas Indonusa Esa Unggul

Guyton (1997) telah mengidentifikasi perbe- banyak untuk pengeluaran energi yang cepat
daan serabut fast twitch fibers dan slow twitch memulai proses glikolitik. Persediaan darah
fibers sebagai berikut: yang tidak terlalu luas karena metabolisme
Serabut otot fast-twitch fibers: serabut-serabut oksidatif tidak begitu penting.
lebih besar untuk kekuatan kontraksi yang besar, Serabut otot slow twitch fibers: serabut-sera-
retikulum sarkoplasma yang luas sehing-ga cepat butnya lebih kecil, juga disaraf oleh serabut
melepaskan ion-ion kalsium untuk memulai saraf yang lebih kecil, system pembuluh darah
kontraksi otot, enzim glikolitik yang lebih luas untuk menyediakan oksigen ekstra,

Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 9


Perbedaan Pengaruh Pemberian Ultrasound dan Manual Longitudinal Muscle Stretching dengan Ultrasound dan Auto
Stretching Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kondisi Sindroma Miofasial Otot Upper Trapezius

besarnya jumlah mitokondria, juga sangat otot tersusun secara kasar oleh 50% serabut
membantu metabolisme oksidatif, serabut- slow twitch, 25% serabut fast twitch tipe a, 25%
serabut mengandung sejumlah besar mioglo- serabut otot fast twitch tipe b. Namun demikian,
bin, suatu protein yang mengandung besi seru- prosentase tersebut sangat berva-riasi pada
pa dengan hemoglobin sel-sel darah merah. setiap orang dan setiap otot.
Mioglobin bergabung dengan oksigen dan Serabut otot slow twitch memiliki
menyimpannya di dalam sel otot sampai oksi- karakteristik tertentu, yaitu menghasilkan kon-
gen tersebut diperlukan oleh mitokondria. traksi yang lambat (kecepatan kontraktil yang
Menurut Jack H Wilmore, ada 2 tipe lambat), kekuatan motor unit yang rendah,
serabut otot yang utama, yaitu serabut slow tahan terhadap kelelahan, memiliki kapasitas
twitch dan serabut fast twitch. Kedua tipe aerobik yang tinggi. Sedangkan serabut fast
serabut tersebut di dalam suatu otot tunggal. twitch tipe a dan tipe b memiliki karakteristik
Serabut otot fast twitch terdiri dari serabut yaitu yang berbeda pula. Lebih jelasnya dapat dilihat
serabut fast twitch tipe a dan serabut fast pada tabel di bawah ini:
twitch tipe b. Pada umumnya sebagian besar

Tabel 2
Karakteristik struktural dan fungsional dari tipe serabut otot
Karakteristik Tipe serabut
ST FT a FT b
Serabut otot per motor neuron 10-180 300-800 300-800
Ukuran motor neuron Kecil Besar Besar
Kecepatan konduksi saraf Lambat Cepat Cepat
Kecepatan kontraksi (ms) 110 50 50
Tipe myosin ATPase Lambat Cepat Cepat
Perkembangan reticulum sarkoplasma Rendah Tinggi Tinggi
Gaya motor unit Rendah Tinggi Tinggi
Kapasitas aerobic (oksidatif) Tinggi Sedang Rendah
Kapasitas an aerobic (glikolitik) Rendah Tinggi Tinggi

Sumber : Jack H Wilmore, David L. Costill, 1999


Ket : ST → serabut slow twitch
FT a → serabut fast twitch tipe a
FT b → serabut fast twitch tipe

Mekanisme Timbulnya Nyeri Sindro-ma beresiko untuk terjadinya gangguan pada jari-
Miofasial Otot Uppr Trapezius ngan miofasial otot upper trapezius itu sendiri.
Otot upper trapezius merupakan otot Sebagaimana diketahui pada jaringan
tipe tonik (slow twitch) yang bekerja secara miofasial yang sehat terdapat keseimbangan
konstan bersama-sama dengan otot-otot antara kompresi atau ketegangan dengan
shoulder girdle lain yitu memfiksasi scapula rileksasi. Keseimbangan ini dipelihara oleh
dan leher termasuk mempertahankan postur adanya substansi dasar (ground substance)
kepala yang cenderung jatuh ke depan karena dari jaringan miofasial. Substansi dasar ini
kekuatan gravitasi dan berat kepala itu sendiri. mempertahankan keseimbangan kompresi atau
Kerja otot ini akan meningkat pada kondisi tegangan dengan relaksasi melalui cara
tertentu seperti adanya postur yang jelek, mempertahankan jarak antar serabut jaringan
ergonomi kerja yang buruk, degenerasi otot, ikat, berperan sebagai alat transpor zat gizi dan
trauma atau strain kronis. Keadaan ini akan sebagai alat transpor zat-zat sisa metabolisme.

10 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008


Perbedaan Pengaruh Pemberian Ultrasound dan Manual Longitudinal Muscle Stretching dengan Ultrasound dan Auto
Stretching Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kondisi Sindroma Miofasial Otot Upper Trapezius

Tabel 3
Klasifikasi Tipe Serabut Otot
Sistem 1 Slow twitch Fast twitch a Fast twitch b
Sistem 2 Tipe I Tipe IIa Tipe IIb
Sistem 3 SO FOG FG
Karakteristik :
Kapasitas oksidatif Tinggi Cukup tinggi Rendah
Kapasitas glikolitik Rendah Tinggi Paling tinggi
Kecepatan kontraktil Lambat Cepat Cepat
Tahan terhadap lelah Tinggi Sedang Rendah
Kekuatan motor unit Rendah Tinggi Tinggi
Warna Merah Pink Putih
Sumber : Jack H Wilmore, David L. Costill, 1999

Ket : merupakan noxius atau chemical stimuli,


SO = Slow Oksidative (oksidatif lambat) sehingga dapat menimbulkan nyeri.
FOG = Fast Oksidative Glycolytic (oksidatif Bersamaan dengan hal itu juga timbul
glikolitik cepat) sensibilitas neuron-neuron pada kornu posterior
FG = Fast Glycolytic (oksidatif cepat) (PHC) karena dilepaskannya P substance,
sehingga akan meningkatkan mikrosirkulasi
Dengan adanya kerja konstan dari otot lokal dan ekstravasasi plasma dan memacu
tonik ini ditambah dengan adanya faktor-faktor aktivitas sel mast dan histamin sehingga terjadi
yang memperberat kerjanya seperti yang telah proses peradangan yang lebih dikenal dengan
disebutkan di atas maka keseimbangan antara “neurogenic inflamation”. Peradangan diaktif-
kompresi atau ketegangan dengan rileksasi pada kan dengan tujuan untuk menyembuhkan jari-
jaringan miofasial tak dapat diper-tahankan lagi ngan yang mengalami kerusakan. Dalam pro-
oleh ground substance. Akibat-nya jaringan ses perbaikan jaringan miofasial yang meng-
miofasial dari otot upper trapezius ini mengalami alami kerusakan dengan cara menstimulasi
ketegangan atau kontraksi terus menerus fibroblas dalam jaringan miofasial untuk meng-
sehingga akan menimbulkan stress mekanis hasilkan banyak kolagen. Kolagen yang ter-
pada jaringan miofasial dalam waktu yang lama bentuk mempunyai susunan yang tidak bera-
sehingga akan menstimulasi nosi-septor yang turan atau cross link sehingga terbentuk jari-
ada di dalam otot dan tendon. Semakin sering ngan fibrous yang kurang elastis.
dan kuat nosiseptor tersebut berstimulasi, maka Nyeri akan mempengaruhi terhadap
akan semakin kuat refleks ketegangan otot. Hal aktivitas sistem saraf simpatis karena adanya
ini akan meningkatkan nyeri sehingga pelepasan “P Substance” yang akan meng-
menimbulkan keadaan vicious cycle. Keadaan ini akibatkan vasokontriksi pada pembuluh darah,
akan mengakibatkan iskemik lokal akibat dari kemudian nyeri akan bersifat menyebar
kontraksi otot yang kuat dan terus-menerus atau (referred pain) apabila aktivasi fungsi simpatis
mikro sirkulasi yang tidak kuat, sehingga jaringan tidak terkontrol atau disebut dengan neuro-
ini akan mengalami kekurangan nutrisi dan vegetative disbalance.
oksigen serta menum-puknya zat-zat sisa Jika pengaruh nosiseptor berlangsung
metabolisme. Keadaan ini akan merangsang lama sampai berminggu-minggu atau bahkan
ujung-ujung saraf tepi nosiseptif tipe C untuk berbulan-bulan, maka akan mengakibatkan
melepaskan suatu neuro peptida, yaitu P perubahan patologis dari saraf dan kulit, dian-
Substance. Dengan demikian, pelepasan taranya adalah menurunnya ambang rasa
tersebut akan membebaskan pros-tagladin dan nyeri, sehingga akan terjadi allodynia, yaitu
diikuti juga dengan pembebasan bradikinin, nyeri yang ditimbulkan oleh stimulus non noxius
potassium ion, serotonin yang terhadap kulit normal. Adanya allodynia

Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 11


Perbedaan Pengaruh Pemberian Ultrasound dan Manual Longitudinal Muscle Stretching dengan Ultrasound dan Auto
Stretching Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kondisi Sindroma Miofasial Otot Upper Trapezius

akan menimbulkan nyeri sentuhan pada 2) Audiosonik (20-20.000 Hertz).


daerah lesi. 3) Ultrasonik (>20.000 Hertz).
Dengan adanya nyeri, pasien cen-
derung membatasi gerakan yang dapat Ultrasound (yang selanjutnya akan disebut
menambah nyeri termasuk gerakan mengulur dengan Ultrasonik/US) adalah salah satu
dari otot upper trapezius. Sehingga pasien moda-litas fisioterapi yang menggunakan
harus mempertahankan posisi tertentu, dengan gelombang suara dengan getaran mekanis
kata lain jaringan yang mengalami lesi cende- membentuk gelombang longitudinal dan
rung immobilisasi. Akibat dari immobilisasi berjalan melalui medium tertentu dengan
terhadap jaringan ini adalah substansi intrase- frekuensi yang bervariasi.
luler yang berisi air menurun 3-4% dan jari- Dari pengertian di atas maka didapat-
ngan ikat tampak seperti kayu. Penurunan kan pengertian bahwa terapi ultrasound adalah
yang sangat mencolok sebesar 20% terjadi suatu usaha pengobatan yang menggunakan
pada glikosaminoglikan dari substansi intra- mekanisme getaran dari gelombang suara
seluler. Kebalikannya sisa-sisa kolagen selu- dengan frekuensi lebih dari 20.000 Hz. Pada
ruhnya tidak berubah. Hilangnya air dan prakteknya frekuensi yang umum digunakan
glikosaminoglikan ini disamping menyisakan antara 0.7 MHz dan 3 MHz.
jumlah kolagen juga menurunkan jarak antar Pesawat ultrasound merupakan suatu
serabut kolagen dalam jaringan ikat yang generator yang menghasilkan arus bolak-balik
kemudian akan menghilangkan gerakan bebas dengan frekuensi tinggi (high frequency alter-
antar serabut. Hilangnya gerakan bebas ini nating current) yang mencapai 0.5-3 MHz. Arus
cenderung untuk membuat jaringan kurang ini berjalan menembus kabel koaksial pada
elastis dan kurang lentur. Selanjutnya dengan tranduser yang kemudian dikonversikan men-
tidak adanya tekanan normal selama masa jadi vibrasi oleh adanya efek piezoelektrik.
immobilisasi serabut kolagen akan membentuk
seperti pita dengan pola yang tidak beraturan
dan cross link dapat terbentuk pada tempat Fisika dasar Ultrasound (US)
yang tidak diinginkan sehingga menghambat 1. Effectif Radiating Area (ERA)
pergeseran normal. Karena hilangnya Permukaan tranduser tidak semuanya
substansi intraseluler akan membuat serabut memancarkan gelombang ultrasound
menutup secara bersama-sama sehingga melainkan hanya permukaan tertentu yang
cross link akan lebih mudah terbentuk. Dengan disebut efektif radiating area. Mengingat
adanya abnormal cross link apabila terdapat elemen piezoelektrik bergetar tidak sama
regangan maka akan mengiritasi serabut saraf besar pada setiap titik, maka ERA akan
Aδ dan C sehingga timbul nyeri. selalu lebih kecil dari permukaan geometri
dari tranduser. Untuk mendapatkan inten-
sitas yang tepat pad US, penentuan ERA
Ultrasound (US) sangatlah penting, karena intensitas yang
Pengertian Ultrasound efektif tergantung pada ERA. Dengan ala-
Suara merupakan getaran mekanik di san ini maka ERA sangat menentukan
dalam sebuah medium yang mudah berubah dosis pada US disamping luas permukaan
bentuk (elastis) dengan frekuensi antara 20 daerah yang diterapi. Oleh karena itu ERA
dan 20.000 Hertz. Gelombang suara adalah harus selalu diukur dan dilaporkan.
gelombang longitudinal yang dalam frekuensi 2. Sifat berkas Gelombang Ultrasound
tersebut dapat diregistrasi oleh telinga manu- Sifat berkas gelombang ultrasound dibeda-
sia. Pembagian frekuensi gelombang suara kan atas dua bagian yaitu:
berdasarkan kemampuan telinga manusia da- a) Area Konvergen (near field), mem-
lam mendengar gelombang suara/bunyi dibagi punyai ciri-ciri sebagai berikut:
menjadi: 1. Terjadi gejala interferensi pada dae-
1) Subsonik/infrasonik (<20 Hertz). rah yang tidak homogen pada ber-
12 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008
Perbedaan Pengaruh Pemberian Ultrasound dan Manual Longitudinal Muscle Stretching dengan Ultrasound dan Auto
Stretching Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kondisi Sindroma Miofasial Otot Upper Trapezius

kas tersebut sehingga timbul variasi Fenomena Fisik yang terjadi pada
intensitas yang besar yang disebut Ultrasound
dengan intensity peaks, sedangkan a) Bentuk gelombang ultrasound
gejala interferensi yang tidak homo- Bentuk gelombang ultrasound adalah longi-
gen disebut Beams Non Uniformity tudinal, dengan kata lain arah penye-
Ratio (BNR). BNR tidak bisa dihi- barannya searah dengan arah getarannya.
langkan sama sekali. Nilai yang Untuk dapat menyebarkan getaran longitu-
dibenarkan adalah 4 sampai 6 kali dinal ini membutuhkan medium yang elas-
intensitas output, tis. Pada prinsipnya semua medium adalah
2. Bentuk berkasnya konvergensi elastis kecuali hampa udara. Gelombang
dimana panjang area konvergensi longitudinal ini menimbulkan peregangan
ditentukan oleh diameter transduser dan pemampatan di dalam medium. Jarak
dan frekuensi ultra sonik. antara peregangan dan pemampatan ada-
3. Penyebaran berkasnya lebih terpu- lah ½ panjang gelombang, oleh sebab itu
sat, hal ini juga tergantung pada timbul variasi tekanan di dalam medium.
frekuensi dan diameter tranduser, b) Panjang gelombang ultrasound
dimana bila frekuensi tinggi maka Mengingat bahwa frekuensi pada US telah
berkas gelombang akan panjang dibuat tetap, dan kecepatan penyebaran
demikian pula jika tranduser besar ditentukan oleh medium, maka panjang
maka area konvergensi akan sema- gelombang tergantung pada medium. Di
kin panjang. Panjang area konver- dalam jaringan lunak dan di dalam air
gen tergantung pada diameter panjang gelombang pada 1 Mhz kurang
tranduser dan panjang gelombang. lebih 1,5 mm, dan di dalam tulang kurang
Untuk penggunaan tranduser 1 Mhz lebih 3 mm. Pengaruh kecepatan penye-
dengan diameter 5 cm, panjang baran pada 3 Mhz di dalam jaringan adalah
area konvergen kurang lebih 10 cm, sedikit sekali. Oleh sebab itu panjang
dan pada diameter 1 cm panjang gelombangnya menjadi lebih pendek, yaitu
area konvergen kurang lebih 2 cm. di dalam jaringan lunak kurang lebih 0,5
Sedangkan untuk tranduser 3 Mhz mm dan di dalam tulang kurang lebih 1 mm.
mempunyai area konvergen yang
panjangnya 3 kali lebih panjang c) Kerapatan massa dari medium
dibanding area konvergen 1 Mhz, Kerapatan massa dari medium merupakan
karena panjang gelombang 3 Mhz sebuah besaran materi yang dinyatakan
lebih pendek dibanding 1 Mhz. kg/m3. Kerapatan massa ini ikut menen-
b) Area divergensi, ciri-cirinya adalah : tukan kecepatan penyebaran US, semakin
1. Tidak terjadi gejala interferensi, rapat kerapatan massa, semakin cepat
sehingga bundel gelombangnya sa- kecepatan penyebarannya.
ma dengan intensitasnya semakin d) Tahanan akustik spesifik
berkurang jika jarak treatmen-head Tahanan akustik spesifik adalah nilai
semakin dijauhkan dari tubuh yang perambatan gelombang suara pada media
diterapi. tertentu dengan media lainnya. Dimana
2. Bundel atau berkas gelombangnya gelombang suara lebih mudah merambat
berdiameter lebih besar. Ukurannya pada media yang tahanan akustiknya tinggi.
tergantung pada jenis bundel US. Tahanan akustik merupakan sifat dari suatu
3. Penyebaran energinya lebih besar, medium dimana suara masih dapat lewat.
baik oleh karena adanya divergensi Besarnya tahanan akustik tergantung pada
maupun karena pembagian intensi- kerapatan media (Q) dan kecepatan
tasnya yang tegak lurus terhadap gelombang suara (C). Adapun nilai sifat
axis dari bundel US. medium adalah dari hasil kerapa-tan massa
dengan kecepatan gelombang

Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 13


Perbedaan Pengaruh Pemberian Ultrasound dan Manual Longitudinal Muscle Stretching dengan Ultrasound dan Auto
Stretching Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kondisi Sindroma Miofasial Otot Upper Trapezius

suara. Bila gelombang suara melewati sua- energi ultrasound yang digambarkan dalam
tu media maka kemungkinan sebagian suatu kurva eksponen yang dapat diana-
akan dipantulkan, diserap atau merambat logikan dengan material radioaktif yang
terus sampai media berikutnya. masih dimiliki setengahnya oleh jaringan
e) Refleksi (Pemantulan) tersebut.
Refleksi atau pemantulan terjadi bila Pada saat energi suara dirubah menjadi
gelombang ultrasound melalui dua media panas peristiwa ini menyebabkan pening-
yang berbeda. Banyak energi yang katan gerakan molekuler dan jumlah energi
dipantulkan tergantung besarnya perbe- yang dirubah tergantung kepada jenis
daan impedance akustik spesifik dari suatu molekul dan frekuensi/panjang gelombang
media ke media lainnya. Karena adanya dari ultrasound. Half value depth akan
refeleksi tersebut, maka energi ultrasound berbeda pada setiap jaringan tergantung
lebih besar diserap pada jaringan interface. jenis dan ketebalan jaringan tersebut untuk
Antar permukaan jaringan dengan nilai pemberian ultrasound dengan frekuensi
tahanan akustik berbeda akan dipantulkan, yang berbeda-beda pula.
sehingga pada daerah tersebut memper- Penyerapan energi suara paling besar di
oleh energi ultrasound lebih besar dari dalam jaringan yang mengandung protein
daerah lain. dalam jumlah yang sangat besar dan
f) Penyebaran gelombang ultrasound jumlah kandungan air yang sedikit dalam
Penyebaran gelombang ultrasound di hal ini kriteria jaringan yang termasuk
dalam tubuh timbul karena adanya diver- adalah tulang sedangkan jaringan yang
gensi dan adanya refleksi sehingga timbul paling kecil menyerap energi ultrasound
efek-efek di luar daerah pancaran bundel adalah darah karena mengandung kadar
utrasound. protein yang sedikit, dibandingkan dengan
g) Penyerapan dan Penetrasi Ultrasound jaringan tubuh lainnya.
Jika gelombang ultrasound masuk ke
dalam jaringan maka efek yang diharapkan
adalah efek biologis. Oleh karena adanya Efek Biofisik Ultrasound
penye-rapan tersebut maka semakin dalam 1) Efek Mekanik
gelombang ultrasound masuk dan intensi- Pada saat gelombang ultrasound masuk ke
tasnya semakin berkurang. Gelombang dalam tubuh maka efek pertama yang
ultrasound diserap oleh jaringan dalam terjadi adalah efek mekanik. Gelombang
berbagai ukuran tergantung pada fre- ultrasound pada saat diserap oleh jaringan
kuensi, frekuensi rendah penyerapannya tubuh akan menyebabkan kompresi dan
lebih sedikit dibanding dengan frekuensi regangan dengan gaya maksimal 4 Bar
tinggi. Jadi ada keterkaitan antara fre- dalam jaringan tubuh dengan frekuensi
kuensi, penyerapan dan kedalaman efek yang sama dengan frekuensi dari gelom-
dari gelombang ultrasound. Disamping itu bang ultrasound yang masuk tadi. Oleh
refleksi dan koefisien penyerapan menen- karena itu terjadi variasi tekanan dalam
tukan penyebarluasan ultrasound didalam jaringan sehingga menghasilkan efek
jaringan tubuh. meka-nis yang besar sekali di dalam
Half Value Depth (HVD) adalah suatu jaringan tubuh yang tidak didapatkan dari
kedalaman dan jarak tertentu dimana ½ modalitas yang lain. Jadi dengan adanya
energi dari ultrasound dapat diserap. variasi tekanan inilah kemudian timbul efek
Energi ultrasound tidak dapat diserap selu- meka-nik yang dikenal dengan istilah micro-
ruhnya ataupun bahkan setengahnya pada massage. Di dalam daerah perbatasan
jarak kedalaman tertentu di dalam jari- antar jaringan yang satu dengan yang lain
ngan. Half value depth digunakan untuk dapat terjadi penambahan intensitas akibat
menjelaskan hubungan antara energi yang dari refleksi gelombang suara. Hal itu
ditransmisikan dengan jarak penetrasi menyebabkan pada daerah perbatasan
14 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008
Perbedaan Pengaruh Pemberian Ultrasound dan Manual Longitudinal Muscle Stretching dengan Ultrasound dan Auto
Stretching Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kondisi Sindroma Miofasial Otot Upper Trapezius

tersebut timbul variasi tekanan yang sangat kontinyu dalam jaringan otot akan menaik-
besar. Oleh karena itu maka dapat kan temperatur sebesar 0,07°C per detik.
dipahami bahwa efek terapetik terbesar Panas yang dihasilkan untuk setiap jaringan
terjadi pada daerah perbatasan. Variasi- tidak sama, hal ini bergantung pada beberapa
variasi tekanan terse-but akan menghasil- faktor yang dapat ditentukan, misalnya:
kan perubahan volume sel-sel tubuh bentuk aplikasi ultrasound (kon-tinyu dan
sebesar 0.02%, perubahan permeabilitas intermitten), intensitas dan lama-nya terapi.
membran sel jaringan. Secara khusus efek Intensitas pada ultrasound ter-gantung dari
micromassage yang ada menyebabkan aktualitasnya, apabila aktua-litas tinggi maka
pelepasan struktur sel mikroskopis, friksi intensitas yang digunakan rendah, sebaliknya
pada jaringan yang menyebabkan efek jika aktualitas rendah maka intensitas yang
panas, osilasi partikel pada medium air, digunakan tinggi. Lamanya terapi bergantung
dan massage intraseluler. Efek ini terjadi pada luas permukaan yang akan diterapi
dengan energi kontinyu ataupun inter- dibagi dengan ERA tarnduser.
mitten. Pengaruh mekanik gelombang
ultrasound pada jaringan akan menyebab- Kedalaman penetrasi maksimum yang
kan inflamasi neurogenik akibat stimulus efektif sehingga terjadi peningkatan suhu
serabut afferen C. Adanya stimulus meka- pada daerah target tergantung kepada
nis akan memberikan rangsangan pada frekuensi yang dimiliki oleh mesin ultra-
saraf polimodal serabut saraf tipe C. saraf sound dan lamanya pemberian terapi.
ini akan memberikan iritasi noxious yaitu Apabila gelombang diserap oleh jaringan
iritasi akibat kerusakan jaringan, kemudian maka akan menimbulkan panas, yang
dibawa ke ganglion dorsalis yang akan paling besar mendapat panas adalah jari-
menghasilkan “P” substance. Kemudian ngan interface, yaitu diantara kulit dan otot
dibawa ke central sehingga menghasilkan serta periosteum. Hal ini karena adanya
stimulus yang menimbulkan inflamasi. gelombang yang diserap serta gelombang
Pada reaksi inflamasi ini akan terjadi pantul, panas yang dihasilkan dapat
proses penyembuhan pada jaringan. berpengaruh pada jaringan otot, cartilago,
2) Efek Termal (Panas) tendon dan kulit, pengaruh panas dari
Beberapa medium yang terpapar ultra- ultrasound dapat membuat panas yang lain
sound akan mengalami peningkatan suhu. yaitu bertambahnya aktivitas sel, vaso-
Tingkat panas yang dihasilkan di dalam dilatasi yang mengaktifkan penambahan
jaringan tergantung kepada frekuensi nutrisi, oksigen dan memperlancar
generator mesin ultrasound, lamanya ter- pengangkatan sisa metabolisme.
papar, kemampuan penyerapan dari jari- Namun demikian efek termal pada ultra-
ngan tersebut dan refleksi yang terjadi di sound pengaruhnya lebih kecil mengingat
permukaan jaringan dan juga penyebaran durasi panas yang diperoleh hanya 1 (satu)
dari gelombang suara tersebut. menit pada tiap-tiap jaringan. Tetapi bila
Micromassage pada jaringan lunak akan terkonsentrasi pada satu jaringan dapat
menghasilkan efek friction yang hangat. menimbulkan “heat burn”, yaitu bila pada
Pada saat friksi terjadi di dalam aliran tempat menonjol atau transduser static.
darah, maka akan terjadi pengeluaran 3) Efek Piezoelektrik
energi yang terus menerus dari ultrasound Efek piezoelektrik pertama kali diper-
yang menyebabkan peningkatan suhu.. kenalkan oleh Pierre dan Jacques Curie
Kemudian dengan adanya micro massage (1880) yang diperoleh dari vibrasi kristal
dan rasa hangat akan menimbulkan efek atau produk sintesis kristal keramik berupa
sedatif pada pasien. ”Lehmann” menge- barium maupun lead zirconate titane.
mukakan bahwa setiap pemberian ultra- Kristal ini dibentuk dengan ketebalan 2-3
sound dengan dosis 1 watt/cm2 secara mm melingkar dengan aksis elektrik, kemu-
dian dieratkan pada bagian dalam permu-

Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 15


Perbedaan Pengaruh Pemberian Ultrasound dan Manual Longitudinal Muscle Stretching dengan Ultrasound dan Auto
Stretching Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kondisi Sindroma Miofasial Otot Upper Trapezius

kaan tranduser. Saat dialiri arus listrik 1) Meningkatkan sirkulasi darah


maka kristal ini akan mengalami getaran Penyerapan dari energi ultrasound antara
baik secara kompresi maupun ekspansi lain menghasilkan efek panas. Tubuh akan
dengan frekuensi sama dengan sinyal memberikan reaksi terhadap efek panas ini
elektrik yang datang. yaitu vasodilatasi. Penting untuk diketahui
Efek piezoelektrik adalah suatu efek yang bahwa efek panas terjadi pada pemberian
dihasilkan apabila bahan-bahan piezoe- ultrasound secara continue maupun inter-
lektrik seperti kristal kwarts mendapatkan mitten. Tetapi efek yang ditimbulkan sangat
pukulan atau tekanan sehingga menyebab- kecil. Pelebaran pembuluh darah ini
kan terjadinya aliran muatan listrik pada sisi disebabkan:
luar dari bahan piezoelektrik tadi. Pada a. Adanya pembebanan zat-zat pengiritasi
manusia seperti pada jaringan tulang, jaringan (tissue stimulant). Hal ini
kolagen dan protein tubuh juga merupakan sebagai konsekuensi dari sel-sel tubuh
bahan-bahan piezoelektrik. Oleh karena itu yang rusak sebagai akibat dari meka-
apabila jaringan-jaringan tadi mendapatkan nisme vibrasi.
suatu tekanan atau perubahan ketegangan b. Adanya iritasi yang langsung pada
akibat mendapatkan aliran listrik dari serabut saraf afferent bermyelin tebal
ultrasound akan menyebabkan perubahan mengakibatkan post excitatory depres-
muatan elektrostatik pada membran sel sion dari aktifitas orthosympatis.
yang dapat mengikat ion-ion. Efek c. Akibat selanjutnya dari proses yang
piezoelektrik antara lain dapat mening- terjadi pada peristiwa kedua adalah
katkan metabolisme dan dapat diman- relaksasi otot.
faatkan untuk penyambungan tulang. Tonus otot yang meninggi akan meng-
Secara umum ultrasound akan mempe- hambat sirkulasi darah, sementara itu
ngaruhi proses elektrode dan kejenuhan dalam waktu yang bersamaan dibutuh-
dari elektrolit tubuh sehingga mengganggu kan energi yang banyak dari jaringan
ion-ion yang berada pada lapisan yang tipis hipotonus tadi dengan cara demikian
di daerah perbatasan antara zat dengan kenaikan konsentrasi dari zat-zat
larutan elektrolit. Fukuda melaporkan pengiritasi jaringan sangat tepat yang
bahwa molekul biologis yang besar seperti menyebabkan meningginya aktifitas
protein dan selulosa memperlihatkan efek nosiseptik. Hal ini menimbulkan bertam-
piezoelektrik. Pada saat protein dan selu- bahya rasa nyeri, bertambahnya kete-
losa tersebut mendapat tekanan mereka gangan otot (tonus), terhambatnya
akan memperlihatkan perubahan listrik di sirkulasi darah. Untuk dapat mema-
permukaannya. Hal tersebut terjadi karena tahkan lingkaran setan ini sangatlah
resonansi dengan ultrasound jelas bahwa peningkatan sirkulasi da-
menyebabkan protein menarik zat rah merupakan tahap yang penting.
metabolik elektrophilik yang menyatu 2) Mengurangi nyeri
selama terjadi iskemia dan nyeri. Pengaruh nyeri terjadi secara tidak
langsung yaitu dengan adanya pengaruh
gosokan membantu “venous dan
Pengaruh Biologis lymphatic”, sehingga terjadi peningkatan
Efek biologis merupakan hasil fisiologis kelenturan jaringan lemak serta menu-
dari pengaruh mekanik dan pengaruh panas. runnya nyeri regang dan proses percepatan
Adapun efek biologis yang dihasilkan ultra-sound regenerasi jaringan.
adalah meningkatkan sirkulasi darah, rileksasi 3) Rileksasi Otot
otot, meningkatkan permeabilitas membran dan Perbaikan sirkulasi darah akan menyebab-
meningkatkan regenerasi jari-ngan. Di bawah ini kan terjadinya relaksasi otot-otot karena
akan dijelaskan secara sing-kat proses timbulnya zat-zat pengiritasi jaringan diangkut. Vibrasi
efek-efek biologis di atas: ultrasound dapat mempengaruhi serabut

16 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008


Perbedaan Pengaruh Pemberian Ultrasound dan Manual Longitudinal Muscle Stretching dengan Ultrasound dan Auto
Stretching Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kondisi Sindroma Miofasial Otot Upper Trapezius

saraf afferent secara langsung dan akibat- vaskuler) dan seluler (reaksi seluler) yang
nya adalah relaksasi otot. pada prinsipnya memacu induksi proliferasi
4) Peningkatan permeabilitas membran fibroblast pada fase pembentukan jaringan
Terjadi pada pelaksanaan secara kontinyu kolagen (kolagen muda) sebagai proses
dan intermitten. Melalui getaran ini, cairan regenerasi awal yang dimulai sejak 24-36
tubuh didorong kedalam membrane sel, jam pertama (fase akut). “P substance”
yang dapat mengakibatkan adanya peru- juga merupakan salah satu neurotrans-
bahan konsentrasi ion yang akan berpe- mitter yang sangat bermanfaat bagi dimu-
ngaruh juga terhadap nilai ambang rang- lainya proses regenerasi jaringan. Pada fase
sang dari sel-sel. akut nocisensorik akan teriritasi oleh reaksi
5) Meningkatkan kemampuan regenerasi kimia akibat aktifnya ”P substance” disekitar
jaringan lesi. Dengan demikian pada fase akut suatu
Dengan pemberian ultrasound menyebab- peradangan akan ditandai dengan nyeri
kan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah yang hebat.
sehingga meningkatkan pasokan bahan 6) Pengaruh terhadap saraf perifer
makanan pada jaringan lunak dan juga ter- Getaran ultrasound dengan intensitas 0.5-3
jadi peningkatan zat antibodi yang mem- watt/cm² dengan gelombang kontinyu
permudah terjadinya perbaikan jaringan dapat mempengaruhi eksitasi dari saraf
yang rusak. Disamping itu akibat dari efek perifer. Efek ini berhubungan dengan efek
panas dan efek mekanik yang ditimbulkan panas sedangkan aspek mekanis tidak
ultrasound menyebabkan terjadinya keru- berpengaruh
sakan jaringan secara fisiologis yang
mengakibatkan terjadinya reaksi radang
yang diikuti oleh terlepasnya “P substance”, Mekanisme Penurunan Nyeri Sin-
prostaglandin, bradikinin dan histamin yang droma Miofasial Melalui Ultrasound
mengakibatkan terangsangnya serabut Pemberian terapi menggunakan ultra-
syaraf yang bermyelin tipis maupun serabut sound mempunyai efek mekanik dan heating.
tak bermyelin sehingga timbul rasa nyeri. Efek mekanik akan menimbulkan micromassage
Namun dengan terangsangnya “P subs- sehingga dapat mengenai taut band, meng-
tance” tersebut mengakibatkan proses in- hancurkan abnormal cross link yang ada pada
duksi proliferasi akan lebih terpacu fasia dan serabut otot yang kemudian akan
sehingga mempercepat terjadinya penyem- mengurangi iritasi serabut saraf Aδ dan C,
buhan jaringan yang mengalami cidera. sehingga nyeri regang akan berkurang. Penga-
Jika terjadi lesi pada suatu jaringan ruh mekanik tersebut juga akan menstimulasi
tertentu akan timbul hiperalgesia primer saraf polimodal dan akan dihantarkan ke
disekitar lesi, kemudian diikuti oleh hiperal- ganglion dorsalis sehingga memicu produksi “P
gesia segmen akibat reflek aksonal yang subtance” untuk selanjutnya terjadi inflamasi
mengaktifkan P substance sebesar 80% sekunder atau dikenal “neurogenic inflam-
didaerah lesi dan 20% menuju lamina mation”. Namun dengan terangsangnya “P”
cornu posterior medulla spinalis yang seg- substance tersebut pada prinsipnya akan
men dengan daerah lesi. memacu proliferasi fibroblast sehingga mem-
Reaksi “P substance” bersama neurotrans- percepat terjadinya penyembuhan jaringan
mitter lainnya seperti histamin, bradikinin yang mengalami kerusakan. Adanya pengaruh
dan prostaglandin merupakan kelompok gosokan juga membantu “venous dan
senyawa amin yang berperan dalam reaksi lymphatic”, sehingga akan menghasilkan pum-
radang yang terjadi oleh karena adanya ping action.
kerusakan atau lesi jaringan akibat trauma Efek heating akan memberikan panas
(stimulus mekanik), stimulus elektris mau- lokal pada daerah otot ataupun fasia yang da-
pun stimulus kimiawi. Reaksi “P substance” pat menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah
tersebut dapat bersifat vaskuler (reaksi dan menghasilkan peningkatan sirkulasi darah

Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 17


Perbedaan Pengaruh Pemberian Ultrasound dan Manual Longitudinal Muscle Stretching dengan Ultrasound dan Auto
Stretching Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kondisi Sindroma Miofasial Otot Upper Trapezius

ke daerah tersebut, sehingga zat-zat iritan oleh hanya 1 (satu) menit pada tiap-tiap
penyebab nyeri dapat terangkat dengan baik jaringan.
lalu masuk kembali ke dalam aliran darah, baik Ada beberapa tipe stretching yang
vena dan limfe, sehingga membantu dalam digunakan dalam penanganan miofasial otot
mengatasi spasme otot. Pengaruh panas dari upper trapezius, yaitu manual longitudinal
ultrasound dapat membuat panas yang lain muscle stretching (pasif stretching) dan auto
yaitu bertambahnya aktivitas sel, vasodilatasi stretching (stretching aktif). Untuk mengetahui
p-embuluh darah yang memberikan penam- tingkat efektifitas antara manual longitudinal
bahan nutrisi, oksigen dan memperlancar pe- muscle stretching dan auto stretching pada
ngangkutan sisa metabolisme. Namun demi- miofasial otot upper trapezius, maka berikut ini
kian efek termal pada ultrasound pengaruhnya akan dipaparkan mengenai manual longitudinal
lebih kecil mengingat durasi panas yang diper- muscle stretching dan auto stretching.

Tabel 4
Efek fisiologis ultrasound dan implikasi klinis
Efek fisiologis Implikasi klinis
Meningkatkan ekstensibilitas kolagen Mempermudah stretching dan meningkatkan lingkup gerak
tendon, kapsul sendi dan jaringan parut. sendi dari tendon, kapsul sendi otot yang kontraktur akibat
jaringan parut.
Menurunkan konduksi saraf sensorik Mengurangi nyeri.
maupun motorik dengan meningkatkan
ambang rangsang nyeri
Mempengaruhi aktifitas kontraktil otot Mengurangi spasme otot.
rangka, mengurangi aktivitas spindel otot
dan mengurangi spasme otot yang secara
sekunder menyebabkan nyeri.
Meningkatkan aliran darah Menurunkan proses peradangan kronik dan spasme otot.
Menstimulasi pelepasan histamin dari sel Mempercepat penyembuhan luka dengan percepatan fase
mast oleh adanya granulasi jaringan dan awal peradangan.
pelepasan serotinin dari sel darah.
Stimulasi pelepasan haemostatik agen dan Mempercepatpenyusutanlukaakibatkurangnya
faktor pertumbuhan dari makrofag. pembentukan jaringan parut.
Stimulasi pembentukan kapiler darah baru Mempercepat penyembuhan luka dengan perbaikan
oleh sel-sel endotel. sirkulasi yang memerlukan sintesis kolagen.
Stimulasi fibroblast untuk meningkatkan Mempercepat penyembuhan dengan memproduksi kolagen
sintesis protein. yang hilang.
Meningkatkan kandungan kolagen. Meningkatkan daya lentur jaringan.
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Manual Longitudinal Muscle Stret-ching Penempatan kedua tangan atau kedua


jari pada otot dan group otot dapat mengu-rangi
Pengertian Manual Longitudinal Mus-cle miofasial restriksi. Untuk area yang kecil selalu
Stretching satu atau dua jari atau ibu jari yang digunakan.
Manual longitudinal muscle stretching Untuk area yang luas akan men-dapatkan hasil
adalah suatu teknik manipulasi jaringan lunak yang lebih baik dengan peng-gunaan tangan
dengan menggunakan penekanan searah menyilang, dimana penekanan di seluruh
dengan serabut otot. Manual longitudinal mus- kedua tangan. Penekanan dengan
cle stretching dikenal juga sebagai paralel atau menggunakan kedua tangan secara pelan atau
linear stretching, yang merupakan jenis pasif perlahan akan meningkatkan penekanan prok-
stretching (peregangan pasif) yang dilakukan simal pada otot yang kemudian akan terjadi
oleh fisioterapi. penguluran (stretching) pada serabut otot).
Penggunaan tekanan yang cukup dapat me-
18 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008
Perbedaan Pengaruh Pemberian Ultrasound dan Manual Longitudinal Muscle Stretching dengan Ultrasound dan Auto
Stretching Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kondisi Sindroma Miofasial Otot Upper Trapezius

ngulur superficial kulit, fasia, dan jaringan di Mekanisme Pengurangan Nyeri Mio-
bawah otot, posisi tersebut dapat membuat fasial Upper Trapezius Melalui Auto
relaksasi dari jaringan lunak. Manual longitu- Stretching
dinal muscle stretching secara langsung ber- Pemberian auto stretching dapat
pengaruh terhadap peregangan lokal pada otot mengurangi iritasi terhadap saraf Aδ dan saraf
dan fasia, selain itu juga dapat melepaskan tipe C yang menimbulkan nyeri akibat adanya
abnormall cross link. abnormal cross link. Hal ini dapat terjadi karena
pada saat diberikan auto stretching serabut otot
ditarik keluar sampai panjang sarkomer penuh.
Auto Stretching Ketika hal ini terjadi maka akan mem-bantu
Auto stretching juga dikenal sebagai meluruskan kembali beberapa serabut atau
self-stretching karena tipe ini dilakukan sendiri abnormal cross link akibat sindroma miofasial.
oleh pasien secara aktif. Auto stretching
adalah stretching otot pada posisi yang benar, Auto stretching dapat bermanfaat pada
yang dapat mencegah dan atau mengurangi serabut otot yang mengalami nyeri miofasial.
keka-kuan dan perasaan yang tidak nyaman. Serabut otot yang terganggu akan menye-
Auto stretching merupakan stretching yang babkan penurunan elastisitas otot akibat ada-
efektif, karena berpengaruh terhadap semua nya taut band dalam serabut otot. Sarkomer
otot yang membatasi gerakan. (Evjenth Olaf & sebagai komponen elastis di dalam serabut otot
Hamberg Jean , 1997). akan mengalami gangguan. Pemberian auto
Teknik auto stretching merupakan stretching yang dilakukan secara perlahan akan
aspek penting dari program latihan di rumah menghasilkan peregangan pada sarkomer
(home program) dan merupakan penatalak- sehingga peregangan akan mengembalikan
sanaan terapi jangka panjang pada beberapa elastisitas sarkomer yang terganggu.
gangguan muskuloskeletal. Pemberian edukasi Auto stretching dapat mencegah dan
terhadap pasien tentang cara yang aman atau mengurangi kekakuan dan perasaan yang
melakukan prosedur auto stretching di rumah tidak nyaman. Auto stretching merupakan
sangat penting untuk pencegahan injuri kem- stretching yang efektif, karena berpengaruh
bali atau mencegah terjadinya disfungsi di terhadap semua otot upper trapezius yang
masa akan datang. Adapun prinsip untuk membatasi gerakan
mengaplikasikan auto stretching adalah
sebagai berikut:
1) Posisi awal harus aman dan stabil Metode
2) Fungsi dari otot atau grup otot yang Penelitian ini bersifat kuasi eksperimen
sebenarnya adalah harus selalu dihitung. yang bertujuan untuk mempelajari perbedaan
3) Latihan harus selalu terkontrol dan mem- pengaruh pemberian terapi Ultrasound dan
punyai dampak yang sesuai (diharapkan). Manual Longitudinal Stretching dengan Ultra-
4) Otot atau grup otot harus dalam keadaan sound dan Auto Stretching terhadap pengu-
terulur di berbagai posisi dan memanjang rangan nyeri pada kondisi sindroma miofasial
sebisa mungkin sehingga dapat mencapai otot upper trapezius.
batas dari mobilitas normal. Pada penelitian ini sampel penelitian
berjumlah 30 orang yang terbagi dalam dua
Prinsip-prinsip vital ini yang membuat kelompok. Kelompok pertama berjumlah 15
auto stretching efektif dan aman. Auto stret- orang diberikan terapi Ultrasound dan Manual
ching membantu bergerak dengan mudah dan Longitudinal Muscle Stretching sedangkan
lebih baik. Tidak ada reaksi perlindungan yang kelompok yang kedua berjumlah 15 orang
ditimbulkan dan tidak terdapat resiko overs- diberikan terapi Ultrasound dan Auto Stret-
tretch atau kerobekan pada otot jika stretching ching. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
dilakukan secara perlahan dan lembut. untuk melihat perbedaan pengaruh terapi
Ultrasound dan Manual Longitudinal Muscle
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 19
Perbedaan Pengaruh Pemberian Ultrasound dan Manual Longitudinal Muscle Stretching dengan Ultrasound dan Auto
Stretching Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kondisi Sindroma Miofasial Otot Upper Trapezius

Stretching dengan Ultrasound dan Auto ngan cara dipalpasi, kemudian dilakukan
Stretching terhadap pengurangan nyeri pada kompresi atau penekanan pada daerah
kondisi sindroma miofasial otot upper tra- tersebut. Supaya lebih valid dalam mela-
pezius. Intensitas nyeri diukur dengan meng- kukan provokasi nyeri, maka pada saat
gunakan instrument Visual Analogue Scale. dilakukan penekanan diberikan beban yang
Hasil pengukuran intensitas nyeri tersebut sama terhadap pasien. Kemudian sampel
akan dianalisa dan dibandingkan antara penelitian diminta untuk memberikan tanda
kelompok perlakuan pertama dan kelompok rasa nyeri yang dirasakan setelah pem-
perlakuan kedua. berian kompresi pada formulir yang berisi
1. Kelompok Perlakuan I instrument Visual Analogue Scale.
Pada kelompok ini sampel penelitian de- Setelah pengukuran selesai dilanjutkan de-
ngan sindroma miofasial otot upper tra- ngan pemberian terapi Ultrasound dan Auto
pezius diberikan terapi Ultrasound dan Stretching dan sesudahnya dilakukan kem-
Manual Longitudinal Muscle Stretching. bali pengukuran nyeri dengan instrumen
Sebelum perlakuan dilakukan pengukuran pengukuran yang sama yaitu Visual Analo-
nyeri dengan menggunakan instrumen gue Scale untuk mengetahui hasil dari
Visual Analogue Scale untuk mengetahui terapi yang diberikan.
tingkat nyeri yang dirasakan akibat
sindroma miofasial otot upper trapezius.
Provokasi nyeri yang dilakukan adalah Hasil
dengan mencari trigger point dengan cara Selama penelitian berlangsung, peneliti
dipalpasi, kemudian dilakukan kompresi mendapatkan 30 sampel penderita nyeri sin-
atau penekanan pada daerah tersebut. droma miofasial otot upper trapezius yang
Supaya lebih valid dalam melakukan provo- terbagi ke dalam dua kelompok (masing-
kasi nyeri, maka pada saat dilakukan masing 15 orang sampel). Sampel penelitian
penekanan diberikan beban yang sama ter- dibagi dalam dua kelompok perlakuan yaitu
hadap pasien. Kemudian sampel penelitian kelompok perlakuan I dan Kelompok perlakuan
diminta untuk memberikan tanda intensitas II. Kelompok perlakuan I diberikan intervensi
nyeri yang dirasakan setelah pemberian Ultrasound dan Manual Longitudinal Muscle
kompresi pada formulir yang berisi Stretching, sedangkan kelompok perlakuan II
instrument Visual Analogue Scale. diberikan intervensi Ultrasound dan Auto
Setelah pengukuran selesai dilanjutkan Stretching.
dengan pemberian terapi Ultrasound dan Dari sampel penelitian yang diperoleh
Manual Longitudinal Muscle Stretching dan dapat dideskripsikan beberapa karakteristik
sesudahnya dilakukan kembali pengukuran sampel penelitian sebagai berikut :
nyeri dengan instrumen pengukuran yang
sama yaitu Visual Analogue Scale untuk Grafik 1
mengetahui hasil dari terapi yang diberikan. Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin
Kelompok Perlakuan I
2. Kelompok Perlakuan II
Pada kelompok perlakuan II sampel de-
ngan sindroma miofasial otot upper
trapezius diberikan terapi Ultrasound dan 20%
Auto Stretching. Sebelum perlakuan 80% Laki-Laki
Perempuan
dilakukan pengukuran nyeri dengan meng-
gunakan instrumen Visual Analogue Scale
untuk mengetahui tingkat nyeri yang dira-
sakan akibat sindroma miofasial otot upper
trapezius. Provokasi nyeri yang dilakukan
adalah dengan mencari trigger point de-

20 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008


Perbedaan Pengaruh Pemberian Ultrasound dan Manual Longitudinal Muscle Stretching dengan Ultrasound dan Auto
Stretching Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kondisi Sindroma Miofasial Otot Upper Trapezius

Kelompok Perlakuan II sesudah intervensi diperoleh nilai mean


23,06 dengan standar deviasi 7,43. Hal ini
menunjukkan adanya penurunan nilai VAS
pada kelompok perlakuan I setelah
mendapatkan intervensi sebanyak 6 kali.
27%
73% Laki-Laki
Perempuan Tabel 5
Nilai VAS pada kelompok perlakuan I
Sampel Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi
1 85 31
2 76 26
Sumber: Hasil Pengolahan Data 3 74 13
4 58 21
Grafik 2 5 78 16
Distribusi sampel berdasarkan usia 6 75 19
Kelompok Perlakuan I
7 80 22
8 60 34
9 84 10
10 79 20
6.67% 11 92 35
33.33% 16-20 12 85 24
60% 21-25 13 73 28
26-30
14 60 29
15 70 18
Mean 75,27 23,06
SD 9,96 7,43
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Kelompok Perlakuan II

Grafik 3
6.67% Nilai mean kelompok perlakuan I
53.33% 40% 16-20
21-25
100
90
26-30
80
(mm

70
60
)

50 Mean
VA
S

40
30
20
Sumber: Hasil Pengolahan Data 10
0
I
II III IV V VI

Hasil Pengukuran Nyeri Intervensi


Intervensi Inter vensi
Inter vensi Intervensi

a. Nilai VAS pada kelompok perlakuan I


Pengukuran nyeri dengan menggunakan Sebelum
Intervensi Intervensi

VAS pada kelompok perlakuan I sebelum


Sumber: Hasil Pengolahan Data
dan sesudah intervensi selama 6 kali dapat
dilihat pada tabel 5. b. Nilai VAS pada kelompok perlakuan II
Pengukuran nyeri dengan menggunakan VAS
Berdasarkan tabel pada kelompok perla-
pada kelompok perlakuan II sebelum dan
kuan I dengan jumlah sampel 15 orang
sesudah intervensi selama 6 kali adalah
diperoleh nilai mean sebelum intervensi
sebagai berikut:
75,27 dengan standar deviasi 9,96 dan

Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 21


Perbedaan Pengaruh Pemberian Ultrasound dan Manual Longitudinal Muscle Stretching dengan Ultrasound dan Auto
Stretching Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kondisi Sindroma Miofasial Otot Upper Trapezius

Tabel 6 Uji Normalitas


Nilai VAS pada kelompok perlakuan II Untuk mengetahui apakah sampel dari
Sebelum Sesudah populasi yang telah diperoleh berdistribusi nor-
Sampel
Intervensi Intervensi mal, maka digunakan uji normalitas dengan
menggunakan uji one sample kolmogorov
1 75 6 simirnov. Dari uji tersebut didapatkan hasil
2 68 16 bahwa sampel berasal dari populasi yang
3 81 18 berdistribusi normal.
4 74 22
5 85 10
6 76 13
Uji Homogenitas
7 85 28
8 75 10
Dalam penelitian ini untuk melihat
9 70 12 homogenitas sampel pada awal penelitian atau
10 77 21 perbedaan nilai VAS sebelum intervensi antara
11 74 18 kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan
12 88 12 II (dua sampel independen) dengan jenis data
13 78 15 interval, peneliti menggunakan uji F. diperoleh
14 76 14 nilai P-value 0,662 dimana P > α (0,05). Maka
15 67 27 dapat disimpulkan bahwa varian pada kedua
Mean 76,60 16,13 kelompok perlakuan adalah sama atau
Sumber: Hasil Pengolahan Data homogen.
Uji hipotesis yang digunakan pada
penelitian ini adalah uji t-test related untuk
Grafik 4 menentukan ada tidaknya perbedaan nilai nyeri
Nilai mean kelompok perlakuan II sebelum dan sesudah pada kelompok perla-
kuan I dan kelompok perlakuan II. Selain uji
100 diatas, juga digunakan uji t-test independent
90
80 untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan nilai
70 nyeri sesudah intervensi pada kelompok
(mm

60
perlakuan I dan kelompok perlakuan II.
VAS )

50 Mean
40 Berdasarkan hasil uji t-test related dari
30
20 data tersebut didapatkan nilai P = 0.00 dimana
10 P < 0.05, hal ini berarti Ho ditolak. Sehingga
0 dapat disimpulkan bahwa terdapat pengura-
I II
III IV V VI ngan nyeri yang sangat signifikan pada
intervensi Ultrasound dan Manual Longitudinal
intervensi
Intervensi Intervensi
Intervensi Intervensi Muscle Stretching pada kondisi sindroma
miofasial otot upper trapezius.
Intervensi Intervensi
Sebelum Uji hipotesis II untuk mengetahui
Sumber: Hasil Pengolahan Data pengaruh pemberian intervensi Ultrasound dan
Auto Stretching terhadap pengurangan nyeri
Berdasarkan tabel pada kelompok perlakuan II pada kondisi sindroma miofasial otot upper
dengan jumlah sampel 15 orang diperoleh nilai trapezius dimana dua sampel yang saling
mean sebelum intervensi 76,60 dengan standar berpasangan (related) dengan jenis data inter-
deviasi 6,10 dan sesudah intervensi diperoleh val pada kelompok perlakuan II maka digu-
nilai mean 16,13 dengan standar deviasi 6,27. nakan uji t-test related.
Hal ini menunjukkan adanya penurunan nilai VAS Berdasarkan hasil uji t -test related dari
pada kelompok perlakuan II setelah data tersebut didapatkan nilai P = 0.00 dimana
mendapatkan intervensi sebanyak 6 kali. P < 0.05, hal ini berarti Ho ditolak. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengura-
22 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008
Perbedaan Pengaruh Pemberian Ultrasound dan Manual Longitudinal Muscle Stretching dengan Ultrasound dan Auto
Stretching Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kondisi Sindroma Miofasial Otot Upper Trapezius

ngan nyeri yang sangat signifikan pada Implikasi


intervensi Ultrasound dan Auto Stretching pada Pemberian intervensi Ultrasound dan
kondisi sindroma miofasial otot upper trape- Manual Longitudinal Muscle Stretching maupun
zius. Ultrasound dan Auto Stretching telah terbukti
Uji hipotesis III untuk mengetahui per- dapat mengurangi nyeri akibat sindroma
bedaan pengaruh pemberian intervensi miofasial otot upper trapezius, sehingga dapat
Ultrasound dan Manual Longitudinal Muscle digunakan sebagai suatu intervensi terpilih
Stretching dengan Ultrasound dan Auto Stret- yang efektif yang nantinya dapat diterapkan
ching terhadap pengurangan nyeri pada dan dikembangkan pada kondisi sindroma
kondisi sindroma miofasial otot upper trapezius miofasial otot upper trapezius.
dimana dua sampel yang saling tidak berpasa-
ngan (independen) pada kelompok perlakuan I
dan II dengan jenis data interval maka
digunakan uji t-test independent. Daftar Pustaka
Berdasarkan hasil uji t-test independent Darlene hurtling-Randolph M. Kessler, Lippin
dari selisih nilai VAS pada kelompok perlakuan Cott Willians dan Wilkins.”Management
I dan II didapatkan nilai P = 0.051 dimana P > Of Common Musculoskeletal Disorder”,
0.05, hal ini berarti Ho diterima. Sehingga Physical Therapy Principles And
dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan Methodes, fourth edition, Seattle,
pengaruh antara intervensi Ultrasound dan Washington, 2005.
Manual Longitudinal Muscle Stretching dengan
Ultrasound dan Auto Stretching terhadap Evjenth Olaf & Hamberg Jean, “Auto
pengurangan nyeri pada kondisi sindroma Stertching”, Alfa Rehab Forlag AB,
miofasial otot upper trapezius. Sweden, 1997.

Heru Purbo, “Manajemen Nyeri Punggung


Bawah”, Jurnal Penelitian dan Artikel
Kesimpulan Ilmiah, Kafista, Surakarta, 2007.
Berdasarkan uraian dari hasil penelitian
Hwang, Byong-yong, “Basic Bobath Course”, 3-
dan pembahasan, maka dapat diambil kesim-
23 Juli 2006 Universitas Indonusa Esa
pulan sebagai berikut:
Unggul, Jakarta, 2006.
1. Ada pengaruh pemberian intervensi Ultra-
sound dan Manual Longitudinal Muscle
IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA, “The
Stretching terhadap pengurangan nyeri Indonesia Physiotherapy Association”,
pada kondisi sindroma miofasial otot upper
trapezius. Kumpulan peraturan dan keputusan
profesi fisioterapi Indonesia, Tahun
2. Ada pengaruh pemberian intervensi Ultra- 2002.
sound dan Auto Stretching terhadap
pengurangan nyeri pada kondisi sindroma Jack H Wilmore, David L. Costill, “Physiology of
miofasial otot upper trapezius.
sport & exercise”, 2nd edition Human
3. Tidak ada perbedaan pengaruh antara kinetic USA, 1999.
pemberian intervensi Ultrasound dan
Manual Longitudinal Muscle Stretching James R. Ericton, “Myofascial Pain and
dengan Ultrasound dan Auto Stretching Fibromyalgia”, Advances in Pain
terhadap pengurangan nyeri pada kondisi Research and Therapy Vol 17, New
sindroma miofasial otot upper trapezius. York, 1990.

Kuntoro, Heru Purbo dkk, “ Sumber Fisis”,


Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
DEPKES RI, Jakarta, 1993.
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 23
Perbedaan Pengaruh Pemberian Ultrasound dan Manual Longitudinal Muscle Stretching dengan Ultrasound dan Auto
Stretching Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kondisi Sindroma Miofasial Otot Upper Trapezius

Kysner Caroline & Colby Lyn Allen, Slamet Parjoto, ”Terapi Latihan Pada Nyeri
“Therapeutic Exercise Foundation and Punggung Bawah”, Jurnal Penelitian
Techniques”, FA. Davis, Philadelphia, dan Artikel Ilmiah, Kafista, 2007.
1998.
Sugiyono, “Statistika untuk Penelitian”, Cetakan
Low John & Reed Ann, “Electrotherapy kedelapan. CV Alfabeta, Bandung, 2005.
Explained”, 3rd edition, Butterworth-
Heinemann, Oxford, 2000. Sugjianto, “Dasar dan Filosofi Manual Terapi”,
Fisioterapi Universitas Indonusa Esa
Magee, David J, “Orthopedic Physical Unggul, Jakarta, 2001.
Assesment”, Faculty Of Rehabilitative
Medicine Departement Of Physical William F. Ganong, “Buku Ajar Fisiologi
Therapy University Of Alberta Kedokteran”, Edisi 17, EGC, Jakarta,
Edmonton, Alberta, Canada, 1987. 1998.

Prasetya Hudaya, “Farmakoterapi Pada Nyeri www.clearpassage.com/myofascial%20pain%2


Punggung Bawah”, Jurnal Penelitian 0syndrome.htm
dan Artikel Ilmiah, Kafista, Surakarta,
2007. www.conventrypainclinic.com

Raj, P. Prithvi, “Practical Management of Pain”, www.google.com


3rd edition. A Harcourt Health Scientist
Company. St.Louis Philadelphia, 2000. www.medicineau.net.au/clinical/musculoskeleta
l/Myofascial.html
Reese, Nancy Berryman, “Muscle and Sensory
Testing”, W.B. saunders Company. www. Nuclesinc .com
Philadelphia, 1999.

24 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008

Anda mungkin juga menyukai