Anda di halaman 1dari 3

Miftahul Jannah

A31115501
RMK Akuntansi Syariah
MATERI : AKAD JUAL BELI

DEFINISI AKAD JUAL BELI

Jual beli dapat diartikan sebagai proses tukar menukar atau menukar barang yang satu
dengan barang yang lain. Sedangkan saat ini jual beli lebih dimaknai sebagai proses jual beli
untuk menukar barang dengan uang. Dalam islam jual beli sering disebut sebagai al bai atau
proses tukar menukar.

Pada dasarnya hukum jual beli adalah halal dan riba adalah haram namun hukum jual
beli sendiri adalah sesuai dengan kondisi, bisa haram, halal, mubah atau makruh tergantung
pada pemenuhan rukun, syarat maupun hal-hal lainnya. Perihal mengenai jual beli sendiri
disebutkan dalam Alqur’an Surah Al-Baqarah yang artinya sebgaia berikut :

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka
yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli
itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti
(dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS Al
Baqarah : 275)

Akad jual beli dalam islam sendiri diartikan sebagai kemauan seseorang untuk
melakukan jual beli yang dari dalam hatinya sendiri dan juga diartikan sebagai ikatan ijab
Kabul antara penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli yang sesuai dengan
syariat dalam agama islam. (baca pinjaman dalam islamdan pinjaman tanpa riba menurut
islam)

SYARAT AKAD JUAL BELI

Akad jual beli yang merupakan ijab Kabul dalam jual beli memiliki tiga syarat utama
untuk dipenuhi. Diantara syarat tersebut antara lain :
 Ridha penjual dan pembeli

Dalam melakukan akad jual beli kedua belah pihak yang melakukan proses jual beli
haruslah ridho atau suka sama suka dalam melakukan proses transaksi dan tidak ada paksaan
diantara keduanya sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT Quran surat An Nisa
ayat 29 berikut ini :

َ ُ‫اض ِم ْن ُك ْم ۚ َو ََّل ت َ ْقتُلُوا أ َ ْنف‬


َ ‫س ُك ْم ۚ ِإ ان ا‬
َ‫َّللا َكان‬ ٍ ‫ارة ً َع ْن ت ََر‬ ِ ‫َيا أَيُّ َها الاذِينَ آ َمنُوا ََّل ت َأ ْ ُكلُوا أ َ ْم َوالَ ُك ْم َب ْي َن ُك ْم ِب ْال َب‬
َ ‫اط ِل ِإ اَّل أ َ ْن ت َ ُكونَ ِت َج‬
‫بِ ُك ْم َر ِحي ًما‬

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu (QS An Nisa : 29)

 Memenuhi syarat jual beli

Akad jual beli hanya bisa berlaku pada mereka yang sudah memenuhi syarat dalam
membelanjakan harta dan melakukan jual beli. Syarat tersebut antara lain merdeka, mukallaf
atau sudah terbebani syariat dan juga harus sudah bisa membelanjakan harta dengan
menggunakan akal. Dalam hal ini anak kecil yang belum mengerti harta atau pembelanjaan
tidaklah sah jika melakukan jual beli. (baca harta dalam islam dan pembagian harta warisan
menurut islam)

 Barang yang dijual milik pembeli atau yang mewakili

Dalam akad jual beli barang yang diperjualbelikan haruslah merupakan milik dari si
penjual atau orang yang mewakilinya. Apabila barang yang dijual bukan milik penjual maka
akad jual beli tidaklah sah. Sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut. diriwayatkan
Hakim bin Hizam bertanya pada Rasulullah SAW :

َ ‫ق قَا َل ََّل تَ ِب ْع َما لَي‬


َ‫ْس ِع ْندَك‬ ُ ‫ْس ِع ْندِي أ َ ِبيعُهُ ِم ْنهُ ث ُ ام أَ ْبت َا‬
ِ ‫عهُ لَهُ ِم ْن السُّو‬ ‫َّللاِ يَأ ْ ِتينِي ا‬
َ ‫الر ُج ُل فَيَ ْسأَلُنِي ْالبَ ْي َع لَي‬ ‫سو َل ا‬
ُ ‫يَا َر‬

“Wahai Rasulullah, ada seseorang yang mendatangiku lalu ia meminta agar aku menjual
kepadanya barang yang belum aku miliki, dengan terlebih dahulu aku membelinya dari
pasar?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Janganlah engkau menjual
sesuatu yang tidak ada padamu.” (HR. Abu Daud no. 3503, An Nasai no. 4613, Tirmidzi no.
1232 dan Ibnu Majah no. 2187).

RUKUN AKAD JUAL BELI

Sebagaimana perkara muamalah lainnya, dalam akad jual beli ada rukun yang harus
dipenuhi. Rukun tersebut diantaranya adalah

 Dua pihak yang melakukan akad

Dalam hal ini dua pihak tersebut adalah pihak penjual dan pembeli yang memenuhi
syarat akad jual beli yang telah disebutkan sebelumnya. Tanpa adanya kedua belah pihak
maka transaksi tidak bisa dianggap sah.

 Objek dalam akad jual beli

Selain ada penjual dan pembeli, dalam akad jual beli harus ada objek yang diperjual
belikan. Objek tersebut bisa berupa harta benda maupun manfaat atau jasa yang dapat diambil
dan diberikan nilainya. Objek dalam akad jual beli juga harus memenuhi syarat diantaranya
objek tidak merupakan barang, harta yang haram untuk diperjualbelikan misalnya manusia
atau barang najis seperti khamr, bangkai, daging babi, anjing, narkoba dan sebagainya. Objek
dalam akad jual beli haruslah halal dan tidak memberikan mudharat bagi pembelinya.

 Kalimat Ijab Kabul atau Shighat al akad

Kalimat ijab Kabul atau sighat al akad adalah kalimat dimana pembeli menyatakan
membeli barang dari penjual dan penjual tersebut mengucapkan bahwa ia menyerahkan
barang atau objek jual beli tersebut kepada pembeli.

Dengan demikian setiap syarat dan rukun akad jual beli dalam islam haruslah
dilaksanakan agar jual beli sah secara islam dan tidak mendapatkan mudharat atau masalah
dikemudian harinya.

Sumber :
https://dalamislam.com/hukum-islam/ekonomi/akad-jual-beli-dalam-islam

Anda mungkin juga menyukai