I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
komoditas padi dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan sering dengan
masih rendah, penurunan luas panen yang disebabkan oleh alih fungsi lahan,
kesuburan tanah rendah, perubahan kondisi iklim, serangan hama dan penyakit.
Padi gogo (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman padi yang
banyak dibudidayakan pada lahan kering. Padi gogo telah menjadi alternatif
dalam peningkatan produksi padi dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Hal ini
dikarenakan padi gogo memiliki nurtisi yang mampu mencukupi 63% total
kecukupan energi dan 37% protein (Norsalis, 2011). Kebutuhan padi gogo terus
dibarengi dengan peningkatan produksi padi gogo itu sendiri. Produksi padi gogo
Sulawesi Tenggara pada tahun 2014 sebesar 3,148 t.ha-1(BPS Sultra, 2015), dan
mengalami penurunan pada tahun 2015 sebesar 2,699 t.ha-1(BPS Sultra, 2016).
Rendahnya produksi padi gogo disebabkan oleh kondisi iklim dan tanah
bervariasi, tingkat serangan hama dan penyakit tinggi, penurunan luas panen yang
disebabkan oleh alih fungsi lahan dan belum optimalnya penerapan teknologi
petani dalam membudidayakan padi gogo yaitu kurang tersedianya varietas dan
2011) yang mempunyai rasa enak, toleran terhadap lahan marginal, tahan terhadap
beberapa jenis hama dan penyakit, memerlukan masukan pupuk yang rendah serta
Perbaikan varietas padi gogo terus dilakukan oleh para peneliti untuk
menjadi suatu bentuk yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Hasil kegiatan
pemuliaan tanaman berupa varietas unggul, baik varietas unggul baru maupun
varieras unggul lokal menjadi salah satu teknologi kunci dalam peningkatan hasil
26,3%, dan 17,6% interaksi antara keduanya. Sementara itu dalam teknologi,
peran varietas bersama pupuk dan air terhadap peningkatan produktivitas padi
adalah 75%.
berbagai varietas atau tetua yang mempunyai sifat-sifat yang diinginkan. Salah
satu alternatif yang banyak diterapkan dalam memperbaiki varietas secara lebih
singkat yaitu melalui mutasi. Metode mutasi merupakan salah satu metode untuk
terjadi secara tiba-tiba dan acak pada materi genetik (genom, kromosom, gen).
3
tanaman (Asadi et al., 2013). Tujuan pemberian induksi mutasi pada tanaman
yaitu untuk menciptakan populasi dasar yang memiliki tingkat keragaman genetik
dengan perbaikan beberapa sifat tanpa merubah sebagian besar sifat baiknya
(Soeranto, 2003). Induksi mutasi diarahkan untuk mengubah satu atau beberapa
mendapatkan varieras padi gogo hasil mutasi yang memiliki produksi tinggi, umur
panen yang singkat, tahan kekeringan dan tahan terhadap hama dan penyakit.
et al. (2015) melaporkan bahwa pemberian induksi mutasi pada tanaman kedelai
dapat menghasilkan tanaman yang lebih tinggi dari pada tanaman induknya.
dalam populasi yang beragam (Kasno et al., 2013) untuk memperoleh individu
unggul yang diharapkan. Seleksi dalam pemuliaan tanaman menjadi acuan dalam
menghasilkan varietas baru. Metode seleksi merupakan proses yang efektif untuk
tinggi. Helyanto et al. (2000), menyatakan bahwa apabila suatu karakter memiliki
keragaman genetik cukup tinggi, maka keragaman karakter tersebut antar individu
dalam populasinya akan tinggi pula sehingga seleksi akan lebih mudah untuk
4
genetik sangat diperlukan untuk memperoleh varietas baru yang diharapkan (Zen,
2002).
penelitian ini guna untuk mengetahui seleksi galur padi gogo (Oryza sativa L.)
B. Rumusan Masalah
padi gogo ?
2. Apakah ada galur padi gogo hasil mutasi yang memiliki produksi tinggi
2. Mengetahui galur padi gogo hasil mutasi yang memiliki produksi tinggi
3. Terdapat minimal satu galur padi gogo hasil mutasi yang memiliki produksi
tinggi.
5
Kegunaan dari penelitian ini yaitu sebagai sumber informasi bagi petani
dan peneliti selanjutnya, khususnya mengenai seleksi galur padi gogo (Oryza
A. Deskripsi Teori
Kingdom : Plantae
Devisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Famili : Graminae
Genus : Oryza
Akar tanaman padi berfungsi untuk menyerap hara dan air, berperan dalam
proses respirasi dan menopang tegaknya batang. Akat tanaman padi gogo dapat
digolongkan menjadi dua macam, yakni yakni akar primer dan akar seminal. Akar
primer yaitu akar yang tumbuh dari kecambah biji, sedangkan akar seminal
merupakan akar yang tumbuh dekat buku-buku. Kedua akar ini tidak banyak
mengalami perubahan setelah tumbuh karena akar padi gogo tidak mengalami
berongga. Oleh karena itu, stadium reproduksi disebut juga stadium perpanjangan
7
ruas. Ruas antar batang semakin kebawah semakin pendek. Pada buku paling
bawah akan tumbuh tunas yang akan menjadi batang sekunder, selanjutnya batang
Padi memiliki daun berbentuk lanset dengan urat tulang daun sejajar
tertutupi oleh rambut yang halus dan pendek. Pada bagian teratas dari batang,
terdapat daun bendera yang ukurannya lebih lebar dibandingkan dengan daun
Bunga tanaman padi secara keseluruhan disebut malai. Tiap unit bunga
pada malai dinamakan spikelet. Bunga tanaman padi terdiri atas tangkai, bakal
buah, lemma, palea, putik, dan benang sari serta beberapa organ lainnya yang
bersifat inferior. Tiap unit bunga pada malai terletak pada cabang-cabang bulir
yang terdiri atas cabang primer dan cabang sekunder. Tiap unit bunga padi adalah
floret yang terdiri atas satu bunga. Satu bunga terdiri atas satu organ betina dan 6
2. Syarat Tumbuh
Hasil penelitian Basyer et al. (1995), mencatat bahwa struktur tanah yang
sesuai untuk pertumbuhan padi gogo adalah struktur tanah yang remah dimana
dengan air sehingga tanah menjadi gembur, gerakan air lancar, kegiatan
mikroorganisme tanah otimal dan akar mudah menerap unsur hara dan air.
Suemartono et al. (1994), melaporkan bahwa tanaman padi gogo dapat tumbuh
sampai ketinggian 1.300 mdpl dengan curah hujan 600-1200 mm/tahun selama
fase pertumbuhannya dan suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman padi gogo
8
adalah 150C – 300C. Tandisau (2004), menyatakan bahwa suatu daerah dengan
curah hujan 100 mm/tahun tetapi menyebar merata selama satu bulan lebih baik
bagi pertumbuhan padi gogo dibandingkan dengan curah hujan 200 mm/tahun
tetapi hanya terjadi hujan dua minggu hingga tiga minggu. Melihat kondisi iklim
yang ada di Sulawesi Tenggara maka tanaman padi gogo dapat dikembangkan di
Sulawesi Tenggara.
Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki ketebalan atas
antara 18-22 cm dengan pH tanah berkisar antara 4-7, warna tanah coklat sampai
kehitam-hitaman, kandungan air dan udara di dalam pori tanah masing masing
pada 450 LU sampai 450 LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan
2007).
dan pembuahan. Tetapi angin juga mempunyai pengaruh negatif, karena penyakit
yang disebabkan oleh bakteri atau jamur dapat ditularkan oleh angin dan apabila
terjadi angin kencang pada saat tanaman berbunga dapat menyebabkan tanaman
3. Mutasi
Mutasi adalah perubahan dalam struktur gen yang terjadi secara spontan
maupun buatan dengan menggunakan mutagen fisik atau kimia. Mutasi gen dapat
memunculkan fenotipe mutan yang berbeda dengan fenotipe tetuanya dan bersifat
keragaman genetik yang sangat diperlukan untuk seleksi alami dalam perakitan
Dalam arti luas, mutasi dihasilkan dari segala macam tipe perubahan bahan
terjadi karena adanya perubahan tingkat gen ataupun kromosom. Setiap bagian
tanaman dapat mengalami mutasi, namun mutasi lebih sering terjadi pada bagian
spesies, tersedianya sumber gen dari koleksi plasma nutfah yang sudah ada,
harapan dari mutasi untuk karakter yang diinginkan, dan waktu yang dibutuhkan
Mutasi secara umum dibedakan menjadi dua yaitu mutasi alami dan
mutation) dan berkaitan dengan faktor lingkungan. Mutasi secara alami ini terjadi
secara lambat dan terus-menerus sehingga memerlukan waktu yang lama untuk
salah satu cara untuk menimbulkan keragaman genetik. Mutasi secara buatan
dapat dilakukan melalui induksi (induced mutation) baik secara fisik, kimiawi,
maupun biologi. Mutasi secara fisik yaitu dengan pemakaian bahan radioaktif,
penggunaan radiasi nuklir dan reaktor yang menggunakan bahan bakar yang
(DES), Etilenamin (EI), Nitroso Etil Urea (ENH), Nitroso Metil Urea (MNH), dan
Etil Metansulfonat (EMS) (Broertjes dan Van Harten, 1988). Handro (1981)
potensial. Terdapat dua tipe radiasi yaitu radiasi elektromagnetik (sinar UV, sinar
x, dan sinar gamma) dan radiasi partikel (elektron, neutron, proton, partikel α, dan
partikel β). Radiasi dapat menimbulkan pengaruh langsung jika mengenai inti sel.
terjadi ionisasi dan terbentuk radikal bebas dalam sel. Iradiasi adalah besarnya
energi yang diserap oleh setiap gram materi yang diradiasi. Mutagen fisik yang
sering digunakan dalam pemuliaan tanaman adalah sinar gamma dan sinar X.
nuklir atau lebih lazim disebut “teknik mutasi” umumnya digunakan untuk
pengontrol sifat tertentu tidak tersedia, maka teknik mutasi merupakan metode
yang paling tepat untuk dipilih. Lebih dari itu, teknik mutasi mungkin juga dapat
merekayasa gen-gen baru yang sebelumnya mungkin belum pernah ada dijumpai
di alam. Keragaman genetik yang ditimbulkan oleh teknik mutasi sering dapat
lainnya.
paling sering dilakukan pemulia dalam merakit suatu varietas. Hal ini karena
karakter saja pada suatu kultivar, tanpa mengubah karakter maupun genetik yang
menghasilkan umur genjah dan produktivitas tinggi telah dilakukan sejak tahun
2009, dan pada tahun 2011 telah dihasilkan galur mutan kedelai berumur genjah
dan berdaya hasil tinggi, yaitu 50 galur mutan M6 (asal mutasi kalus
benih). Selanjutnya Farisa (2015), melaporkan bahwa terdapat tiga tanaman padi
yang diduga mutan telah terdeteksi dengan ciri-ciri jumlah anakan produktif yang
lebih banyak (berapa persen dibanding kontrol), gabah bernas yang lebih banyak
(berapa persen dibanding kontrol), dengan umur panen (berapa hari) lebih pendek
tanaman yang signifikan pada mutan pendek dan semi-pendek disebabkan oleh
sementara jumlah ruas batang mutan tetap sama dengan jumlah ruas batang
dengan sifat tanaman KI 237, oleh karena itu mutan-mutan ini sangat berpotensi
berbagai pengujian, atau dapat juga digunakan sebagai sumber genetik pada
oleh gen yang terkait erat dan sulit dipecahkan oleh rekombinasi gen. Iradiasi
Variabilitas genetik yang diinduksi lebih penting karena dapat digunakan secara
langsung dalam pembiakan padi Program melalui seleksi atau hibridisasi dengan
kultivar komersial.
yang memiliki produksi tinggi, toleran terhadap berbagai cekaman abiotik seperti
cahaya rendah dan suhu rendah. Selain itu, pemuliaan padi gogo juga diarahkan
genetik varietas unggul dalam hal ketahanan terhadap blas menjadi kunci
pengendalian penyakit penting tersebut. Sejumlah varietas unggul baru padi gogo
(Hairmansis, 2016).
14
mendapatkan tanaman yang memiliki produksi tinggi, rasa yang enak, dan umur
panen yang singkat. Arifiana dan Sjamsijah (2017), melaporkan bahwa hasil
penelitian 4 tetua tanaman kedelai yaitu (1) Dering, (2) Rajabasa, (3) Polije 2, dan
(4) Polije 4 yang terdiri atas 12 kombinasi genotipe yaitu 1.2; 1.3; 1.4; 2.1; 2.3;
2.4; 3.1; 3.2; 3.4; 4.1; 4.2 dan 4.3. menunjukkan bahwa peningkatan hasil genetik
tanaman yang lebih tinggi termasuk kategori tinggi dari hasil seleksi respon
parameter tinggi tanaman, cabang tanaman, dan jumlah bibit menunjukan daya
hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan tetua. Dari hasil seleksi
karakter panen cepat dan produksi yang tinggi. Selanjutnya Mulyaningih et al.
(2016), melaporkan bahwa seleksi fenotipe populasi padi gogo dari 380 galur
padi gogo yang diuji terbentuk lima klaster genetik berdasarkan karakter
umur berbunga 50% dan umur panen genjah, postur tanaman sedang, jumlah
anakan produktif terbanyak, panjang malai sedang, jumlah gabah isi terbanyak,
jumlah gabah hampa sedikit, dan potensi hasil tertinggi. Ketahanan terhadap blas
dan cekaman Al dimiliki hampir semua klaster, dan tertinggi pada klaster 2
fatmawati yang tahan penyakit blas dari 104 galur mutan menghasilkan 40 galur
mutan yang tahan terhadap penyakit blas dan memiliki hasil yang tinggi.
B. Kerangka pikir
padi umumnya disebabkan tingkat kesuburan tanah yang rendah, penurunan luas
panen yang disebabkan oleh alih fungsi lahan dan kurangnya penerapan teknologi
terhadap lahan marginal, tahan terhadap beberapa jenis hama dan penyakit,
sederhana. Akan tetapi, memiliki produksi yang rendah. Kedua persoalan diatas
kebutuhan pangan yang semakin hari semakin meningkat, akan berdampak pada
semakin rendahnya produksi padi gogo, sehingga diperlukan suatu inovasi dalam
untuk menghasilkan benih unggul. Oleh karena itu, inovasi yang ditawarkan
dalam menghasilkan benih unggul yang memiliki produksi tinggi yaitu melalui
tingkat keragamanan genetik yang tinggi. seleksi produksi tinggi hasil mutasi,
sehingga akan menghasilkan benih padi gogo yang produksi tinggi dan akan
bagan alur kerangka pikir dalam penelitian ini disajikan pada (gambar 1.)
17
Induksi mutasi
C. Hipotesis
gogo.
2. Terdapat galur padi gogo hasil mutasi yang memiliki produksi tinggi
3. Terdapat minimal satu galur padi gogo hasil mutasi yang memiliki produksi
tinggi.
19
Bahan yang digunakan adalah benih padi gogo hasil mutasi (koleksi Dr. Ni
Wayan Sri Suliartini, S.P., M.P.), benih padi gogo varietas lokal, alkohol 70%,
aquades, cruiser, pupuk kandang sapi, pupuk urea, SP36, KCl, kapur pertanian,
kayu, label perlakuan, tugal, herbisida, fungisida, insektisida dan furadan. Alat-
timbangan, gelas ukur, botol Scoot, oven, mistar, gembor, selang, seng plat,
C. Rancangan Penelitian
kelompok (RAK). Penelitian ini terdiri 1 faktor yaitu galur (G), terdapat 7 galur
D. Prosedur Penelitian
traktor sebanyak dua kali yaitu dengan bajak singkal. Lahan disingkal
(menggemburkan tanah).
Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo memiliki nilai pH tanah antara pH 4,6
hingga pH 5,4 sehingga seluruhnya memiliki kriteria masam. Oleh karena itu
Dosis kapur yang diberikan yaitu 0,6 kg petak-1 setara dengan 2 ton ha-1.
4. Persiapan benih
dari pategon yang terbawa benih, kemudian dibilas dengan aquades sebanyak 3
kali. Selanjutnya benih direndam lagi dengan larutan cruiser selama 5 menit yang
bertujuan untuk membersihkan benih dari cenndawan atau jamur yang terbawa
direndam dengan aqudes selama 24 jam dengan tujuan agar terjadi imbibisi.
arang sekam dengan perbandingan 1:1. Bibit yang telah berumur 2 minggu
menggunakan tugal. setiap lubang tanam diberi sebanyak 1 bibit tanaman padi.
6. Penyulaman
tanaman yang mati dengan tujuan agar semua lubang tugal terisi oleh tanaman dan
memenuhi jumlah tanaman per hektar sesuai jarak tanamnya, dengan cara
7. Pemupukan NPK
yaitu Urea 45 g petak-1 setara dengan 150 kg ha-1, SP-36 30 g petak-1 setara
dengan 100 kg ha-1, dan KCl 30 g petak-1 setara dengan 100 kg ha-1. Pemupukan
N,P,K dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada 28 hari setelah tanam (hst) dan
56 hst.
8. Pemeliharaan
dilakukan dua kali yaitu pagi dan sore hari dengan tujuan untuk mempertahankan
kadar air tanah kapasitas lapang. Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut
gulma atau tanaman pengganggu yang tumbuh pada petak percobaan sehingga
unsur hara.
dilakukan secara manual dan kimiawi. Pengendalian secara manual dengan cara
10. Panen
Pemanenan padi gogo dilakukan pada fase masak fisiologis yang dicirikan
dengan kenamapakan > 90% gabah sudah menguning (33-36 hari setelah
berbunga) dan bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau.
E. Variabel Pengamatan
Jumlah tanaman yang akan diamati pada penelitian ini yaitu 5 sampel
1. Tinggi tanaman (cm) pada umur 28, 42, 56, 70 dan 84 hari setelah tanam
(hst), diukur mulai dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi.
2. Jumlah daun per rumpun (helai) pada umur 28, 42, 56, 70 dan 84 hari setelah
3. Jumlah anakan per rumpun pada umur 28, 42, 56, 70 dan 84 hari setelah
4. Luas daun (cm2) dihitung dengan mengukur panjang daun (cm) x lebar daun
(cm) x kostanta (0,77) diukur dengan mengambil tiga sampel daun (daun atas,
tengah dan bawah) yang masing-masing diukur mulai dari pangkal sampai
ujung daun.
menghasilkan malai.
6. Luas daun bendera, dihitung dengan mengukur panjang daun bendera dan
lebar daun bendera yang dikalikan dengan kostanta (0,77), diukur dari
7. Panjang malai (cm), diukur mulai dari pangkal malai sampai ujung malai.
8. Panjang leher malai (cm), diukur mulai dari leher malai sampai pangkal
9. Jumlah gabah per malai, dihitung semua gabah dalam satu malai. Perhitungan
10. Jumlah gabah isi, dihitung semua gabah isi dalam satu malai. Perhitungan
11. Jumlah gabah hampa, dihitung semua gabah hampa dalam satu malai.
12. Presentase gabah hampa (%) dihitung semua gabah hampa dalam satu malai.
13. Berat 1000 butir (g), ditimbang bobot 1000 butir gabah setelah pemanenan
14. Berat gabah kering (g), dihitung dengan menimbang semua gabah kering
setelah panen.
15. Produksi, dihitung dengan mengonversi gabah kering per rumpun menjadi
Gabah kering per hektar = 10.000 m2 x berat gabah kering per rumpun (g)
(ton ha-1) jarak tanam 0,25 m x 0,4 m x 1.000.000
25
F. Analisis data
dianalisis berdasarkan sidik ragam. Apabila dalam analisis sidik ragam terdapat
pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Dunnett pada taraf nyata α = 0,05.