METODOLOGI PERCOBAAN
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah tabung reaksi, gelas piala,
penjepit tabung reaksi, kasa, kaki tiga, korek api, tissue dan spiritus.
heksana, kloroform, etanol, etil asetat, aseton, glukosa, fruktosa, vitamin C, KMnO4,
3.3 ProsedurKerja
Siapkan 2 buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Tabung reaksi 1 diisi
dengan 0,5 mL air, dan tabung reaksi 2 diisi dengan 0,5 mL dietil eter. Ke dalam
tabung reaksi 1 dan 2, tambahkan setetes demi setetes n-heksana (kurang lebih 10
tetes). Kocok dan perhatikan kelarutannya, catat. Kerjakan seperti di atas dengan
Siapkan tujuh tabung reaksi yang bersih dan kering. Ketujuh tabung tersebut
(3), aseton (4), kloroform (5), glukosa (6), dan vitamin C (7). Tabung (1) (2) (3) dan
(4) ditambah dengan larutan KMnO4 , panaskan bila perlu. Tabung 5 ditambah
tabung, catat.
BAB IV
4.1 Hasil
Jumlah fase
Jumlah fase
Zat terlarut dalam campuran Keterangan
dalam dietil eter
air
Tidak
n-heksana Ungu X X X
bereaksi
Ungu- Terjadi
Alkohol X X X
Kuning reaksi
Tidak
Aseton Ungu X X X
bereaksi
Tidak
Kloroform X Bening X X
bereaksi
Kuning- Terjadi
Vitamin C X X X
Jingga reaksi
4.3 Pembahasan
Berdasarkan teori senyawa organik hanya dapat larut pada pelarut yang
sejenis dengan senyawa organik tersebut. Senyawa organik bersifat polar hanya
dapat larut dalam pelarut polar dan senyawa organik nonpolar hanya dapat larut
pada pelarut nonpolar pula sehingga campuran bersifat homogen yaitu hanya dapat
satu fasa dimana antara pelarut dan zat terlarutnya tidak dapat dibedakan lagi. Untuk
kelarutan n-heksana dalam air dan dietil eter. Dari percobaan yang dilakukan
ternyata n-heksana yang dicampur dengan air memiliki dua fasa (heterogen) dimana
fasa atasnya adalah air. Hal ini disebabkan karena massa jenis air lebih besar
memiliki satu fasa (homogeny). Hal ini menunjukkan bahwa n-heksana termasuk
senyawa nonpolar sebab larut dalam dietil eter yang bersifat nonpolar juga.
diketahui dengan beberapa cara yaitu melihat adanya perubahan warna, adanya
gelembung gas, adanya endapan yang terjadi saat dicampurkan dengan pereaksi
tertentu, dan mengamati jumlah fasa dalam campuran tersebut. Senyawa n-heksana
yang ditetesi dengan KMnO4 tidak terjadi reaksi. Hal ini ditandai dengan warna
KMnO4 sebelum dan sesudah dicampur dengan n-heksana tetap berwarna ungu
sebab KMnO4 tidak dapat mengoksidasi n-heksana. Senyawa etanol yang yang
ditetesi KMnO4 terjadi perubahan warna larutan dari ungu menjadi kuning. Hal ini
menunjukkan bahwa pada campuran kedua senyawa terjadi reaksi yaitu etanol
dioksida oleh KMnO4 sebanyak dua tahap reaksi membentuk asetaldehida kemudian
dioksidasi lebih lanjut membentuk asam asetat atau asam etanoat. Aseton yang
semula berwarna bening ditetesi dengan larutan KMnO4 yang berwarna ungu, hasil
campuran kedua senyawa tetap berwarna ungu sehingga dapat disimpulkan bahwa
campuran kedua senyawa tidak terjadi reaksi. dalam hal ini asetaldehida dapat
dicampurkan. Hanya saja campuran yang didapatkan memiliki dua fasa (heterogen)
yang menunjukkan bahwa tidak terjadi reaksi antara kedua senyawa tersebut. Hal ini
disebabkan karena gugus Cl pada kloroform tidak dapat disubtitusi dengan I pada
I2/betadin mengalami perubahan warna kuning menjadi jingga. Kedua campuran ini
terjadi reaksi eliminasi asam askorbat dengan I2 dimana dua ato H dari gugus OH
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Senyawa organik hanya dapat larut pada pelarut yang memiliki sifat yang sama
dengannya yaitu senyawa polar larut dalam pelarut polar dan senyawa nonpolar
kloroform dan dietil eter sedangkan senyawa polar yaitu asetaldehid, etanol,
2. Senyawa organik seperti etanol dapat mengalami reaksi oksidasi dengan KMnO4
sedangkan n-heksana dan aseton tidak dapat dioksidasi. Kloroform tidak dapat
identifikasikan dengan fehling A+B dan asam askorbat dapat mengalami reaksi
5.2 Saran
0,5 mL Air
yang lain
HASIL
yang lain
HASIL