Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu kehidupan masyarakat melalui perumahan
dan pemukiman yang sehat, aman, serasi, dan teratur dibutuhkan peningkatan kualitas
terhadap perumahan kumuh dan pemukiman kumuh. Berdasarkan pasal 96 UU no.1 tahun
2011 tentang perumahan dan kawasan pemukiman, dalam upaya peningkatan kualitas
terhadap perumahan kumuh dan pemukiman kumuh pemerintah dan/atau pemerintah
daerah menetapkan kebijakan, strategi, serta pola-pola penanganan yang manusiawi,
berbudaya, berkeadilan dan ekonomis.
Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak
huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset
bagi pemiliknya. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman,
baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas
umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Permukiman adalah
bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang
mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi
lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. Permukiman Kumuh adalah
permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan
bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak
memenuhi syarat.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa Pengertian dari Pemukiman Kumuh?
1.2.2 Apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya pemukiman kumuh?
1.2.3 Bagaimana Kriteria dari Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh?
1.2.4 Apa saja Masalah Kesehatan Yang Ada Di Pemukiman Kumuh?

1
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui Pengertian dari Pemukiman Kumuh
1.3.2 Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya pemukiman kumuh
1.3.3 Untuk mengetahui Kriteria dari Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
1.3.4 Untuk mengetahui Masalah Kesehatan Yang Ada Di Pemukiman Kumuh

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pemukiman Kumuh


Pertumbuhan pemukiman Kumuh Perkotaan menurut Muliawan (2010) Seiring
dengan pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan, maka kebutuhan penyediaan akan
prasarana dan sarana pemukiman akan meningkat pula. Akibat makin banyaknya
pemukimankumuh dan liar yang akan menjadi beban bagi pemerintah kota.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011
Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman:
a. Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri
atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan
permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan
kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan
tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.
b. Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena
ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan
kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.
c. Perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas
fungsi sebagai tempat hunian.

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Pemukiman Kumuh


1. Urbanisani dan Migrasi Penduduk
Urbanisasi atau perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan menjadi
salah satu penyebab pertambahan penduduk di kota-kota besar.
Beberapa penyebab terjadinya urbanisasi antara lain:
a. Ketimpangan tingkat pertubuhan ekonomi antara desa dengan perkotaan
b. Peluang dan kesempatan kerja yang lebih terbuka di daerah perkotaan
dibandingkan dengan daerah pedesaan
c. Terjadinya pola perubahan minat tentang lapangan pekerjaan dadri pertanian ke
industri, utamanya bagi penduduk usia kerja di pedesaan.
d. Lebih majunya teknologi dan infastruktus prasarana transportasi, sehingga
memudahkan terjadiny mobilitas penduduk

3
e. Keberadaaan fasilitas perkotaan yang lebih menjanjikan, utamanya aspek
pendidikan, kesehatan, pariwisata dan asper sosial lainnya

2. Faktor lahan di perkotaan


Adanya permasalahan perumahan yang sering disebabkan oleh ketidak
seimbangan antara penyediaan unit hunian bagi kaum mampu dan kaum tidak
mampu di perkotaan.
3. Faktor prasarana dan sarana dasar
Pemukiman kumuh tidak dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang
memadai seperti suplai air bersih, jalan, drainase, jaringan sanitasi, listrik,
sekolah, pusat pelayanan kesehatan, ruang terbuka, pasar, dll.
4. Faktor sosial ekonomi
Ketidakmampuan ekonomi bagi masyarakat berpenghasilan rendah juga
menjadi faktor penyebab munculnya pemukiman kumuh di daerah perkotaan.
Keterbatasan penghasilan akibat semakn sulit mencari pekerjaan di daerah
perkotaan membuat masyrakat yang berada di garis kemiskinan semakin sulit
untuk menyediakan rumah yang layak bagi mereka sendiri.
5. Faktor sosial budaya
Pemukiaman kumuh ini sering ditandai oleh tingkat pendidikan dan
keterampilan yang sangat rendah. Hal ini berkaitan dengan rendahnya tingkat
pendapatan pendiuduk sehingga membatasi akses terhadpa peningkatan kualitas
sumber daya manusia

2.3 Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh (PERMEN PU dan PR


nomor 2/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas Terahadap Perubahan Kumuh
dan Pemukiman)
1. Kekumuhan Ditinjau dari Bangunan Gedung
a) Ketidakteraturan bangunan
 Tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dalam RDTR; dan/atau
 Tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dan tata kualitas lingkungan
dalam RTBL

4
b) Tingkat kepadatan bangunan yang tinggi yang tidak sesuai dengan ketentuan
rencana tata ruang;
 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang melebihi ketentuan RDTR,
dan/atau RTBL; dan/atau
 Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yang melebihi ketentuan dalam
RDTR, dan/atau RTBL;
c) Kualitas bangunan yang tidak memenuhi syarat
 Kondisi bangunan gedung pada perumahan dan permukiman yang
tidak sesuai dengan persyaratan teknis, sbb:
- Pengendalian dampak lingkungan;
- Pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah
tanah, di atas dan/atau di bawah air, di atas dan/atau di bawah
prasarana/sarana umum
- Keselamatan bangunan gedung;
- Kesehatan bangunan gedung;
- Kenyamanan bangunan gedung; dan
- Kemudahan bangunan gedung.

Kabupaten/kota belum memiliki RDTR dan/atau RTBL, maka


penilaian ketidakteraturan dan kepadatan bangunan merujuk pada persetujuan
sementara mendirikan bangunan. Bangunan gedung tidak memiliki IMB dan
persetujuan sementara mendirikan bangunan, penilaian ketidakteraturan dan
kepadatan bangunan dilakukan oleh pemerintah daerah dengan mendapatkan
pertimbangan dari Tim Ahli Bangunan Gedung (TABG).
a) Kekumuhan Ditinjau dari Jalan Lingkungan
 Jaringan jalan lingkungan tidak melayani seluruh lingkungan
perumahan atau permukiman;
 Sebagian lingkungan perumahan atau permukiman tidak terlayani
dengan jalan lingkungan.
 Kualitas permukaan jalan lingkungan buruk:
 Sebagian atau seluruh jalan lingkungan terjadi kerusakan permukaan
jalan.

5
b) Kekumuhan Ditinjau dari Penyediaan Air Minum
 Ketidaktersediaan akses aman air minum; masyarakat tidak dapat
mengakses air minum yang memenuhi syarat kesehatan.
 Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum setiap individu sesuai standar
yang berlaku. kebutuhan air minum masyarakat dalam lingkungan
perumahan atau permukiman tidak mencapai minimal sebanyak 60
liter/orang/hari.
c) Kekumuhan Ditinjau dari Drainase Lingkungan
 Drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air hujan
sehingga menimbulkan genangan;
 Ketidaktersediaan drainase;
 Tidak terhubung dengan sistem drainase perkotaan;
Menimbulkan genangan dengan tinggi lebih dari 30 cm selama lebih
dari 2 jam dan terjadi lebih dari 2 kali setahun. saluran tersier, dan/atau
saluran lokal tidak tersedia. Saluran lokal tidak terhubung dengan
saluran pada hirarki di atasnya sehingga menyebabkan air tidak dapat
mengalir dan menimbulkan genangan.
 Tidak dipelihara sehingga terjadi akumulasi limbah padat dan cair di
dalamnya; dan/atau pemeliharaan saluran drainase tidak dilaksanakan,
baik pemeliharaan rutin dan/atau pemeliharaan berkala.
 Kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk.
Kualitas konstruksi drainase buruk, karena berupa galian tanah tanpa
material pelapis atau penutup atau telah terjadi kerusakan.
d) Kekumuhan Ditinjau dari Pengelolaan Air Limbah
 Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis yang
berlakutidak memiliki sistem:
- Pengelolaan limbah domestik;
- Pengelolaan limbah komunal; atau
- Pengelolaan limbah terpusat.
 Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan
teknis.
- Kloset leher angsa tidak terhubung dengan tangki septik; atau
- Tidak tersedianya sistem pengolahan limbah setempat atau terpusat.

6
e) Kekumuhan Ditinjau dari Pengelolaan Persampahan
 Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan
teknis; tidak tersedianya:
- Tempat sampah dengan pemilahan sampah pada skala domestik
atau rumah tangga;
Tempat sampah dengan pemilahan sampah pada skala domestik
atau rumah tangga;
Tempat pengumpulan sampah (TPS) atau TPS 3R (reduce,
reuse, recycle) pada skala lingkungan;
Gerobak sampah dan/atau truk sampah pada skala lingkungan;
Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) pada skala
lingkungan.
 Sistem pengelolaan persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis;
dan/atau tidak tersedianya:
- Sistem pewadahan dan pemilahan domestik;
- Sistem pengumpulan skala lingkungan;
- Sistem pengangkutan skala lingkungan;
- Sistem pengolahan skala lingkungan.
 Tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan
sehingga terjadi pencemaran lingkungan sekitar.
Sarana dan prasarana pengelolaan persampahan tidak dilaksanakan,
baik pemeliharaan rutin dan/atau pemeliharaan berkala.

f) Kekumuhan Ditinjau dari Proteksi Kebakaran


 Prasarana proteksi kebakaran;
Tidak tersedianya:
a. Asokan air yang diperoleh dari sumber alam maupun buatan;
b. Jalan lingkungan yang memudahkan masuk keluarnya kendaraan
pemadam kebakaran;
c. Sarana komunikasi untuk pemberitahuan terjadinya kebakaran kepada
Instansi Pemadam Kebakaran; dan/atau
d. Data tentang sistem proteksi kebakaran lingkungan yang mudah diakses.
 Sarana proteksi kebakaran

7
Tidak tersedianya:
a. Alat Pemadam Kebakaran Ringan (APAR)
b. Kendaraan pemadam kebakaran
c. Mobil tangga sesuai kebutuhan; dan/atau
d. Peralatan pendukung lainnya.

2.4 Masalah Kesehatan Yang Ada Di Pemukiman Kumuh


1. Sampah
2. Air Bersih
3. MCK (Mandi, Cuci, Kaki)
4. Udara Bersih
5. Limbah

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi
sebagai tempat hunian. Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni
karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas
bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Faktor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya pemukiman kumuh yaitu: Urbanisani dan Migrasi Penduduk, Faktor
lahan di perkotaan, Faktor prasarana dan sarana dasar, Faktor sosial ekonomi, dan Faktor sosial
budaya. Serta masalah kesehatan yang ada di pemukiman kumuh, yaitu: Sampah, Air Bersih,
MCK (Mandi, Cuci, Kaki), Udara Bersih dan Limbah.

3.2 Saran
3.2.1 Bagi pemerintah
1. Membuat program sosialisasi tentang pemukiman kumuh
2. Mencanangkan program pola hidup bersih dalam masyarakat di pemukiman
kumuh
3.2.2 Bagi masyarakat
Diharapkan agar masyarakat dapat menjaga kebersihan di sekitar lingkungan tempat
tinggal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai