Anda di halaman 1dari 33

PRESENTASI KASUS

GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HIPERTENSI SATGE 1, DAN


OBESITAS GRADE 2 PADA WANITA LANJUT USIA DENGAN BEBAN
PIKIRAN TIDAK DAPAT MENJALANI FUNGSINYA DAN AKAN
MEMBEBANI KELUARGA PADA KELUARGA TIDAK BER-PHBS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh
I Nyoman Roslesmana
NIM : 20110310030

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

i
HALAMAN PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS
PUSKESMAS KOTAGEDE 1 YOGYAKARTA

GAGAL GINJAL KRONIK PADA WANITA LANJUT USIA DENGAN


BEBAN PIKIRAN TIDAK DAPAT MENJALANI FUNGSINYA DAN
AKAN MEMBEBANI KELUARGA PADA KELUARGA TIDAK BER-
PHBS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu KedokteranKeluarga Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

I NYOMAN ROSLESMANA
NIM : 20110310030

Telah dipresentasikan pada tanggal 22 September 2016

Dokter Pembimbing Fakultas Dokter Pembimbing Puskesmas

dr. Denny Anggoro Prakoso dr. Liza Dwipantari Anjani

Mengetahui
Kepala Puskesmas Kotagede 1

drg. Arif Haritono, M.Kes

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha
Esa, yang telah memberikan hidayah dan anugerah-Nya sehingga presentasi kasus
dengan judul “GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HIPERTENSI SATGE
1, DAN OBESITAS GRADE 2 PADA WANITA LANJUT USIA DENGAN
BEBAN PIKIRAN TIDAK DAPAT MENJALANI FUNGSINYA DAN AKAN
MEMBEBANI KELUARGA PADA KELUARGA TIDAK BER-PHBS” ini
dapat terselesaikan dengan baik.

Presentasi kasus ini diajukan untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti


ujian kepaniteraan Ilmu Kedokteran keluarga Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Puskesmas Kotagede 1.
Ucapan terima kasih diberikan kepada:
1. dr. Denny Anggoro Prakoso selaku dokter pembimbing fakultas kedokteran.
2. dr. Liza Dwipantari Anjani selaku dokter pembimbing Puskesmas.
3. drg. Arif Haritono, M.Kes sebagai Kepala Puskesmas Kotagede 1.
4. Seluruh karyawan Puskesmas Kotagede 1.
5. Pasien Ny. D. yang telah bersedia menjadi pasien dan meluangkan waktunya
untuk home visite
Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan presentasi kasus ini masih belum
sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun,
semoga presentasi kasus ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, September 2016
Penyusun

I Nyoman Roslesmana

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL.......................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... vii
BAB I LAPORAN KASUS ........................................................................................... 1
A. IDENTITAS PASIEN ............................................................................................. 1
B. AUTOANAMNESIS .............................................................................................. 1
C. PEMERIKSAAN FISIK ......................................................................................... 7
D. MONITORING TPEMERIKSAAN LABORATORIUM ...................................... 9
E. PERANGKAT PENILAIAN KELUAGA .............................................................. 9
F. DIAGNOSIS BANDING......................................................................................12

G. DIAGNOSIS KERJA............................................................................................ 12
H.DIAGNOSIS PSIKOSOSIAL ................................................................................. 13
I.DIAGNOSIS HOLISTIS...........................................................................................13

J. MANAJEMEN KOMPREHENSIF..........................................................................13

BAB II ANALISIS KASUS..............................................................................................15

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 18


A. DEFINISI CKD .................................................................................................... 18
B. ETIOLOGI............................................................................................................18

C. KLASIFIKASI ...................................................................................................... 18
D. PATOFISIOLOGI................................................................................................. 20
E. GAMBARAN KLINIS ......................................................................................... 21
F. PENEGAKAN DIAGNOSIS ................................................................................ 21
G. MANAJEMEN KOMPHREHENSIF ................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................25

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Anamnesis Illness.....................................................................................6


Tabel 2 Penilaian Identifikasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat...........................6
Tabel 3 Pemeriksaan Ekstremitas..........................................................................8
Tabel 4 Family APGAR........................................................................................11
Tabel 5 Family SCREEM.....................................................................................12
Tabel 6 Family Life Line......................................................................................12
Tabel 7 Stadium CKD .........................................................................................18
Tabel 8 Penatalaksanaan CKD.............................................................................23

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Denah Rumah Pasien............................................................................5


Gambar 2 Genogram..............................................................................................9
Gambar 3. Family Map..........................................................................................10

viii
BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. D
Tempat, Tanggal Lahir : Magelang, 12 Agustus 1955
Umur : 61 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Dusun Tinalan RT 10 RW 12 Prenggan
Yogyakarta
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Konveksi
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan Terakhir : Sekolah Menengah Atas (SMA)
Kunjungan Puskesmas : 14 September 2016
Kunjungan Rumah : 15 September 2016
Jaminan Kesehatan : BPJS

B. Autoanamnesis
1. Keluhan Utama :
Meminta rujukan untuk kontrol gagal ginjal kronik.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Puskesmas untuk meminta rujukan untuk kontrol
gagal ginjal yang dideritanya. Pasien merupakan pasien yang datang secara
rutin setiap 2 minggu ke Puskesmas Kotagede 1 untuk mengontrol penyakit
ginjalnya. Saat ini keluhan pasien adalah sering merasa lelah dan lebih cepat
lelah dari biasanya. Selama 1 tahun belakangan menderita gagal ginjal
pasien mengaku jadi sering kontrol ke Spesialis Penyakit Dalam. Pasien
mengaku setelah rutin kontrol kondisinya membaik, walaupun harus bolak
balik rumah sakit.

1
Setelah rutin kontrol, pasien juga mengaku bahwa keluhannya
terdahulu sudah jarang dirasakan lagi. Keluhan-keluhan berupa sesak nafas,
kaki bengkak, mual sudah tidak pernah dirasakan.
Pasien mengetahui dirinya menderita gagal ginjal sejak 1 tahun yang
lalu saat mondok di rumah sakit karena sesak dan kaki bengkak. Saat itu,
pasien di diagnosis CKD oleh dokter dan harus memulai kontrol rutin.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat Stroke : Disangkal
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat Sakit Jantung : Disangkal
Riwayat Sakit Ginjal : Disangkal
Riwayat Alergi : Disangkal
Riwayat Operasi dan Dirawat di rumah sakit: CKD
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat Diabetes : Disangkal
Riwayat SakitJantung : Disangkal
Riwayat Stroke : Disangkal
Riwayat Sakit Ginjal : Disangkal
5. Riwayat Personal Sosial Lingkungan (RPSL)
a. Pendidikan
Pasien bersekolah hingga Sekolah Menengah Atas, kemudian tidak
melanjutkan ke perguruan tinggi.
b. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah sebanyak 3 kali, yaitu pada pada tahun 1973, 1991,
2013. Pada pernikahan pertama, pasien dikaruniai seorang anak, tetapi
meninggal pada tahun 1994, suami pertama meninggal pada tahun
1989. Pada pernikahan kedua, pasien tidak dikaruniai anak dan suami
meninggal pada tahun 2002.
c. Riwayat Sosial

2
Pasien tinggal hanya berdua dengan suaminya. Hubungan pasien
dengan suaminya terjalin dengan baik. Suami merupakan pensiunan
guru, sementara pasien masih bekerja di sebuah perusahaan konveksi.
Semua anak-anak pasien dari suami yang sekarang tidak tinggal di
rumah pasien, mereka sudah berkeluarga dan tinggal bersama pasangan
masing-masing. Meskipun demikian anak-anak dari suami pasien
sekarang sering mengunjungi pasien. Pasien juga merasa bahwa,
kadang takut tidak bisa melayani suami dengan baik, karena
penyakitnya. Pasien merasa bahwa sekarang pasien tidak punya siapa-
siapa, dan jika mengecewakan suami takut kehilangan orang lagi.
Hubungan dengan keluarga besar terjalin dengan baik, komunikasi
tetap berjalan dengan baik. Hubungan pasien dengan tetagga sekitar
berjalan dengan baik, mengingat suami pasien merupakan ketua RT di
lingkungannya.
Dalam hubungan dengan teman-temannya pasien tergolong susah
berkomunikasi dan tergolong pendiam.
d. Riwayat Pekerjaan
Dahulu pasien bekerja sebagai asisten rumah tangga, beberapa kali.
Pasien juga pernah ikut saudara untuk bekerja di toko sebagai kasir.
Hingga kini, pasien bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan
konveksi.
Untuk kebutuhan sehari-hari pasien mengandalkan pendapatannya,
pensiunan suami, dan kiriman dari anak-anak suaminya. Dari hasil ini
pasien beranggapan bahwa pendapatannya cukup untuk biaya hidup
berdua dengan istrinya. Semua anak-anak pasien sudah bekerja dan
berpenghasilan.
e. Lingkungan Tempat Tinggal
1) Lokasi Rumah
Rumah terletak di Dusun Tinalan, RT 10, RW 12, Prenggan
Yogyakarta.
2) Kondisi Rumah

3
Pasien tinggal dirumah permanen dengan ukuran sekitar 7m
x 15m. Rumah merupakan kepemilikan suami. Rumah terdiri 1
lantai. Rumah berdinding tembok, berlantai keramik, beratap
genteng yang terdiri dari garasi, ruang tamu, kamar tidur, ruang
makan, dapur, kamar mandi, dan tempat mencuci baju. Kondisi
rumah cukup bersih dan rapi dengan ventilasi dan penerangan
cukup baik. Rumah tidak memiliki halaman, Pintu utama langsung
berhadapan dengan jalan kecil.
3) Ruang Rumah
Rumah terdiri dari beberapa ruangan, yaitu 1garasi, 1 ruang
tamu, 2 kamar tidur, 1 dapur, 1 ruang makan, dan 1 kamar mandi.
4) Pencahayaan
Cahaya yang masuk ke seluruh ruangan rumah cukup baik
dengan jendela dan ventilasi memadai.
5) Kebersihan
Ruangan rumah tampak bersih, tidak berdebu, barang dan
perabot rumah tangga tertata rapi.
6) Kepadatan
Tiap ruangan dalam rumah cukup luas. Pasien hanya tinggal
berdua dengan istrinya sehingga rumah pasien tergolong luas.
7) Sanitasi dasar
a) Persediaan air bersih: Sumber air minum, memasak, mandi
dan mencuci berasal dari air sanyo sumur.
b) Jamban keluarga: Memiliki jamban keluarga di dalam rumah.
c) Sarana pembuangan air limbah: Limbah kamar mandi dan
dapur dialirkan ke dalam saluran menuju selokan bagian
belakang rumah. Septic tank berada pada bagian belakang
rumah. Jarak septic tank dengan sumur kurang dari 10 meter.
d) Tempat pembuangan sampah: Terdapat tempat pembuangan
sampah di depan rumah. Sampah akan diambil secara rutin
oleh petugas kebersihan.

4
e) Halaman: Rumah tidak memeiliki halaman, dan pintu utama
langsung berhadapan dengan jalan kecil.

Rang Tamu Kamar Kamar


Tidur Tidur

Teras
Ruang Dapur
Kamar
Garasi Makan
Mandi

Gambar 1. Denah Rumah


f. Gaya Hidup
1) Pola Makan
Pasien makan 3x dalam sehari. Pasien makan pagi dirumah,
makan siang di perusahaan, dan makan malam di rumah. Hampir
tiap hari pasien membeli makanan di luar. Pasien jarang makan
buah dan sayur. Pasien gemar makan gorengan. Pasien gemar
“ngemil”. Pasien saat ini mengurangi minum.
2) Olahraga
Pasien rutin olahraga berupa jalan santai di lingkungan setiap
minggu.
3) Istirahat
Waktu tidur pasien sekitar kurang lebih 6 – 8 jam. Biasanya
pasien dapat tidur nyenyak.
4) Kebiasaan
Pasien tidak merokok dan mengonsumsi alkohol.
6. Review Sistem
a. Sistem saraf pusat : Nyeri kepala (-), tidak ada keluhan
b. Sistem saraf perifer : Kesemutan(-),tidak ada keluhan
c. Sistem kardiovaskular : Nyeri dada (-), tidak ada keluhan
d. Sistem respirasi : Sesak nafas (-), tidak ada keluhan
e. Sistem gastrointestinal : Mual (-), tidak ada keluhan

5
f. Sistem urinary : BAK nyeri (-), tidak ada keluhan
g. Sistem muskuloskeletal : Badan nyeri (-),tidak ada keluhan.
7. Anamnesis Illness
Illness merupakan keaadaan sakit yang dirasakan oleh manusia yang
didapat dari penyakit tersebut (bersifat subyektif). Illness terdiri dari empat
komponen berupa perasaan, ide/pemikiran, dan harapan pasien terhadap
penyakit yang ia alami, serta efek penyakit terhadap fungsi/kehidupan
sehari-hari pasien. Berikut adalah illness Ny. D:
Tabel 1. Anamnesis Illness
No Komponen Pasien
1. Perasaan Saat pasien mengetahui dirinya terkena CKD, ia
merasa mengapa bias terkena penyakit tersebut,
padahal menurut pasien, pasien melakukan pola
hidup sehat.
Awalnya pasien tidak percaya dengan penyakitnya,
karena merasa hidup sehat. Namun setelah muncul
gejala, dan control berkali-kali pasien dapat
menerima.
2 Ide/Pemikiran Pasien merasa bahwa CKD yang dideritanya
merupakan penyakit akibat gaya hidupnya yang
kurang baik.
3 Harapan Pasien menginginkan agar tetap menjalani
hidupnya dengan baik meskipun CKD.
4 Efek Terhadap Pasien merasa sedikit terganggu aktivitasnya
Fungsi karena penyakit CKD yang dideritanya karena
harus kontrol rutin.

8. Identifikasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


Tabel 2. Penilaian Identifikasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
No. Indikator / Pertanyaan Jawaban

1 Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

2 Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0 - 6 bulan

3 Menimbang berat badan balita setiap bulan

Menggunakan air bersih yang memenuhi syarat Ya


4
kesehatan
5 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Tidak

6
6 Menggunakan jamban sehat Ya

Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk di rumah Tidak


7
dan lingkungannya sekali seminggu
8 Mengkonsumsi sayuran dan atau buah setiap hari Tidak

9 Melakukan aktivitas fisik atau olahraga Ya

10 Tidak Merokok Ya

Berdasarkan jumlah nilai identifikasi PHBS, rumah tangga pasien


tergolong keluarga yang tidak berperilaku hidup bersih dan sehat.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran&Kesan Umum : Compos Mentis, Baik.
2. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 84 x/menit, regular, isi, dan tegangan cukup
Suhu : 36,5oC
Pernafasan : 22 x/menit
3. Antropometri
Tinggi Badan : 148cm
Berat Badan : 68 kg
IMT : 31.05 kg/m2
Status Gizi : Obesitas II (WHO, Asia Pasifik 2000)
4. Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala : Simetri, mesosefal
Rambut : Bergelombang, warna hitam, sebagian
besar sudah beruban
5. Pemeriksaan Mata
Palpebra : Edema (-/-)
Konjungtiva :Anemis(-/-), hiperemis (-/-)
Sklera : Ikterik(-/-)
Pupil : Reflek cahaya(+/+), isokor (2mm/2mm)
6. Pemeriksaan Hidung : Secret (-/-), epitaksis (-/-)

7
7. Pemeriksaan Telinga : Otore (-/-), nyeri tekan (-/-), serumen (-/-)
8. Pemeriksaan Leher
Kelenjar Tiroid : Tidak membesar
Kelenjar Inn : Tidak membesar, nyeri (-)
JVP : Tidak meningkat
9. Pemeriksaan Dada
Pulmo:
Inspeksi : Simetris, ketinggalan gerak (-), deformitas (-), retraksi (-)
Palpasi : Simetris, nyeri tekan (-), vokal fremitus normal
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor:
Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V
Perkusi : Batas jantung  kanan atas: SIC II parasternal dextra.
Kanan bawah: SIC IV parasternal dextra. Kiri atas: SIC II parasternal
sinistra. Kiri bawah: SIC V linea midclavicula sinistra
Auskultasi : S1-S2 reguler, bising (-)
10. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Datar, jejas (-)
Auskultasi : Bising usus (+) 10x/menit.
Palpasi : Supel, hepar lien tak teraba, massa (-)
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang perut
11. Pemeriksaan Ekstremitas
Tabel 3.Pemeriksaan Ekstremitas
Tungkai Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Bebas Bebas Bebas Bebas
Tonus Normal Normal Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Edema - - - -
Akral Hangat Hangat Hangat Hangat
Kekuatan +5 +5 +5 +5

8
Tremor - - - -
Pulsatil Normal Normal Normal Normal
Nadi Reguler Reguler Reguler Reguler

D. Monitoring Pemeriksaan Laboratorium


(-)
E. Perangkat Penilaian Keluarga
Berikut ini adalah perangkat keluarga yang terdiri atas family genogram,
family map, family life cycle, family life line, family APGAR, family SCREEM.
1. Genogram
Genogram Keluarga Tn. R

20 September 2016
Gambar 2. Genogram
2. Bentuk Keluarga
Nuclear Family

9
3. Family Map
Family Map Keluarga Tn. R

20 September 2016

Gambar 3. Family Map


4. Family Life Cycle
Keluarga ini adalah families in later life karena telah terjadi regenerasi dan
pertukaran peran dari pasangan yang tua ke pasangan dewasa (Cater &
McGoldick,1989).
5. Family APGAR
Merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengukur sehat atau
tidaknya suatu keluarga dengan menilai 5 fungsi pokok keluarga/tingkat
kesehatan keluarga.

10
Tabel 4. Family APGAR

Respon
Hampir
Hampir
Kriteria Pertanyaan Kadang tidak
selalu
(1) pernah
(2)
(0)
Saya puas dengan keluarga saya karena
masing-masing anggota keluarga sudah
Adaptasi √
menjalankan kewajiban sesuai dengan
seharusnya
Saya puas dengan keluarga saya karena
Kemitraan dapat membantu memberikan solusi √
terhadap permasalahan yang saya hadapi
Saya puas dengan kebebasan yang
diberikan keluarga saya untuk √
Pertumbuhan
mengembangkan kemampuan yang saya
miliki
Saya puas dengan kehangatan / kasih
Kasih saying √
sayang yang diberikan keluarga saya
Saya puas dengan waktu yang

Kebersamaan disediakan keluarga untuk menjalin
kebersamaan
Total 8
8-10 = fungsi keluarga baik ( Highly functional family)
Klasifikasi 4-7 = fungsi keluarga kurang baik (Modeetely dysfunctional family)
0-3 = keluarga tidak fungsional (Severely dysfunctional family)
Berdasarkan skor APGAR keluarga pasien tergolong dalam keluarga
Kesimpulan
dengan fungsi keluarga baik.

11
6. Family SCREEM
Tabel 5. Family SCREEM
Aspek Sumber Daya Patologi
Hubungan pasien dengan istri, anak,
cucu dan keluarga besar terjalin baik.
Social Hubungan dengan Tetangga dan
lingkungan sekitar baik.

Pasien menjunjung tinggi adat Jawa,


Cultural
tetapi tidak percaya mitos-mitos jawa.
Religious Pasien adalah selalu taat beribadah
Kebutuhan materiil pasien tercukupi
dari uang gaji pensiunan suami, gaji
sebagai karyawan, dan pemberian
Economy anak-anak dari suami.
Semua anak pasien sudah bekerja dan
berpenghasilan

Education Pasien berpendidikan cukup.


Pasien memiliki jaminan kesehatan
BPJS mandiri
Medical
Akses ke puskesmas mudah

7. Family Life Line


Tabel 6. Family Life Line
Tahun Usia Life Event/Crisis Severity of Illness

1984 29 tahun Anak pertama meninggal

1988 33 tahun Suami pertama meninggal

2005 50 tahun Suami kedua meninggal

2015 60 tahun Didiagnosis CKD

F. Diagnosis Banding
Gagal Ginjal Kronik (Chronc Kidney Disease/CKD
Hipertensi stage 1
Obesitas Grde 2

12
G. Diagnosis Kerja
Gagal Ginjal Kronik (Chronc Kidney Disease/CKD) dengan Hipertensi satge
1, dan Obesitas Grade 2
H. Diagnosis Psikososial
Beban Pikiran Tidak Dapat Menjalani Fungsinya Dan Akan Membebani
Keluarga Pada Keluarga Tidak Ber-PHBS
I. Diagnosis Holistik
Gagal Ginjal Kronik dengan Hipertensi Stage 1, dan Obesitas Grade 2 Pada
Wanita Lanjut Usia Dengan Beban Pikiran Tidak Dapat Menjalani Fungsinya
Dan Akan Membebani Keluarga Pada Keluarga Tidak Ber-PHBS
J. Manajemen Komprehensif
1. Promotif
Edukasi kepada pasien dan suami mengenai:
a. Pentingnya menghindari hal-hal yang dapat mempercepat progresi
penyakit.
b. Perjalanan alami penyakit
c. Obat-obatan yang diminum (Fungsi dan efek samping)
d. Menghindari makanan yang mengandung nefrotoksin, seperti garam
berlebih, pemanis buatan, minuman berkarbonasi, kafein (kopi), dll.
e. Diet
2. Preventif
a. Konseling Client Centered mengenai masalah psikososial yang
dialami pasie.
b. Diit untuk memperlambat progresifitas penyakit, yaitu :
1) Banyak sayur dan buah, minimal 5 porsi dalam sehari
2) Makan sumber karbohidrat pengganti seperti kentang dan roti
3) Kacang-kacangan, ikan, telur dan sumber protein lainnya
4) Rendah garam, lemak, dan gula
c. Aktivitas fisik yang sesuai. Jika pasien mengalami gagal ginjal
ringan hingga sedang, aktifitas fisik seperti biasa tidak perlu

13
dikurangi. Tetapi jika gagal ginjal berat, aktifitas fisik harus
dikurangi.
d. Screening anggota keluarga untuk penyakit hipertensi dan diabetes
mellitus.
3. Kuratif
Diberikan obat antihipertensi sesuai indikasi
R/ Captopril tab mg 12,5 No. XV
S 1 dd tab I a.c (Pagi)

4. Rehabilitatif
Pada pasien ini belum memerlukan terapi rehabilitatif
5. Paliatif
Pada pasien ini belum memerlukan terapi paliatif

14
BAB II
ANALISA KASUS
1. Analisa Kasus
Diagnosis klinis pada pasien ini adalah gagal ginjal kronik (Chronic
Kidney Disease/CKD). Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pasien didiagnosis awal mengalami CKD
pada tahun 2015 dan pasien rutin kontrol di Rumah Sakit Yogyakarta melalui
Puskesmas Kotagede 1 setia 2 minggu sekali.
Diagnosa CKD ditegakan berdasarkan uji laboratorium berupa :
a. Complete blood count (CBC)
b. Basic metabolic panel
c. Urinalysis
d. Serum albumin levels: Pasien mungkin akan mengalami
hipoalbuminemia yang dapat disebabkan oleh malnutrisi, urinary
protein loss, atau chronic inflammation
e. Profil lipid

Dalam beberapa kasus, beberapa tes juga diperlukan untuk melihat


komplikasi dan progesifitas penyakit. Tes tersebut dapat berupa :

a. Serum dan urine protein electrophoresis


b. Antinuclear antibodies (ANA), double-stranded DNA antibody
levels: Untuk screening systemic lupus erythematosus
c. Serum complement levels
d. Anti–glomerular basement membrane (anti-GBM) antibodies
e. Hepatitis B and C, human immunodeficiency virus (HIV), Venereal
Disease Research Laboratory (VDRL) serology: kondisi yang
berhubungan dengan glomerulonefritis

Semenjak terdiagnosis CKD selama kurang lebih 1 tahun, pasien ini


mulai melakukan perubahan gaya hidup, karena tidak mau penyakitnya
memburuk. Pasien khawatir jika penyakitnya memburuk, pasien khawatir tidak

15
dapat berguna bagi suaminya, dimana suaminya sangat peduli dan
memperhatikan pasien.
Pasien menjalani kontrol rutin setiap 2 minggu sekali di Puskesmas
untuk mengontrol CKD nya. Pasien mendapatkan terapi farmakologi yaitu
menggunakan obat antihipertensi berupa ACE-I. Hipertensi stage I pasien
diterapi dengan Captopril 12,5 mg merupakan golongan ACE-I. Efek samping
pemberian Captopril pada malam hari berupa edema perifer juga harus diawasi
meskipun selama 4 bulan pemberian , efek samping tersebut tidak muncul.
Dari perangkat penilaian keluarga family SCREEM, pasien memiliki
sumber daya yang cukup kuat tanpa kondisi patologis dari komponen sosial,
kultural, ekonomi, edukasi. Dari sisi ekonomi, pasien beranggapan
pendapatannya setiap bulan dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Selain itu,
sumber daya kesehatan berupa jaminan kesehatan BPJS dan akses yang mudah
menuju puskesmas harus dimanfaatkan untuk melakukan pemantauan dan
kontrol diabetes mellitus dan hipertensi secara rutin. Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) yang telah dilakukan juga harus selalu dijaga.
Dari segi psikososial, pasien memiliki masalah berupa kekhawatiran
akan tidak bergunanya dia untuk suaminya. Pasien khawatir jika penyakitnya
memburuk, pasien khawatir tidak dapat berguna bagi suaminya, dimana
suaminya sangat peduli dan memperhatikan pasien. Permasalahan psikososial
ini dapat diatasi dengan menerapkan manajemen komprehensif seperti yang
telah dijabarkan pada BAB I khususnya kuratif berupa konseling Client
Centered. Setelah dilakukan konseling Client Centered pasien mulai
mendapatkan solusi dari permasalahannya. Pasien ingin menyenangkan suami
dengan cara semangat menjalani hidup. Dengan semangat, pasien merasa akan
lebih menghargai suami.
Pada pasien ini dilakukan manajemen komprehensif mulai dari
promotif, preventif, serta kuratif. Manajemen promotif dan preventif sekunder
ini bertujuan agar pasien yang sudah menderita CKD tidak mengalami
progresifitas yang signifikan terhadapt penyakitnya. Untuk manajemen kuratif
pada pasien ini diberikan pengobatan farmakologi yang diminum oleh pasien

16
secara rutin setiap harinya. Untuk manajemen rehabilitatif dan paliatif pada
pasien ini belum dibutuhkan.

17
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Chronic Kidney Disease (CKD)


Gagal ginjal Kronik atau Chronic kidney disease (CKD) adalah suatu
kerusakan pada struktur atau fungsi ginjal yang berlangsung ≥ 3 bulan, dengan
atau tanpa disertai penurunan glomerular filtration rate (GFR). Selain itu, CKD
dapat pula didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana GFR < 60
mL/menit/1,73 m2 selama ≥ 3 bulan dengan atau tanpa disertai kerusakan
ginjal (National Kidney Foundation, 2002).
B. Etiologi
Penyebab tersering terjadinya CKD adalah diabetes dan tekanan darah
tinggi, yaitu sekitar dua pertiga dari seluruh kasus (National Kidney
Foundation, 2015). Keadaan lain yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal
diantaranya adalah penyakit peradangan seperti glomerulonefritis, penyakit
ginjal polikistik, malformasi saat perkembangan janin dalam rahim ibu, lupus,
obstruksi akibat batu ginjal, tumor atau pembesaran kelenjar prostat, dan
infeksi saluran kemih yang berulang (Wilson, 2005).
C. Klasifikasi Stadium
Penyakit ini didefinisikan dari ada atau tidaknya kerusakan ginjal dan
kemampuan ginjal dalam menjalankan fungsinya. Klasifikasi ini ditujukan
untuk memfasilitasi penerapan pedoman praktik klinis, pengukuran kinerja
klinis dan peningkatan kualitas pada evaluasi, dan juga manajemen CKD
(National Kidney Foundation, 2002). Berikut adalah klasifikasi stadium CKD:
Tabel. 7 Stadium CKD
Stadium Deskripsi GFR (mL/menit/1.73
m2)
1 Fungsi ginjal normal, ≥ 90
tetapi temuan urin,
abnormalitas struktur
atau ciri genetik
menunjukkan adanya
penyakit ginjal

18
2 Penurunan ringan 60-89
fungsi ginjal, dan
temuan lain (seperti
pada stadium 1)
menunjukkan adanya
penyakit ginjal
3a Penurunan sedang 45-59
fungsi ginjal
3b Penurunan sedang 30-44
fungsi ginjal
4 Penurunan fungsi ginjal 15-29
berat
5 Gagal ginjal <15

Nilai GFR menunjukkan seberapa besar fungsi ginjal yang dimiliki oleh
pasien sekaligus sebagai dasar penentuan terapi oleh dokter. Semakin parah
CKD yang dialami, maka nilai GFRnya akan semakin kecil (National Kidney
Foundation, 2010).
Chronic Kidney Disease stadium 5 disebut dengan gagal ginjal. Perjalanan
klinisnya dapat ditinjau dengan melihat hubungan antara bersihan kreatinin
dengan GFR sebagai presentase dari keadaan normal, terhadap kreatinin serum
dan kadar blood urea nitrogen (BUN) (Wilson, 2005). Kadar BUN dapat diukur
dengan rumus berikut (Hosten, 1990):

Perjalanan klinis gagal ginjal dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama
merupakan stadium penurunan cadangan ginjal dimana pasien tidak
menunjukkan gejala dan kreatinin serum serta kadar BUN normal. Gangguan
pada fungsi ginjal baru dapat terdeteksi dengan pemberian beban kerja yang
berat seperti tes pemekatan urin yang lama atau melakukan tes GFR yang teliti
(Wilson, 2005). Stadium kedua disebut dengan insufisiensi ginjal. Pada
stadium ini, ginjal sudah mengalami kehilangan fungsinya sebesar 75%. Kadar
BUN dan kreatinin serum mulai meningkat melebihi nilai normal, namun
masih ringan. Pasien dengan insufisiensi ginjal ini menunjukkan beberapa
gejala seperti nokturia dan poliuria akibat gangguan kemampuan pemekatan.

19
Tetapi biasanya pasien tidak menyadari dan memperhatikan gejala ini,
sehingga diperlukan pertanyaan-pertanyaan yang teliti (Wilson, 2005).
Stadium akhir dari gagal ginjal disebut juga dengan end-stage renal disease
(ESRD). Stadium ini terjadi apabila sekitar 90% masa nefron telah hancur, atau
hanya tinggal 200.000 nefron yang masih utuh. Peningkatan kadar BUN dan
kreatinin serum sangat mencolok. Bersihan kreatinin mungkin sebesar 5-10 mL
per menit atau bahkan kurang. Pasien merasakan gejala yang cukup berat
dikarenakan ginjal yang sudah tidak dapat lagi bekerja mempertahankan
homeostasis cairan dan elektrolit. Pada berat jenis yang tetap sebesar 1,010,
urin menjadi isoosmotis dengan plasma. Pasien biasanya mengalami oligouria
(pengeluran urin < 500mL/hari). Sindrom uremik yang terjadi akan
mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh dan dapat menyebabkan kematian
bila tidak dilakukan RRT (Wilson, 2005).
D. Patofisiologi
Patofisiologi CKD pada awalnya dilihat dari penyakit yang mendasari,
namun perkembangan proses selanjutnya kurang lebih sama. Penyakit ini
menyebabkan berkurangnya massa ginjal. Sebagai upaya kompensasi,
terjadilah hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa yang
diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth factor.
Akibatnya, terjadi hiperfiltrasi yang diikuti peningkatan tekanan kapiler dan
aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat, hingga pada
akhirnya terjadi suatu proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih
tersisa. Sklerosis nefron ini diikuti dengan penurunan fungsi nefron progresif,
walaupun penyakit yang mendasarinya sudah tidak aktif lagi (Suwitra, 2009).
Diabetes melitus (DM) menyerang struktur dan fungsi ginjal dalam berbagai
bentuk. Nefropati diabetik merupakan istilah yang mencakup semua lesi yang
terjadi di ginjal pada DM (Wilson, 2005). Mekanisme peningkatan GFR yang
terjadi pada keadaan ini masih belum jelas benar, tetapi kemungkinan
disebabkan oleh dilatasi arteriol aferen oleh efek yang tergantung glukosa,
yang diperantarai oleh hormon vasoaktif, Insuline-like Growth Factor (IGF) –
1, nitric oxide, prostaglandin dan glukagon. Hiperglikemia kronik dapat

20
menyebabkan terjadinya glikasi nonenzimatik asam amino dan protein. Proses
ini terus berlanjut sampai terjadi ekspansi mesangium dan pembentukan nodul
serta fibrosis tubulointerstisialis (Hendromartono, 2009).
Hipertensi juga memiliki kaitan yang erat dengan gagal ginjal. Hipertensi
yang berlangsung lama dapat mengakibatkan perubahan-perubahan struktur
pada arteriol di seluruh tubuh, ditnadai dengan fibrosis dan hialinisasi
(sklerosis) dinding pembuluh darah. Salah satu organ sasaran dari keadaan ini
adalah ginjal (Wilson, 2005). Ketika terjadi tekanan darah tinggi, maka sebagai
kompensasi, pembuluh darah akan melebar. Namun di sisi lain, pelebaran ini
juga menyebabkan pembuluh darah menjadi lemah dan akhirnya tidak dapat
bekerja dengan baik untuk membuang kelebihan air serta zat sisa dari dalam
tubuh. Kelebihan cairan yang terjadi di dalam tubuh kemudian dapat
menyebabkan tekanan darah menjadi lebih meningkat, sehingga keadaan ini
membentuk suatu siklus yang berbahaya (National Kidney Foundation, 2002).
E. Gambaran Klinis
Gambaran klinis pasien CKD meliputi gambaran yang sesuai dengan
penyakit yang mendasari, sindrom uremia dan gejala kompikasi. Pada stadium
dini, terjadi kehilangan daya cadang ginjal dimana GFR masih normal atau
justru meningkat. Kemudian terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif
yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai
pada GFR sebesar 60%, pasien masih belum merasakan keluhan. Ketika GFR
sebesar 30%, barulah terasa keluhan seperti nokturia, badan lemah, mual, nafsu
makan kurang, dan penurunan berat badan. Sampai pada GFR di bawah 30%,
pasien menunjukkan gejala uremia yang nyata seperti anemia, peningkatan
tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual,
muntah dan lain sebagainya. Pasien juga mudah terserang infeksi, terjadi
gangguan keseimbangan elektrolit dan air. Pada GFR di bawah 15%, maka
timbul gejala dan komplikasi serius dan pasien membutuhkan RRT (Suwitra,
2009).
F. Penegakan Diagnosis

21
Kerusakan ginjal dapat dideteksi secara langsung maupun tidak langsung.
Bukti langsung kerusakan ginjal dapat ditemukan pada pencitraan atau
pemeriksaan histopatologi biopsi ginjal. Pencitraan meliputi ultrasonografi,
computed tomography (CT), magnetic resonance imaging (MRI), dan isotope
scanning dapat mendeteksi beberapa kelainan struktural pada ginjal.
Histopatologi biopsi renal sangat berguna untuk menentukan penyakit
glomerular yang mendasari (Scottish Intercollegiate Guidelines Network,
2008).
Bukti tidak langsung pada kerusakan ginjal dapat disimpulkan dari
urinalisis. Inflamasi atau abnormalitas fungsi glomerulus menyebabkan
kebocoran sel darah merah atau protein. Hal ini dideteksi dengan adanya
hematuria atau proteinuria (Scottish Intercollegiate Guidelines Network,
2008). Penurunan fungsi ginjal ditandai dengan peningkatan kadar ureum dan
kreatinin serum. Penurunan GFR dapat dihitung dengan mempergunakan
rumus Cockcroft-Gault (Suwitra, 2009).
Penggunaan rumus ini dibedakan berdasarkan jenis kelamin (Willems et al.,
2013).

Pengukuran GFR dapat juga dilakukan dengan menggunakan rumus lain,


salah satunya adalah CKD-EPI creatinine equation (National Kidney
Foundation, 2015).

22
Selain itu fungsi ginjal juga dapat dilihat melalui pengukuran Cystatin C.
Cystatin C merupakan protein berat molekul rendah (13kD) yang disintesis
oleh semua sel berinti dan ditemukan diberbagai cairan tubuh manusia.
Kadarnya dalam darah dapat menggambarkan GFR sehingga Cystatin C
merupakan penanda endogen yang ideal (Wilems et al, 2013).
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien CKD disesuaikan dengan stadium
penyakit pasien tersebut (National Kidney Foundation, 2010). Perencanaan
tatalaksana pasien CKD dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 8. Penatalaksanaan CKD
Stadium GFR Rencana Tatalaksana
(mL/menit/1,73m2)
1 ≥90 Observasi, kontrol
tekanan darah
2 60 – 89 Observasi, kontrol
tekanan darah dan faktor
risiko
3a 45 – 59
3b 30 – 44 Observasi, kontrol
tekanan darah dan faktor
risiko

23
4 15 – 29 persiapan untuk RRT
5 < 15 RRT

Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya paling tepat diberikan sebelum


terjadinya penurunan GFR sehingga tidak terjadi perburukan fungsi ginjal.
Selain itu, perlu juga dilakukan pencegahan dan terapi terhadap kondisi
komorbid dengan mengikuti dan mencatat penurunan GFR yang terjadi.
Perburukan fungsi ginjal dapat dicegah dengan mengurangi hiperfiltrasi
glomerulus, yaitu melalui pembatasan asupan protein dan terapi farmakologis
guna mengurangi hipertensi intraglomerulus. Pencegahan dan terapi terhadap
penyakit kardiovaskular merupakan hal yang penting mengingat 40-45 %
kematian pada CKD disebabkan oleh penyakit kardiovaskular ini. Pencegahan
dan terapi penyakit kardiovaskular dapat dilakukan dengan pengendalian
diabetes, pengendalian hipertensi, pengendalian dislipidemia dan sebagainya.
Selain itu, perlu dilakukan pencegahan dan terapi terhadap komplikasi yang
mungkin muncul seperti anemia dan osteodistrofi renal (Suwitra, 2009).

24
DAFTAR PUSTAKA

Hendromartono, 2007. Nefropati Diabetik. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, ed
IV, jilid III. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta: 1898-1900.
Hosten, J.P. (1990). Psychology at Work. An Introduction to Industrial and
Organizational Psychology. New York : McGraw-Hill International.
National Kidney Foundation, 2002. Chronic Kidney Disease. New york: National
Kidney Foundation. Available from:
http://www.kidney.org/kidneydisease/ckd/index.cfm#whatis [Accessed 20
September 2016]
Scottish Intercollegiate Guidelines Network, 2012, Managing Bacterial Urinary
Tract Infection in Adults A Booklet for Patients and Careers, Scottish
Intercollegiate Guidelines Network, Scotland.
Suwitra, K., 2006. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B.,
Alwi, I., Marcellus, S.K., Setiati, S., Edisi keempat. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI, 570-573.
Willems H. 2013. Housing Wealth isn’t Wealth. Chronic Kidney Disease. E-
Journal, Vol. 4, 2010-22
Wilson. 2005. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Vol.2. Jakarta: EGC.

25
Lampiran 1 : Dokumentasi Home Visit

26
27

Anda mungkin juga menyukai