Presus Ikk
Presus Ikk
Diajukan Oleh :
Syarafina Awanis
2010 031 0179
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus bagian Ilmu Kedokteran
Keluarga yang berjudul Hipertensi Grade I dan susp.Candidiasis Vaginalis Pada Wanita
Berusia 47th Dengan Persepsi Yang Salah Tentang Pola Diet Terhadap Penyakitnya
Disertai Masalah Kesadaran Berprilaku PHBS Yang Kurang. Penulis menyadari
selesainya penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. drg. Arif, selaku Kepala Puskesmas Kotagede I Yogyakarta
2. dr.Liza Dwipantari Anjani , selaku dokter pembimbing puskesmas Kotagede I
Yogyakarta
3. dr. Denny A. P., M.Kes. selaku dosen pembimbing Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
4. dr. Nenni, dr. Anita, dr. Chandra, serta seluruh staf dan karyawan Puskesmas
Kotagede I Yogyakarta
5. Semua pihak yang telah mendukung penulisan laporan ini
Dalam penulisan laporan ini penulis masih memiliki banyak kekurangan. Kritik dan saran
sangat diharapkan untuk menyempurnakan laporan ini.
Penyusun,
Syarafina Awanis
2
DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................................... 4
KASUS ....................................................................................................................................... 4
A. IDENTITAS PASIEN .............................................................................................. 4
B. ANAMNESIS........................................................................................................... 4
C. PEMERIKSAAN FISIK .......................................................................................... 7
D. HOME VISIT .................................................................................................................. 9
1. Keadaan Rumah ....................................................................................................... 9
2. Genogram ............................................................................................................... 10
3. Family Map ............................................................................................................ 12
4. Bentuk Keluarga ..................................................................................................... 12
5. Family Life cycle ................................................................................................... 12
6. Family APGAR ...................................................................................................... 13
7. Family SCREEM ................................................................................................... 14
8. Family life Line ...................................................................................................... 14
9. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ........................................................................... 15
E. DIAGNOSIS HOLISTIK .............................................................................................. 15
F. MANAJEMEN KOMPREHENSIF .............................................................................. 16
BAB II ...................................................................................................................................... 18
ANALISIS KASUS .................................................................................................................. 18
A. ANAMNESIS DISEASE .............................................................................................. 18
B. ANAMNESIS ILLNESS ............................................................................................... 18
D. PEMERIKSAAN TAMBAHAN ................................................................................... 19
E. FAMILY ASSESMENT TOOLS .......................................................................... 19
F. ANALISIS HOME VISIT ............................................................................................. 20
G. MANAJEMEN ....................................................................................................... 20
H. PENERAPAN PRINSIP KEDOKTERAN KELUARGA ..................................... 20
BAB III ..................................................................................................................................... 22
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................... 22
3
BAB I
KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SP
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 57 tahun
Pendidikan : SMKK
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Basen RT 13/04 Purbayen
Jaminan kesehatan : BPJS
Tanggal pemeriksaan : 08 November 2016
Home visite : 13 November 2016
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Batuk Kering dan Keputihan
4
Riwayat Penyakit Ginjal (-)
Riwayat Penyakit Jantung (-)
Riwayat Penyakit Liver (-)
Riwayat Penyakit Asma (-)
Riwayat Alergi Obat (-)
Riwayat Penyakit DM (-)
Riwayat opname (-)
Riwayat operasi (-)
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Penyakit Hipertensi (-) ibu pasien
Riwayat Penyakit DM (+) ibu pasien, kakak laki-laki kandung anak pertama,
kakak kandung perempuan anak kedua dan kakak perempuan kandung ketiga
Riwayat Penyakit Jantung (+) ayah pasien
Riwayat Penyakit Stroke (-)
Riwayat Penyakit Ginjal (-)
Riwayat Penyakit Asma (-)
Riwayat Alergi (-)
5
aktif dalam kegiatan perkumpulan seperti arisan karena pasien berkerja sampai
sore.
Gaya Hidup
Pasien tidak merokok dan tidak minum alkohol. Dirumah pasien suami pasien
adalah perokok aktif. Dan pasien sering mengeluhkan pusing- pusing jika
mencium asap rokok. Pasien sering sekali berolahraga ringan setiap pagi sebelum
berangkat berkerja.
6. Review system
Sistem Neurologi : tidak ada keluhan
Sistem Kardiovaskular : tidak ada keluhan
Sistem Respirasi : tidak ada keluhan
Sistem Gastrointestinal : tidak ada keluhan
Sistem Urologis : tidak ada keluhan
Sistem Integumentum : tidak ada keluhan
Sistem Muskuloskeletal : tidak ada keluhan
7. Anamnesis Illnes
Perasaan:
awalnya pasien merasa kaget karena menurut pasien pasien tidak merasakan
apa- apa ketika tensinya naik pasien baru tahu ketika diberi tahu oleh dokter
tentang penyakitya yang bisa terjadi pada siapa pun yang memiliki gaya hidup
yang tidak baik. Pasien khawatir dengan komplikasi yang mungkin timbul dan
pasien selalu kawatir akan keputihannya jika terjadi komplikasi.
Ide :
pasien tahu penyakitnya tidak bisa disembuhkan namun bisa dikontrol dengan
minum obat rutin, periksa ke dokter rutin, tapi pasien beranggapan perlu
melakukan diet khusus untuk penyakitnya yaitu mengurangi sayur- sayuran yang
pahit karena dengan diet sayuran yang pahit pasien bisa mengontrol tensi tekanan
darah dan pasien minum obat rutin.
Harapan:
6
Pasien berharap penyakitnya tidak menimbulkan komplikasi, bisa selalu sehat
agar bisa melihat anak- anaknya sukses, hidup sehat dan bahagia
Efek terhadap fungsi sosial: selama ini pasien merasa cocok dengan tetangganya
karena pasien merasa tetangganya membicarakannya karena pasien tidak aktif ikut kegiatan
perkumpulan Arisan karena pasien selalu pulang berkerja sore.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Baik.
2. Kesadaran : compos mentis.
3. Tanda vital
Tekanan darah : 130/90 mmHg.
Nadi : 82 x/menit, teratur, isi, dan tegangan cukup
Respirasi : 20 x/menit.
Suhu : 36,6⁰C.
4. Antropometri
Berat badan : 58 kg.
Tinggi badan : 146 cm.
IMT : 27,2
5. Status gizi : overweight (WHO,2000)
6. Status generalis
Pemeriksaan Mata :
Palpebra : Edema (-/-)
Eksoftalmus : Tidak didapatkan
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterik (-/-)
Pupil : Reflek cahaya (+/+), isokor
Lensa : OS jernih, OD jernih,
Pemeriksaan oftalmoskop : tidak dilakukan
Pemeriksaan Telinga :
Otore (-/-), nyeri tekan (-/-), serumen (-/-)
7
Pemeriksaan otoskopi :tidak dilakukan
Test fungsi pendengaran :tidak dilakukan
Pemeriksaan Mulut Tenggorok : hiperemis (-) Tonsil: T1-T1, caries dentis (-)
stomatitis (-)
Pemeriksaan Leher :
Kelenjar tiroid : Tidak membesar
Kelenjar lnn : Tidak membesar, Nyeri tekan (-)
Retraksi suprasternal : (-)
JVP : tidak meningkat
Tidak teraba adanya muskulospasme leher.
Pemeriksaan thorax
Pulmo :
Paru-paru kanan Paru-paru kiri
Cor :
Inspeksi : Iktus kordis tak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba, tidak kuat angkat trill (–)
Heavy (-), pulsus para sternalis (-), pulsus
epigastrika (-)
8
Perkusi : Batas jantung
Kanan atas: SIC II linea para sternalis dex.
Kiri atas: SIC II linea para sternalis sin.
Kanan bawah: SIC IV linea para sternalis dex.
Kiri bawah: SIC VI linea axial anterior sin.
Auskultasi S1 & S2 reguler, Bising jantung (-)
Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi : supel (+), benjolan (-), venektasi (-), tanda radang (-), spider naevi (-).
b. Auskultasi : peristaltik (+) 13x/menit, bruit aorta (-).
c. Perkusi : timpani pada semua lapang abdomen, pekak hepar (-), nyeri ketok
kostovertebra (-/-).
d. Palpasi : supel (+), nyeri tekan (-), teraba massa (-).
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : ballottement (-/-)
Pemeriksaan Ekstremitas
Superior : deformitas (-), edem (-), nyeri otot (-), nyeri sendi (-), ikterik (-), akral
hangat (+).
Inferior : deformitas (-), edema (-), nyeri otot (-), nyeri sendi (-), ikterik (-),
akral hangat (+).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dilakukan pemeriksaan laboratorium urin rutin dengan hasil:
Warna : kuning, kekeruhan : jernih, ph 5,0 (N), BJ 1,020 (N)
D. HOME VISIT
1. Keadaan Rumah
Rumah pasien terletak di perumahan yang padat penduduk, jarak antara rumah satu
dengan rumah lainya dekat, lingkungan sekitar rumah bersih dan tertata rapi, rumah
pasien tidak terlalu jauh dari puskesmas. Untuk kondisi rumah pasien, berdinding
9
tembok, berlantai keramik, terdapat jendela, ventilasi, pintu, kamar mandi, ruang tamu,
ruang makan, dapur, kamar tidur, dan tempat pembuatan perak. Karena tempat
pembuatan perak menjadi satu dengan rumah sehingga pasien mengeluhkan bahwa air
pasien mulai tercemar. Kondisi rumah pasien dari segi pencahayaan dirumah pasien
baik, kondisi rumah cukup bersih, rapi, dan terdapatbeberapa tanaman hias dan pohon.
2. Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
10
: Perempuan
11
3. Family Map
= hubungan fungsional
4. Bentuk Keluarga
Berdasarkan Goldenberg (1980), bentuk keluargaini adalah nuclear family
(keluarga inti) yang terdiri ayah, ibu dan anak.
12
6. Family APGAR
Respons
TOTAL 10
Total skor
Dari tabel APGAR keluarga diatas total nilai skoringnya adalah 7, ini menunjukan keluarga sehat.
13
7. Family SCREEM
Table 1. Family SCREEM
ASPEK SUMBER DAYA PATOLOGI
14
yang telah dilalui
2015 46 Pasien didiagnosis
hipertensi.
PHBS terpenuhi, apabila seluruh indikator terpenuhi. Pada kasus ini pasien
belum memenuhi kriteria, maka pasien kurang ber-PHBS.
E. DIAGNOSIS HOLISTIK
Hipertensi Grade I dan susp.Candidiasis Vaginalis Pada Wanita Berusia 47th Dengan
Persepsi Yang Salah Tentang Pola Diet Terhadap Penyakitnya Disertai Masalah
Kesadaran Berprilaku PHBS Yang Kurang.
15
F. MANAJEMEN KOMPREHENSIF
1. PROMOTIF
Edukasi kepada pasien dan minimal 1 anggota keluarga yang tinggal berdekatan atau
tetangga dekat pasien mengenai:
a. Gambaran hipertensi dan sebagai penyakit kronis yang dapat dikontrol dan
tergantung pada pasien, bukan nasib. Ditekankan bahwa hipertensi tidak dapat
sembuh, namun dapat dikontrol
b. Gambaran penyebab, gejala, faktor risiko, komplikasi serta penggelolaan
hipertensi
c. Pentingnya gaya hidup sehat secara berkesinambungan untuk mengendalikan
hipertensi, yaitu makanan gizi seimbang, aktifitas fisik teratur, dan pola istirahat
yang cukup
d. Pentingnya penurunan berat badan untuk pengelolaan hipertensi,dan obesitas yang
dialami pasien
e. Pentingnya minum obat dan kontrol ke dokter sekaligus monitoring kadar gula
darah dan tekanan darah minimal sebulan sekali. serta cek profil lipid
f. Pentingnya dukungan keluarga dalam pengelolaan penyakit pasien.
2. PREVENTIF
Skrining anggota keluarga untuk penyakit hipertensi.
Konsultasi dengan ahli gizi untuk pengelolan makanan terkait dengan
hipertensi, dan obesitas pasien, terutama mengenai diet DASH(Dietary
Approach to Stop Hypertension) dan 3J (Jenis, Jadwal, Jumlah)
Melakukan aktifitas fisik atau olahraga rutin selama 30 menit hampir setiap
hari. Lebih baik bila diikuti senam kaki diabetes setiap pagi
Melakukan monitoring gula darah dan tekanan darah sebulan sekali disertai
minum obat teratur
Mendapat konseling CEA (Catharsis-Education-Action) atas kekhawatiran dan
kekurang pahaman pasien terhadap penyakitnya
Mendapatkankonseling CCC (Client Centered Counseling) dan terapi SEFT
(Spiritual Emotional Freedom Technique) untuk meringankan stressor
psikologis terkait konflik dengan adik dan adik iparnya, masalah tinggal
sendiri, serta jika pasienmasih memiliki beban terkait ia tidak dapat memiliki
16
anak kandung. Bila masalah belum terselesaikan maka dilakukan
konsultasikan ke psikolog
Screening anggota keluarga untuk penyakit hipertensi dan diabetes mellitus.
3. KURATIF
R/ Paracetamol tab 500 mg No. X
S 3 dd 1 tab (p.c)
R/ Amlodipine tab 5 mg No. X
S 1 dd tab 1 (a.c)
R/ nystatin tab 100.000iu No. VII
S 1 dd tab 1
R/ Ranitidine tab 150 mg No. X
S 3 dd tab I
R/ Glyceryl guaiacolate tab 100 mg No. X
S 3 dd tab I
R/ omeprazole tab 10 mg No. VI
S 2 dd tab I
R/ Metronidazole tab 2gr No. IV
S 1 dd tab IV
4. REHABILITATIF
Tidak diperlukan pada pasien
5. PALIATIF
Tidak diperlukan pada pasien
17
BAB II
ANALISIS KASUS
A. ANAMNESIS DISEASE
B. ANAMNESIS ILLNESS
Anamnesis illness pada pasien ini menunjukan bahwa pasien merasa ikhlas atas
penyakitnya, pasien tidak menyesalkan, karena pasien sadar usaha yang bisa dilakukan
sekarang adalah dengan selalu meminum obat rutin dan control rutin agar terhindar dari
komplikasi-komplikasi yang bisa timbul akibat penyakitnya, untuk komplikasi hipertensi
yang pasien derita sekarang ini tidak terlalu memberi dapak psikologis bagi pasien,
menurut pasien itu bukan beban yang harus ditakuti melainkan dihadapi. Pasien berharap
bisa diberi kesehatan dan umur panjan agar bisa melihat anak- anaknya sukses, tumbuh
sehat dan bahagia.
18
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik pasien dalam batas normal, walaupun mengalami batuk kering,
tenggorokan pasien tak tampak hiperemis, pembesaran tonsil juga masih sebatas T1-T1,
IMT pasien juga dalam overweight yaitu 27,2 yang artinnya berat badan pasien harus
lebih dikurangi karena nantinya bisa berpengaruh dengan kesehatan pasien.
D. PEMERIKSAAN TAMBAHAN
7. PHBS, dapat disebut ber-PHBS karena sudah memenuhi semua indikator.namun pada
pasien kurang ber-PHBS
19
F. ANALISIS HOME VISIT
Rumah pasien terletak di perumahan, jarak antara rumah satu dengan rumah lainya tidak
terlalu dekat, lingkungan sekitar rumah bersih dan tertata rapi, rumah pasien tidak terlalu
jauh dari puskesmas. Untuk kondisi rumah pasien, berdinding tembok, berlantai keramik,
terdapat jendela, ventilasi, pintu, kamar mandi, ruamg tamu, ruang makan, dapur, kamar
tidur, dan halaman yang cukup luas. Pencahayaan yang bagus, bersih, rapi, terdapat
kolam ikan kecil di depan teras, terdapatbeberapa tanaman hias dan pohon
G. MANAJEMEN
Manajemen kuratif disesuaikan dengan sumber dari hasil penelitian sehingga sesuai
dengan keadaan pasien. Manajemen rehabilitatif dan paliatif pada pasien ini belum
diperlukan.
1. Primary Care :Prinsip ini sudah diterapkan pada pasien ini, dimana pasien datang
periksa ke pelayanan primer terlebih dahulu yaitu ke puskesmas.
2. Personal Care : Pelayanan yang diberikan memberikan kenyamanan kepada pasien.
3. Holistik Care : Saat menegakkan diagnosis, pasien pada kasus ini dilihat tidak hanya
dari segi klinisnya saja tetapi juga menanyakan dari segi psikis, adakah masalah atau
beban pikiran yang mempengaruhi perjalanan penyakit pasien.
4. Comprehensive Care : Dalam menangani kasus pada pasien ini, dilakukan
penatalaksanaan secara menyeluruh mulai dari promotif, preventif, dan kuratif.
5. Continuing Care: Dilakukan homevisit pada tanggal 13 november 2016 untuk
memonitor keadaan pasien di lingkungan rumah.
20
6. Emphasis on Preventive Medicine : Penekanan pada usaha pencegahan penyakit
berkembang menjadi lebih baik dengan edukasi pemahaman penyakit dan modifikasi
gaya hidup pada pasien.
7. Patient-centered Care, Family Focused & Community-oriented Care : Pada kasus ini
telah dilakukan eksplorasi mengenai aspek disease dan illness dari pasien ini, yaitu
hipertensi grade I dan candidiasis vaginitis dan kurangnya kesadaran diet terhadap
penyakitnya.Collaborative Care : Pada pasien ini dapat dilakukan kolaborasi dengan
bidang lain seperti ahli gizi untuk membantu mengatur pola makan.
21
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. HIPERTENSI
1. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi terdiri dari modifikasi gaya hidup dan terapi
farmakologi(Permenkes No 5 tahun 2014).
a. Gaya Hidup
Berdasarkan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension), perencanaan
diet yang dilakukan berupa makanan yang tinggi kalium dan kalsium, rendah
natrium, olahraga, dan mengurangi konsumsi alkohol. Modifikasi gaya hidup
dapat menurunkan tekanan darah, mempertinggi khasiat obat antihipertensi, dan
menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler. Berikut adalah uraian modifikasi
gaya hidup dalam rangka penanganan hipertensi.
Tabel 10. Modifikasi gaya hidup dalam penanganan hipertensi
Modifikasi Rekomendasi Perkiraan Penurunan Tekanan
Darah Sistolik (Skala)
Menurunkan Memelihara berat badan normal 5-20 mmHg/10 kg penurunan
berat badan (Indeks Massa Tubuh 18.5–24.9 BB
kg/m2).
Melakukan pola Mengkonsumsi makanan yang 8 – 14 mmHg
diet berdasarkan kaya dengan buah-buahan,
DASH sayuran, produk makanan yang
rendah lemak, dengan kadar lemak
total dan saturasi yang rendah.
Diet rendah natrium Menurunkan intake garam sebesar 2-8 mmHg
2-8 mmHg tidak lebih dari 100
mmol per-hari (2.4 gr Natrium
atau 6 gr garam).
Olahraga Melakukan kegiatan aerobik fisik 4 – 9 mmHg
secara teratur, seperti jalan cepat
(paling tidak 30 menit per-hari,
setiap hari dalam seminggu).
22
Membatasi Membatasi konsumsi alkohol tidak 3- 4 mmHg
penggunaan alcohol lebih dari 2 gelas ( 1 oz atau 30 ml
ethanol; misalnya 24 oz bir, 10 oz
anggur, atau 3 0z 80 whiski) per-
hari pada sebagian besar laki-laki
dan tidak lebih dari 1 gelas per-
hari pada wanita dan laki-laki yang
lebih kurus.
b. Farmakologi
Berdasarkan ESH-ESC (2013) obat-obat antihipertensi antara lain :
1). Diuretik
Khasiat antihipertensi diuretik adalah berawal dari efeknya meningkatkan
ekskresi natrium, klorida, dan air, sehingga mengurangi volume plasma dan
cairan ekstrasel. Tekanan darah turun akibat berkurangnya curah jantung,
sedangkan resistensi perifer tidak berubah pada awal terapi. Kemungkinan
lain adalah berkurangnya volume cairan interstisial berakibat berkurangnya
kekakuan dinding pembuluh darah dan bertambahnya daya lentur
(compliance) vaskular.
Diuretik tiazid : Menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada pars
asendens ansa henle tebal, yang menyebabkan diuresis ringan. Suplemen
kalium mungkin diperlukan karena efeknya yang boros kalium.
Loop diuretic : Lebih poten dibanding tiazid dan harus digunakan dengan
hati-hati untuk menghindari dehidrasi. Obat-obat ini dapat
mengakibatkan hipokalemia, sehingga kadar kalium harus dipantau ketat.
Diuretic Hemat Kalium : Meningkatkan ekskresi natrium dan air sambil
menahan kalium. Obat-obat ini dipasarkan dalam gabungan dengan
diuretic boros kalium untuk memperkecil ketidakseimbangan kalium.
Diuretik Osmotik : Menarik air ke urin, tanpa mengganggu sekresi atau
absorpsi ion dalam ginjal.
2). ACE inhibitor (ACE-i)
23
Akibat penghambatan ACE secara kompetitif kadar angiotensin II baik lokal
maupun dalam sirkulasi menurun. Hormon-hormon simpatis seperti
noradrenalin dan adrenalin juga menurun. Efek golongan obat ACE inhibitors
adalah vasodilatasi, terutama arteri perifer. Vasodilatasi juga terjadi pada
arteri koroner. Pada pasien gagal jantung, ACE inhibitors juga menyebabkan
dilatasi vena. Vasodilatasi terjadi karena meningkatnya kadar agen-agen
vasodilator seperti bradikinin, prostgalndin dan nitrit oksida, dan karena
berkurangnya vasokonstriktor seperti angiotensin II, noradrenalin, adrenalin
dan vasopresin. Sebagai akibat vasodilatasi tekanan darah sistemik turun,
beban afterload jantung berkurang, aliran darah ke organ-organ penting
seperti jantung dan ginjal meningkat.
3). Antagonis Kalsium (CCA)
Bekerja pada otot jantung dan otot polos vascular, berperan dalam peristiwa
kontraksi jantung. Meningkatnya kadar kalsium dalam sitosola kan
meningkatkan kontraksi. Masuknya kalsium dari ekstrasel ke intrasel dipacu
oleh perbedaan kadar kalsium, dengan perbanding kadar kalsium ekstrasel
10.000 kali lebih banyak dibanding intrasel saat diastole.Dengan pemberian
CCA, kanal kalsium akan dihambat, dan menyebabkan vasodilatasi coroner
dan perifer; penurunan kontraktilitas jantung; serta penurunan automatisasi
serta kecepatan konduksi pada SA dan AV node.
4). Angiotensin Receptor Blocker (ARB)
Bekerja dengan cara menurunkan tekanan darah melalui sistem renin-
angiotensin-aldosteron. ARB mampu menghambat angiotensin II berikatan
dengan reseptornya, sehingga secara langsung akan menyebabkan
vasodilatasi, penurunan produksi vasopresin, dan mengurangi sekresi
aldosteron.
5). Βeta Blocker (BB)
BB akan menurunkan kebutuhan oksigen jantung dencan cara
menurunkan frekuensi denyut jantung, kontraktilitas dan tekanan darah.
Suplai oksigen meningkat karena penurunan frekuensi denyut jantung
sehingga perfusi koroner membaik saat diastole.
24
Gambar 4. Penatalaksanaan hipertensi berdasarkan PDSKI 2015
Terdapat beberapa rekomendasi terapi berdasarkan guideline JNC 8 tahun 2014.
Rekomendasi 1:
a. Pada populasi umum usia 60 tahun atau lebih, mulai terapi farmakologi saat
tekanan darah sistolik (systolic bloodpressure/SBP) 150mmHg atau lebih ATAU
tekanan darah diastolik (diastolic blood pressure /DBP) 90mmHg atau lebih.
Tujuan: SBP kurang dari 150mmHg dan DBP kurang dari 90mmHgStrong
Recommendation – Grade A
b. Pada populasi umum usia 60 tahun atau lebih, jika terapi farmakologi tekanan darah
tinggi menghasilkan hasil yang lebih rendah dibandingkan tujuan terapi, contohnya
<140mmHg, dan terapi tidak berhubungan dengan efek merugikan pada kesehatan
atau kualitas hidup, maka terapi tidak perlu disesuaikanExpert Opinion –
Grade E
Rekomendasi 2:
a. Pada populasi umum usia kurang dari 60 tahun, mulai terapi farmakologi saat
tekanan darah diastolik (diastolic blood pressure /DBP) 90mmHg atau lebih.
Tujuan: DBP kurang dari 90mmHg
b. *Untuk usia 30 sampai 59 tahunStrong Recommendation – Grade A
*Untuk usia 19 sampai 29 tahunExpert Opinion – Grade E
Rekomendasi 3:
25
Pada populasi umum usia kurang dari 60 tahun, mulai terapi farmakologi saat tekanan
darah sistolik (systolic bloodpressure/SBP) 140mmHg atau lebih. Tujuan: SBP kurang
dari 140mmHgExpert Opinion – Grade E
Rekomendasi 4:
Pada populasi umum usia 18 tahun atau lebih dengan CKD, mulai terapi farmakologi saat
SBP 140mmHg atau lebih ATAU DBP 90mmHg atau lebih. Tujuan: SBP kurang dari
140mm Hg dan DBP kurang dari 90mmHgExpert Opinion – Grade E
Rekomendasi 5:
Pada populasi umum usia 18 tahun atau lebih dengan diabetes, mulai terapi farmakologi
saat SBP 140mmHg atau lebih ATAU DBP 90mmHg atau lebih. Tujuan: SBP kurang
dari 140mm Hg dan DBP kurang
dari 90mmHgExpert Opinion – Grade E
Rekomendasi 6,7, dan 8 mengenai pemilihan obat antihipertensi
Rekomendasi 6:
Pada populasi umum tidak hitam (maksudnya bukan ras negroid/berkulit hitam),
termasuk penderita diabetes, terapi antihipertensi harus dimulai dengan menyertakan obat
di bawah ini:
Thiazide-type diuretic
Calcium channel blocker (CCB)
Angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACEI) atau
Angiotensin receptor blocker (ARB).
Rekomendasi 7:
Pada populasi umum berkulit hitam (maksudnya ras negroid/berkulit hitam), termasuk
penderita diabetes, terapi antihipertensi harus dimulai dengan menyertakan obat di bawah
ini:
Thiazide-type diuretic
CCB.
Rekomendasi 8:
Pada populasi berumur 18 tahun atau lebih dengan CKD dan hipertensi, terapi
antihipertensi harus dimulai dengan menyertakan ACEI atau ARB untuk meningkatkan
26
kerja ginjal. Hal ini dilakukan terhadap semua pasien CKD dengan hipertensi tanpa
memperhatikan ras atau status diabetes.
Rekomendasi 9:
a. Tujuan utama terapi hipertensi adalah untuk mencapai dan mempertahankan
tekanan darah sesuai target tujuan. Jika target tekanan darah yang dituju tidak
tercapai:
Naikkan dosis obat sebelumnya ATAU
Tambahkan obat kedua dari salah golongan obat yang disebutkan di
rekomendasi 6 (thiazide-type diuretic, CCB, ACEI, atau ARB)
c. Klinisi harus terus menilai tekanan darah dan menyesuaikan regimen terapi hingga
target tujuan tekanan darah tercapai
d. Jika target tekanan darah tidak dapat dicapai dengan 2 obat:
Tambahkan obat ke-3 dari rekomendasi 6
Jangan gunakan ACEI dan ARB bersamaan untuk satu pasien
Jika target tekanan darah tidak tercapai dengan menggunakan golongan obat
pada rekomendasi 6 karena merupakan kontraindkasi atau memerlukan lebih
dari 3 obat untuk mencapai target golongan darah, maka obat antihipertensi
dari golongan lain dapat digunakan.
e. Untuk pasien yang tidak dapat mencapai target tekanan darah menggunakan strategi
di atas, atau pasien dengan komplikasi yang memerlukan konsultasi klinis, maka
dapat dipertimbangkan untuk merujuk pasien kepada spesialis hipertensi.
27
Dosis/hari
Kelas Obat Subkelas Contoh Obat (Frekuansi Efek samping
dosis harian)
Diuretik Hidroklortiazid Hipokalemia, hiperurisemia,
Tiazid 12,5-50 mg (1)
(HCT) hipoglikemia, peningkatan
Klordaridon 12,5-25 mg (1) kolesterol dan trigliserid
Loop diuretic Furosemid 20-80 mg(2) Hipokalemia, hiperurisemia
Diuretik Hiperkamemia,
Amilorid 5-10 mg(1-2)
hemat kalium ginekomastia
Penyekat β Propanolol 40-160 mg (1- Bronkospasme, bradikardia,
2) blok jantung, rasa lelah,
Atenolol 25-100 mg (1) peningkatan trigliserid
Bisoprolol 2,5-10 mg (1)
Penghambat Captopril 25-100 mg (2)
ACE Batuk-batuk, hiperkalemia,
Ramipril 2,5-20 mg (1) azotemia, angioedema
Lisinopril 10-40 mg (1)
ARB Valsartan 80-320 mg (1-
2)
Irbesatran 150-300 mg
Hiperkalemia, azotemia
(1)
Losatran 25-100 mg (1-
2)
CCB Nondihidropi Verapamil 120-360 mg
ridin (1)
Edema, Konstipasi
Diltiazem 120-540 mg
(1)
Dihidropiridi Amlodipin 2,5-10 mg (1)
n Edema, Konstipasi,
Nifedipin 30-60 mg (1) bradikardia, blok jantung
(Lepas lambat)
Agonis α Klonidin Mulut kering, pusing,
0,1-0,8 mg (2) sedang ringan, kelelahan,
depresi, edema
Sentral Reserpin Angina, bradikardia,
0,1-0,25 mg sinkrop, pusing, depresi,
(1) mimpi buruk, diskinesia,
tardif, letargi
Hiperkalemia, ginekomastia,
Antagonis
Spironolakton 25-50 mg (1) hiponatremia, ruam
Aldosterone
28
DAFTAR PUSTAKA
Bill,K ;Twiggs,J; Bonie. 2015.Hypertension: The Silent Killer: Updated JNC-8 Guideline
Recomendation. Continuing Educational. Alabama Pharmacy Asociation
CHEP. 2015. Canadian Hypertension education Pogram Recomendation. Canadian
Dorlan. 2008. Kamu Besar Kedokteran. Jakata : EGC.
ESH-ESC. 2013. ESH/ESC Guideline for the Management ofarterial hypertension. Jounal of
Hypertension.
PERKENI. 2011. Konsensus Diabetes Melitus type 2 di Indonesia. Jakarta : Penerbit
Pengurus besar PEKENI.
PERMENKES RI. 2014. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nome 5 Tahun
2014 tentang Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Soenarta, A dkk. 2015. Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular.
Jakarta: PERKI
Suryono, 2009. Diabetes Melitus di Indonesia. Buku Aja Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.
Jakarta: Internal Pablishing.hal.1877.
Yogiantororo. 2009. Hipertensi Esensial Buku Aja Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta:
Internal Pablishing.hal.1086.
29
30