Anda di halaman 1dari 30

PRESENTASI KASUS

Hipertensi Grade I dan susp.Candidiasis Vaginalis Pada Wanita Berusia


47th Dengan Persepsi Yang Salah Tentang Pola Diet Terhadap
Penyakitnya Disertai Masalah Kesadaran Berprilaku PHBS Yang Kurang

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat


Mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga
di Puskesmas Kotagede I Yogyakarta

Diajukan Oleh :
Syarafina Awanis
2010 031 0179

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus bagian Ilmu Kedokteran
Keluarga yang berjudul Hipertensi Grade I dan susp.Candidiasis Vaginalis Pada Wanita
Berusia 47th Dengan Persepsi Yang Salah Tentang Pola Diet Terhadap Penyakitnya
Disertai Masalah Kesadaran Berprilaku PHBS Yang Kurang. Penulis menyadari
selesainya penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. drg. Arif, selaku Kepala Puskesmas Kotagede I Yogyakarta
2. dr.Liza Dwipantari Anjani , selaku dokter pembimbing puskesmas Kotagede I
Yogyakarta
3. dr. Denny A. P., M.Kes. selaku dosen pembimbing Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
4. dr. Nenni, dr. Anita, dr. Chandra, serta seluruh staf dan karyawan Puskesmas
Kotagede I Yogyakarta
5. Semua pihak yang telah mendukung penulisan laporan ini
Dalam penulisan laporan ini penulis masih memiliki banyak kekurangan. Kritik dan saran
sangat diharapkan untuk menyempurnakan laporan ini.

Yogyakarta, 16 November 2016

Penyusun,

Syarafina Awanis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 2

BAB I.......................................................................................................................................... 4
KASUS ....................................................................................................................................... 4
A. IDENTITAS PASIEN .............................................................................................. 4
B. ANAMNESIS........................................................................................................... 4
C. PEMERIKSAAN FISIK .......................................................................................... 7
D. HOME VISIT .................................................................................................................. 9
1. Keadaan Rumah ....................................................................................................... 9
2. Genogram ............................................................................................................... 10
3. Family Map ............................................................................................................ 12
4. Bentuk Keluarga ..................................................................................................... 12
5. Family Life cycle ................................................................................................... 12
6. Family APGAR ...................................................................................................... 13
7. Family SCREEM ................................................................................................... 14
8. Family life Line ...................................................................................................... 14
9. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ........................................................................... 15
E. DIAGNOSIS HOLISTIK .............................................................................................. 15
F. MANAJEMEN KOMPREHENSIF .............................................................................. 16
BAB II ...................................................................................................................................... 18
ANALISIS KASUS .................................................................................................................. 18
A. ANAMNESIS DISEASE .............................................................................................. 18
B. ANAMNESIS ILLNESS ............................................................................................... 18
D. PEMERIKSAAN TAMBAHAN ................................................................................... 19
E. FAMILY ASSESMENT TOOLS .......................................................................... 19
F. ANALISIS HOME VISIT ............................................................................................. 20
G. MANAJEMEN ....................................................................................................... 20
H. PENERAPAN PRINSIP KEDOKTERAN KELUARGA ..................................... 20
BAB III ..................................................................................................................................... 22
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................... 22

3
BAB I

KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SP
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 57 tahun
Pendidikan : SMKK
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Basen RT 13/04 Purbayen
Jaminan kesehatan : BPJS
Tanggal pemeriksaan : 08 November 2016
Home visite : 13 November 2016

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Batuk Kering dan Keputihan

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Seorang perempuan berusia 47thn datang ke Puskesmas Kotagede I dengan
keluhan batuk kering dirasakan sejak 3 hari sebelum datang ke puskesmas, demam
tinggi disangkal dan keringan malam hari disangkal, pasien sudah membeli obat
warung pereda batuk namun belum membaik. Pasien juga mengeluhkan keputihan
berwarna kekuningan dan gatal sejak ± 1 minggu, sebelumnya pasien sudah berobat di
puskesmas namun tidak ada perbaikan dari keputihannya, Pasien merupakan penderita
Hipertensi sejak tahun 2015, hipertensi sejak 1 tahun yang lalu dan pasien rutin control
ke puskesmas. Riwayat nyeri kepala sebelumnya disangkal, sesak nafas dan nyeri dada
disangkal. Buang air besar dan kecil dalam batas normal

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat Penyakit Hipertensi (+)

4
Riwayat Penyakit Ginjal (-)
Riwayat Penyakit Jantung (-)
Riwayat Penyakit Liver (-)
Riwayat Penyakit Asma (-)
Riwayat Alergi Obat (-)
Riwayat Penyakit DM (-)
Riwayat opname (-)
Riwayat operasi (-)
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Penyakit Hipertensi (-) ibu pasien
Riwayat Penyakit DM (+) ibu pasien, kakak laki-laki kandung anak pertama,
kakak kandung perempuan anak kedua dan kakak perempuan kandung ketiga
Riwayat Penyakit Jantung (+) ayah pasien
Riwayat Penyakit Stroke (-)
Riwayat Penyakit Ginjal (-)
Riwayat Penyakit Asma (-)
Riwayat Alergi (-)

5. Riwayat Personal Sosial Ekonomi


 Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah tamat SMKK
 Pekerjaan
Pasien merupakan pegawai buruh pabrik/ wiraswasta
 Perkawinan
Pernikahan pasien dengan suaminya saat ini sudah 25 tahun. Dari hasil perkawinan
pasien dikaruniai 2 orang anak. Anak pasien berumur 24th dan 14th. Komunikasi
dengan anak-anaknya baik. Anak pertama, pasien sedang melanjutkan S1
perguruan tinggi di UGM dan anak kedua pasien SMP kelas 1. Pasien tinggal
bersama suami, dan kedua anak pasien.
 Sosialisasi
Pasien besosialisasi dengan tetangga dan warga sekitar dengan dengan baik,
namun pasien mempunyai masalah dengan tetangganya, karena pasien tidak begitu

5
aktif dalam kegiatan perkumpulan seperti arisan karena pasien berkerja sampai
sore.
 Gaya Hidup
Pasien tidak merokok dan tidak minum alkohol. Dirumah pasien suami pasien
adalah perokok aktif. Dan pasien sering mengeluhkan pusing- pusing jika
mencium asap rokok. Pasien sering sekali berolahraga ringan setiap pagi sebelum
berangkat berkerja.

6. Review system
 Sistem Neurologi : tidak ada keluhan
 Sistem Kardiovaskular : tidak ada keluhan
 Sistem Respirasi : tidak ada keluhan
 Sistem Gastrointestinal : tidak ada keluhan
 Sistem Urologis : tidak ada keluhan
 Sistem Integumentum : tidak ada keluhan
 Sistem Muskuloskeletal : tidak ada keluhan

7. Anamnesis Illnes
Perasaan:
awalnya pasien merasa kaget karena menurut pasien pasien tidak merasakan
apa- apa ketika tensinya naik pasien baru tahu ketika diberi tahu oleh dokter
tentang penyakitya yang bisa terjadi pada siapa pun yang memiliki gaya hidup
yang tidak baik. Pasien khawatir dengan komplikasi yang mungkin timbul dan
pasien selalu kawatir akan keputihannya jika terjadi komplikasi.

Ide :

pasien tahu penyakitnya tidak bisa disembuhkan namun bisa dikontrol dengan
minum obat rutin, periksa ke dokter rutin, tapi pasien beranggapan perlu
melakukan diet khusus untuk penyakitnya yaitu mengurangi sayur- sayuran yang
pahit karena dengan diet sayuran yang pahit pasien bisa mengontrol tensi tekanan
darah dan pasien minum obat rutin.

Harapan:

6
Pasien berharap penyakitnya tidak menimbulkan komplikasi, bisa selalu sehat
agar bisa melihat anak- anaknya sukses, hidup sehat dan bahagia

Efek terhadap fungsi sosial: selama ini pasien merasa cocok dengan tetangganya
karena pasien merasa tetangganya membicarakannya karena pasien tidak aktif ikut kegiatan
perkumpulan Arisan karena pasien selalu pulang berkerja sore.

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Baik.
2. Kesadaran : compos mentis.
3. Tanda vital
Tekanan darah : 130/90 mmHg.
Nadi : 82 x/menit, teratur, isi, dan tegangan cukup
Respirasi : 20 x/menit.
Suhu : 36,6⁰C.
4. Antropometri
Berat badan : 58 kg.
Tinggi badan : 146 cm.
IMT : 27,2
5. Status gizi : overweight (WHO,2000)
6. Status generalis

Pemeriksaan Mata :
 Palpebra : Edema (-/-)
 Eksoftalmus : Tidak didapatkan
 Konjungtiva : Anemis (-/-)
 Sklera : Ikterik (-/-)
 Pupil : Reflek cahaya (+/+), isokor
 Lensa : OS jernih, OD jernih,
 Pemeriksaan oftalmoskop : tidak dilakukan

Pemeriksaan Telinga :
Otore (-/-), nyeri tekan (-/-), serumen (-/-)

7
Pemeriksaan otoskopi :tidak dilakukan
Test fungsi pendengaran :tidak dilakukan

Pemeriksaan Hidung : Sekret (-/-)

Pemeriksaan Mulut Tenggorok : hiperemis (-) Tonsil: T1-T1, caries dentis (-)
stomatitis (-)

Pemeriksaan Leher :
 Kelenjar tiroid : Tidak membesar
 Kelenjar lnn : Tidak membesar, Nyeri tekan (-)
 Retraksi suprasternal : (-)
 JVP : tidak meningkat
 Tidak teraba adanya muskulospasme leher.
Pemeriksaan thorax
 Pulmo :
Paru-paru kanan Paru-paru kiri

-inspeksi: dinding dada simetris, -inspeksi: dinding dada simetris,


retraksi interkostal (-), ketinggalan retraksi interkostal (-), ketinggalan
gerak (-). gerak (-).
-palpasi: vocal fremitus kanan = kiri -palpasi: vocal fremitus kiri = kanan
normal. normal.
-perkusi : sonor (+). -perkusi : sonor (+).
-auskultasi: suara dasar vesikuler(+), -auskultasi: suara dasar vesikuler(+),
ronchi basah kasar (-), wheezing (-), ronchi basah kasar (-), wheezing (-
ronchi basar basal (-). ),ronchi basar basal (-).

 Cor :
Inspeksi : Iktus kordis tak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba, tidak kuat angkat trill (–)
Heavy (-), pulsus para sternalis (-), pulsus
epigastrika (-)

8
Perkusi : Batas jantung
Kanan atas: SIC II linea para sternalis dex.
Kiri atas: SIC II linea para sternalis sin.
Kanan bawah: SIC IV linea para sternalis dex.
Kiri bawah: SIC VI linea axial anterior sin.
Auskultasi S1 & S2 reguler, Bising jantung (-)

Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi : supel (+), benjolan (-), venektasi (-), tanda radang (-), spider naevi (-).
b. Auskultasi : peristaltik (+) 13x/menit, bruit aorta (-).
c. Perkusi : timpani pada semua lapang abdomen, pekak hepar (-), nyeri ketok
kostovertebra (-/-).
d. Palpasi : supel (+), nyeri tekan (-), teraba massa (-).
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : ballottement (-/-)

Pemeriksaan Ekstremitas
 Superior : deformitas (-), edem (-), nyeri otot (-), nyeri sendi (-), ikterik (-), akral
hangat (+).
 Inferior : deformitas (-), edema (-), nyeri otot (-), nyeri sendi (-), ikterik (-),
akral hangat (+).

 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dilakukan pemeriksaan laboratorium urin rutin dengan hasil:
Warna : kuning, kekeruhan : jernih, ph 5,0 (N), BJ 1,020 (N)

D. HOME VISIT

1. Keadaan Rumah
Rumah pasien terletak di perumahan yang padat penduduk, jarak antara rumah satu
dengan rumah lainya dekat, lingkungan sekitar rumah bersih dan tertata rapi, rumah
pasien tidak terlalu jauh dari puskesmas. Untuk kondisi rumah pasien, berdinding

9
tembok, berlantai keramik, terdapat jendela, ventilasi, pintu, kamar mandi, ruang tamu,
ruang makan, dapur, kamar tidur, dan tempat pembuatan perak. Karena tempat
pembuatan perak menjadi satu dengan rumah sehingga pasien mengeluhkan bahwa air
pasien mulai tercemar. Kondisi rumah pasien dari segi pencahayaan dirumah pasien
baik, kondisi rumah cukup bersih, rapi, dan terdapatbeberapa tanaman hias dan pohon.

2. Genogram

Keluarga Ny. SP 47 thn


( 13 November 2016)

Keterangan:
: Laki-laki

10
: Perempuan

: Perempuan Meninggal Dunia


: Laki-laki Meninggal Dunia
B : Breadwinner (Pencari Nafkah)
: Pasien

11
3. Family Map

Gambar 7. Family MAP


Keterangan :

= hubungan fungsional

4. Bentuk Keluarga
Berdasarkan Goldenberg (1980), bentuk keluargaini adalah nuclear family
(keluarga inti) yang terdiri ayah, ibu dan anak.

5. Family Life cycle


Keluarga ini adalah families in later life karena telah terjadi regenerasi dan
pertukaran peran dari pasangan yang tua ke pasangan dewasa
(Cater&McGoldick,1989).

12
6. Family APGAR
Respons

KRITERIA PERTANYAAN Hampir


Hampir
Kadang Tidak
selalu
Pernah

Saya puas dengan keluarga karena


masing-masing anggota keluarga
Adaptasi √
sudah menjalankan kewajiban sesuai
dengan seharusnya.

Saya puas dengan keluarga karena


dapat membantu memberikan solusi
Kemitraan √
terhadap permasalahan yang
dihadapi.

Saya puas dengan kebebasan yang


diberikan keluarga untuk
Pertumbuhan √
mengembangkan kemampuan yang
pasien miliki.

Saya puas dengan kehangatan /


Kasih Sayang kasih sayang yang diberikan √
keluarga.

Saya puas dengan waktu yang


Kebersamaan disediakan keluarga untuk menjalin √
kebersamaan.

TOTAL 10

Skoring : Hampir selalu=2 , kadang-kadang=1 , hampir tidak pernah=0

Total skor

8-10 = fungsi keluarga sehat.

4-7 = fungsi keluarga kurang sehat (disfungsi sedang).

0-3 = fungsi keluarga sakit (disfungsi berat).

Dari tabel APGAR keluarga diatas total nilai skoringnya adalah 7, ini menunjukan keluarga sehat.

13
7. Family SCREEM
Table 1. Family SCREEM
ASPEK SUMBER DAYA PATOLOGI

Hubungan dengan istri, anak, Pasien memiliki masalah dengan


sangat baik, terkadang anak tetangga karena pasien merasa jarang
Sosial
sering memberikan obat mengikuti perkumpulan arisan warga.
multivitamin untuk pasien.

Pasien dan keluarga tidak


Kultural percaya pada mitos, maupun
pengobatan alternatif

Pasien taat beribadah, rajin


Religi berdoa dan percaya pada Allah
sebagai penyembuhnya.

Keadaan ekonomi pasien cukup, namun


Ekonomi terkadang pasien untuk mencukupi
kebutuhan meminjam kepada saudara.

Pendidikan terakhir pasien


Pendidikan
SMKK

Akses pasien ke pelayanan Pasien beranggapan jika pasien


kesehatan terjangkau. Pasien memakan sayuran yang pahit- pahit akan
Kesehatan
memiliki jaminan kesehatan mempengaruhi tensi tekanan darahnya
berupa BPJS. dan pasien minum obat rutin.

8. Family life Line


Tahun Usia Live Event/Crisis Severity of Illness
(Tahun)
1991 22 Pasien menikah Stresor psikologis
yang telah dilalui
1992 23 Pasien mempunyai anak 1 Stresor psikologis
yang telah dilalui
2002 33 Pasien mempunyai anak 2 Stresor psikologis

14
yang telah dilalui
2015 46 Pasien didiagnosis
hipertensi.

2016 47 Pasien mulai mengeluhkan


keputihan dx sp.
candidiasis vaginalis

9. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


No Kriteria yang dinilai Jawaban

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. Ya

2. Memberi ASI ekslusif. Tidak

3. Menimbang balita setiap bulan. Ya

4. Menggunakan air bersih. Ya

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. Ya

6. Menggunakan jamban sehat. Ya

7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu. Ya

8. Makan buah dan sayur setiap hari. Ya

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari. ya

10. Tidak merokok di dalam rumah. Tidak

PHBS terpenuhi, apabila seluruh indikator terpenuhi. Pada kasus ini pasien
belum memenuhi kriteria, maka pasien kurang ber-PHBS.
E. DIAGNOSIS HOLISTIK

Hipertensi Grade I dan susp.Candidiasis Vaginalis Pada Wanita Berusia 47th Dengan
Persepsi Yang Salah Tentang Pola Diet Terhadap Penyakitnya Disertai Masalah
Kesadaran Berprilaku PHBS Yang Kurang.

15
F. MANAJEMEN KOMPREHENSIF

1. PROMOTIF
Edukasi kepada pasien dan minimal 1 anggota keluarga yang tinggal berdekatan atau
tetangga dekat pasien mengenai:
a. Gambaran hipertensi dan sebagai penyakit kronis yang dapat dikontrol dan
tergantung pada pasien, bukan nasib. Ditekankan bahwa hipertensi tidak dapat
sembuh, namun dapat dikontrol
b. Gambaran penyebab, gejala, faktor risiko, komplikasi serta penggelolaan
hipertensi
c. Pentingnya gaya hidup sehat secara berkesinambungan untuk mengendalikan
hipertensi, yaitu makanan gizi seimbang, aktifitas fisik teratur, dan pola istirahat
yang cukup
d. Pentingnya penurunan berat badan untuk pengelolaan hipertensi,dan obesitas yang
dialami pasien
e. Pentingnya minum obat dan kontrol ke dokter sekaligus monitoring kadar gula
darah dan tekanan darah minimal sebulan sekali. serta cek profil lipid
f. Pentingnya dukungan keluarga dalam pengelolaan penyakit pasien.

2. PREVENTIF
 Skrining anggota keluarga untuk penyakit hipertensi.
 Konsultasi dengan ahli gizi untuk pengelolan makanan terkait dengan
hipertensi, dan obesitas pasien, terutama mengenai diet DASH(Dietary
Approach to Stop Hypertension) dan 3J (Jenis, Jadwal, Jumlah)
 Melakukan aktifitas fisik atau olahraga rutin selama 30 menit hampir setiap
hari. Lebih baik bila diikuti senam kaki diabetes setiap pagi
 Melakukan monitoring gula darah dan tekanan darah sebulan sekali disertai
minum obat teratur
 Mendapat konseling CEA (Catharsis-Education-Action) atas kekhawatiran dan
kekurang pahaman pasien terhadap penyakitnya
 Mendapatkankonseling CCC (Client Centered Counseling) dan terapi SEFT
(Spiritual Emotional Freedom Technique) untuk meringankan stressor
psikologis terkait konflik dengan adik dan adik iparnya, masalah tinggal
sendiri, serta jika pasienmasih memiliki beban terkait ia tidak dapat memiliki
16
anak kandung. Bila masalah belum terselesaikan maka dilakukan
konsultasikan ke psikolog
 Screening anggota keluarga untuk penyakit hipertensi dan diabetes mellitus.
3. KURATIF
R/ Paracetamol tab 500 mg No. X
S 3 dd 1 tab (p.c)
R/ Amlodipine tab 5 mg No. X
S 1 dd tab 1 (a.c)
R/ nystatin tab 100.000iu No. VII
S 1 dd tab 1
R/ Ranitidine tab 150 mg No. X
S 3 dd tab I
R/ Glyceryl guaiacolate tab 100 mg No. X
S 3 dd tab I
R/ omeprazole tab 10 mg No. VI
S 2 dd tab I
R/ Metronidazole tab 2gr No. IV
S 1 dd tab IV
4. REHABILITATIF
Tidak diperlukan pada pasien
5. PALIATIF
Tidak diperlukan pada pasien

17
BAB II

ANALISIS KASUS

A. ANAMNESIS DISEASE

Anamnesis disease pertama kali sebelum pasien terdiagnosis hipertensi pasien


mengaku mempunyai gaya hidup yang sangat tidak sehat, pola makan tidak teratur dan
aktifitas fisik yang jarang, dan pasien mempunyai riwayat keluarga yang menderita
hipertensi dan DM. Pengetahuan pasien menunjukan bahwa pasien paham tentang
penyakitnya yang merupakan penyakit kronis yang bisa menyebabkan banyak
komplikasi, salah satunya hipertensi yang diderita pasien 1 tahun terakhir ini.
Dampak penyakit pasien pada fungsi menurut pasien tidak terlalu bermakna, karena
pasien optimis dan semangat dalam menjalani pengobatan penyakitnya, pasien
bersama suami yang juga menderita DM sama-sama saling memberi motivasi untuk
selalu kontrol rutin, anak-anak pasien juga semua memberi dukungan yang positif
untuk selalu menjaga kesehatan pasien, salah satunya dengan multivitamin mahal
untuk pasien.
Dalam masalah diit, pasien masih sering mengabaikan, menurut pasien selama ini
dengan tidak menjaga pola makanan. Anamnesis keluhan lain batuk kering terjadi
karena tertular dari orang sekitar yang sedang mengalami ISPA didukung dengan
kondisi pertahanan tubuh pasien yang sedang dalam keadaan tidak fit jadi
memudahkan virus untuk menyerang.

B. ANAMNESIS ILLNESS

Anamnesis illness pada pasien ini menunjukan bahwa pasien merasa ikhlas atas
penyakitnya, pasien tidak menyesalkan, karena pasien sadar usaha yang bisa dilakukan
sekarang adalah dengan selalu meminum obat rutin dan control rutin agar terhindar dari
komplikasi-komplikasi yang bisa timbul akibat penyakitnya, untuk komplikasi hipertensi
yang pasien derita sekarang ini tidak terlalu memberi dapak psikologis bagi pasien,
menurut pasien itu bukan beban yang harus ditakuti melainkan dihadapi. Pasien berharap
bisa diberi kesehatan dan umur panjan agar bisa melihat anak- anaknya sukses, tumbuh
sehat dan bahagia.

18
C. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik pasien dalam batas normal, walaupun mengalami batuk kering,
tenggorokan pasien tak tampak hiperemis, pembesaran tonsil juga masih sebatas T1-T1,
IMT pasien juga dalam overweight yaitu 27,2 yang artinnya berat badan pasien harus
lebih dikurangi karena nantinya bisa berpengaruh dengan kesehatan pasien.

D. PEMERIKSAAN TAMBAHAN

Dilakukan pemeriksaan laboratorium urin rutin dengan hasil:


Warna : kuning, kekeruhan : jernih, ph 5,0 (N), BJ 1,020 (N)

E. FAMILY ASSESMENT TOOLS

Hasil beberapa alat untuk melihat keluarga Pasien didapatkan:

1. Genogram, keluarga Pasien adalah termasuk nuclear family


2. Family Map, menunjukkan hubungan Pasien dengan anggota keluarga di rumah
fungsional
3. Family Life Cycle adalah families in later life karena telah terjadi regenerasi dan
pertukaran peran dari pasangan yang tua ke pasangan dewasa
(Cater&McGoldick,1989).
4. SCREEM, hal patologis pada Pasien adalah bagian sosial, yaitu pasien merasa
tetangganya membicarakannya karena pasien jarang memengikuti kegiatan arisan
5. APGAR skor keluarga pasien adalah 10, yaitu fungsi keluarga masih sehat.
6. Family Life Line, tidak ada hal-hal yang sangat memepengaruhi psikis pasien.

7. PHBS, dapat disebut ber-PHBS karena sudah memenuhi semua indikator.namun pada
pasien kurang ber-PHBS

19
F. ANALISIS HOME VISIT

Rumah pasien terletak di perumahan, jarak antara rumah satu dengan rumah lainya tidak
terlalu dekat, lingkungan sekitar rumah bersih dan tertata rapi, rumah pasien tidak terlalu
jauh dari puskesmas. Untuk kondisi rumah pasien, berdinding tembok, berlantai keramik,
terdapat jendela, ventilasi, pintu, kamar mandi, ruamg tamu, ruang makan, dapur, kamar
tidur, dan halaman yang cukup luas. Pencahayaan yang bagus, bersih, rapi, terdapat
kolam ikan kecil di depan teras, terdapatbeberapa tanaman hias dan pohon

G. MANAJEMEN

Manajemen komprehensif terdiri dari promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan


paliatif. Promotif dan preventif dapat berupa edukasi pada pasien tergantung kebutuhan
pasien, agar dapat meminimalisasi kenaikan tingkat dari penyakit juga komplikasi dari
penyakit. Kondisi non medik pasien juga dapat diterapi sesuai kebutuhan pasien dengan
bantuan edukasi, juga dukungan baik emosi, serta kegiatan-kegiatan positif yang
meningkatkan kualitas hidup pasien.

Manajemen kuratif disesuaikan dengan sumber dari hasil penelitian sehingga sesuai
dengan keadaan pasien. Manajemen rehabilitatif dan paliatif pada pasien ini belum
diperlukan.

H. PENERAPAN PRINSIP KEDOKTERAN KELUARGA

1. Primary Care :Prinsip ini sudah diterapkan pada pasien ini, dimana pasien datang
periksa ke pelayanan primer terlebih dahulu yaitu ke puskesmas.
2. Personal Care : Pelayanan yang diberikan memberikan kenyamanan kepada pasien.
3. Holistik Care : Saat menegakkan diagnosis, pasien pada kasus ini dilihat tidak hanya
dari segi klinisnya saja tetapi juga menanyakan dari segi psikis, adakah masalah atau
beban pikiran yang mempengaruhi perjalanan penyakit pasien.
4. Comprehensive Care : Dalam menangani kasus pada pasien ini, dilakukan
penatalaksanaan secara menyeluruh mulai dari promotif, preventif, dan kuratif.
5. Continuing Care: Dilakukan homevisit pada tanggal 13 november 2016 untuk
memonitor keadaan pasien di lingkungan rumah.

20
6. Emphasis on Preventive Medicine : Penekanan pada usaha pencegahan penyakit
berkembang menjadi lebih baik dengan edukasi pemahaman penyakit dan modifikasi
gaya hidup pada pasien.
7. Patient-centered Care, Family Focused & Community-oriented Care : Pada kasus ini
telah dilakukan eksplorasi mengenai aspek disease dan illness dari pasien ini, yaitu
hipertensi grade I dan candidiasis vaginitis dan kurangnya kesadaran diet terhadap
penyakitnya.Collaborative Care : Pada pasien ini dapat dilakukan kolaborasi dengan
bidang lain seperti ahli gizi untuk membantu mengatur pola makan.

21
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. HIPERTENSI
1. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi terdiri dari modifikasi gaya hidup dan terapi
farmakologi(Permenkes No 5 tahun 2014).
a. Gaya Hidup
Berdasarkan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension), perencanaan
diet yang dilakukan berupa makanan yang tinggi kalium dan kalsium, rendah
natrium, olahraga, dan mengurangi konsumsi alkohol. Modifikasi gaya hidup
dapat menurunkan tekanan darah, mempertinggi khasiat obat antihipertensi, dan
menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler. Berikut adalah uraian modifikasi
gaya hidup dalam rangka penanganan hipertensi.
Tabel 10. Modifikasi gaya hidup dalam penanganan hipertensi
Modifikasi Rekomendasi Perkiraan Penurunan Tekanan
Darah Sistolik (Skala)
Menurunkan Memelihara berat badan normal 5-20 mmHg/10 kg penurunan
berat badan (Indeks Massa Tubuh 18.5–24.9 BB
kg/m2).
Melakukan pola Mengkonsumsi makanan yang 8 – 14 mmHg
diet berdasarkan kaya dengan buah-buahan,
DASH sayuran, produk makanan yang
rendah lemak, dengan kadar lemak
total dan saturasi yang rendah.
Diet rendah natrium Menurunkan intake garam sebesar 2-8 mmHg
2-8 mmHg tidak lebih dari 100
mmol per-hari (2.4 gr Natrium
atau 6 gr garam).
Olahraga Melakukan kegiatan aerobik fisik 4 – 9 mmHg
secara teratur, seperti jalan cepat
(paling tidak 30 menit per-hari,
setiap hari dalam seminggu).

22
Membatasi Membatasi konsumsi alkohol tidak 3- 4 mmHg
penggunaan alcohol lebih dari 2 gelas ( 1 oz atau 30 ml
ethanol; misalnya 24 oz bir, 10 oz
anggur, atau 3 0z 80 whiski) per-
hari pada sebagian besar laki-laki
dan tidak lebih dari 1 gelas per-
hari pada wanita dan laki-laki yang
lebih kurus.

b. Farmakologi
Berdasarkan ESH-ESC (2013) obat-obat antihipertensi antara lain :
1). Diuretik
Khasiat antihipertensi diuretik adalah berawal dari efeknya meningkatkan
ekskresi natrium, klorida, dan air, sehingga mengurangi volume plasma dan
cairan ekstrasel. Tekanan darah turun akibat berkurangnya curah jantung,
sedangkan resistensi perifer tidak berubah pada awal terapi. Kemungkinan
lain adalah berkurangnya volume cairan interstisial berakibat berkurangnya
kekakuan dinding pembuluh darah dan bertambahnya daya lentur
(compliance) vaskular.
 Diuretik tiazid : Menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada pars
asendens ansa henle tebal, yang menyebabkan diuresis ringan. Suplemen
kalium mungkin diperlukan karena efeknya yang boros kalium.
 Loop diuretic : Lebih poten dibanding tiazid dan harus digunakan dengan
hati-hati untuk menghindari dehidrasi. Obat-obat ini dapat
mengakibatkan hipokalemia, sehingga kadar kalium harus dipantau ketat.
 Diuretic Hemat Kalium : Meningkatkan ekskresi natrium dan air sambil
menahan kalium. Obat-obat ini dipasarkan dalam gabungan dengan
diuretic boros kalium untuk memperkecil ketidakseimbangan kalium.
 Diuretik Osmotik : Menarik air ke urin, tanpa mengganggu sekresi atau
absorpsi ion dalam ginjal.
2). ACE inhibitor (ACE-i)

23
Akibat penghambatan ACE secara kompetitif kadar angiotensin II baik lokal
maupun dalam sirkulasi menurun. Hormon-hormon simpatis seperti
noradrenalin dan adrenalin juga menurun. Efek golongan obat ACE inhibitors
adalah vasodilatasi, terutama arteri perifer. Vasodilatasi juga terjadi pada
arteri koroner. Pada pasien gagal jantung, ACE inhibitors juga menyebabkan
dilatasi vena. Vasodilatasi terjadi karena meningkatnya kadar agen-agen
vasodilator seperti bradikinin, prostgalndin dan nitrit oksida, dan karena
berkurangnya vasokonstriktor seperti angiotensin II, noradrenalin, adrenalin
dan vasopresin. Sebagai akibat vasodilatasi tekanan darah sistemik turun,
beban afterload jantung berkurang, aliran darah ke organ-organ penting
seperti jantung dan ginjal meningkat.
3). Antagonis Kalsium (CCA)
Bekerja pada otot jantung dan otot polos vascular, berperan dalam peristiwa
kontraksi jantung. Meningkatnya kadar kalsium dalam sitosola kan
meningkatkan kontraksi. Masuknya kalsium dari ekstrasel ke intrasel dipacu
oleh perbedaan kadar kalsium, dengan perbanding kadar kalsium ekstrasel
10.000 kali lebih banyak dibanding intrasel saat diastole.Dengan pemberian
CCA, kanal kalsium akan dihambat, dan menyebabkan vasodilatasi coroner
dan perifer; penurunan kontraktilitas jantung; serta penurunan automatisasi
serta kecepatan konduksi pada SA dan AV node.
4). Angiotensin Receptor Blocker (ARB)
Bekerja dengan cara menurunkan tekanan darah melalui sistem renin-
angiotensin-aldosteron. ARB mampu menghambat angiotensin II berikatan
dengan reseptornya, sehingga secara langsung akan menyebabkan
vasodilatasi, penurunan produksi vasopresin, dan mengurangi sekresi
aldosteron.
5). Βeta Blocker (BB)
BB akan menurunkan kebutuhan oksigen jantung dencan cara
menurunkan frekuensi denyut jantung, kontraktilitas dan tekanan darah.
Suplai oksigen meningkat karena penurunan frekuensi denyut jantung
sehingga perfusi koroner membaik saat diastole.

24
Gambar 4. Penatalaksanaan hipertensi berdasarkan PDSKI 2015
Terdapat beberapa rekomendasi terapi berdasarkan guideline JNC 8 tahun 2014.
 Rekomendasi 1:
a. Pada populasi umum usia 60 tahun atau lebih, mulai terapi farmakologi saat
tekanan darah sistolik (systolic bloodpressure/SBP) 150mmHg atau lebih ATAU
tekanan darah diastolik (diastolic blood pressure /DBP) 90mmHg atau lebih.
Tujuan: SBP kurang dari 150mmHg dan DBP kurang dari 90mmHgStrong
Recommendation – Grade A
b. Pada populasi umum usia 60 tahun atau lebih, jika terapi farmakologi tekanan darah
tinggi menghasilkan hasil yang lebih rendah dibandingkan tujuan terapi, contohnya
<140mmHg, dan terapi tidak berhubungan dengan efek merugikan pada kesehatan
atau kualitas hidup, maka terapi tidak perlu disesuaikanExpert Opinion –
Grade E
 Rekomendasi 2:
a. Pada populasi umum usia kurang dari 60 tahun, mulai terapi farmakologi saat
tekanan darah diastolik (diastolic blood pressure /DBP) 90mmHg atau lebih.
Tujuan: DBP kurang dari 90mmHg
b. *Untuk usia 30 sampai 59 tahunStrong Recommendation – Grade A
*Untuk usia 19 sampai 29 tahunExpert Opinion – Grade E
 Rekomendasi 3:

25
Pada populasi umum usia kurang dari 60 tahun, mulai terapi farmakologi saat tekanan
darah sistolik (systolic bloodpressure/SBP) 140mmHg atau lebih. Tujuan: SBP kurang
dari 140mmHgExpert Opinion – Grade E
 Rekomendasi 4:
Pada populasi umum usia 18 tahun atau lebih dengan CKD, mulai terapi farmakologi saat
SBP 140mmHg atau lebih ATAU DBP 90mmHg atau lebih. Tujuan: SBP kurang dari
140mm Hg dan DBP kurang dari 90mmHgExpert Opinion – Grade E
 Rekomendasi 5:
Pada populasi umum usia 18 tahun atau lebih dengan diabetes, mulai terapi farmakologi
saat SBP 140mmHg atau lebih ATAU DBP 90mmHg atau lebih. Tujuan: SBP kurang
dari 140mm Hg dan DBP kurang
dari 90mmHgExpert Opinion – Grade E
Rekomendasi 6,7, dan 8 mengenai pemilihan obat antihipertensi
 Rekomendasi 6:
Pada populasi umum tidak hitam (maksudnya bukan ras negroid/berkulit hitam),
termasuk penderita diabetes, terapi antihipertensi harus dimulai dengan menyertakan obat
di bawah ini:
 Thiazide-type diuretic
 Calcium channel blocker (CCB)
 Angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACEI) atau
 Angiotensin receptor blocker (ARB).
 Rekomendasi 7:
Pada populasi umum berkulit hitam (maksudnya ras negroid/berkulit hitam), termasuk
penderita diabetes, terapi antihipertensi harus dimulai dengan menyertakan obat di bawah
ini:
 Thiazide-type diuretic
 CCB.

 Rekomendasi 8:
Pada populasi berumur 18 tahun atau lebih dengan CKD dan hipertensi, terapi
antihipertensi harus dimulai dengan menyertakan ACEI atau ARB untuk meningkatkan

26
kerja ginjal. Hal ini dilakukan terhadap semua pasien CKD dengan hipertensi tanpa
memperhatikan ras atau status diabetes.
 Rekomendasi 9:
a. Tujuan utama terapi hipertensi adalah untuk mencapai dan mempertahankan
tekanan darah sesuai target tujuan. Jika target tekanan darah yang dituju tidak
tercapai:
 Naikkan dosis obat sebelumnya ATAU
 Tambahkan obat kedua dari salah golongan obat yang disebutkan di
rekomendasi 6 (thiazide-type diuretic, CCB, ACEI, atau ARB)
c. Klinisi harus terus menilai tekanan darah dan menyesuaikan regimen terapi hingga
target tujuan tekanan darah tercapai
d. Jika target tekanan darah tidak dapat dicapai dengan 2 obat:
 Tambahkan obat ke-3 dari rekomendasi 6
 Jangan gunakan ACEI dan ARB bersamaan untuk satu pasien
 Jika target tekanan darah tidak tercapai dengan menggunakan golongan obat
pada rekomendasi 6 karena merupakan kontraindkasi atau memerlukan lebih
dari 3 obat untuk mencapai target golongan darah, maka obat antihipertensi
dari golongan lain dapat digunakan.
e. Untuk pasien yang tidak dapat mencapai target tekanan darah menggunakan strategi
di atas, atau pasien dengan komplikasi yang memerlukan konsultasi klinis, maka
dapat dipertimbangkan untuk merujuk pasien kepada spesialis hipertensi.

27
Dosis/hari
Kelas Obat Subkelas Contoh Obat (Frekuansi Efek samping
dosis harian)
Diuretik Hidroklortiazid Hipokalemia, hiperurisemia,
Tiazid 12,5-50 mg (1)
(HCT) hipoglikemia, peningkatan
Klordaridon 12,5-25 mg (1) kolesterol dan trigliserid
Loop diuretic Furosemid 20-80 mg(2) Hipokalemia, hiperurisemia
Diuretik Hiperkamemia,
Amilorid 5-10 mg(1-2)
hemat kalium ginekomastia
Penyekat β Propanolol 40-160 mg (1- Bronkospasme, bradikardia,
2) blok jantung, rasa lelah,
Atenolol 25-100 mg (1) peningkatan trigliserid
Bisoprolol 2,5-10 mg (1)
Penghambat Captopril 25-100 mg (2)
ACE Batuk-batuk, hiperkalemia,
Ramipril 2,5-20 mg (1) azotemia, angioedema
Lisinopril 10-40 mg (1)
ARB Valsartan 80-320 mg (1-
2)
Irbesatran 150-300 mg
Hiperkalemia, azotemia
(1)
Losatran 25-100 mg (1-
2)
CCB Nondihidropi Verapamil 120-360 mg
ridin (1)
Edema, Konstipasi
Diltiazem 120-540 mg
(1)
Dihidropiridi Amlodipin 2,5-10 mg (1)
n Edema, Konstipasi,
Nifedipin 30-60 mg (1) bradikardia, blok jantung
(Lepas lambat)
Agonis α Klonidin Mulut kering, pusing,
0,1-0,8 mg (2) sedang ringan, kelelahan,
depresi, edema
Sentral Reserpin Angina, bradikardia,
0,1-0,25 mg sinkrop, pusing, depresi,
(1) mimpi buruk, diskinesia,
tardif, letargi
Hiperkalemia, ginekomastia,
Antagonis
Spironolakton 25-50 mg (1) hiponatremia, ruam
Aldosterone

Tabel 11. Beberapa Jenis Anti Hipertensi Oral

28
DAFTAR PUSTAKA

Bill,K ;Twiggs,J; Bonie. 2015.Hypertension: The Silent Killer: Updated JNC-8 Guideline
Recomendation. Continuing Educational. Alabama Pharmacy Asociation
CHEP. 2015. Canadian Hypertension education Pogram Recomendation. Canadian
Dorlan. 2008. Kamu Besar Kedokteran. Jakata : EGC.
ESH-ESC. 2013. ESH/ESC Guideline for the Management ofarterial hypertension. Jounal of
Hypertension.
PERKENI. 2011. Konsensus Diabetes Melitus type 2 di Indonesia. Jakarta : Penerbit
Pengurus besar PEKENI.
PERMENKES RI. 2014. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nome 5 Tahun
2014 tentang Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Soenarta, A dkk. 2015. Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular.
Jakarta: PERKI

Suryono, 2009. Diabetes Melitus di Indonesia. Buku Aja Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.
Jakarta: Internal Pablishing.hal.1877.
Yogiantororo. 2009. Hipertensi Esensial Buku Aja Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta:
Internal Pablishing.hal.1086.

29
30

Anda mungkin juga menyukai