Anda di halaman 1dari 18

UNIVERSITAS TADULAKO Nama : Aisyah Putri A.

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK No. MHS : F 121 14 004
GEOLOGI
Acara 1 Praktek : Mineral Optik
& Petrografi

No. Urut : 01

Perbesaran Objektif : 4x

Perbesaran Okuler : 10x

Perbesaran Total : 40x

Bilangan Skala : 1/40 = 0,025

Warna Absorbsi : Coklat NIKOL SEJAJAR

Pleokroisme : Dikroik

Intensitas : Tinggi

Bentuk : Anhedral/ Tabular

Indeks Bias : n.Mineral > n.Balsam K.

Belahan : Tidak ada

Pecahan : Uneven

Relief : Tinggi

Inklusi

 Warna :-

 Bentuk :-

 Ukuran :

Ukuran Mineral :

Nama Mineral : Biotite

Keterangan :

Pada sampel pertama ditemukan objek dengan nomor peraga 1 dan diamati dengan
perbesaran 40 kali (perbesaran lensa objektif 4 kali dan perbesaran lensa okuler 10 kali).

Bilangan skala ialah perbandingan satu banding perbesaran total, dimana bilangan skala pada

pengamatan ini ialah 0,025Warna absorpsi merupakan pencerminan dari kenampakan daya

serap atau absorpsi panjang gelombang dari cahaya yang masuk pada mineral mineral

anisotropic, dimana mineral ini memiliki warna Putih. Pleokroisme merupakan gejala

perubahan warna pada ortoskop ketika meja objek diputar hingga 90o dan mineral ini

menunjukkan perubahan warna yakni dari coklat tua menjadi agak muda. Intensitas adalah

kemampuan daya serap cahaya pada mineral, dimana mineral ini memiliki intensitas yang

tinggi. Mineral ini memiliki bentuk anhedral, yaitu bentuk yang menampakkan batas kristal

yang tidak jelas. Indeks bias menunjukkan perbandingan sinus sudut sinar datang dengan

sinus sudut sinar bias, dimana indeks bias pada sampel mineral ini lebih besar dari indeks

bias Canada balsam. Belahan ialah batas yang terbentuk akibat kecenderungan mineral untuk

terbagi menjadi bagian yang lebih kecil dengan arah tertentu sesuai dengan bentuk kristalnya,

dimana mineral ini tidak memiliki belahan satu. Pecahan ialah bidang-bidang kecil tidak

lurus dengan arah yang tidak teratur dan tidak dikontrol oleh struktur atom mineral, dimana

pecahan pada mineral ini ialah Uneven atau pecahan kecil-kecil dan tidak rata. Mineral ini

memiliki relief rendah, yaitu kenampakan yang kurang jelas pada bidang batas mineral satu

dengan mineral atau media lain dikarenakan harga perbedaan indeks bias yang besar antara

satu dengan lainnya. Berdasarkan hasil deskripsi diatas maka dapat disimpulkan bahwa

mineral ini merupakan Biotit.

Proses pembentukan mineral yaitu melalui pembekuan magma yang bersifat asam,

setelah proses magmatisme dan memasuki fase pegmatisme dan pnumatolisis pada proses

hidrotermal (Terbentuk pada temperatur 700 – 800 0


C). Dapat terbentuk pada daerah

magmatisme. Awalnya magma mengintrusi batuan dipermukaan dan menghasilkan gejala-

gejala intrusi sehingga terbentuklah mineral-mineral yang bersifat holokristalin dan asam.
Kemudian seiring dengan penurunan suhu karena penyerapan panas oleh batuan yang

dilaluinya serta penurunan tekanan akibat semakin menjauhnya magma dari dapur magma

dan pengaruh gravitasi sehingga terbentuklah mineral kuarsa dengan kondisi tertentu

sehingga membentuk tekstur yang tertentu pula.

Mineral ini dijumpai pada batuan beku asam seperti granit, granodiorit, tonalit, ryolit.

Pada batuan sedimen klastik sebagai detrital material, pada batuan metamorf yaitu phylit,

kuarzit granulit dan eklogit.

Mineral biotit memiliki kegunaan secara komersial seperti dapat digunakan sebagai

pengisi dan "extender" dalam cat, sebagai aditif untuk lumpur pengeboran, sebagai pengisi

inert dan media cetakan, dan sebagai lapisan permukaan pada industri aspal. Biotit juga

digunakan dalam potassium-argon dan metode-metode argon pada dating batuan beku.

Catatan Asisten : Paraf Asisten

Tanggal :
UNIVERSITAS TADULAKO Nama : Aisyah Putri A.
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK No. MHS : F 121 14 004
GEOLOGI
Acara 1 Praktek : Mineral Optik
& Petrografi

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Mineral optik merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang

mineral yang terkandung pada suatu batuan.Mineral optik membahas tentang mineral-

mineral pada batuan dalam bentuk monomineral. Salah satu tujuan mempelajari mineral optik

ialah untuk untuk mengetahui cara menentukan sifat-sifat optik mineral, serta mengenal

mineral secara mikroskopik.

Ilmu pengetahuan mineralogi menitikberatkan pada studi tentang pengamatan dan

pendeskripsian minera-mineral penyusun batuan yang merupakan litologi dari permukaan

bumi.

Dengan kemampuan mata manusia yang terbatas maka untuk pengamatan mineral

penyusun batuan lebih lanjut harus menggunakan alat yaitu mikroskop.Yang dimaksud di sini

adalah mikroskop polarisasi yang berbeda dengan mikroskop biasa, dimana mikroskop biasa

hanya memperbesar benda yang diamati.Mikroskop polarisasi menggunakan cahaya yang

dibelokkan atau terbias, bukan cahaya terpantul. Selain itu, perbedaannya pada beberapa

komponen khusus yang hanya terdapat pada mikroskop ini, antara lain keping analisator,

polarisator, kompensator, dan lensa amici bertrand. Jenis/tipe dari mikroskop ini cukup

beragam, ada beberapa tipe yang biasa digunakan misalnya tipe Olympus, Bausch & Lomb,

dan Reichert

Mikroskop yang dipergunakan untuk pengamatan sayatan tipis dari batuan, pada
prinsipnya sama dengan mikroskop yang biasa dipergunakan dalam pengamatan biologi.

Keutamaan dari mikroskop ini adalah cahaya (sinar) yang dipergunakan harus sinar

terpolarisasi. Karena dengan sinar itu beberapa sifat dari kristal akan nampak jelas sekali.

Salah satu faktor yang paling penting adalah warna dari setiap mineral, karena setiap mineral

mempunyai warna yang khusus.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud diadakannya praktikum ini ialah untuk memberikan pemahaman kepada

praktikan mengenai ciri-ciri optik pada mineral felsik.

Tujuan diadakannya praktikum ini antara lain :

1. Mengetahui ciri-ciri optik pada mineral felsik.

2. Mampu mengetahui perbedaan antar masing-masing kelompok mineral felsik.

1.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini antara lain :

a. Mikroskop Polarisasi.

b. Alat tulis, untuk menggambar dan menulis laporan sementara.

c. Pensil warna, untuk mewarnai mineral yang dideskripsi.

d. Clip board, sebagai alas untuk menggambar agar lebih rapi.

e. Kertas A4, sebagai media untuk gambaran mikroskop polarisasi.

f. Lap kasar, untuk membersihkan peralatan yang telah digunakan.

g. Lap halus, untuk membersihkan peratan yang telah digunakan yang besifat sensitive.

1.4 Prosedur Kerja

Selama praktikum berlangsung, prosedur kerja yang harus dilakukan ialah sebagai

berikut:

a. Menyiapkan perlengkapan praktikum berupa mikroskop polarisasi, sampel mineral,


alat tulis dan lembar kerja praktikum, dan lainnya.

b. Nyalakan mikroskop polarisasi dan letakkan sampel preparat di meja objek.

c. Kunci preparat dengan penjepit preparat, kemudian atur kedudukan preparat serta

fokus lensa mikroskop.

d. Amati dan deskripsi sampel dengan ortoskop nikol sejajar dan nikol silang pada

lembar kerja praktikum.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mineral optik

Mineral optik merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang

mineral yang terkandung pada suatu batuan.Mineral optik membahas tentang mineral-

mineral pada batuan dalam bentuk monomineral. Salah satu tujuan mempelajari mineral optik

ialah untuk untuk mengetahui cara menentukan sifat-sifat optik mineral, serta mengenal

mineral secara mikroskopik.

Alat yang digunakan dalam pengamatan mineral mikroskopis adalah Mikroskop

Polarisasi sedangkan bahan yang diamati ialah sayatan mineral.

Gambar 2.1 mikroskop polarisasi

Untuk mencapai daya guna yang maksimal dari mikroskop polarisasi maka perlu

difahami benar bagian-bagiannya serta fungsinya di dalam penelitian.Setiap bagian adalah

sangat peka dan karenanya haruslah dijaga baik-baik.Kalau mikroskop tidak dipergunakan

sebaiknya ditutup dengan kerudung plastik.Bagian-bagian optik haruslah selalu dilindungi

dari debu, minyak dan kotoran lainnya. Perlu kiranya diingat bahwa butir debu yang

betapapun kecilnya akan dapat dibesarkan berlipat ganda sehingga akan mengganggu
jalannya pengamatan.

Deskripsi optis pada mineral merupakan hal yang vakum dalam pembelajaran mineral

optik, yakni:

Gambar 2.2

contoh sayatan mineral

2.2 Contoh Deskripsi Mineral Felsik

2.2.1 MUSCOVITE ( monoclinic 2V=300-400 )

Warna : tidak berwarna sampai hijau muda

Bentuk : kristal tabular atau scaly aggregate

Relief : bervariasi

Pleokroisme : lemah

Indeks bias : n mineral > n balsam

Belahan : dalam satu arah (001) sangat sempurna

Berifringence : kuat, teratas orde kedua

Kembaran : kadang-kadang

Sudut pemadaman : paralel dengan belahan, tetapi mungkin membentuk sudut 20 atau 30

Orientasi optis : length slow (sumbu panjang kristalografi adalah sumbu a)

Sumbu optis : dua (biaxial)

Tanda optis : negatif


2.2.2 QUARTZ ( hexagonal )

Warna : tidak berwarna, seringkali terdiri dari inklusi

Bentuk : kristal prismatik euhedral, butiran, dan sebagai penggantian anhedral, intergroup

dengan plagioklas dalam bentuk vermiculer(myrmekit),seringkali terdapat sebagai intersetral

mineral,pseudomorf

Relief : sangat rendah

Pleokroisme : -

Indeks bias : n mineral > n balsam

Belahan : tida ada, rhombohedral yang tidak sempurna

Birefringence : agak lemah, orde pertama

Kembaran : umum jarang terlihat

Sudut pemadaman : paralel dan simetris

Orientasi optis : length slow

Sumbu optis : satu (uniaxial)

Tanda optis : positif


2.2.3 BIOTIT

Warna : coklat, hijau kecoklatan atau coklat kemerahan

Pleokroisme : colorless, light tan, coklat kehijauan pupus, pale hijau pupus, brown, hijau tua,

merah tua – coklat

Ketembusan Cahaya : translucent

Bentuk : tabular, euhedra

Belahan : satu arah

Indeks bias : n > n balsam.

Relief : sedang – tinggi.

Warna Interferensi : hingga sampai orde ketiga-keempat

Gelapan : parallel

Kembaran : mungkin ada

Dwi bias : kuat, nγ – nα = 0,033 – 0,059

Sifat pembeda : biaxial, warna lebih gelap, gelapan “bird – eye”, gelapannya mendekati

paralel, micaceous habit

Keterdapatan : tersebar luas pada batuan beku dan metamorf, dijumpai dentrital pada batuan

sedimen
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan pada mineral felsik sebagai pengenalan

ciri-ciri optik pada setiap mineral. Sampel yang digunakan pada praktikum kali ini ialah

sampel dengan nomor peraga 1


No. Urut : 01

No. Peraga : T.01.SRP

Perbesaran Objektif : 4x/0,10 pol

Perbesaran Okuler : 10x/22 cm

Perbesaran Total : 40x

Bilangan Skala : 1/40 = 0,025

Kedudukan : 10 ; 18,7

Warna Absorbsi : Putih

Pleokroisme :-

Intensitas : Rendah
Nikol Sejajar
Bentuk : Anhedral

Indeks Bias : nmin > ncb

Belahan : Tidak ada

Pecahan : Uneven

Relief : Rendah

Inklusi

 Warna : Hitam

 Bentuk : Anhedral

 Ukuran :0,675 mm

Ukuran Mineral : 7 x 0,025 = 0,175 mm

WI Maksimum : Putih – Abu-abu

Bias Rangkap : Orde I (0,01 – 0,07) Nikol Silang

Sudut Gelapan : (55 + 35)/2 = 45o

Jenis Gelapan : Gelapan Miring


Kembaran :-

Sistem Kristal : Heksagonal

T.R.O : Adisi Length Fast

Komposisi Kimia :SiO2

Nama Mineral : Kuarsa

T.R.O
Keterangan :

Pada sampel pertama ditemukan objek dengan nomor peraga T.01.SRP dan diamati

dengan perbesaran 40 kali (perbesaran lensa objektif 4 kali dan perbesaran lensa okuler 10

kali). Bilangan skala ialah perbandingan satu banding perbesaran total, dimana bilangan skala

pada pengamatan ini ialah 0,025. Kedudukan preparat ialah 10 ; 18,7 dengan angka 10 ialah

nilai dari skala absis dan 18,7 ialah nilai dari skala ordinat. Warna absorpsi merupakan

pencerminan dari kenampakan daya serap atau absorpsi panjang gelombang dari cahaya yang

masuk pada mineral mineral anisotropic, dimana mineral ini memiliki warna Putih.

Pleokroisme merupakan gejala perubahan warna pada ortoskop ketika meja objek diputar

hingga 90o dan mineral ini menunjukkan tidak adanya perubahan warna pada saat diputar.

Intensitas adalah kemampuan daya serap cahaya pada mineral, dimana mineral ini memiliki

intensitas yang rendah. Mineral ini memiliki bentuk anhedral, yaitu bentuk yang

menampakkan batas kristal yang tidak jelas. Indeks bias menunjukkan perbandingan sinus

sudut sinar datang dengan sinus sudut sinar bias, dimana indeks bias pada sampel mineral ini

lebih besar dari indeks bias Canada balsam. Belahan ialah batas yang terbentuk akibat

kecenderungan mineral untuk terbagi menjadi bagian yang lebih kecil dengan arah tertentu
sesuai dengan bentuk kristalnya, dimana mineral ini tidak memiliki belahan satu. Pecahan

ialah bidang-bidang kecil tidak lurus dengan arah yang tidak teratur dan tidak dikontrol oleh

struktur atom mineral, dimana pecahan pada mineral ini ialah Uneven atau pecahan kecil-

kecil dan tidak rata. Mineral ini memiliki relief rendah, yaitu kenampakan yang kurang jelas

pada bidang batas mineral satu dengan mineral atau media lain dikarenakan harga perbedaan

indeks bias yang besar antara satu dengan lainnya. Ukuran mineral ini ialah sebesar 0,175

mm. Warna interferensi ialah warna yang dihasilkan penerusan cahaya melalui analisator ke

mata pengamat, dimana warna interferensi dari mineral ini ialah putih hingga abu-abu. Harga

bias rangkap merupakan selisih maksimum indeks bias sinar yang bergetar dalam satu

mineral, dimana pada mineral ini memiliki harga 0,01 – 0,07 (Orde I). Sudut gelapan ialah

sudut yang dibentuk oleh sumbu panjang kristal dengan sumbu indikatrik mineral, dimana

sudut gelapan pada mineral ini sebesar 45o sehingga termasuk dalam jenis gelapan miring.

Sistem kristal dari mineral ini ialah monoklin dengan TRO yang bersifat substraksi legth fast

atau perjadinya pengurangan perubahan warna secara cepat. Mineral ini memiliki komposisi

kimia SiO2. Berdasarkan hasil deskripsi diatas maka dapat disimpulkan bahwa mineral ini

merupakan Kuarsa.

Proses pembentukan mineral yaitu melalui pembekuan magma yang bersifat asam,

setelah proses magmatisme dan memasuki fase pegmatisme dan pnumatolisis pada proses

hidrotermal yang bersuhu rendah (berkisar 2000 – 4000 C). Awalnya magma mengintrusi

batuan dipermukaan dan menghasilkan gejala-gejala intrusi sehingga terbentuklah mineral-

mineral yang bersifat holokristalin dan asam. Kemudian seiring dengan penurunan suhu

karena penyerapan panas oleh batuan yang dilaluinya serta penurunan tekanan akibat

semakin menjauhnya magma dari dapur magma dan pengaruh gravitasi sehingga memasuki

tahap pada suhu pembentukan kristal kuarsa, selanjutnya terbentuklah mineral kuarsa dengan

kondisi tertentu sehingga membentuk tekstur yang tertentu pula.


Mineral ini dijumpai pada batuan beku asam seperti granit, granodiorit, tonalit, ryolit.

Pada batuan sedimen klastik sebagai detrital material, pada batuan metamorf yaitu phylit,

kuarzit granulit dan eklogit. Di dalam geode berongga yang didapatkan di daerah batuan

piroklastik didapatkan pula kuarsa kristal dengan struktur bergerigi.

Mineral ini umumnya digunakan sebagai alat optik, batu asah (gerinda), dan kaca.

Bila berbentuk pasir, kuarsa digunakan untuk sandpaper, sandblasting, refractories, fluxs

dalam proses metalurgi, industri kimia, industri cat, bahan pengisi, industri keramik (kaca dan

gelas), decorative material, insulation, stuctural materials, bahan bangunan dalam tongkat

rod work and blocks digunakan dalam tube mills (pabrik pipa), industri semen, elektronik,

dan arloji.

Catatan Asisten : Paraf Asisten

Tanggal :
LAPORAN PRAKTIKUM

DIBUAT OLEH :

NAMA : MEYDINA A

NIM : F 121 14 034

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TADULAKO

2016

Anda mungkin juga menyukai